• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada era global sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada era global sangat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada era global sangat diperlukan untuk memperbaiki kinerja individu dan organisasi, tidak terkecuali institusi yang bergerak di bidang pendidikan. Pemerintah melalui Depdiknas meyakini bahwa pendayagunaan TIK dapat menunjang upaya peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Mulai tahun 2006 Depdiknas berkomitmen untuk menerapkan TIK secara massal, dengan menginvestasikan dana yang cukup besar membangun infrastruktur Jardiknas yang meliputi penyediaan peralatan TIK untuk mendukung proses pembelajaran seperti perangkat komputer, perpustakaan elektronik, dan buku ajar dalam format elektronik.

Lebih lanjut, Departemen Pendidikan Nasional (2010), melalui Rencana Strategis (Renstra) tahun 2010—2014, merencanakan penyebarluasan TIK untuk e­pembelajaran dan e­administrasi didukung melalui kegiatan; 1) perluasan akses Jardiknas, TV Edukasi dan pengembangan konten pembelajaran berbasis TIK; 2) pengembangan sistem informasi manajemen untuk memudahkan tugas­tugas perencanaan, pelaporan, dan pengendalian berbagai macam kegiatan dan program; 3) Peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan TIK di pusat dan daerah; 4) Pengembangan pusat sumber belajar (learning resources center) berbasis TIK pada pendidikan dasar dan menengah; 5) Pengembangan sistem dan

(2)

2 model pembelajaran berbasis TIK baik pada pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Pada rancangan kurikulum 2013, disebutkan bahwa TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri. Lebih tegas disebutkan bahwa TIK menjadi sarana pembelajaran dan diintegrasikan pada semua mata pelajaran (Kemdikbud, 2012). Hal ini sejalan dengan kebijakan UNESCO yang salah satunya diwujudkan dalam rangka memperkuat program ICT in Schools and SchoolNet Project in ASEAN Setting. Program ini telah merancang dan mengembangkan kurikulum berbasis TIK terintegrasi, materi pembelajaran dan aplikasinya untuk matapelajaran science, matematika dan bahasa. Hal ini didasari hasil proyek yang menghasilkan simpulan bahwa penggunaan TIK di sekolah secara terintegrasi, berkontribusi dalam perbaikan kualitas pembelajaran (UNESCO, 2004).

Dari sisi regulasi yang berkaitan dengan hal ini, Kemdikbud telah menetapkan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru SMP yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang salah satunya adalah menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

Selain itu, dalam standar kompetensi TIK bagi guru yang dikeluarkan oleh UNESCO (2008) disebutkan bahwa untuk bisa sukses hidup, belajar, dan bekerja dalam masyarakat yang kaya informasi berbasis pengetahuan dan semakin

(3)

3 kompleks, siswa dan guru harus memanfaatkan teknologi secara efektif. Guru bertanggung jawab menciptakan lingkungan kelas dan menyiapkan kesempatan memfasilitasi penggunaan teknologi untuk belajar, dan berkomunikasi bagi siswa. Untuk itu UNESCO (2008) melalui project ICT-CST, menetapkan standar kompetensi TIK bagi guru. Sebagai contoh di bidang kurikulum dan penilaian, salah satu kompetensi guru berkaitan dengan TIK adalah (1) Menyesuaikan standar kurikulum khusus dengan software dan aplikasi komputer tertentu dan menjelaskan bagaimana standar­standar ini didukung oleh aplikasi tersebut. (2) Membantu siswa dalam penguasaan keterampilan TIK dalam kaitannya dengan materi belajar mereka, dan (3) Menggunakan TIK untuk menilai penguasaan materi, dengan umpan balik tentang kemajuan belajar siswa melalui penilaian formatif dan sumatif.

Faridi ( 2009) merangkum beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ICT (Information and Communication Technology) diyakini sebagai salah satu strategi belajar yang baik. Penggunaan media secara efektif mempertinggi kualitas yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar (Sanaky, 2009). Sementara itu Lim dan Shen (2006) mengatakan bahwa peserta didik dalam kelas berbasis CALL (Computer Assisted Language Learning), mengindikasikan lingkungan belajar yang posistif bila dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelas tradisional. Dengan TIK penyajian materi pembelajaran dapat lebih menarik, bervariasi, menjangkau materi yang lebih luas.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris, TIK juga bisa memperdengarkan suara native speaker yang diperlukan dalam pembelajaran bahasa asing dengan

(4)

4 biaya yang relatif terjangkau. Belajar bahasa Inggris dari native speaker atau penutur asli, misalnya, memang memberi banyak sekali keuntungan antara lain untuk belajar melakukan pronunciation yang tepat sesuai dengan ejaan yang berlaku dan tata bahasa yang sudah tidak diragukan lagi (English First, 2010).

Investasi di bidang TIK pada dunia pendidikan tentu membutuhkan dana yang besar dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi besarnya biaya investasi ini tidak serta merta diikuti dengan memanfaatkan teknologi tersebut secara optimal. Untuk mendukung pemanfaatan TIK untuk pendidikan, pemerintah melalui kementerian Kominfo mencanangkan program Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program (ICT-EQEP), atau pemanfaatan TIK untuk peningkatan kualitas pendidikan. Program ini melibatkan 300 sekolah dasar dan 200 sekolah menengah pertama di seluruh Indonesia, termasuk kabupaten Gunungkidul. Pelaksanaan di tingkat daerah, program ini didukung oleh pemerintah provinsi (Wikischolars, 2012). Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyediakan layanan pembelajaran baik on-line maupun off-line tanpa biaya melalui pemanfaatan ICT. Salah satu manfaat yang diharapkan adalah mengembangkan potensi komunitas MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) secara umum dan guru mata pelajaran pada khususnya (Pemprov. DIY, 2006).

Dari penilaian yang dilakukan oleh konsultan ICT EQEP di sekolah­ sekolah yang telah menerima program ICT EQEP, Gunungkidul menduduki peringkat terendah. Hanya 9% sekolah yang mendapatkan nilai A, 74% mendapatkan nilai B, dan 17% sekolah mendapatkan nilai C, dimana nilai A

(5)

5 berarti sekolah telah mengembangkan program ICT EQEP untuk mendukung proses pembelajaran berbasis TIK. Kategori B berarti sekolah baru menggunakan Laboratorium saja untuk pembelajaran TIK. Sedangkan kategori C berarti sekolah sama sekali belum memanfaatkan Laboratorium ICT EQEP untuk pembelajaran (ICTsekolah.com, 2012). Hal ini berarti TIK belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru dan siswa.

Menurut Siahaan (2009) perangkat fasilitas TIK belum atau tidak pernah digunakan di beberapa sekolah ini disebabkan, antara lain: (a) para guru belum memiliki kesiapan dalam memanfaatkan peralatan/fasilitas TIK untuk pembelajaran secara optimal, (b) para guru juga tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang pengembangan bahan­ bahan belajar berbasis TIK, (c) para guru tidak mendapatkan apresiasi atas usaha atau kerja ekstra yang telah mereka lakukan dalam mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas TIK, dan (d) kurangnya perhatian untuk melakukan perawatan atau pemeliharaan fasilitas/peralatan TIK yang telah dimiliki sekolah.

Di tingkat sekolah, pengelola TIK harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang faktor­faktor yang mempengarui pemanfaatan teknologi informasi agar teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif (Jackson et al., 1997). Sugeng dan Nur Indriantoro (1998) menekankan perlunya model teoritis komprehensif yang kuat yang meliputi variabel­variabel prediktor langsung maupun tidak langsung bagi kinerja individu. Seseorang akan menggunakan teknologi informasi apabila teknologi tersebut bermanfaat dan meningkatkan kinerjanya dan begitu pula sebaiknya (Fishbein dan Ajzen,1975).

(6)

6 Menurut Venkatesh et al., (2003) dalam teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ada tiga variabel yang mempunyai pengaruh terhadap “minat pemanfaatan” sistem informasi. Ketiga variabel itu adalah “Ekspektansi kinerja”, “Ekspektansi usaha” dan “Pengaruh Sosial” Sedangkan “niat keperilakuan” dan “kondisi pemfasilitasi” berpengaruh terhadap “penggunaan” teknologi informasi. Disamping itu terdapat pula empat variabel: jenis kelamin, usia, pengalaman, dan kesukarelaan yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari konstruk­konstruk pada minat pemanfaatan dan penggunaan. Jadi model ini adalah penggabungan dan penyempurnaan dari teori sebelumnya sehingga akan sangat tepat digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada pada penggunaan TIK dalam pembelajaran bahasa Inggris pada SMP Negeri di kabupaten Gunungkidul.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran adalah suatu keharusan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan untuk memfasilitasi pengintegrasian TIK dalam pembelajaran, baik berupa peraturan perundangan, kegiatan, maupun infrastruktur yang diperlukan, tetapi hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Peneliti merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan penerimaan guru bahasa Inggris pada SMP Negeri di kabupaten Gunungkidul kaitannya dengan ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, dan pengaruh sosial kondisi pemfasilitasi dan niat dalam mewujudkannya menjadi tindakan nyata mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran.

(7)

7 1.3. Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Apakah variabel­variabel ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, dan pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap niat pengintegrasian TIK dalam pembelajaran bahasa Inggris SMP Negeri di Kabupaten Gunungkidul?

1.3.2. Apakah variabel­variabel kondisi pemfasilitasi dan niat pengintegrasian TIK berpengaruh positif terhadap pengintegrasian TIK pada proses pembelajaran bahasa Inggris SMP Negeri di Kabupaten Gunungkidul? 1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Menguji apakah variabel­variabel ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, dan pengaruh sosial guru bahasa Inggris SMP Negeri di Kabupaten Gunungkidul berpengaruh terhadap niat pengintegrasian TIK dalam pembelajaran.

1.4.2. Menguji apakah variabel­variabel kondisi pemfasilitasi dan niat mengintegrasikan berpengaruh positif terhadap pengintegrasian TIK pada proses pembelajaran bahasa Inggris SMP Negeri di Kabupaten Gunungkidul.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Praktis

Memberikan gambaran kepada pengelola pendidikan, khususnya guru bahasa Inggris SMP, mengenai variabel­variabel yang mempengaruhi penggunaan teknologi informasi, yang dalam hal ini pengintegrasian TIK dalam proses

(8)

8 pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini dapat digunakan sebagai acuan untuk peningkatan kemampuan guru tersebut dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran.

1.5.2. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi kepada akademisi mengenai literatur yang berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi, terutama dalam hal pengintegrasiannya dalam pembelajaran.

1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerimaan pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran oleh guru bahasa Inggris SMP Negeri di Kabupaten Gunungkidul. Faktor­faktor tersebut hanya yang berkaitan dengan ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial, niat mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran, kondisi pemfasilitasi, niat mengintegrasikan, dan pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran.

1.7. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penelitian ini dijabarkan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari halaman sampul judul tesis, halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, arti lambang dan singkatan, intisari, dan abstract. Bagian Utama

(9)

9 BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas tentang (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) pertanyaan penelitian, (4) tujuan penelitian, (5) manfat penelitian, (6) ruang lingkup penelitian, dan (7) sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai (1) tinjauan pustaka, dan (2) hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai (1) desain penelitian, (2) definisi operasional, (3) populasi, (4) instrumen penelitian, (5) metode pengumpulan data, dan (6) metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini membahas mengenai (1) deskripsi data, (2) pengujian hipotesis, dan (3) pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan (1) kesimpulan, (2) keterbatasan, (3) implikasi dan (4) saran.

Bagian Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk BBL, kepadatan hunian, serta pendidikan ibu sebagai variabel perancu tidak mempengaruhi perbedaan kejadian ISPA pada anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik

Hubungan Asistensi Anatomi dengan Pencapaian Tujuan Pembelajaran Praktikum Anatomi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.. Fakultas Kedokteran,

Di antara kemungkinan- kemungkinan ekses yang terjadi pasca pembentukan Komcad adalah: perbedaan kuota berdasar karakteristik daerah (misalnya daerah konflik/perbatasan);

(4) Buku teks pelajaran kimia sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini, memenuhi syarat kelayakan

Daya tarik pemustaka dalam pemanfaatan layanan perpustakaan di SMAN 2 Mataram dapat dilihat dari 4 aspek yaitu koleksi, sarana prasarana, tata ruang dan SDM (Pustakawan)

Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, caput femoris berada di acetabulum dan dapat Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation, caput femoris berada di acetabulum dan

penelitian tersebu, menuada kesamaan dengan menuurut pendapat si peneliti yang akan penulis lakukan, berupa pembahasan tentang pembiayaan terhadap UMKM tetapi ada

Situasi ini menimbulkan kebutuhan akan jenis SDMK yang “baru”, menuntut reformulasi formasi dan konfigurasi SDMK di institusi pelayanan kesehatan, yang tertulis dengan tegas