• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada

dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan juga

mulai diajarkan di Sekolah Dasar namun mulai diajarkannya di kelas III semester 2 sesuai

standar isi pada KTSP.

Pecahan termasuk bagian dari matematika yang diajarkan di jenjang sekolah dasar dan

masih banyak yang menjadi permasalahan dalam pembelajarannya. Melalui tulisan ini dicoba

untuk memberikan gambaran konsep tentang beberapa kaidah dalam pecahan. Konsep yang

dimaksud diantaranya mengapa pada penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berbeda

penyebut untuk dapat melakukan operasinya harus disamakan dahulu penyebut-penyebutnya,

mengapa pada perkalian dua pecahan hasilnya sama dengan pecahan yang pembilangnya sama

dengan hasil kali pembilang pada pecahan-pecahan asal dan penyebutnya juga sama dengan

pecahan yang penyebutnya sama dengan hasil kali penyebut pada pecahan-pecahan asal.

Masalah lainnya adalah mengapa hasil bagi dua pecahan hasilnya sama dengan perkalian

antara pecahan pertama dengan pecahan kedua yang penyebutnya dibalik.

Sebagai bahasa tulis konsep-kosep yang dikemukakan diusahakan dimulai dari tahapan

semi kongkrit (econic) dan diakhiri dengan tahapan abstrak. Harapannya dengan kedua tahapan

itu teman-teman guru sudah akan mampu untuk menerimanya dengan baik demikian pula

dalam menyampaikan pembelajarannya kepada para muridnya.

Pembelajaran konsep-konsep pecahan didesaian sesuai dengan tahapan pembelajaran

Bruner yakni dengan tanpa memandang usia pembelajaran matematika akan sukses diterima

peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan semi kongkrit

(econic), dan terakhir tahapan abstrak (symbolic). Menurut Bruner jika pembelajaran yang

diberikan kepada peserta didik dilakukan melalui ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka

(peserta didik) akan mampu mengembangkan pengetahuannya jauh melampaui apa yang

pernah mereka terima dari gurunya.

Menurut Bruner (Jerome Bruner, 1915 – ) seorang psikolog berkebangsaan Amerika

dengan tanpa memandang usia/kelompok usia pembelajaran matematika akan sukses diterima

peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan semi kongkrit

(econic), dan terakhir tahapan abstrak (symbolic). Menurut Bruner jika pembelajaran yang

diberikan kepada peserta didik dilakukan melalui ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka

(peserta didik) akan mampu mengembangkan pengetahuannya jauh melampaui apa yang

pernah mereka terima dari gurunya.

B.

TUJUAN

Mengenalkan kaidah/konsep-konsep pengukuran keliling dan luas agar para peserta lebih

mampu dan lebih kompeten dalam membelajarkan pecahan kepada para siswanya.

C.

RUANG LINGKUP

(2)

Bab II

PENGUKURAN KELILING DAN LUAS

A. Konsep Keliling

Jika kita susuri bangun ABCD dimulai dari titik sudut A menuju

B, dilanjutkan ke C, terus ke D, dan kembali lagi ke titik A. Ada

berapa satuan panjang/jarak yang kita lalui?

Jawabnya adalah

Dengan cara membilang satuan panjang/jarak itu satu demi satu

mulai dari titik A menuju B, dilanjutkan ke C, terus ke D, dan

kembali ke A seperti yang diperagakan di samping, maka

keliling bangun ABCD = 10 satuan.

Cara lain dalam menentukan keliling ABCD adalah dengan

penalaran bahwa:

Keliling ABCD = AB + BC + CD + DA

= 3 + 2 + 3 + 2

= 10 satuan.

Jika bangun ABCD mempunyai ukuran panjang p dan lebar ℓ,

bagaimana kelilingnya?

Jawabnya tentu

Keliling ABCD = AB + BC + CD + DA

=

p +

ℓ +

p +

= 2 (p + ℓ).

Jadi

Keliling ABCD = 2 (p + ℓ)

Secara matematika didefinisikan bahwa

Keliling suatu bangun adalah banyaknya satuan panjang yang digunakan untuk

mengelilingi bangun itu secara penuh mulai dari suatu titik pada tepian bangun

itu hingga kembali ke titik itu.

A B C D 1 A B C D 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D 3 2 3 2 p A B C D p

(3)

B. Konsep Luas

Jika satu petak yang digambarkan adalah satu satuan luas,

berapa luas bangun ABCD?

Jawabnya adalah

Dengan cara membilang satuan luas bangun itu satu demi satu

seperti yang digambarkan pada peragaan, maka luas bangun

ABCD = 6 satuan.

Cara lain untuk membayangkan perhitungan luas bangun ABCD adalah dengan penalaran

sebagai berikut

Dengan melihat pola yang ditunjukkan, diperoleh kesimpulan umum bahwa

Jika ukuran panjang dan lebar persegi panjang ABCD

berturut-turut adalah p dan

ℓ, maka

Luas persegi panjang ABCD adalah L = p ×

Jika ukuran alas dan tinggi persegi panjang ABCD

berturut-turut adalah a dan t, maka

Luas persegi panjang ABCD adalah L = a × t

A B C D

= 1 satuan luas

A B C D 1 2 3 4 5 6

2

2

2

Luas gabungan = 2 + 2 + 2 = 3 × 2 A B C D 3 2

Luas ABCD = 6 petak = 3 × 2

A B C D p

A B C D

t

(4)

Dengan berbekal rumus luas persegi panjang tersebut di atas, kita dapat menurunkan

rumus-rumus luas bagun-bangun datar lainnya. Kronologi penurunan rumus-rumus-rumus-rumus yang dimaksud

adalah seperti berikut.

C. Penurunan Rumus Luas

Caranya:

No

Gambar semula

Teknik menggunting/

memotong

Rangkaian bangun yang

dikehendaki

1.

2.

3.

4.

L jajar genjang =

2 1

at, maka

L  semula =

2 1

a  t

A

B

C

D

t

a

A

B

t

a

L  =

2 1

at

A

B

C

D

t

a

A

B

C

D

t

a E

A

D = C

B

E

L  =

2 1

at

C

t

A

a

B

C

2 1

t

A

a

B

E

D

2 1

t

C = A

a 2 1

t

E

D

D

B

D

D

A

B

C

D

t

a

A

B

C

t

E

A

B

C

t

E

a

t

L = at

Luas persegi panjang Luas persegi

L  lancip

L  siku-siku L jajar genjang

L trapesium L  tumpul

(5)

5.

L jajar genjang = (a+b)

2 1

t,

maka

L trap. semula = (a + b) 

2 1

t

D. PENGUKURAN NILAI  (PI)

Dalam matematika didefinisikan/disepakati bahwa  =

diameter lingkaran Keliling

.

Besarnya nilai

 tidak pernah dapat dinyatakan secara tepat baik dalam bentuk pecahan

biasa maupun pecahan desimal. Untuk menentukan besarnya nilai  dengan cara mengukur dan

menghitung perbandingan dapat disiapkan meteran kain, penggaris dan benda-benda di sekitar

yang memuat bentuk lingkaran. Berikut adalah LKS penurunan nilai

 dalam bentuk tabel

(dapat ditulis di papan tulis).

No.

Obyek

Keliling

(dalam cm)

Diameter

(dalam cm)

Keliling

diameter

1

2

4

5

6

7

8

Cangkir

Gelas

Kaleng bekas sarden

Bekas bungkus bedak bayi

Kaleng susu ukuran kecil

Kaleng susu ukuran besar

Kaleng Biskuit

31,4

10

3,14

Keterangan

Dalam menghitung nilai keliling dibagi diameter untuk masing-masing obyek eksperimen

(cangkir, gelas, dst) boleh mennggunakan kalkulator, sebab tujuan pembelajarannya adalah

mengenal besarnya nilai  bukan mengenal pembagian dalam bentuk panjang.

Hasil yang paling tepat adalah  = 3,14 atau  =

7 22

.

A

B

D

a

C

t b

A

B

D

a

C

t b 2 1

t

2 1

t

a

A

B

b 2 1

t

(6)

E. KELILING DAN LUAS LINGKARAN

(1) Dari definisi  =

diameter lingkaran Keliling

, akan kita peroleh

Keliling Lingkaran = 

diameter = 2r = 2 r sehingga K = 2 r

(2) Luas Lingkaran

Pertama lingkaran kita bagi ke dalam 4 bagian yang sama/seukuran. Salah satu bagiannya

kita bagi lagi menjadi 2 bagian yang sama. Setelah dirangkai ternyata bentuk rangkaiannya

masih belum mirip sama sekali dengan bangun persegi panjang. Namun setelah cara yang sama

dilakukan dengan membagi lingkaran itu ke dalam 8 bagian dan kemudian ke dalam 16 bagian

yang sama/seukuran maka semakin tampak bahwa semakin banyak pembagiannya, bentuk

rangkaiannya semakin mendekati bentuk persegi panjang. Oleh karena itu maka luas lingkaran

di sebelah kiri akan semakin mendekati luas persegipanjang di sebelah kanannya. Perhatikan.

Dengan pembagian yang semakin banyak maka panjang rangkaiannya semakin mendekati

setengah keliling lingkaran (ditulis ”p

21

keliling”). Karena p

21

keliling, maka p

πr.

Sehingga untuk pembagian tak terhingga akan diperoleh panjang p = πr. Dengan demikian

maka luas lingkaran menjadi

L = p ×

ℓ = πr  r = πr

2

atau

(2)

(3)

(1)

r  12 keliling = 21  πd ; d = 2r = 21  π (2r) = πr

(7)

1. Istilah luas lingkaran, dalam kehidupan sehari-hari maksud sebenarnya adalah

”luas daerah lingkaran”, sebab kalau lingkaran sendiri hanya berupa garis (dalam

hal ini garis lengkung). Kalau garis maka luasnya = 0, padahal yang dimaksud

bukan garisnya melainkan daerahnya.

2. Dalam kehidupan sehari-hari nilai π yang digunakan adalah

227

jika ukuran jari-jari

lingkarannya berupa bilangan kelipatan 7. Jika bukan kelipatan 7 digunakan nilai π

= 3,14.

L

lingkaran

=

πr

2

, dengan

 =

227

untuk jari-jari

r kelipatan 7

, atau

 = 3,14 untuk jari-jari

r

yang

bukan kelipatan 7

.

Catatan

Dengan ditemukannya luas lingkaran dan aturan perhitungannya seperti di atas,

perhitungan areal rerumputan yang dapat dimakan oleh kambing yang diceritakan di awal

permasalahan yang ditanyakan adalah seperti berikut.

(8)

BAB III

PENGUKURAN VOLUM (SECARA INDUKTIF)

A.

PENGERTIAN BERPIKIR INDUKTIF

Berpikir induktif dalam matematika diartikan sebagai berpikir dari unsur-unsur atau

pola-pola menuju ke suatu generalisasi (kesimpulan yang bersifat umum). Kebenaran suatu

pernyataan matematika secara induktif diturunkan berdasarkan hasil eksperimen dan

pengamatan pola setelah diadakan abstraksi dan idealisasi (Wirasto, 1982). Abstraksi

adalah anggapan di alam pikiran bahwa obyeknya ada, sedangkan idealisasi adalah

anggapan bahwa obyeknya ideal (sempurna dalam segala hal).

B.

VOLUM BANGUN RUANG

1.

Konsep/definisi

Isi (volum) suatu bejana (bangun ruang berongga) ialah banyaknya takaran yang dapat

digunakan untuk memenuhi bejana itu.

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan bejana ialah bangun ruang berongga

dengan ruangan dalam rongganya dapat diisi dengan zat cair, beras, pasir dan

sebagainya. Karena bejana merupakan bangun ruang yang memiliki keteraturan maka

bentuk bejana dapat berupa:

-

toples

-

termos

-

tangki

-

bak mandi

-

tandon air

-

kolam renang, dan sebagainya

Sedangkan satuan volum/satuan penakarnya berupa bejana lain yang biasanya

memiliki ukuran yang lebih kecil. Satuan penakar dapat berupa:

-

cangkir

-

gelas

-

tabung takaran bensin 1 literan,

2 1

literan, 2 literan dan seterusnya

-

kubus-kubus satuan, dan lain-lain.

Contoh 1

Apabila sebuah toples

a) dapat dipenuhi dengan air sebanyak 15 cangkir kurang sedikit maka dikatakan

(setelah dibulatkan) bahwa:

Volum toples = 15 cangkir

b) dapat dipenuhi dengan air sebanyak 8 gelas lebih sedikit maka dikatakan (setelah

dibulatkan) bahwa:

(9)

Contoh 1 ini memberikan penanaman konsep kepada anak akan arti volum sebagai

banyaknya satuan penakar yang dapat digunakan untuk mengisi bejana itu hingga

penuh.

Contoh 2

(A) (B) (C)

Gambar (A) : Keadaan balok transparan kosong

Gambar (B) : Keadaan balok transparan setelah diisi/ditakar dengan

kubus satuan (satuan takaran berupa kubus)

Gambar (C) : Satuan takaran (berupa kubus) yang digunakan.

Dengan mengisikan kubus-kubus satuan ke dalam balok transparan pada gambar

(A) satu demi satu (diperagakan di hadapan siswa) hingga penuh (gambar B) dan

melakukan penghitungan satu, dua, tiga, … dan seterusnya, ternyata hitungan

terakhirnya 24. Ini berarti isi balok (gambar B) adalah 24 satuan kubus. Guru

dapat mempertegas dengan menulis di papan tulis bahwa:

panjang = 1 cm

lebar = 1 cm 1 satuan kubus = 1 cm kubik = 1 cm

3

tinggi = 1 cm

p = 1 dm

 = 1 dm 1 satuan kubus = 1 dm kubik = 1 dm

3

t = 1 dm

Untuk selanjutnya disepakati bahwa:

Besaran:

1 (satu) liter ialah satuan ukuran volum yang setara dengan kubus satuan

berukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 1 (satu) desimeter.

Sejalan dengan kedua contoh satuan kubus di atas siswa kemudian diajak

menyimpulkan bahwa satu meter kubik adalah satuan volum berbentuk kubus

dengan ukuran:

Gb. 1 1 dm 1 dm 1 dm 1 cm 1 cm1 cm Gb. 2b Gb. 2a

(10)

panjang = 1 meter

lebar

= 1 meter

tinggi

= 1 meter

Sebagai pengetahuan tentang satuan volum tak baku kepada siswa dapat diberikan

contoh antara lain sebagai berikut:

a) Satuan volum tak baku:

Misal cangkir, gelas, mangkuk, ember dan lain-lain, yaitu satuan alat takar

yang belum diketahui ukurannya berdasarkan satuan ukuran baku.

b) Satuan volum baku:

Adalah alat penakar yang sudah diketahui ukuran volumnya misalkan:

-

takaran bensin (bentuk tabung) satu literan, dua literan, empat literan dan

ada lagi

5 1

literan,

4 1

literan,

2

1

literan dan lain-lain.

-

Gelas-gelas ukur yang di dalamnya terdapat skala-skala ketinggian yang

menyatakan volum.

-

Meteran (angka bergerak) pada pompa bensin dan sejenisnya, Meteran

ukur volum seperti ini hanya berlaku untuk zat cair (air, minyak, alkohol,

tiner dsb.) karena gerakan angkanya berdasarkan atas kecepatan (debit)

dari zat cair yang dialirkan.

Keterangan:

Debit zat cair ialah volum zat cair yang dapat dialirkan melalui selang (pipa) per

satuan waktu (detik, per menit, per jam dan sebagainya).

C. PENURUNAN RUMUS-RUMUS VOLUME BANGUN RUANG LAINNYA

1. Volume Balok/ Prisma Tegak Segi Empat

Untuk memberikan penalaran dalam memperoleh rumus-rumus volum secara induktif

digunakan alat peraga kubus-kubus satuan. Harapannya dengan melakukan praktek

langsung atas arahan guru siswa akhirnya dapat menyimpulkan sendiri bahwa volum balok

yang ukuran panjang rusuk alasnya p, lebar rusuk alasnya , dan tinggi rusuk tegaknya t

adalah

V = p    t.

Jika siswa dapat menyimpulkan sendiri seperti itu maka kompetensi yang diharapkan

dapat tercapai. Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dengan menggunakan peraga

(kubus-kubus satuan) itu kepada siswa SMP antara lain adalah seperti berikut.

Langkah 1

Dengan sejumlah kubus satuan yang tersedia (misal sebanyak 50 kubus satuan), siswa/

kelompok siswa (sebanyak 3 orang) diminta membentuk sebuah balok menggunakan 8

kubus satuan. Setelah terbentuk misalnya seperti gambar 4a.

1 m

1 m 1 m

(11)

Tanyakan kepada siswa/kelompok siswa tersebut, apakah balok yang mungkin hanya itu

saja?

Jawaban yang diharapkan adalah tidak.

Kalau tidak kemungkinan lainnya bentuknya seperti apa?

Kemungkinan yang lain bentuknya seperti pada gambar 4b berikut ini.

Langkah 2

Siswa diminta membentuk balok seperti gambar 4a sebanyak 3 buah

Guru mengatakan bahwa ketiga balok itu (gambar 5a) masing-masing disebut balok satu

lapis.

Langkah 3

Siswa diminta membentuk balok baru yang terdiri dari 2 lapis.

Jawaban yang diharapkan adalah seperti gambar 5b berikut.

Kepada siswa/kelompok siswa tersebut kemudian ditanyakan berapa volume balok yang

sekarang ini? (Gb. 5a).

Jawaban yang diharapkan adalah 16 (“penalarannya dari lapis pertama 8 ditambah lapis

kedua 8)

Langkah 4

Siswa diminta menambah lapisannya menjadi 3 lapis.

Jawaban yang diharapkan adalah seperti gambar 5c berikut.

Gb. 4a

Gb. 4b

Gb. 5a

(12)

Kepada siswa/kelompok siswa tersebut kemudian ditanyakan sekarang berapa volume

balok yang terbaru ini?

Jawaban yang diharapkan adalah 24 (“penalarannya dari lapis pertama 8 ditambah lapis

kedua 8 dan lapis ketiga 8 atau yang 2 lapis sebelumnya 16 ditambah lapis yang ketiga

8”)

Langkah 5

Tanyakan kepada mereka (siswa/kelompok siswa) “ jika banyaknya lapis ada 10 berapa

volumenya, bagaimana jika banyaknya lapis ada 100? jika kita menganggap

pembentukan lapisannya tak pernah runtuh.

Jawaban yang diharapkan adalah

1 lapis volumenya 8 satuan 10 lapis volumenya 80 satuan, dan

100 lapis volumenya 800 satuan.

Langkah 6

Tanyakan kepada siswa berapa volume balok untuk masing-masing gambar berikut

Jawaban yang diharapkan

(a) Volumenya V = 3  2  5 = 30

(b) Volumenya V = 10  5  15 = 750

(c) Volumenya V = p    t.

Terakhir guru memberikan penguatan bahwa volume balok yang ukuran rusuk-rusuk

alasnya p dan  sedangkan tingginya t adalah

V = p    t

……. (1)

Selanjutnya karena p

  adalah luas alas balok/prisma tegak, maka rumus (1) di atas

sama dengan bila ditulis dalam bentuk

V = At dengan A = p  

…. (2)

Gb. 6 5 15 10 p

t

(a) (b) (c)

(13)

A = luas alas balok dan t = tinggi balok

Cara lain yang dapat dilakukan guru dalam mengkonstruksi penemuan rumus volume

balok di atas juga dapat dilakukan dengan memberikan lembar kerja seperti berikut.

LKS(Lembar Kerja Siswa)

Isikan jawabanmu pada titik-titik yang disediakan berikut ini.

Perhatikan isian pada kolom volume V dan kolom hasil kali p

   t. Apakah selalu

sama nilainya?

Jawaban yang diharapkan adalah ya.

Kalau ya apa kesimpulan yang dapat kalian (siswa) kemukakan?

Jawaban yang diharapkan adalah V = p

   t. Sehingga secara umum dapat

disimpulkan bahwa volume balok adalah

V = p    t

……. (1)

Gambar

Balok

No

Banyak

lapis

Volume

(Isi balok)

p    t

Ukuran

panjang (p), lebar(), dan tinggi (t)

p

t

2

3

4

10

1

1

2

3

4

8

4

2

1

8

100

(14)

p = panjang rusuk alas balok

 = lebar rusuk alas balok, dan

t = tinggi balok

Selanjutnya karena p

  adalah luas alas balok/prisma tegak, maka rumus (1) di atas

sama dengan bila ditulis dalam bentuk

V = At dengan A = p  

…. (2)

A = luas alas balok dan

t = tinggi balok

Setelah penurunan rumus volume balok ini penurunan rumus-rumus volume bangun

ruang lainnya dapat diturunkan secara mudah dan kronologis baik secara induktif

maupun deduktif. Penurunan rumus volume yang dimaksud adalah volume untuk

Kubus

Tabung

Prisma tegak segitiga siku-siku

Bola, dan

Prisma tegak segitiga sembarang

Limas segi banyak (segi-n)

Prisma tegak segibanyak (segi-n)

Skema penurunan rumus bangun-bangun ruang berikutnya dapat kita lihat pada bagan

berikut.

Penurunan Rumus-rumus Volum

Balok Kubus Prisma tegak segitiga siku-siku Prisma tegak segitiga sembarang Prisma tegak segi - n Tabung

(15)

2. Volum Kubus

Kubus merupakan keadaan khusus dari balok, yakni

balok yang ukuran rusuk-rusuknya sama panjang.

Jika ukuran panjang dari rusuk-rusuknya adalah a, maka

panjang rusuk alas, lebar rusuk alas, dan tinggi rusuk

tegak dari balok tersebut menjadi p = a,  = a, dan t = a,

sehingga volumenya menjadi

V = p    t = a  a  a = a

3

. Jadi khusus untuk kubus

volumenya adalah

V = a

3

a = panjang rusuk kubus

3. Volum Prisma Tegak Segitiga Siku-siku

Prisma tegak segitiga siku-siku diperoleh dari membelah balok

menjadi 2bagian yang sama melalui salah satu bidang diagonal

ruangnya (lihat gambar 8 di atas). Oleh sebab itu maka

V

prisma tegak segitiga siku-siku

=

2 1

dari volume balok

=

2 1

 p    t

= (

2 1

 p  )  t

= A  t

Jadi

V

prisma tegak segitiga siku-siku

= A  t

A = luas alas, alasnya berbentuk segitiga siku-siku

t = tinggi prisma.

a

a

a

Gb. 7 Gb. 8a

t

A

Gb. 8b

(16)

4. Volum Prisma Tegak Segitiga Sembarang

Prisma tegak segitiga sembarang diperoleh dari

merang-kai 2 prisma tegak segitiga siku-siku AP

1

C

1.

DQ

1

F

1

dan

prisma tegak segitiga siku-siku P

2

BC

2

.Q

2

EF

2

. Hasilnya

akan berupa prisma tegak segitiga sembarang ABC.DEF.

Jika A

1

dan A

2

berturut-turut adalah luas alas prisma tegak

segitiga siku-siku pertama dan kedua, sedang tinggi kedua

prisma sama, maka volume dari prisma tegak segitiga

sembarang yang dibentuknya yaitu prisma ABC.DEF

ada-lah

V = V

1

+ V

2

= A

1

t + A

2

t

= (A

1

+ A

2

) t

= A  t.

Jadi

V

prisma tegak segitiga sembarang

= A  t

A = luas alas, alasnya berbentuk segitiga siku-siku

t = tinggi prisma.

5. Volum Prisma Tegak Segi n

Prisma tegak segienam dapat disusun (dirangkai) dari 6

prisma tegak segitiga sembarang (lihat gambar 10). Jika

A

1

, A

2

, A

3

, … , A

n

berturut-turut menyatakanluas alas dari

masing-masing prisma tegak segitiga yang dimaksud,

sedangkan tinggi masing-masing prisma itu sama yakni t,

maka volume prisma tegak segienam tersebut adalah:

V = A

1

 t + A

2

 t + . . . + A

6

 t

= (A

1

+ A

2

+ . . . + A

6

)  t

= A  t.

t

A

2

A

1

t

Gb. 9a Gb. 9b

t

A

t

t

Gb. 9c

A

2

A

1

A

3

A

4

A

5

A

6

(17)

Dengan penalaran yang sama akan diperoleh :

V = A

1

 t + A

2

 t + . . . + A

n

 t

= (A

1

+ A

2

+ . . . + A

n

)  t

= A  t.

Jadi V

prisma tegak segi – n

= A  t ; A = luas alas prisma

t = tinggi prisma

6. Volum Tabung

Tabung dapat dipandang sebagai prisma tegak segi - n

beraturan dengan n tak terhingga. Oleh sebab itu maka

V

tabung

= V

prisma tegak segi - n

= A  t

= r

2

 t.

Jadi

V

tabung

= r

2

 t ;  =

7 22

 3,14

r = jari-jari tabung

t = tinggi tabung

7. Volum Kerucut

Untuk mencari rumus volume kerucut secara induktif dilakukan melalui peragaan

dengan menakar menggunakan alat takar berupa kerucut dan tabung pasangannya.

Yang dimaksud dengan tabung pasangannya adalah tabung yang luas alasnya

sama dengan luas alas kerucut dan tingginya juga sama dengan tinggi kerucut. Bahan

yang dapat digunakan dalam melakukan penakaran dapat berupa beras, jagung, atau

otek (sejenis gandum yang digunakan sebagai bahan makanan burung perkutut).

Gb. 10

r

t

Gb. 11

r

t

r

t

(18)

Darihasil praktek menakar ternyata isi tabung sama dengan 3(tiga) takar

menggunakan takaran kerucut. Itu berarti volume tabung sama dengan 3(tiga) kali

volume kerucut. Sehingga

V

tabung

= 3  V

kerucut

, atau V

kerucut

=

3 1

 V

tabung

=

3 1

 r

2

t.

Jadi

V

kerucut

=

3 1

r

2

t , atau

=

3 1

   r

2

 t; r = panjang jari-jari

t = tinggi kerucut

8. Volum dan Luas Permukaan Bola

Penurunan rumus volume dan luas permukaan bola secara induktif dilakukan melalui

peragaan dengan cara menakar menggunakan alat takar setengah bola untuk

ditakarkan ke tabung pasangannya. Yang dimaksud dengan tabung pasangannya

adalah tabung yang tepat melingkupi bola secara utuh, yakni tabung yang tepat

menyinggung bola di bagian atas, bagian bawah, dan bagian samping (lihat gambar

12).

V

tabung

= 3  V

setengah bola

, atau

V

setengah bola

=

3 1

 V

tabung

=

3 1

   r

2

 t

=

3 1

   r

2

 (2r)

=

3 2

   r

3

=

3 2

r

3

.

Karena

r

Gb. 12

r

(19)

V

21 bola

=

3 2

r

3

, maka bila kedua ruas kita kalikan dua akan diperoleh

V

bola

=

3

4

r

3

;  =

7

22

 3,14

r = panjang jari-jari bola

Terakhir penurunan luas permukaan bola secara induktif dapat dilakukan dengan

2(dua) cara yaitu (1) praktek kerja menggunakan sebuah jeruk, dan (2) praktek meliliti

bola menggunakan sumbu kompor hingga tepat melingkupi seluruh permu-kaan bola

dilanjutkan dengan melilitkan sumbu kompor yang tepat melingkupi permukaan bola

tadi untuk dililitkan ke tabung pasangannya.

Cara 1

Praktek kerja menggunakan sebuah jeruk.

Siswa diminta praktek menggunakan benda dalam kehidupan sehari-hari yang mirip

bentuknya dengan bola. Benda yang dimaksud adalah jeruk.

Siswa diminta kerja kelompok dengan jeruk yang disediakan untuk masing-masing

kelompok.

Cara kerja

o

Dalam kelompok siswa diminta menggambar di kertas polos gambar proyeksi

permukaan jeruk ke selembar kertas yang diletakkan di atas meja (lihat gambar

13)

o

Siswa diminta menggambar lagi lingkaran sebesar proyeksi permukaan jeruk tadi

sebanyak empat buah

o

Siswa diminta mengupas kulit jeruk itu mengunakan kuku

o

Siswa diminta mengisi lingkaran-lingkaran di atas dengan potongan-potongan

kecil hasil kupasan kulit jeruk hingga tepat seluruh permukaan kulit jeruk itu

terkupas. Tanyakan apa yang terjadi dengan hasil praktek tersebut.

(20)

o

Ajaib, ternyata hasil praktek menunjukkan kalau kulit jeruk itu tepat memenuhi

keempat lingkaran yang seukuran dengan lingkaran proyeksi jeruk itu ke alas.

Sehingga disimpulkan bahwa

Luas permukaan bola = 4  luas lingkaran, atau

L

permukaan bola

= 4r

2

, r = jari-jari bola

Cara 2

Praktek mengunakan sumbu kompor

Prinsip dalam praktek ini adalah sumbu kompor dililitkan ke sepanjang permukaan

bola. Ujung awal kita tandai demikian pula ujung akhir saat sumbu kompor tepat

melilit sepanjang permukaan bola.

Sumbu kompor yang dililitkan ke sepanjang permukaan bola tadi kemudian kita lepas

untuk selanjutnya kita lilitkan sepanjang permukaan selimut tabung (lihat gambar 14).

Hasil praktek menunjukkan bahwa panjang tali yang dililitkan sama. Hal itu berarti

bahwa luas permukaan bola sama dengan luas selimut tabung, atau

L

permukaan bola

= L

selimut tabung

= panjang lingkaran alas tabung dikalikan tinggi tabung

= 2r  2r

= 4r

2

.

9. Volume limas (Piramida)

Untuk menentukan rumus volume limas secara induktif dilakukan melalui peragaan

menakar menggunakan sebuah limas (sembarang limas) dan sebuah prisma

pasangannya.

Gb. 14

A

t

t

A

t

(21)

Yang dimaksud dengan prisma pasangannya adalah prisma yang alasnya kongruen

dengan alas limas dan tingginya sama dengan tinggi limas.

Dari hasil praktek ternyata isi prisma sama dengan 3(tiga) takar limas, sehingga:

V

prisma

= 3  V

limas

atau

V

limas

=

3 1

 V

prisma

=

3 1

 A  t.

Jadi

V

limas

=

3

1

 A  t ; A = luas alas limas

t = tinggi limas

(22)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aritmetika sosial di SD berdasarkan standar isi KTSP 2006 mulai diajarkan di kelas III

semester 1. Tepatnya pada kompetensi dasar (KD) 1.5 yakni “Memecahkan masalah

perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang”.

Mengingat lingkup bilangan yang dikenalkan maksimal 10.000 maka mata uang yang

dikenalkan maksimal juga sampai dengan Rp10.000,00. Karena mata uang yang ada dalam

kehidupan minimal Rp100,00 sementara tata cara penulisan mata uang adalah:

“menggunakan lambang Rp, angkanya tanpa spasi, dan diakhiri dengan 2 angka nol di

belakang koma”, maka dalam penulisan lambang nilai rupiahnya kita harus mengikuti

aturan tersebut.

Pengalaman selama ini kalau yang dibicarakan mengenai uang, anak cukup mengerti

namun akan lebih bagus lagi kalau kita ajarkan sesuai dengan psikologi pembelajaran dari

Bruner. Menurut Bruner tahapan pembelajaran matematika yang seharusnya adalah: (1)

enactive (kongkrit) yakni mengunakan obyek sesungguhnya, (2) econic (semi kongkrit)

yakni obyek sesungguhnya diganti gambar, dan diakhiri dengan (3) symbolic (abstrak)

yakni yang hanya berupa lambang seperti huruf-huruf saja, angka-angka saja, dan

tanda-tanda seperti

, : , + , – , >, <, dan =. Jika anak mengalami tahapan pembelajaran seperti

itu maka Bruner menjamin bahwa “anak akan mampu mengembangkan pengetahuannya

jauh melampaui apa yang pernah mereka terima dari gurunya”.

Sajian materi Diklat ini diusahakan untuk dapat sesuai dengan tahapan pembelajaran

Bruner tersebut. Tujuannya untuk menunjukkan kepada petatar alangkah nyamannya

pembelajaran matematika jika tahapan pembelajarannya sesuai dengan psikologi Bruner.

Materi yang dibahas meliputi: (1) mata uang dan penggunaannya di kelas III, (2) untung,

rugi, bunga di kelas IV, (3) perbandingan mata uang di kelas V, dan (4) untung dalam

persen, bruto, tara, dan neto di kelas V dan VI. Petatar kiranya dapat merasakan sajian

pembelajaran yang mengikuti pendapat Bruner tersebut.

B. SARAN

Bagi para alumni diklat yang berkomitmen untuk merealisasikan komitmennya pada

anak didik agar mereka menjadi senang dengan pelajaran matematika diberikan saran-saran

sebagai berikut.

1. Laporkan kepada atasan langsung tentang pengalaman apa saja yang menarik selama

menerima sajian akademik dalam kegiatan pelatihan

2. Pikirkan perangkat kerja apa saja yang mendesak untuk dibuat

3. Ciptakan segera perangkat tersebut dengan niat baik, tulus, dan iklas demi anak bangsa

di masa depan

4. Diskusikan rencana tindak lanjut Anda pasca pelatihan kepada kepala sekolah dan

kepada pengawas

5. Bersemboyanlah “ Apa yang terbaik yang saya miliki dan dapat saya perbuat untuk

kemajuan bangsa ini sebagai andil dalam rangka mencerdaskan bangsa”. Tuhan maha

mengetahui dan pasti akan memberikan ganjaran yang patut disyukuri berupa sesuatu

yang tak terduga di masa depan.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, Edith. (1985). Macmillian Junior Mathematics. London: Macmillian Education Ltd.

Bitter, GG. Cs. (1981). Mc Graw-Hill Mathematics. New York: Mc Graw-Hill Book

Company.

Clemens, Stanley R. Cs. (1984). Geometry. USA: Addison-Westley Publishing Company,

inc.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika

SMP dan MTs). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

--- (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika SD dan MI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Raharjo, Marsudi. (2000). Pengukuran ( Konsep-konsep Dan Beberapa Penurunan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penilaian kinerja rantai pasok, maka langkah yang terakhir adalah melakukan analisis praktik terbaik sebagai saran perbaikan

Gambar 4.3 Map &amp; Chart 10 besar perolehan suara terbanyak Partai Demokrat hampir dominan di semua kecamatan di Daerah Pemilihan Kota Semarang, seperti yang disampaikan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

(1) Kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah kepada Bank melalui Transaksi Spot dan/atau Transaksi Derivatif di

Tingkat keberhasilan pelaksanaan kawin pertama setelah beranak di KPBS Pangalengan berdasarkan waktu pelaksanaan perkawinan hasil tertinggi dicapai pada hari ke 161-180

Rias Busana dan Aksesories (Hari dan Tempat yang sama) a.. Rias Busana Pengantin Internasional untuk Resepsi

Analisis Kebutuhan dilakukan untuk mengenali permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam, khususnya dapat dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan pembelajaran

Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan dimasa yang akan datang.l Metode rata-rata