Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 1 -
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI SAPI POTONG DI PROVINSI BALI DALAM MENUNJANG SWASEMBADA DAGING NASIONAL
I W. Sukanata, Suciani, I G.N. Kayana, dan I W. Budiartha Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar-Bali
Hp: 081353248994, email: nata_suka@yahoo.com
ABSTRAK
Permintaan terhadap sapi yang dihasilkan di Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun sayang tingginya permintaan tersebut belum dapat diisi sepenuhnya karena produksi belum mencukupi. Produksi hanya mampu memenuhi sekitar 60% dari permintaan. Produksi tumbuh hanya sekitar 7.87%/tahun. Mengingat potensi sumber daya yang ada di Bali, produksi masih bisa ditingkatkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa masih ada bahan pakan sekitar 176.133,98 ton BK yang belum dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi sapi di pulau ini. 80 orang peternak sapi yang berasal dari 8 kabupaten dipilih secara acak dan diwawancarai dengan bantuan kuisioner. Data yang diperoleh dikaji dengan analisis SWOT.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi sapi di Bali, meliputi perlindungan terhadap lahan pertanian, peningkatan populasi sapi induk betina, peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak, penguatan kelembagaan peternak, pengembangan sistem integrasi tanaman-sapi, penerapan teknologi yang tepat guna, penguatan modal peternak, meningkatkan efisiensi pemasaran, proteksi peternak dari produk sapi impor, dan optimalisasi peran lembaga-lembaga terkait.
Kata kunci: strategi, produksi sapi, analisis SWOT ABSTRACT
Demand for bali cattle which is produced in Bali is increasing from year to year. However, this demand coudn’t be filled completely due to insufficient production. The production is only able to meet the demand about 60%. Production growth is only about 7.87%/year. Regarding the potential resources of Bali, the production can be improved. Some studies show that there are about 176,133.98 tons of dry matter feed material that is not utilized yet. This study aims to develope strategy that can be used to enhance cattle production in this island. 80 farmers from eight districts were choosed randomly and were interviewed using questionnaires. The data obtained were analyzed by SWOT analysis.
The results suggest that there are some aspects can be used to improve bali cattle production in Bali including the protection of agricultural land, cow population increase, farmers’ knowledge and skills improving, famer’s institutional strengthening, develop of crop-cattle systems integration, application of appropriate technology, farmers’ capital strengthening, improving marketing efficiency, Farmer protection from imported products, and optimizing the role of relevant institutions.
Keywords: strategy, cattle production, SWOT analysis
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 2 -
PENDAHULUAN
Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi telah memicu impor daging sapi maupun bakalan terus meningkat masing-masing 27%/th dan 11,39%/th (2002-2006). Bali merupakan salah satu sentra produksi sapi, khususnya sapi bali (populasi sapi no 6 terbesar). Peternakan sapi di daerah ini merupakan peternakan rakyat yang berskala kecil, namun demikian melibatkan petani cukup banyak yaitu sekitar 240.845 rumah tangga (Ditjennak, 2006). Perdagangan sapi potong dari Bali ke luar tumbuh pesat (9.55%/th pada tahun 2001-2007), sementara itu produksi hanya tumbuh sekitar 7.87%/tahun (Dispet, 2008). Tingginya permintaan dari luar Bali belum dapat diraih secara maksimal (baru dapat dipenuhi sekitar 60%), karena kurangnya produksi. Rendahnya produksi tidak terlepas dari rendahnya pertumbuhan populasi sapi induk betina (hanya 2.23%/th pada tahun 2001-2008). Sementara itu masih ada bahan pakan sekitar 176.133,98 ton BK yang belum dimanfaatkan (Atmaja, 2006). Bahan pakan ini cukup untuk memelihara sapi sekitar 45.958 satuan ternak). Kajian ini bertujuan untuk merumuskan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi sapi di Bali secara efisien sehingga tingginya permintaan dapat dipenuhi secara maksimal. Hasilnya diharapkan akan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau membuat kebijakan yang berhubungan dengan peternakan sapi.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bali pada bulan Juni-Nopember 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui metode survei yaitu dengan mewawancarai 80 orang peternak sapi yang berasal dari semua kabupaten di Bali, dengan bantuan kuisioner. Wawancara juga dilakukan terhadap beberapa key informan, yaitu tokoh peternak dan pakar peternakan sapi. Data yang diperoleh dikaji dengan analisis SWOT (Rangkuti 2008). Matrik SWOT disusun dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi usahatani peternakan sapi di Bali, dan selanjutnya merumuskan alternatif strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peternakan sapi di Bali memiliki kekuatan dan sekaligus kelemahan (faktor-faktor internal), di samping juga menghadapi berbagai peluang dan ancaman ((faktor-faktor ekternal). Strategi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bagaimana menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi ancaman, serta bagaimana meminimalisasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman. Berdasarkan analisis SWOT maka diperoleh 4 kelompok alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan usahatani peternakan sapi di Bali, seperti yang dapat dilihat pada matrik SWOT di halaman berikut.
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 3 - Keempat kelompok strategi tersebut meliputi beberapa aspek yang bermuara pada peningkatan produksi secara kompetitif dan berkelanjutan antara lain:
1. Perlindungan terhadap lahan pertanian. Lahan merupakan sumber pakan dan
tempat hidup bagi ternak sehingga keberadaannya harus dipertahankan. Bentuk perlindungan yang dapat dilakukan antara lain melalui penegakan aturan (regulation) mengenai tata ruang secara tegas, pemberian insentif bagi petani yang mempertahankan lahan pertaniannya atau pembebasan pajak.
2. Peningkatan populasi sapi induk betina. Sapi betina merupakan mesin biologis
yang dapat menghasilkan anak sehingga jumlahnya harus terus ditingkatkan. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain: penetapan desa-desa basis pembibitan (Village breeding Centre) sesuai potensi wilayah, memberikan insentif bagi peternak induk (bunga kredit sesuai, semen beku gratis), menegakkan aturan pemotongan sapi betina produktif, melakukan penjaringan terhadap betina produktif di rumah potong dan menyebarkan kembali ke peternak yang membutuhkan untuk dipelihara, mencegah dan menindak setiap bentuk penyelundupan sapi dari Bali ke luar. Pengeluaran bibit betina dapat mematikan peternak di Bali (in the long run), sehingga lebih baik bibit jantan saja yang dikeluarkan (bila perlu dikastrasi) untuk digemukkan diluar.
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak. Peternak adalah pelaku
dari usahatani yang berpendidikan rendah. Oleh karena itu sangat penting diperhatikan dan ditingkatkan kualitasnya. Strategi yang dapat dilakukan antara lain: memberikan pembinaan dan penyuluhan baik langsung maupun melalui media TV, membuat percontohan (demoplot), dan program pendampingan.
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 4 - Matrik SWOT Peternakan Sapi di Provinsi Bali
Kekuatan (S)
Populasi sapi cukup banyak (terbesar ke-6 secara nasional)
Bali sebagai sumber flasma nutfah sapi bali secara
nasional
Lahan pertanian yang cukup luas dan iklim cukup
mendukung
Bahan pakan yang ada cukup banyak dan belum
dimanfaatkan secara maksimal (Atmadja, 2006, dan Bidura, 2008)
Bali bebas penyakit hewan menular seperti PMK, Anthrax,
sapi gila (BPS, 2008)
Jumlah peternak yang cukup banyak (240.845 rumah
tangga)
Pengalaman peternak yang sudah cukup lama dalam
beternak
Sapi bali memiliki berbagai keunggulan
Tersedia berbagai paket teknologi yang terkait dengan
pengembangan ternak sapi
Tersedianya toko sapronak
Tersedia pasar hewan dan rumah potong hewan RPH) yang
cukup banyak dan menyebar di Bali
Dukungan Dinas Peternakan (UPTD Balai Pembibitan
Ternak, Poskeswan, dan Balai Besar Veteriner (BBVet))
Dukungan lembaga terkait lain (Perguruan Tinggi, BPTP,
Badan Litbang, PPSKI, BPTU)
Kelemahan (W)
Populasi dan pertumbuhan populasi induk betina rendah
masing-masing 3,63% dan 2.23%/th (2001-2008)
Hanya boleh menggunakan bibit yang dihasilkan di Bali
Penerapan teknologi masih rendah
Pendidikan peternak yang relatif rendah (57,5% SD)
Pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
pemeliharaan dan pemanfaatan limbah peternakan sapi masih rendah (hanya 22.5% yang sudah mengolah limbah)
Kelembagaan peternak lemah (14,7 yang sudah
berkelompok)
Posisi tawar peternak lemah pada pasar input maupun hasil (Syahyuti, 1999)
Penguasaan lahan oleh petani yang relatif sempit
(61.25% memiliki lahan dibawah 0,75 Ha)
Permodalan lemah
Akses peternak terhadap kredit formal rendah (hanya
10% yang pernah mendapat kredit)
Skala usaha yang kecil dan merupakan usaha sambilan (2.24 ekor/RT peternak)
Pemasaran belum efisien (Masbulan et al. 2001)
Kelemahan sapi bali (daging alot dan warnanya gelap, pertambahan berat badan rendah), (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004)
Peluang (O)
Permintaan terhadap sapi potong terus meningkat
(baru dapat dipenuhi sekitar 60%)
Daging sapi bali digemari konsumen domestik
maupun konsumen luar negeri (malaysia dan Brunei), (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004)
Peluang pasar pada hotel-hotel dan
restoran-restoran yang ada di Bali
Penggunaan pupuk organik semakin populer
Strategi S-O
Pengembangan agribisnis ternak sapi melalui sistem
integrasi tanaman-sapi (Crop- livestock system, (Dwiyanto et al. 2002, Djafar, 2004)) atau zero waste dengan pendekatan konsep Low External Input Sustainability Agriculture (LEISA) berdasarkan spesifik lokasi
Optimalisasi penerapan teknologi tepat guna untuk
memanfaatan hijauan dan limbah yang dihasilkan dari lahan pertanian sebagai pakan sapi secara efisien dan ekonomis
Mendorong pemerintah pusat memberikan perhatian yang
lebih besar kepada peternak di Bali sebagai konvensasi ditetapkannya daerah ini sebagai sumber flasma nutfah sapi bali
Optimalisasi peran pasar hewan dalam membantu
pemasaran dan memberantas praktek-praktek yang
Strategi W-O
Penetapan desa basis pembibitan (Village breeding
Centre)
Memberikan insentif bagi peternak pembibitan (bunga
ringan, semen beku gratis, dan lain-lain)
Meningkatkan akses peternak terhadap permodalan
(bunga ringan dengan grace period.
Mengkaitkan program Corporate Social Responsibility
(CSR) dengan pengembangan ternak sapi.
Pengembangan pola PIR (Simatupang et al., 1995)
Optimalisasi penerapan teknologi untuk meningkatkan
pertambahan berat badan dan perbaikan kualitas daging secara ekonomis (Mastika dan Puger, 2009)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak
(penyuluhan langsung maupun melalui TV) Faktor Internal
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 5 -
merugikan peternak
Membangun kerjasama yang baik antara pihak-pihak
terkait
Mendorong penelitian-penelitian untuk meningkatkan
produktivitas sapi bali secara ekonomis maupun sumber pakan baru (seperti kotoran ayam ras petelur)
Mengkaitkan ijin hotel/restoran dengan penggunaan
produk lokal (daging sapi bali)
Optimalisasi pemanfaatan limbah ternak sapi sebagai
pupuk organik
Memperkuat kelembagaan peternak
Meningkatkan efisiensi pemasaran (perbaikan kebijakan
pemasaran, mendorong tumbuhnya pasar/bursa ternak pada kelompok ternak, memperpendek rantai pasar)
Mendorong perdagangan ternak sapi ke luar Bali bukan
dalam keadaan hidup, namun berupa karkas atau olahannya
Meningkatkan skala usaha menjadi rata-rata 4 ekor/RT peternak)
Ancaman (T)
Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (th 1997-2007, rata-rata798 Ha/th).
Tingginya pemotongan sapi induk betina
produktif
Tingginya penyelundupan sapi induk betina
produktif
Pengembangan peternakan sapi di luar Bali
Musim kemarau mengurangi persediaan pakan
Harga bahan pakan konsentrat/pakan relatif mahal
Impor daging sapi dan sapi bakalan terus
meningkat
Persaingan penggunaan pakan konsentrat dengan
usaha ternak unggas dan babi
Ancaman penyakitdari luar
Strategi S-T
Perlindungan terhadap lahan pertanian dan penegakan
aturan mengenai tata ruang secara tegas
Optimalisasi peran pihak-pihak berwenang untuk
mencegah masuknya penyakit berbahaya dari luar
Mengurangi retribusi terhadap masuknya berbagai jenis
pakan konsentrat dari luar
Tidak mengeluarkan bibit betina dari Bali, namun bisa mengeluarkan bibit jantan untuk digemukkan di luar Bali
Optimalisasi pemanfaatan pakan berbasis sumberdaya
lokal
Mendorong penanaman bibit pakan unggul
Penerapan teknologi penyediaan pakan sepanjang tahun
Proteksi peternak dalam negeri dari produk sapi impor (Simatupang dan Hestina, 2004)
Mensinergikan pengembangan peternakan sapi di Bali dan
luar Bali (Bali sebagai sumber bibit sapi jantan untuk digemukkan oleh peternak di luar Bali)
Strategi W-T
mencegah pemotongan dan penyelundupan sapi betina
produktif, dan memberi sanksi yang tegas terhadap segala bentuk pelanggarannya
Penguatan kelembagaan peternak
Pendampingan peternak (sarjana masuk desa, perguruan
tinggi)
Membuat program-program percontohan (demoplot)
Optimalisasi penerapan teknologi dalam meningkatkan
kualitas daging sapi di Bali
Mendorong terjalinnya kemitraan antara peternak
dengan pedagang antar pulau, dan atau industri pengolahan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peternak
dalam pencegahan penyakit
4. Penguatan kelembagaan peternak. Posisi tawar peternak baik di pasar input maupun di pasar output akan dapat ditingkatkan jika kegiatan peternak diorganisir oleh suatu wadah kelompok. Penguatan kelembagaan ini dapat dilakukan melalui pembentukan wadah/organisasi peternak seperti kelompok peternak, koperasi, dan meningkatkan kerjasama antar anggota dan antar kelompok. Pembentukan wadah ini harus didasari oleh prinsip kesamaan kepentingan dalam mengelola usaha sejenis dan mempermudah penyampaian informasi seperti pemanfaatan teknologi baru, penyuluhan, penguatan modal, pemasaran, dan pemeliharaan infrastruktur.
5. Pengembangan sistem Integrasi Tanaman-Sapi (Crop-Beef Cattle System) berdasarkan spesifik lokasi. Pola ini dapat mengurangi biaya produksi terutama biaya pakan sapi dan biaya pupuk bagi tanaman yang diintegrasikan sehingga terwujud peternakan yang kompetitif (Dwiyanto et al. 2002,dan Djafar, 2004). Dengan pola ini, tidak ada limbah pertanian yang terbuang. Hijauan dan limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi, dan sebaliknya limbah ternak sapi dapat
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 6 -
dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan selanjutnya dapat dimanfaatkan kembali untuk memupuk tanaman. Sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk organik, kotoran sapi juga dapat dimanfaatkan sebagai biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak oleh peternak.
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 7 -
4. Penerapan teknologi yang tepat guna. Berbagai teknologi tepat guna sangat
diperlukan untuk memajukan peternakan sapi, seperti teknologi pembibitan (misalnya IB), teknologi pakan, teknologi pengolahan limbah dan lain sebagainya. Teknologi baru yang digunakan harus dapat meningkatkan kualitas atau kuantitas hasil dengan cara yang lebih ekonomis. Artinya dengan biaya yang sama dengan teknologi sebelumnya akan diperoleh kuantitas dan atau kualitas yang lebih baik, atau untuk menghasilkan kuantitas atau kualitas tertentu diperlukan biaya yang lebih rendah dari teknologi sebelumnya. Untuk meningkatkan penerapan IB di peternak maka upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain melalui sosialisasi, peningkatan jumlah inseminator, dan membebaskan biaya IB (dapat dikaitkan dengan ditetapkanya Bali sebagai daerah pemurnian sapi bali). Penerapan teknologi pakan sangat diperlukan untuk meningkatkan pertambahan berat badan dan memperbaiki kualitas daging sapi bali. Berbagai penelitian harus dilaksanakan dan hasilnya disosialisasikan ke peternak untuk meningkatkan produksi secara efisien.
5. Penguatan modal peternak. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
mendorong terjalinnya kemitraan antara peternak dengan pedagang antar pulau, dan atau industri pengolahan yang dilandasi oleh konsep simbiosis mutualisme, mengaitkan antara program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan pengembangan ternak sapi, memberikan bunga dan jangka waktu yang layak. Partisipasi kelompok atau desa adat sangat penting dalam pengawasan penyaluran kredit sehingga tidak dislewengkan untuk keperluan lainnya.
6. Meningkatkan efisiensi pemasaran. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperpendek rantai pasar, pemasaran secara berkelompok, mendorong tumbuhnya pasar/bursa ternak pada kelompok ternak, dan melakukan perbaikan kebijakan pemasaran. Optimalisasi peran pasar hewan dalam membantu pemasaran dengan memberantas praktek-praktek yang merugikan peternak di tempat itu. Kebijakan kuota perdagangan sapi antar pulau justru banyak menimbulkan masalah yang sangat merugikan peternak. Pemasaran sapi ke luar Bali di masa depan diharapkan bukan lagi dalam keadaan hidup namun sudah dalam bentuk karkas atau olahannya, sehingga meningkatkan nilai tambah bagi peternakan sapi di Bali.
7. Proteksi peternak dalam negeri dari produk sapi impor. Peternakan sapi
merupakan peternakan rakyat yang berskala kecilyang jumlahnya cukup banyak sehingga sudah sepatutnya dilindungi oleh pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus membatasi impor produk sapi.
8. Optimalisasi peran lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Berbagai lembaga yang terkait seperti dinas peternakan (BPTU sapi bali, lembaga-lembaga penelitian (BPTP, Badan Litbang) dan perguruan tinggi, BBVet, Dinas kesehatan, dan balai karantina, perlu bersinergi dan bekerjasama sehingga mempunyai visi yang sama di dalam memajukan peternakan sapi. Hendaknya tidak ada lagi gap antara berbagai lembaga tersebut. Koordinasi dan komunikasi yang hangat perlu dijalin antara lembaga-lembaga tersebut. Program-program kerja dari lembaga hendaknya tidak berseberangan, namun saling mendukung dan memperkuat sehingga akan lebih efektif.
Database Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana - 8 -
Kesimpulan
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi sapi di Bali secara efisien dan berkelanjutan meliputi beberapa aspek antara lain: perlindungan terhadap lahan pertanian, peningkatan populasi sapi induk betina, peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak, penguatan kelembagaan peternak pengembangan sistem Integrasi Tanaman-Sapi (Crop-Beef Cattle System), penerapan teknologi yang tepat guna, Penguatan modal peternak, meningkatkan efisiensi pemasaran, proteksi peternak dalam negeri dari produk sapi impor, dan optimalisasi peran lembaga-lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Daftar Pustaka
Atmadja, I.K.G. 2006. Potensi dan dinamika populasi sapi bali di Bali. Makalah disampaikan dalam Seminar Sapi Bali, Dies Natalis Unud, Denpasar.
Bidura, I G.N.G., Partama, I B. G., dan Susila T.G.O. 2008. Limbah, Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press. Denpasar.
BPS. 2008. Kajian Komoditas Unggulan. Tim IPB. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2008. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali.
Dinas Peternakan Provinsi Bali, Denpasar.
Djafar Makka . 2004. Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali
Dwiyanto, K., B.R. Prawiradiputra dan D. Lubis. 2002. Integrasi tanaman-ternak dalam pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesi, Wartazoa, 12(1): 1-8.
Handiwirawan, E. dan Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Bali. Wartazoa. 14(3) : 107-115.
Masbulan, E., I. G. Putu, K. Dwiyanto, D. Priyanto dan H. Setianto. 2001. Aspek pemasaran dan tataniaga sapi potong dan daging di Indonesia. Prosiding Hasil Penelitian. Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Mastika, I M. dan A.W. Puger. 2009. Upaya Perbaikan Penampilan (Performance) Sapi Bali Melalui Perbaikan Ketersediaan dan Kualitas Pakan. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Sapi Bali di Unud 5-6 Oktober 2009. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Simatupang, P., dan Juni Hestina. 2004. Dukungan Kebijakan Dalam Pengembangan Agribisnis Peternakan Memasuki Perdagangan Bebas. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali Simatupang, P., E. Jamal, dan M.H. Togatorop. 1995. Analisis ekonomi perusahaan
inti rakyat (PIR) sapi potong di Bali. Jurnal Peternakan Indonesia, 2 : 12-17. Syahyuti. 1999. Keragaan subsistem tata niaga peternakan di Indonesia: suatu analisis
sosiologis pelaku pemasaran komoditas peternakan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia, Wartazoa, 8(1) : 1-8.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.