• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPUBLIK INDONESIA. psikotropika, dan prekursor menimbulkan bahaya nyata terhadap stabilitas dan keamanan bangsa dan masyarakat kedua negara;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPUBLIK INDONESIA. psikotropika, dan prekursor menimbulkan bahaya nyata terhadap stabilitas dan keamanan bangsa dan masyarakat kedua negara;"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

PEMERINT AH REPUBLIK FEDERAL NIGERIA

TENT ANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANT ASAN PRODUKSI, MANUFAKTUR, DAN PERDAGANGAN GELAP NARKOTIKA,

BAHAN-BAHAN PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Nigeria, selanjutnya secara individual disebut sebagai "Pihak" dan secara kolektif disebut sebagai "Para Pihak";

Mengakui bahwa produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkotika, bahan-bahan psikotropika, dan prekursor serta penyalahgunaannya menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan manusia, serta merusak tatanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari masyarakat;

Menyadari produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkotika, bahan-bahan psikotropika, dan prekursor menimbulkan bahaya nyata terhadap stabilitas dan keamanan bangsa dan masyarakat kedua negara;

Menyadari keuntungan dan pentingnya koordinasi serta kerja sama dalam memerangi produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkotika, bahan-bahan psikotropika, dan prekursor;

(2)

Berkeinginan untuk meningkatkan dan memperkuat kerja sama yang lebih erat dalam memerangi kejahatan sebagaimana tersebut di atas

Berpedoman pada ketentuan konvensi internasional tentang pengawasan narkoba yang berlaku untuk kedua Pihak;

Mengakui pentingnya prinsip kedaulatan, kesetaraan, dan hak integritas teritorial;

Berdasarkan pada hukum dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara;

Telah menyepakati sebagai berikut;

Pasal1 Tujuan

Tujuan Memorandum Saling Pengertian ini adalah kerja sama di bidang pemberantasan produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkotika, bahan-bahan psikotropika, dan prekursor (selanjutnya disebut sebagai "narkoba"), sebagaimana ditetapkan dalam Konvensi-Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Pengawasan Narkoba secara lnternasional.

Pasal2

Ruang Lingkup Kerja Sama

Ruang lingkup utama kerja sama kedua Pihak adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan penyediaan dan permintaan narkoba sekaligus meningkatkan upaya penanggulangan;

b. Mengambil langkah-langkah bersama untuk memberantas sumber-sumber penyediaan narkoba gelap, termasuk langkah-langkah yang dapat membatasi akses para pengedar potensial pada wilayah Para Pihak;

(3)

c. Bekerjasama dalam menekan produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkoba, serta kerja sama yang erat dan terkoordinasi di forum regional dan internasional;

d. Saling tukar pengalaman tentang metode pencarian dan penyitaan narkoba yang disembunyikan;

e. Saling tukar pengalaman dan informasi tentang metode dan modus operandi yang digunakan pengedar narkoba;

f. Saling tukar informasi mengenai jaringan dan orang-orang yang terlibat atau diduga terlibat atau ditahan karena produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkoba, serta mengenai jalur baru lalu lintas narkoba;

g. Penggunaan peralatan teknis baru dalam kursus pelatihan dan saling tukar teknologi modern dalam mendeteksi narkoba gelap;

h. Menyediakan informasi mengenai jenis-jenis baru narkoba;

i. Saling tukar informasi dan pengalaman mengenai program penyuluhan yang efektif bagi badan-badan pelaksana, organisasi-organisasi dan orang-orang yang terlibat dalam kampanye anti narkoba.

j. Saling tukar informasi dan pengalaman mengenai produk legislasi dan ifnormasi terkait praktik peradilan pada bidang pada bidang pemberantasan produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkoba;

k. Saling tukar informasi dan pengalaman mengenai perlakuan dan rehabilitasi yang efektif bagi para pecandu;

I. Saling tukar hasil riset, publikasi ilmu pengetahuan, buletin khusus, film dan alat penyuluhan lain dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba guna meningkatkan kesadaran masyarakat;

(4)

m. Lingkup kerja sama lainnya yang menjadi perhatian bersama dalam bidang produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkoba.

Pasal3

Pengiriman yang Diawasi

Para pihak akan, sesuai dengan kewajiban internasional dan peraturan nasionalnya bekerjasama dalam pelaksanaan Teknik Pengiriman yang Diawasi dan kegiatan operasional lainnya.

Pasal4 Penyitaan Aset

Para Pihak, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negaranya, saling bekerja sama dan melakukan upaya-upaya yang sekiranya diperlukan guna mengindentifikasi, merampas, membekukan atau menyita hasil-hasil yang diperoleh dari produksi, manufaktur, dan perdagangan gelap narkoba dan kejahatan pencucian uang yang terkait, serta yang berasal dari kejahatan finansial lainnya.

Pasal5

Kerahasiaan lnformasi dan Dokumen

lnformasi dan dokumen-dokumen yang diperoleh sehubungan dengan Memorandum Saling Pengertian ini harus dijaga kerahasiaannya apabila diminta dan dipergunakan sesuai dengan tujuan-tujua yang ditetapkan oleh Pihak yang memberikan. lnformasi dan dokumen-dokumen tersebut tidak dapat dialihkan ke pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Pihak yang memberikan.

(5)

Pasaf 6

Pertemuan-pertemuan

1. Untuk meninjau secara berkala situasi yang terkait dengan narkoba dan kemajuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian ini, Para Pihak sepakat untuk menjadi tuan rumah pertemuan tahunan secara bergantian. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, upaya-upaya bersama yang sedang berlangsung akan ditinjau dan ruang lingkup kerja sama yang baru akan diidentifikasi dan dikembangkan.

2. Apabila dibutuhkan, pertemuan-pertemuan khusus dapat diselenggarakan.

Pasal7

Norma lnternasional dan Hukum Nasional

Pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian ini tunduk pada norma-norma internasional dan peraturan nasional dari masing-masing Pihak, serta tidak akan mempengaruhi hak-hak dan komitmen kedua Pihak, yang berasal dari konvensi-konvensi internasional.

Pasaf 8 Sadan Pelaksana

Badan berwenang yang bertanggung jawab bagi pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian ini adalah sebagaimana ditentukan di bawah ini:

1. Untuk Pemerintah Republik Indonesia: Badan Narkotika Nasional

2. Untuk Pemerintah Republik Federal Nigeria: Nigeria National Drug Law Enforcement Agency

(6)

Masing-masing pihak akan menunjuk focal point, untuk melakukan komunikasi langsung secara tertulis.

Pasal9 Amendemen

Para Pihak dapat meninjau kembali atau mengubah setiap bagian apapun dari Memorandum Saling Pengertian ini kesepakatan bersama secara tertulis dan perubahan tersebut akan mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan oleh Para Pihak serta akan menjadi bagian yang integral dari Memorandum Saling Pengertian ini.

Pasal10

Penyelesaian Perselisihan

Setiap perbedaan atau perselisihan yang timbul dari penafsiran atas Memorandum Saling Pengertian ini akan diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan/atau negosiasi.

Pasal11

Pemberlakuan, Masa berlaku dan Pengakhiran

1. Memorandum Saling Pengertian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganan.

2. Memorandum Saling Pengertian ini akan berlaku selama 5 (lima) tahun dan akan diperpanjang secara otomatis untuk masa berlaku yang sama, kecuali jika salah satu Pihak berkeinginan untuk menghentikan kesepakatan tersebut dengan pemberitahuan tertulis paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tanggal habis masa berlaku Memorandum Saling Pengertian ini.

(7)

3. Pengakhiran Memorandum Saling Pengertian ini tidak akan mempengaruhi keabsahan dan masa berlaku dari program-program atau kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung di bawah Memorandum Saling Pengertian ini.

Sebagai bukti, yang bertanda tangan di bawah ini, telah diberikan wewenang oleh Pemerintahnya masing-masing, telah menandatangani dan menyegel Memorandum Saling Pengertian ini dalam dua salinan asli dalam bahasa Indonesia dan lnggris, kedua naskah sama aslinya. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah bahasa lnggris yang berlaku.

DITANDATANGANI DI ABUJA TANGGAL ...

?.:-: ...

BULAN FEBRUARI, 2013 UNTUK PEMERINTAH REPUBLlikmOONESIA

Signed

Dr. R.M. Ma UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL NIGERIA

Signed

Duta Besar Olugbenga A. Ashiru Yang Mulia Menteri Luar Negeri

(8)

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BETWEEN

THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND

THE GOVERNMENT OF THE FEDERAL REPUBLIC OF NIGERIA

ON

THE COOPERATION IN COMBATING ILLICIT PRODUCTION

,

MANUFACTURE, AND TRAFFICKING IN NARCOTIC DRUGS,

(9)

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Federal Republic of Nigeria, hereinafter referred to individually as "the Party" and collectively referred to as "the Parties";

RECOGNIZING that illicit production, manufacture, and trafficking in narcotic drugs, psychotropic substances, and its precursors as well as their abuse pose a serious threat to the health, security and welfare of human beings, and adversely affect the economic, social, cultural, and political foundations of the society;

REALIZING that illicit production, manufacture, and trafficking in narcotic drugs, psychotropic substances, and its precursors pose a real danger to the stability and security of the Nations and the peoples of the two countries;

BEING conscious of the mutual benefit and the importance of coordination and cooperation in combating illicit production, manufacture, and trafficking in narcotic drugs, psychotropic substances, and its precursors;

DESIRING to enhance and strengthen closer cooperation in combating the above mentioned crimes;

GUIDED by the provisions of the international drug control conventions applicable to both Parties;

RECOGNIZING the importance of the principle of sovereignty, equality and territorial integrity;

PURSUANT to the prevailing laws and regulations of the respective countries; Have agreed as follows;

(10)

/

Article 1

Objective

The Objective of this Memorandum of Understanding is the cooperation in the field of combating illicit production, manufacture, trafficking and abuse of narcotic drugs, psychotropic substances, and its precursors (hereinafter referred to as "drugs"), as defined by the United Nations International Drug

Control Conventions.

Article 2

Areas of Cooperation

The main areas of cooperation between the Parties are as follows:

a. Drug supply and demand reduction as well as improving counter measures;

b. Taking joint measures to eliminate illicit drug supply resources including measures that can limit access of the potential drug traffickers to the territories of both parties

c. Collaborating on suppression of illicit drug production manufacture and trafficking as well as close and coordinated cooperation in regional and

international arena;

d. Exchange of experiences on the methods of search and seizure of

concealed drugs;

e. Exchange of experiences and information on the methods and modus

operandi used by drug traffickers

f. Exchange of information on networks and persons involved in or suspected

to be involved in or arrested for illicit drug production, manufacture, trafficking and on new routes of illicit drugs;

(11)

g. Applying new technical instrument in training courses and exchange of modern technologies in detecting illicit drugs;

h. Providing information on new types of drugs;

i. Exchange of information and experiences on effective educational programs

for the agencies, organizations and persons involved in anti drug campaigns.

j. Exchange of information and experiences on the legislation and judicial

practices in the field of combating illicit drug production manufacture and trafficking;

k. Exchange of information and experiences on effective treatment and rehabilitation of addicts;

I. Exchange of research product, scientific publications, special bulletins, films and other educational means on drug abuse prevention for the promotion of public awareness;

m. Other areas of common concern in the field of illicit production, Manufacture, and trafficking of drugs.

Article 3 Controlled Delivery

The parties will, in accordance with national legislations and international obligations cooperate in the implementation of Controlled Delivery Technique and other operational activities.

~/

Cif{(_)

(12)

Article 4

Confiscation of Assets

The Parties shall consistent with the relevant laws of their States mutually cooperate and adopt measures as necessary to identify, seize, freeze or effect confiscation of proceeds derived from illicit drug production, manufacture, trafficking and related money laundering and other related financial crimes.

Article 5

Secrecy of Information and Documents

The information and documents obtained in accordance with this Memorandum

of Understanding shall be kept confidential when so requested and be used in compliance with the purposes, determined by the providing party. The information and documents shall not be transmitted to a third party without prior written authorization from the providing party.

Article 6 Meetings

1. In order to review periodically the situation dealing with the drugs and progress made in implementation of this Memorandum of Understanding, the Parties agree to host alternatively the meeting

annually. In these meetings, on-going joint efforts shall be reviewed and

new areas for cooperation shall be identified and developed.

2. In case of necessity, extraordinary meetings may be convened.

Article 7

International Norms and National Legislation

The implementation of this Memorandum of Understanding is subject to international norms and national legislation of each Party and shall not affect

(13)

the rights and undertaking of the Parties, derived from International Conventions.

Article 8

Implementing Agency

The Competent authorities responsible for implementation of this Memorandum of Understanding are as indicated hereunder:

1. For the Government of the Republic of Indonesia: National Narcotic Board

2. For the Government of the Federal Republic of Nigeria : National Drug Law Enforcement Agency

Each party shall introduce a focal point, to direct contacts by a written notice.

Article 9 Amendment

The Parties may review or amend any part of this Memorandum of Understanding by mutual consent in writing and such amendment shall come into force on such date as determined by the Parties and shall form as an integral part of this Memorandum of Understanding

Article 10 Settlement of dispute

Any difference or dispute arising out on the interpretation of this Memorandum of Understanding shall be settled amicably through consultations and/or negotiations.

(14)

Article 11

Entry into Force, Duration and Termination

1. This Memorandum of Understanding shall enter into force on the date of its signing.

2. This Memorandum of Understanding shall remain in force for the period of 5 (five) years and shall be automatically renewed for the same period unless either Party notifies in writing through diplomatic channel of its intention to terminate this Memorandum of Understanding 6 (six) months prior to such termination.

3. The termination of this Memorandum of Understanding shall not affect the validity and duration of any on - going programs or activities made under this Memorandum of Understanding.

In Witness Whereof, the undersigned, being duly authorized by their

respective Governments, have signed and sealed this Memorandum of

Understanding in two original texts, in the Indonesian and English languages, both texts being equally authentic. In case of any divergence, the English text shall prevail.

~

DONE AT ABUJA THIS ... DAY OF FEBRUARY, 2013.

FOR Tl/E GOVERNMENT OF THE FOR THE GOVERNMENT OF THE

RiPUBUt OF INDONESIA FEDERAL REPUBLIC OF: NIGERIA

Signed

Signed

Fcsreign Affairs

Honourable Minister of Foreign Affairs

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyebaran kuesioner kepada pengguna layanan jasa pos di Kantor Pos Kota Metro yang menjadi objek penelitian, dilakukan selama satu minggu dan waktu

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jarak genetik kuda Indonesia dengan kuda dari data genbank cukup jauh terutama kuda Korea dan kuda dari Australia yang memiliki basa

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan komunikasi terapeutik (SP 1-4) pada 50 responden penderita defisit perawatan diri yang dirawat inap di RSJD Dr.Amino

Non Aplicable UD Ananda Pratama tidak menerima bahan baku kayu bekas/hasil bongkaran, seluruh bahan baku yang diterima berupa kayu bulat hutan hak.h. Dokumen angkutan berupa Nota

n Hasil interpretasi peta anomali Bouguer daerah Sumatra Selatan yang memperlihatkan anomali tinggi pada umumnya menempati daerah bagian selatan dan barat yang di

skala kabupaten. 20) tugas dan memantau bawahan berkaitan dengan penerimaan, penyampaian informasi berita sandi dan berita-berita lainnya. 21) Membina, membagi tugas dan

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ronawati Tjandra (2007) menemukan bahwa locus of control memoderasi pengaruh Computer Anxiety terhadap Kemahiran Penggunaan

Setelah dilakukannya audit independen yang selesai pada bulan September tahun 2014, SUR tersebut belum bisa langsung di serah terimakan yang pertama kepada