• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan multinasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pasar yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan multinasional"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, ditandai dengan semakin

bertambahnya pelaku usaha baik dari dalam maupun dari luar negeri. Indonesia

menjadi salah satu negara berkembang yang memiliki sumber daya dan pangsa

pasar yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan multinasional

yang menanamkan modal dan menawarkan produk perusahaan ke pasar

Indonesia.Peningkatan investasi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan

nasional sehingga diharapkan dapat tercipta lapangan pekerjaan.

Pelaku bisnis terlebih dulu melakukan perhitungan apa saja yang

dibutuhkan untuk mendirikan suatu usaha baik dari segi modal, tenaga kerja,

teknologi yang digunakan, regulasi, pangsa pasar, lokasi usaha dan proses

pemasarannya. Penentuan lokasi pemasaran sangat penting sebagai tolok ukur

keberhasilan suatu usaha. Selain itu, lokasi pemasaran yang strategis dapat

meningkatkan permintaan tanah dan ruang bisnis.

Selanjutnya, saat ini terjadi peningkatan kebutuhan gedung perkantoran di

Indonesia. Akan tetapi, permintaan tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan

gedung kantor yang ada. Hal tersebut dapat membuat harga properti khususnya

ruang perkantoran semakin meningkat.Adanya peningkatan harga properti

perkantoran terutama yang berada di lokasi strategis membuat beberapa

(2)

ruang kantor berlokasi strategisyang disewakan seperti di Jalan Sudirman dan

Kuningan, Jakarta.

Ragam fasilitas, keunggulan lokasi, dan harga penawaran yang bersaing

sebagai bentuk pelayanan yang ditawarkan pengelola gedung dalam menarik

minat calon penyewa.Seperti halnya pengelolaan gedung pada Mall Cempaka

Putih pada kawasan bisnis tersebut pengelola menawarkan beberapa bentuk

penyewaan dalam suatu gedung seperti sewa ruang pertokoan, sewa ruang

apartemen dan sewa ruang dalam bentuk ruko.

Hal ini sesuai dengan tiga transaksi besar dalam kuartal keempat tahun

2012 yaitu adanya penyewaan seluas 10.000 m2di The City Center di Jalan K.H. Mas Mansyur oleh perusahaan perminyakan dan gas, kemudian 8.000 m2 di Ciputra World Tower 1 di Jalan Prof. Dr. Satrio oleh sebuah perbankan nasional,

dan 6.000 m2 di 88 Casablanka di JalanCasablanka oleh perusahaan teknologi komunikasi. Aktivitas permintaan dan transaksi sewa dalam pasar perkantoran

yang berlokasi di pusat kota masih menunjukkan pertumbuhan yang positif untuk

tahun selanjutnya.

Pada Kota Yogyakarta juga terjadi peningkatan pertumbuhan properti.

Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2012 tentang

Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah Kota Yogyakarta Tahun 2012–

2016, bahwa penggunaan lahan di Kota Yogyakarta pada tahun 2007-2010

didominasi oleh lahan perumahan. Adapun sektor guna lahan yang mengalami

peningkatan signifikan terdapat pada sektor jasa seperti kegiatan perdagangan dan

(3)

di tahun 2010 menjadi 118.591 Ha.Berikut disajikan data penggunaan lahan di

Kota Yogyakarta tahun 2007-2010 pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Penggunaan Lahan Berdasarkan Status Peruntukan diKota Yogyakarta, 2013

Tahun

Jenis Penggunaan Lahan (ha)

Perumahan Jasa Perusahaan Industri Pertanian Nonpro

duktif Lain-lain Jml 2007 2.104.357 275.467 275.617 52.234 134.052 20.113 388.160 3.250 2008 2.106.338 275.562 277.565 52.234 130.029 20.041 388.160 3.250 2009 2.105.108 275.713 284.498 52.234 124.166 20.113 388.118 3.250 2010 2.105.391 279.373 286.138 52.234 118.591 20.113 388.160 3.250

Sumber: Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta Dalam Angka 2007-2011

Berdasarkan sektor yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB yang

didasarkan pada harga konstan, sektor jasa-jasa adalah sektor yang memberikan

sumbangan terbesar yaitu 24,63persen pada tahun 2007 dengan nilai

Rp2.118.045.000.000,-. Kemudian terjadi peningkatan menjadi 24,77persen pada

tahun 2010 dengan nilai Rp2.908.302.000.000,-. Pada tahun 2010 sektor-sektor

lain yang juga memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kota

Yogyakarta yang didasarkan pada harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel

dan restoran 23,65persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi 16,04persen.

Tabel 1.2 Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Kota Yogyakarta, 2013

Sektor 2007 2008 2009 2010

Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Pertanian 28.754 0.33 29.893 0,3 30.884 0,29 32.929 0,28 Pertambangan dan

penggalian

497 0,01 506 0,01 525 0,01 566 0,01 Industripengolahan 866.747 10,08 964.476 9,83 1.049.608 9,91 1.175.980 10,01 Listrik,gasdan air bersih 158.783 1,85 183.821 1,87 202.338 1,91 215.193 1,83 Konstruksi 740.368 8,61 854.814 8,72 896.647 8,47 948,797 8,08 Perdagangan, hotel dan

restoran

1.908.299 22,19 2.205.216 22,49 2.465.111 23,27 2.777.716 23,65 Pengangkutandankomunikasi 1.508.399 17,54 1.684.221 17,17 1.720.323 16,24 1.833.369 16,04 Keuangan, sewa, dan

jasa Perusahaan

1.269.579 14,76 1.502.387 15,32 1.628.995 15,38 1.800.227 15,33 Jasa-jasa 2.118.045 24,63 2.381.480 24,28 2.596.831 24,52 2.908.302 24,77 PDRB 8.599.468 100 9.806.813 100 10.591.262 100 11.743.079 100

(4)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor penyumbang PDRB

terbesar di Kota Yogyakarta.Keberadaan sektor ini tersebar hampir diseluruh

kecamatan di Kota Yogyakarta. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap

kecamatan Yogyakarta, maka masing-masing kecamatan memiliki nilai dan

kontribusi yang berbeda beda terhadap PDRB Kota Yogyakarta. Berdasarkan

pada harga konstan dan harga berlaku, Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan

yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Sektor

yang berkembang pesat di Kecamatan Umbulharjo antara lain sektor jasa, sektor

pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sektor keuangan, sewa

dan jasa perusahaan. Kecamatan Umbulharjo berdasarkan harga berlaku pada

tahun 2007 menyumbang 23,089persen dan pada tahun 2010 sebesar

23,086persen. Kemudian kecamatan lain yang memberikan kontribusi yang besar

terhadap PDRB Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman (17,151persen

pada tahun 2010) dan Kecamatan Danurejan (9,109persen pada tahun 2010).

Namun, hal ini tidak diikutidalam pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta dari

tahun 2007 hingga tahun 2010. Pertumbuhan ini cenderung meningkat yaitu

4,37persen pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 4,98persen pada tahun 2010.

Gambaran distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kota Yogyakarta

dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Distribusi PDRB per Kecamatan terhadap Total PDRB Kota Yogyakarta, 2013

No Kecamatan PDRB (%) 2007 2008 2009 2010 HB HK HB HK HB HK HB HK 1 Mantrijeron 5,006 4,968 4,987 4,916 5,007 4,883 4,992 4.865 2 Kraton 2,597 2,606 2,572 2,595 2,563 2,574 2,584 2,585 3 Mergangsan 4,753 4,805 4,759 4,804 4,796 4,793 4.844 4.818 4 Umbulharjo 23,139 22,550 23,093 22,316 23,086 22,13 23,020 22,512

(5)

5 Kotagede 4,559 4,508 4,485 4,417 4,516 4,377 4.534 4,390 6 Gondokusuman 17,110 17,144 16,959 17,177 16,929 17,192 16,584 17,151 7 Danurejan 8,385 8,694 8,63 8,916 8,638 9,078 8,790 9,109 8 Pakualaman 1,219 1,251 1,207 1,25 1,219 1,258 1,222 1,251 9 Gondomanan 7,754 8,310 7,627 8,482 7,418 8,576 7,352 8,516 10 Ngampilan 2,240 2,273 2,221 2,225 2,243 2,206 2,259 2,213 11 Wirobrajan 5,983 5,911 5,931 5,839 5,911 5,785 5,812 5,740 12 Gedongtengen 4,118 3,991 4,25 4,076 4,318 4,135 4,343 4,127 13 Jetis 7,754 7,636 7,867 7,706 7,902 7,744 7,920 7,732 14 Tegalrejo 5,382 5,354 5,412 5,281 5,454 5,269 5,743 5,306 Kota Yogyakarta 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Data PDRB per Kecamatan 2007-2011

Berdasarkan PDRB harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2007

sampai tahun 2010 kecamatan Umbulharjo lebih pesat dari pada kecamatan

lainnya dengan sektor yang berkembang pesat yaitu sektor jasa, sektor

pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sektor keuangan, sewa

dan jasa perusahaan. Oleh karena itu, kecamatan tersebut cukup produktif dalam

sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan termasuk tentang penyewaanlahan

ataupun bangunan.

Terkaitpeningkatan kebutuhan atas ruang kantor, tidak sedikit ruang pada

gedung pemerintahan disewakan untuk keperluan bisnis. Perbedaan antara

pengelolaan ruang pada gedung pemerintahan dengan gedung swasta adalah

penggunaan ruang pada gedung pemerintahan dioptimalkan untuk peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan terhadap masyarakat. Seperti penyewaan ruang

kantor untuk perbankan pada kantor pajak yang diharapkan dapat membantu

pelayanan pajak kepada masyarakat. Sebagai contoh, wajib pajak yang

akanmelakukan pembayaran pajak tidak perlu keluatr gedung mencari bank dan

membayarkan pajaknya. Dengan adanya mekanisme penyewaan ruang kantor

(6)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah

direvisi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara, bentuk pemanfaatan barang milik negara dalam oleh pihak

lain yang diatur adalah berupa sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,

bangun guna serah, bangun serah guna dan kerjasama penyediaan infrastruktur.

Pengertian tentang bentuk-bentuk kerjasama yang dimaksud adalah sebagai

berikut.

1. Sewa adalah pemanfaatan barang milik negara oleh pihak lain dalam jangka

waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.

2. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antar pemerintah Pusat

dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka

waktu tersebut berakhir akan dikembalikan kepada pihak pengelola.

3. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara oleh

pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan

negara bukan pajakdana sumber pendapatan lainnya.

4. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana

berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam

jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan

kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah

berakhirnya jangka waktu.

5. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa

(7)

beriku fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk

didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang

disepakati.

6. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara Pemerintah dan

Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Penentuan bentuk kerjasama pemanfaatan dan pengelolaan aset yang tepat

dari aset pemerintah dalam bentuk ruang kantorini akan banyak membantu

pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan pelayanan terhadap masyarakat.

Dengan memperhatikan kawasan dan lokasi di mana aset tersebut berada akan

dapat mengoptimalkan pendapatan dalam pengelolaan aset tersebut. Menurut

Siregar (2004:523) bahwa studi optimalisasi aset dapat dilakukan dengan

beberapa tahap diantaranya:

1. identifikasi aset-aset pemerintah;

2. pengembangan database aset pemerintah;

3. studi highest and best use atas aset pemerintah daerah; dan

4. pengembangan strategi optimalisasi aset pemerintah.

Demi menunjang pelayanan perbankan terhadap karyawan dan masyarakat

di lingkungan Gedung Keuangan Negara (GKN) Yogyakarta, pihak pengelola aset

GKN mengakomodasi kebutuhan tersebut dalam bentuk penyediaan ruang baik

kantor maupun ATM. Saat ini ruang yang disediakanberjumlah 2(dua) buah ruang

(8)

BRI, dengan kisaran tarif sewa sebesar Rp18.000.000,- per ruang setiap tahunnya

atau Rp50.000,- per m2per bulan.

Sementara itu, bila dibandingkan dengan tarif sewa ruang pada gedung

perkantoran lainnya yang berada di Yogyakarta seperti tarif sewa ruang Gedung

Pacific Building yang berlokasi di Jalan Laksda Adisucipto No. 157 sebesar

Rp105.000,- per m2per bulan dan gedung Wisma Hartono atau Wisma Ex. BDNI di Jalan Sudirman No. 59 sebesarRp120.000,- per m2 per bulan. Tarif sewa pada GKN masih berada di bawah sewa pasar properti perkantoran dimaksud.

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kerjasama pemanfatan lahan dan analisis penggunaan

tertinggi dan terbaik telah banyak dilakukan diantaranya sebagai berikut.

1. Darodjati (2000) meneliti penentuan nilai tanah kosong dengan

menggunakan analisis penggunaan tertinggi dan terbaik dengan lebih

memfokuskan pada nilai tanah yang optimal sebagai dasar pengenaan pajak.

2. Ikhsan (2001) melakukan penelitian terhadap tanah kosong dengan tujuan

untuk mengetahui penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Alat analisis yang

digunakan yaitu analisis produktifitas dan analisis keuangan.

3. Parli (2001) meneliti tentang kelayakan keuangan dalam proses penentuan

penggunaan tertinggi dan terbaik. Variabel yang digunakan adalah sewa

kelayakan dan sewa pasar dengan model analisis yang digunakan adalah

analisis keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam

penentuan penggunaan tertinggi dan terbaik, penggunaan harus layak juga

(9)

4. Tanczos dan Kong (2001) menyatakan bahwa sebuah studi kelayakan

yangmenyeluruh dibagi menjadi tiga hal sepertikelayakan alternatif terhadap

desain, ide, danproses kegiatan, indentifikasi dampak lingkungan dalam

bentuk analisis keuangan, dan perhitungan biaya dan manfaat yang

dikeluarkan demi kerberlangsungan hidup.

5. Mackay dan Park(2005) menggunakan analisis penggunaan tertinggi dan

terbaik sebagai salah satu langkah analisisnya tentang aset disposal korporat.

Analisis penggunaan tertinggi dan terbaik digunakan untuk memahami potensi

lahan dan batasannya, mengidentifikasi penggunaan optimal lahan (misalnya

yang mencapai harga penjualan maksimum dengan risiko paling sedikit), dan

sebagai petunjuk langkah apa yang harus diambil (misal pengembangan tapak)

untuk mencapai hal itu.

6. Suyudi (2005) melakukan penelitian terhadap tanah kosong dengan

menggunakan alat analisis produktifitas dan keuangan, juga melakukan

analisis pasar untuk setiap alternatif penggunaan yang memungkinkan.

7. Harto (2006) melakukan penelitian aplikasi pendekatan penilaian properti

sebagai estimasi nilai sewa aset daerah (tanah dan bangunan) di Kabupaten

Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya aset daerah

milik Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang, mengestimasi nilai sewa aset

daerah sesuai nilai pasar dan potensi aset daerah dalam memberikan kontribusi

bagi penerimaan pendapatan asli daerah. Metoda analisis yang digunakan

(10)

digunakan adalah jarak dari lokasi ke pusat kota (CBD), luas tanah, luas

bangunan, kegunaan atas properti, aksesibilitas dan fasilitas yang tersedia di

kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa estimasi nilai aset milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang yang dikelola UPTD Pasar dan BP

Pasar tertanggal 6 Nopember 2006 adalah sebesar Rp8.264.798.525,- yang

akan dipergunakan sebagai dasar penentuan nilai sewa atas pemanfaatan

lahan.

8. Supriadi (2007) melakukan penelitian terhadap tanah kosong milik pemerintah

Kabupaten Sidenreng Rappang dengan menggunakan alat analisis berupa

analisis produktivitas, pasar dan keuangan. Hasil penelitiannya bahwa

penggunaan hotel dan restoran diindikasikan terbaik dibandingkan gedung

pertemuan.

9. Zulkarnain (2007) melakukan penelitian tentang studi kelayakan keuangan

pemanfaatan terbaik Mess Pemda Kabupaten Tanggamus Tahun 2007 dengan

menggunakan cara penelitian berupa analisis produktivitas, pasar dan

keuangan. Hasil penelitiannya bahwa alternatif pemanfaatan terbaik bagi Mess

Pemda adalah hotel yang merupakan penggunaan optimal.

10. Baksh (2008) melakukan penelitian terhadap Tanah Eks Panggung

Pertunjukan di Jalan Diponegoro, Palu Provinsi Sulawesi Tengah dengan

menggunakan alat analisis berupa analisis produktivitas, pasar dan keuangan.

Dari usulan dalam analisis produktivitas berupa gedung serba guna dan tempat

wisata bahari disimpulkan hasil penelitian bahwa alternatif penggunaan

(11)

Keaslian penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak

pada analisis yang digunakan dalam mengestimasi nilai sewa lahan.Metoda yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pendapatan dan

pendekatan data pasar.Pendekatan data pasar merupakan pendekatan dengan

membandingkan objek penelitian dengan properti pembanding yang berada di

sekitar objek penelitian.Kemudian untuk pendekatan pendapatan merupakan

pendekatan yang memproyeksi pendapatan yang diperoleh pemerintah dari pihak

ketiga.Selain metoda penelitian yang digunakan, objek penelitian berbeda dengan

penelitian lainnya dikarenakan properti yang diteliti berupa ruang yang disewakan

pada GKN Yogyakarta.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah pokok yang mendorong

untuk dilakukan penelitian adalah bahwa sewa ruang pada gedung milik

pemerintah yaitu Gedung Keuangan Negara Yogyakarta berada di bawah sewa

ruang pada Gedung Pacific Building dan Wisma Hartono di Kota Yogyakarta.

Masalah pokok ini berkaitan dengan peruntukan lahan yang ada saat ini sehingga

diperlukan penentuan nilai sewa yang wajar untuk alternatif penggunaan yang

optimal.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah tersebut di atas, pertanyaan penelitian ini

(12)

1. Apakah pengunaan yang dapat dioptimalkan terhadap ruang yang disewakan

pada GKN Yogyakarta;?

2. Berapakah besaran nilai sewa ruang yang wajar pada GKN Yogyakarta?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. menentukan pengunaan yang dapat dioptimalkan terhadap ruang yang

disewakan pada GKN Yogyakarta;

2. menentukan besaran nilai sewa ruang yang wajar pada GKN Yogyakarta.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal:

1. sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah dalam penentuan besaran tarif sewa

ruang maupun sebagai bahan masukan dalam penentuan besaran tarif sewa

pada masa mendatang;

2. sebagai sumber penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemanfaatan

ruang gedung pemerintahan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I merupakan

pendahuluan, mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian,

rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan landasan teori, mencakup tentang

teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III

(13)

metoda pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, metoda

analisis data. Bab IV merupakan analisis data, yang menjabarkan deskripsi data

Gambar

Tabel 1.2 Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Kota Yogyakarta, 2013
Tabel 1.3 Distribusi PDRB per Kecamatan terhadap Total PDRB Kota Yogyakarta, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, Peradilan Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang putusannya ditentukan pada Mahkamah Syar’iyah Kota atau Kabupaten untuk tingkat pertama

Berdasarkan Tabel 1.10 dapat terlihat bahwa business meeting merupakan segmentasi yang menghasilkan income terbesar bagi Hotel Panghegar Bandung, walaupun pada Tahun 2009

a) Pimpinan tertinggi PD/Unit Kerja mempunyai kewenangan mengakses seluruh arsip vital. b) Pimpinan tingkat tinggi satu tingkat dibawah pimpinan tertinggi PD/Unit Kerja

selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta, serta selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah sabar membimbing, meluangkan waktu, memberikan

Setelah sumber-sumber dan akar penyebab masalah cacat shuttlecock yaitu terdapatnya keseimbangan laju shuttlecock goyah diketahui, maka perlu dilakukan suatu

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah beban yang dialami dan dirasakan keluarga dalam merawat penderita dengan skizofrenia memiliki korelasi yang positif terhadap

(1) Berdasarkan laporan Kepala kas Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) pada setiap akhir tahun Kepala Baitul Mal Kabupaten mengajukan Surat

Pengamatan rata-rata total eritrosit menurun ketika pasca uji tantang, hal ini diduga karena ikan yang telah diuji tantang sudah terinfeksi bakteri yang merusak