• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Peserepan Obat Hipertensi di Poli Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Bandung 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Peserepan Obat Hipertensi di Poli Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Bandung 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Peserepan Obat Hipertensi di Poli Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Bandung 2017

Citra Dewi Salasanti*, Resny Pebritrinasari, Dewi Retno Sari Program Studi D3 Farmasi, Akademi Farmasi YPF, Bandung

*Corresponding author : citrasalasanti@gmail.com Abstrak

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi dan berkaitan dengan kematian dan penurunan usia harapan hidup. Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi, maka dibutuhkan usaha untuk menekannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola peresepan obat hipertensi pada pasien rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Bandung tahun 2017. Penelitian ini merupakan noneksperimental dengan analisis secara dekskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling dan retrospektif. Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan obat yang sering diresepkan untuk pengobatan hipertensi adalah 52% Amlodipin, 31% Irbesartan, dan 12% Spironolakton. Obat yang diresepkan terbanyak pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes mellitus adalah Amlodipin. Obat yang diresepkan terbanyak pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta jantung adalah Irbesartan.

Kata kunci : Hipertensi, Pola Peresepan, Antihipertensi. Abstract

Hypertension can cause complication and tend to lead morbidity and mortality. The prevalence of hypertension in Indonesia is considered high, so that necessary efforts need to be taken to reduce it. The purpose of this study was to know the hypertension prescribing pattern in one of the hospitals Bandung in 2017. This study was non-experimental with descriptive analysis. The sampling technique used quota sampling and restropective method. Based on study that has been done, drugs that are often prescribed for the treatment of hypertension were 52% Amlodipine, 31% Irbesartan, and 12% Spironolactone. The most prescribed drugs in hypertensive patients with concomitant diabetes mellitus was Amlodipine. The most prescribed drugs in hypertensive patients with concomitant heart disease was Irbesartan.

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah kurang dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan/ atau ≥ 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Hipertensi merupakan penyakit yang berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan sering diderita manusia di belahan dunia yang dapat menyebabkan komplikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Poliklinik RSUD Dr. M. Djamil, Padang pada periode Januari-Desember 2011 didapatkan 277 pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dan sebanyak 103 pasien hipertensi dengan penyakit penyerta. Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta sebanyak 103 pasien, meliputi 63 pasien dengan diabetes melitus, 13 pasien dengan PJK (Penyakit Jantung Koroner), 13 pasien dengan stroke, 7 pasien dengan gagal jantung, 4 pasien dengan pasca infark miokard dan 3 pasien dengan gagal ginjal kronik (Fitrianto dkk, 2014). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % dengan tingkat hipertensi pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Menurut Joint National Commission (JNC) 8, rekomendasi target

tekanan darah yang harus dicapai dalam pengobatan hipertensi adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg (James, 2014). Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013, responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7% dan ada 0,1% yang minum obat sendiri. Obat hipertensi yang sering digunakan yaitu Hidroklortiazid (35,5%), Captopril

(26,2%), Valsartan (20,6%), Amlodipin (15,2%) dan obat hipertensi lain (2,5%) (Fitrianto dkk, 2014).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola peresepan obat hipertensi dimana difokuskan pada pasien rawat jalan di salah satu rumah sakit swasta di Bandung dengan status pasien umum tanpa menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan yang lain.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif retrospektif yang dilaksanakan di instalasi farmasi rumah sakit salah satu rumah sakit swasta di Bandung yang dilakukan pada bulan Oktober –November 2017. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh resep rawat jalan yang menggunakan obat hipertensi di salah satu rumah sakit swasta di Bandung.

Sampel penelitian ini adalah resep pasein rawat jalan yang menggunakan obat hipertensi April – Juni 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota

sampling dengan perhitungan sampel

menggunakan rumus Slovin. Karena jumlah populasi ±1000 maka penetuan sampel menggunakan rumus Slovin.

n = besar sampel N = besar populasi

d = penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10% atau 0,1.

Jadi sampel yang diambil untuk penelitian :

Dalam mengantisipasi terjadinya data yang tidak valid, maka penelitian dilakukan pada 100 resep.

Pengumpulan data dimulai dengan proses seleksi resep pasien rawat jalan

(3)

yang mempunyai diagnosa utama hipertensi. Seleksi dimaksudkan untuk mendapatkan subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan sebagai berikut :

a) Pasien rawat jalan dengan status pasien umum

b) Semua pasien hipertensi yang berumur 18 - 60 tahun.

c) Resep yang berasal dari poli umum, poli penyakit dalam, dan poli penyakit jantung.

Data sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi bentuk persentase dan disajikan dalam bentuk diagram atau tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pola peresepan obat hipertensi di poli rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Bandung. Sampel yang diteliti berjumlah 100 lembar resep pada bulan April – Juni 2017 yang masuk ke instalasi farmasi rumah sakit tersebut yang telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan.

Tabel 1. Karakteristik Umur Pasien Hipertensi di

Poli Rawat Jalan

Umur (Tahun) Ʃ %

18-30 1 1

31-40 9 9

41-50 18 18

51-60 72 72

Berdasarkan Tabel 1. karakteristik umur pasien hipertensi berumur 51-60 tahun yang paling banyak berobat di poli rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Bandung tersebut dengan jumlah 72 pasien (72%). Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi tertinggi diduduki oleh kelompok umur di atas 75

tahun sebanyak 63,8%, rentang umur 65– 74 tahun sebesar 57,6%, dan rentang umur 55–64 tahun sebesar 45,9%. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit baik yang menular maupun tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, hipertensi pada kebanyakan orang meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan (Sugiharto, 2007).

Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien

Hipertensi di Poli Rawat Jalan

Jenis Kelamin Ʃ %

Laki-laki 39 39

Perempuan 61 61

Berdasarkan Tabel 2. jenis kelamin pasien hipertensi perempuan yang banyak berobat di poli rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Bandung lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Data Riskesdas 2013 mencatat, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia di atas usia 65 tahun lebih banyak dialami perempuan yakni sebesar 28,8% dibandingkan laki-laki 22,8%. Pada pada perempuan yang sudah memasuki periode menopause akan mengalami perubahan produksi hormon pada tubuhnya. Salah satu produksi hormon yang berubah adalah estrogen. Perempuan lebih terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause karena dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Gudina et al., 2013).

Tabel 3. Data Pasien Hipertensi dan Hipertensi

dengan Penyakit Penyerta di Poli Rawat Jalan

Penyakit Ʃ %

Hipertensi 62 62

(4)

Penyakit Ʃ %

Hipertensi + PJ 18 18 Hipertensi + PJ + DM 3 3

DM = Diabetes Mellitus; PJ=Penyakit Jantung

Berdasarkan Tabel 3. riwayat penyakit pasien dengan penyakit hipertensi saja berjumlah 62 pasien (62%) dan pasien hipertensi dengan penyakit penyerta paling banyak adalah hipertensi dengan PJ sebanyak 18 pasien (18%). Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi, bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).

Pada Tabel 4. menunjukan obat yang paling banyak diresepkan adalah Amlodipin (52%) yang termasuk golongan CCB. Hal ini sesuai dengan algoritam pengobatan hipertensi JNC 8 terapi obat pertama pada pasien hipertensi ras kulit hitam adalah pengobat tunggal diuretik tiazida atau CCB. Golongan obat hipertensi lain yang diresepkan adalah diuretik sebesar 25%, ARB sebesar 40%, beta bloker sebesar 8 %, agonis α-2 sebesar 1%.

Tabel 4. Peresepan Obat Hipertensi di Poli Rawat

Jalan Obat Hipertensi Ʃ % Diuretik Furosemid (F) Hidroklorotiazid (H) Spironolakton (S) 9 4 12 9 4 12 ACE-Inhibitor Kaptropil (C) 3 3 Obat Hipertensi Ʃ % ARB Kandesartan (K) Irbesartan (I) Losartan (L) Telmisartan (T) Valsartan (V) 2 31 1 2 6 2 31 1 2 6 CCB Amlodipin (A) 52 52 Beta Bloker Bisoprolol (B) Propranolol (P) 7 1 7 1 Agonis α-2 Metildopa (M) 2 2

ACE-Inhibitor = Angiotensin-coverting Enzym Inhibitor; ARB = Angiotensi Receptor Blockers; CCB = Calcium Channel Blocker

Pada penelitian ini, obat tidak hanya diberikan tunggal tetapi ada yang diberikan terapi obat kombinasi. Berdasarkan Tabel 5 menunjukan peresepan obat hipertensi tunggal lebih banyak dibandingkan kombinasi obat. Peresepan obat hipertensi tunggal yang paling sering yaitu Amlodipin sebesar (32%) yang termasuk ke dalam golongan CCB.

Terapi obat hipertensi dengan kombinasi yang paling sering diresepkan adalah Amlodipin + Irbesartan sebesar (9%). Terapi kombinasi diberikan pada pasien hipertensi yang belum mencapai target tekanan darah yang diharapkan atau pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta seperti diabetes mellitus atau penyakit jantung.

Tabel 5. Peresepan Obat Hipertensi Tunggal dan

Kombinasi pada Pasien Hipertensi di Poli Rawat Jalan

Jenis obat Ʃ % Obat Tunggal Amlodipin 32 32 Bisoprolol 3 3 Kandesartan 2 2 Kaptropil 1 1 Irbesartan 17 17 Losartan 1 1 Metildopa 2 2 Propranolol 1 1

(5)

Jenis obat Ʃ % Spironolakton 1 1 Valsartan 5 5 Obat Kombinasi A + B 3 3 A + C 2 2 A + F 1 1 A + H 1 1 A + I 9 9 A + S 1 1 A + T 2 2 B + I 2 2 F + I 1 1 F + S 4 4 F + S + I 4 4 F + S + V 1 1 I + H 3 3 A + I + S 1 1

Tabel 6. Terapi Obat Hipertensi dengan Diabetes

Mellitus di Poli Rawat Jalan

Nama Obat Ʃ % Amlodipin 5 29,41 A + T 2 11,76 Irbesartan 4 23,53 Losartan 1 5,88 Valsartan 2 11,76 Bisoprolol 2 11,76 F + S 1 5,88

Berdasarkan Tabel 6. di atas obat hipetensi yang banyak di diresepkan pada pasien dengan diabetes mellitus sebagai penyakit penyerta adalah Amlodipin (29,41%) yang termasuk ke dalam golongan CCB dan Irebsartan (23,53%) yang termasuk ke dalam golongan ARB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan D. Oktianti, N F Dewi, dan M Pujiawat (2017), penggunaan antihipertensi tunggal yang paling banyak adalah Amlodipin (30,95%). Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi ke-7 pada JNC 8, pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi obat hipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe tiazida atau CCB.

Tabel 7. Terapi Obat Hipertensi dengan Penyakit

Jantung di Poli Rawat Jalan.

Nama Obat Ʃ % Amlodipin 2 11,11 A + B 1 5,56 A + I 1 5,56 A + S 1 5,56 F + S 1 5,56 F + S + I 2 11,11 Irbesartan 4 22,22 I + F 1 5,56 I + H 2 11,11 Kandesartan 2 11,11 Valsartan 1 5,56

Berdasarkan Tabel 7 pemberian obat yang paling banyak diresepkan pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta penyakit jantung adalah terapi tunggal Irbesartan (22,22%) yang termasuk ke dalam obat golongan ARB. Sedangkan terapi obat kombinasi terbanyak adalah kombinasi diuretik dengan ARB (11,11%) seperti Furosemid + Irbesartan; Furosemid + Spironolakton + Irbesartan. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (2015), penggunaan obat hipertensi golongan ARB menjadi obat pilihan utama pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta angina pektoris stabil dengan disfungsi ventrikel kiri dan atau diabetes mellitus; infark miokard akut dengan elevasi segmen ST terutama pada infark anterior, terdapat disfungsi venrikel kiri, gagal jantung atau diabetes mellitus; fibrilasi atria; dan hipertrofi ventrikel kiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pola peresepan obat hipertensi di poli rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Bandung :

1. Obat yang banyak diresepkan untuk pengobatan hipertensi adalah 52% Amlodipin, 31% Irbesartan, dan 12% Spironolakton.

2. Obat yang banyak di diresepkan pada pasien dengan diabetes

(6)

mellitus sebagai penyakit penyerta adalah terapi tunggal Amlodipin (29,41%) dan dan Irebsartan (23,53%).

3. Obat yang paling banyak diresepkan pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta penyakit jantung adalah terapi tunggal Irbesartan (22,22%).

DAFTAR PUSTAKA

Dosh, SA. 2001. The Diagnosis Of Essential and Secondary Hypertension in Adults. J.Fam

Pract ; 50 :707-712

Fitrianto, H., S. Azmi, dan H. Kadri. 2014. Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Esensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR . M . Djamil. Jurnal Kesehatan

Andalas; 3(1) : 45–48.

Gudina. KE., Y. Michael, dan S. Assegid. 2013. Prevalence of Hypertension and Its Risk Factors in Southwest Ethiopia: A Hospitalbased Cross-Sectional Survey. Integr Blood

Press Control; 6:111–7.

Dovepress.

James, PA et al. 2014. Evidence-Based Guidline for The Management of High Blood Pressure in Adults Report from The Panel Members Appointed to The Eight Joint National Committee (JNC 8).

JAMA; 311(5) : 507 – 520.

doi:10.1001/jama.2013.284427 Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. 2013. Riset Kesehatan

Dasar Tahun 2013. Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. InfoDATIN :

Hipertensi. Jakarta : Pusat Data

dan Informasi Kesehatan Kementerian RI

Oktianti, D., NF. Dewi, M. Pujiawati. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Diabetes Mellitus di RSI Sultan Agung Semarang 2016, Journal of

Management and Pharmacy Practice (JMPF); Volume 7, Nomor 4 : 197 – 203

Perhimpunana Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015.

Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular,

Edisi 1. (Diakses pada tanggal 22

November 2017

http://www.inaheart.org/upload/file /Pedoman_TataLaksna_hipertensi_ pada_penyakit_Kardiovaskular_20 15.pdf)

Staessen, JA., J. Wang, G. Bianchi, WH. Birkenhager. 2003. Essential Hypertension. The Lancet; Vol 261, Issue 9369 : 1629-1641

Gambar

Tabel 4. Peresepan Obat Hipertensi di Poli Rawat  Jalan  Obat Hipertensi  Ʃ  %  Diuretik  Furosemid (F)  Hidroklorotiazid (H)  Spironolakton (S)  9 4 12  9 4 12  ACE-Inhibitor  Kaptropil (C)  3  3  Obat Hipertensi  Ʃ  % ARB  Kandesartan (K) Irbesartan (I)
Tabel  7.  Terapi  Obat  Hipertensi  dengan  Penyakit  Jantung di Poli Rawat Jalan.

Referensi

Dokumen terkait

A Question. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan subyek yang melakukan tindakan adalah Guru Kelas III dan penelitidan subyek yang menerima tindakan

Jika salah sebuah faktor tidak terdapat dalam kajian ini maka, proses fotosentisis tidak akan berlaku dalam daun hijau tersebut.. Oleh hal yang sedemikian, faktor cahaya

Dilihat dari efektivitas yang didapatkan selama perawatan untuk tindakan herniotomy lebih baik menggunakan metode Laparoskopik Herniotomy dibandingkan Open Herniotomy

Tema yang dipergunakan untuk sanggar pelatihan seni tari balet ini adalah arsitektur kontemporer, yang melatarbelakangi pemilihan tema arsitektur kontemporer dikarenakan

There are two research questions in this research, first is how does turn-taking system betwen jon Stewart and David Axelrod in conversation, second is how does

As mentioned in the preamble weighing the decision of the President mentions that &#34;that in order to realize national reconciliation in order to strengthen

http://sindikker.ristekdikti.go.id/dok/PP/PP32-2013PerubahanPP19- 2005SNP.pdf.. 5 pesertadidik dan masyarakat serta stakeholder pendidikan sebagai konsemunen

[r]