• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM KESETARAAN PAKET C PADA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) NEGERI 17 PENJARINGAN, JAKARTA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PROGRAM KESETARAAN PAKET C PADA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) NEGERI 17 PENJARINGAN, JAKARTA UTARA"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENJARINGAN, JAKARTA UTARA

DINA RETTHA I34051602

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

Oleh : DINA RETTHA

I34051602

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor 2011

(3)

  ii

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Dina Rettha

NRP : I34051602

Judul : Evaluasi Program Kesetaraan Paket C pada Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 Penjaringan, Jakarta Utara

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS NIP.19630904 199002 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(4)

Penjaringan, North Jakarta. (Supervised by SARWITITI

SARWOPRASODJO).

The purpose of this research was to evaluate the program Paket C at PKBM Negeri 17. Based on the results of research to the 30 residents studied at third grade, obtained results that the quality of the teachers significantly affect the level of attendance. While the factors related with the activity are the level of motivation, level of family support, and quality of teachers. The results of this study also showed that the level of knowledge did not affect significantly to the level of attendance and level of activity, whereas attitudes towards sustainability education has significant effect with the level of activity which means that more active the citizens studying in the following learning activities will be the attitude toward the sustainability of the higher education.

(5)

DINA RETTHA. Evaluasi Program Kesetaraan Paket C pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 Penjaringan, Jakarta Utara. (Dibawah bimbingan SARWITITI SARWOPRASODJO).

Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan adalah memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan merata kepada masyarakat terutama pada masyarakat umur 16 tahun ke atas yang berdasarkan data BPS, angka persentase partisipasi sekolahnya berada di bawah 60 persen. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan program Paket C yang diselenggarakan untuk memberikan jawaban atas terjadinya masalah dalam pendidikan tersebut. Pelayanan Paket C diprioritaskan kepada usia 16 sampai 44 tahun bagi masyarakat yang terkendala, baik itu secara ekonomi, geografi dan hukum. Kegiatan pendidikan yang diadakan pada Paket C adalah 80 persen pelajaran yang juga diajarkan di sekolah formal. Tujuan program Paket C setara SMA selain untuk meratakan pendidikan, juga untuk mendapatkan peluang melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program Paket C berdasarkan input, proses dan outputnya. Input yang terdapat pada penelitian ini adalah faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sarana. Faktor individu adalah usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan motivasi warga belajar. Faktor lingkungan adalah dukungan keluarga, lingkungan pergaulan, dan lokasi pembelajaran. Sedangkan faktor sarana adalah kualitas pengajar.

Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja, yaitu di Paket C PKBM Negeri 17, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Penelitian dilaksanakan bulan Juni hingga pertengahan Juli 2011. Populasi yang ada sebanyak 75 orang dan

(6)

hubungan antara faktor-faktor input, proses, dan output.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor input yang berhubungan secara nyata dengan kehadiran adalah kualitas pengajar dengan nilai signifikansi sebesar 0,065. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan adalah motivasi dengan nilai hasil uji sebesar 0,015, dukungan keluarga dengan nilai hasil uji sebesar 0,025, dan kualitas pengajar dengan nilai signifikansi sebesar 0,025. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat kehadiran maupun tingkat keaktifan. Sikap memiliki hubungan nyata dengan keaktifan namun tidak berhubungan terhadap kehadiran.                    

(7)

  iii

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI PROGRAM KESETARAAN PAKET C PADA PROGRAM PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) NEGERI 17 PENJARINGAN, JAKARTA UTARA” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Oktober 2011

Dina Rettha I34051602

(8)

  iv

Dina Rettha atau biasa dipanggil Dina, lahir di Jakarta 25 Agustus 1987. Penulis merupakan anak satu-satunya dari pasangan Bapak Isidorus Binahar Panjaitan dan Ibu Nurminah Lusfianna Simamora. Penulis memulai pendidikannya di TK Ibunda Sayang Jakarta Timur, lalu melanjutkan pendidikan dasar ke SD St. Maria Immaculata Jakarta Timur, memperoleh pendidikan menengah di SMP Negeri 135 Jakarta Timur dan melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 53 di Jakarta Timur.

Penulis memiliki hobi membaca dan menyanyi. Pada saat Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler Paduan Suara dan mengikuti Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

Pada tahun 2005 setelah lulus dari SMA Negeri 53 Jakarta Timur, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Beberapa acara kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis, yaitu Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2006, acara Genus (Gebyar Nusantara) tahun 2007 dan acara Communication Expo (Commnex) I pada tahun 2008. Penulis juga pernah ikut serta dalam kegiatan penulisan buku “Sumatera” yang dibuat oleh WWF (World Wild Foundation) sebagai bagian dari kegiatan KKP.

(9)

  v

Pertama penulis ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia, bimbingan serta rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan cukup baik.

Penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Evaluasi Program Kesetaraan Paket C pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 Penjaringan, Jakarta Utara” dengan baik, karena tanpa bantuan dan dukungan dari dukungan mereka, mungkin penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS sebagai dosen pembimbing atas kesabarannya membimbing dan berdiskusi selama proses pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Mama dan Papa. Terima kasih atas pengertian, motivasi, semangat, doa, materi yang tak henti-hentinya diberikan kepada anak satu-satunya ini. I

really love you Mam, Pap. ‘gak akan ada yang bisa menggantikan kalian,

Dina janji akan kasih yang terbaik setelah ini!

3. Ir. Fredian Tonny, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini.

(10)

  vi dengan format dan ejaan yang baik.

5. DR. Ir. Djuara P Lubis, MS atas segala doa, motivasi, saran serta peranannya sebagai teman berdiskusi yang mutakhir sehingga penulis dapat menggarap skripsi ini dengan baik. God Bless You, Sir.

6. Martua Sihaloho SP, MSi atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis saat penulis menghadapi masalah-masalah birokrasi akademik.

7. Keluarga besar Panjaitan dan Simamora. Opung, bapatua, inangtua, tulang, nantulang, tante, kakak, abang dan adek yang selalu memberikan semangat agar penulis segera menyelesaikan studinya.

8. Ricky Alex. Terima kasih atas perhatian, dukungan, kasih sayang dan tenaga yang selalu diberikan kepada penulis selama beberapa tahun belakangan ini ☺. Maaf untuk semua waktu yang dipakai untuk menemani penulis menyelesaikan skripsi sehingga tidak bekerja. We make it, darl! yey! 9. Lidya Elisabeth Alverin Marpaung dan keluarga. Terima kasih untuk

motivasi dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh pengelola, pengajar, dan warga belajar PKBM Negeri 17 Penjaringan, tempat penulis melakukan penelitian. Tanpa mereka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan. Terima kasih untuk dukungan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.

(11)

  vii menyusul menjadi sarjana yang kompeten.

12. Bagus Rudiono dan Issantia RS. Teman sebimbingan dan Junior KPM yang selalu memberikan semangat di kala penulis mulai mengalami kesulitan. Terima kasih untuk dukungan dan doanya. Semangat!

13. Seluruh karyawan/karyawati KPM. Tanpa bantuan mereka, penulis tidak akan mampu menghadapi persoalan-persoalan birokrasi dan skripsi inipun tidak akan terselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak.

(12)

  viii

  Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan tuntunanNya, sehingga skripsi dengan judul “Evaluasi Program Kesetaraan Paket C pada Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 Penjaringan, Jakarta Utara” ini berhasil diselesaikan.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran pada Paket C, menganalisis bagaimana ouput atau keluaran dari peserta Paket C serta untuk mengetahui keberhasilan yang telah diraih oleh Paket C terutama yang berada di PKBM Negeri 17 Penjaringan, Jakarta Utara. Semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembacanya.

Bogor, Oktober 2011

(13)

  ix

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan ... 7

1.3.1 Tujuan Penulisan ... 7

1.3.2 Kegunaan Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 8

2.1.1 Definisi dan jenis program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 8

2.1.2 Tujuan dan Tugas-Tugas PKBM ... 9

2.1.3 Fungsi PKBM ... 10

2.1.4 Prinsip Pengembangan Program PKBM ... 12

2.2 Evaluasi Program ... 18

2.3 Komponen, dan Proses Program yang Dievaluasi dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 23

2.4 Penelitian Terdahulu Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendidikan ... 25

2.5 Kerangka Pemikiran ... 27

2.6 Hipotesis Penelitian ... 31

(14)

  x

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Metode Penentuan Responden ... 38

3.4 Instrumen Penelitian ... 38

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PKBM NEGERI 17 PENJARINGAN 4.1 Sejarah dan Organisasi PKBM Negeri 17 ... 40

4.1.1 Struktur Organisasi PKBM Negeri 17 ... 42

4.1.2 Visi dan Misi PKBM Negeri 17 ... 43

4.2. Profil Wilayah dan Komunitas Penjaringan ... 44

4.2.1 Kependudukan ... 45

4.2.1.1 Jumlah Penduduk ... 45

4.2.1.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

4.3 Paket C ... 47

4.3.1 Proses Pembelajaran ... 47

4.3.2 Kurikulum ... 49

4.3.3 Sarana dan Prasarana ... 50

4.3.4 Tutor ... 52

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu ... 54 5.1.1 Jenis Kelamin ... 54 5.1.2 Usia ... 54 5.1.3 Sosial Ekonomi ... 56 5.1.4 Motivasi ... 57 5.2 Faktor Lingkungan ... 58 5.2.1 Dukungan Keluarga ... 58

5.2.2 Dukungan lingkungan pergaulan ... 59

5.2.3 Lokasi pembelajaran ... 60

5.3 Faktor Sarana ... 61

5.3.1 Kualitas Pengajar ... 61

5.4 Proses ... 63

(15)

  xi

5.5.1 Pengetahuan ... 65 5.5.2 Sikap ... 65

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

6.1 Kehadiran dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 67 6.1.1 Hubungan antara Usia dengan Kehadiran ... 67 6.1.2 Hubungan Antara Jenis kelamin dengan Kehadiran 69 6.1.3 Hubungan Antara Sosial Ekonomi dengan Kehadiran 70 6.1.4 Hubungan Antara Motivasi dengan Kehadiran ... 72 6.1.5 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan

Kehadiran ... 74 6.1.6 Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan dengan

Kehadiran ... 75 6.1.7 Hubungan Antara Lokasi Pembelajaran dengan

Kehadiran ... 76 6.1.8 Hubungan Antara Kualitas Pengajar dengan

Kehadiran ... 78 6.2 Keaktifan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 79 6.2.1 Hubungan antara Usia dengan Keaktifan ... 79 6.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keaktifan .. 80 6.2.3 Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan Keaktifan 82 6.2.4 Hubungan antara Motivasi dengan Keaktifan ... 83 6.2.5 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan

Keaktifan ... 85 6.2.6 Hubungan antara Dukungan Lingkungan

Pergaulan dengan Keaktifan ... 86 6.2.7 Hubungan antara Lokasi Pembelajaran dengan

Keaktifan ... 88 6.2.8 Hubungan antara Kualitas Pengajar dengan Keaktifan 89

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(16)

  xii

7.3 Hubungan Antara Tingkat Keaktifan dengan Pengetahuan

Akademik Warga belajar ... 94 7.4 Hubungan Antara Tingkat Keaktifan Dengan Sikap ... 95

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ... 97 8.2 Saran ... 98

LAMPIRAN

(17)

  xiii

Tabel 1. Persentase Angka Partisipasi Sekolah Formal Berdasarkan

Umur Tahun 2008-2010 ... 1 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, 2011 ... 45 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis

Kelamin di Kelurahan Penjaringan Jakarta, 2011 ... 46 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Tutor Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Tingkat Pendidikan di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 52 Tabel 5. Persentase Usia dengan Tingkat Kehadiran di PKBM

Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 68 Tabel 6. Persentase Jenis Kelamin dengan Tingkat Kehadiran di

PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 69 Tabel 7. Persentase Tingkat Sosial Ekonomi dengan Tingkat

Kehadiran Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 .... 71 Tabel 8. Persentase Motivasi dengan Tingkat Kehadiran di PKBM

Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 72 Tabel 9. Persentase Tingkat Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kehadiran Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 .... 74 Tabel 10. Persentase Tingkat Dukungan Lingkungan Pergaulan

dengan Tingkat Kehadiran pada PKBM Negeri 17 Jakarta,

2011 ... 75 Tabel 11. Persentase Hubungan Lokasi Pembelajaran dengan Tingkat

Kehadiran pada PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 77 Tabel 12. Persentase Kualitas Pengajar dengan Tingkat Kehadiran di

PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 78 Tabel 13. Persentase Usia dengan Keaktifan Warga Belajar di PKBM

Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 80 Tabel 14. Persentase Jenis Kelamin dengan Keaktifan Warga Belajar

di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 81 Tabel 15. Persentase Sosial Ekonomi dengan Tingkat Keaktifan

Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 82 Tabel 16. Persentase Motivasi dengan Tingkat Keaktifan Warga

Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 84 Tabel 17. Persentase Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Warga

(18)

  xiv

Jakarta, 2011 ... 87 Tabel 19. Persentase Jarak Lokasi Pembelajaran dengan Tingkat

Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 88 Tabel 20. Persentase Kualitas Pengajar dengan Tingkat Keaktifan

Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 89 Tabel 21. Persentase Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap

Keberlanjutan Pendidikan di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 92 Tabel 22. Persentase Tingkat Kehadiran dengan Tingkat Pengetahuan

Akademik di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 ... 93 Tabel 23. Persentase Tingkat Keaktifan dengan Pengetahuan

Akademik Warga Belajar pada PKBM Negeri 17 Jakarta,

2011 ... 94 Tabel 24. Persentase Tingkat Keaktifan dengan Sikap Warga Belajar

(19)

  xv

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pendidikan Program

Kesetaraan Paket C ... 30 Gambar 2. Struktur Organisasi PKBM Negeri 17 ... 42 Gambar 3 Situasi kelas yang digunakan warga belajar Paket C ... 51

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis pembangunan nasional memiliki peranan yang amat penting bagi pembangunan karena melalui pendidikanlah dapat dilakukan usaha dan proses peningkatan sumber daya manusia, agar diperoleh manusia yang berkualitas tinggi sehingga mampu berperan aktif sebagai subjek pembangunan terutama dalam menyambut era globalisasi yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Namun berkaitan dengan hal tersebut, kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Menurut data pada Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, Indonesia menunjukkan angka partisipasi pendidikan formal yang masih tergolong rendah, seperti yang dituang dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Persentase Angka Partisipasi Sekolah Formal Berdasarkan Umur Tahun 2008-2010

Indikator Partisipasi Pendidikan Formal 2008 2009 2010 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th 97,83 97,95 97,96 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th 84,41 85,43 86,11 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th 54,70 55,05 55,83 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th 12,43 12,66 13,67

(21)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa persentase partisipasi anak usia 16-24 tahun jauh berbeda dengan persentase partisipasi sekolah pada usia 7-15 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan program gratis sekolah dasar sembilan tahun hanya mencakup pendidikan dasar dan menengah pertama, sedangkan untuk sekolah menengah ke atas dikenakan biaya yang cukup mahal. Tabel 1 di atas, menunjukkan persentase untuk usia sekolah menengah ke atas belum menyentuh 60 persen dari keseluruhan rakyat Indonesia.

Rendahnya persentase angka partisipasi sekolah formal, terutama bagi sekolah menengah ke atas, menunjukkan bahwa masih banyak warga negara yang belum dapat mengikuti pendidikan dengan baik. Haryati (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kondisi ekonomi, sosial dan geografis menyebabkan perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat yang berdampak pada bertambahnya jumlah anak putus sekolah.

Oleh karena itu, pemerintah menawarkan sebuah alternatif program untuk menangani masalah pendidikan tersebut. Program yang dimaksud adalah program Pendidikan Luar Sekolah atau Pendidikan Non-formal. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu jalur penyelenggaraan pendidikan nasional di samping pendidikan sekolah.

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan program yang diadakan untuk membina kegiatan pendidikan masyarakat di luar pendidikan formal. pendidikan jenis ini merupakan pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan masyarakat agar mempunyai jenis keterampilan dan pengetahuan yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal. Beberapa jenis program pendidikan yang dilakukan oleh PLS saat ini adalah Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Anak Usia Dini,

(22)

Kepemudaan, Pemberdayaan Perempuan, Keaksaraan, Keterampilan dan Pelatihan Kerja, Kesetaraan dan pendidikan sejenis lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (Tim FKIP, 2007).

Salah satu upaya yang dilakukan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam bentuk pendekatan terhadap masyarakat adalah dengan membentuk suatu wadah bernama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM inilah yang menjadi salah satu institusi yang berperan sebagai wadah untuk berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat yang diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya baik di pedesaan maupun di perkotaan yang dikelola oleh lembaga kemasyarakatan di daerah setempat.

Sihombing (1999) menyatakan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa dengan membuat suatu wadah seperti PKBM, akan didapat potensi-potensi baru yang dapat ditumbuhkembangkan serta dimanfaatkan atau didayagunakan, melalui pendekatan-pendekatan kultural maupun persuasif.

Depdiknas (2006) menuliskan sejumlah program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program-program tersebut terdiri atas: (1) Keaksaraan Fungsional, (2) Program Paket A setara SD, (3) Program Paket B setara SMP, (4) Program Paket C setara SMA, (5) Kelompok Belajar Usaha, (6) Magang, (7) Pendidikan Kesetaraan Gender (8) Kursus dan Pelatihan Keterampilan, (9) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan program-program lain yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(23)

Dari sekian banyak program yang ada, program kesetaraan merupakan salah satu program unggulan Pendidikan Luar Sekolah yang dicanangkan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan dasar secara merata. Program kesetaraan ini dibagi atas 3 jenjang yaitu Kejar paket A yang setara dengan SD, Kejar Paket B yang setara dengan SMP, dan Kejar Paket C yang setara SMA. Dengan adanya Kejar Paket ini diharapkan orangtua lebih termotivasi untuk menyekolahkan anaknya serta menumbuhkembangkan niat belajar masyarakat.

Anak-anak dan masyarakat yang mengikuti program ini akan diberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang setara dengan kurikulum pendidikan formal dan dipadukan dengan mata pancaharian sehingga diharapkan dapat memberikan output yang memiliki kualitas kesadaran pendidikan yang lebih baik sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau masuk ke dalam masyarakat dengan kualitas yang lebih baik sehingga mampu bersaing.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan kaitannya dengan PKBM telah dilakukan. Mardiana (2005) meneliti PKBM Adipura di Kecamatan Manggala, Makassar mengatakan bahwa tujuan penelitiannya adalah untuk melihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran pada PKBM tersebut. Hasil penelitian Mardiana (2005) menunjukkan bahwa keefektifan proses pembelajaran di PKBM tersebut berada pada kategori sedang. Hal ini berarti bahwa keefektifan proses pembelajaran pada PKBM Adipura ini masih belum optimal.

Fatimah (2008) yang mengambil tempat penelitian di PKBM Santika Kelurahan Bambu Apus Cipayung, Jakarta Timur mengatakan bahwa tujuan

(24)

umum penelitiannya adalah untuk mengkaji peranan PKBM dalam rangka pengembangan masyarakat. Hasil penelitian Fatimah (2008) menemukan bahwa secara umum, PKBM telah dapat menjalankan peranannya sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal yang mendorong pengembangan masyarakat. Namun masih terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, seperti keterbatasan waktu pembelajaran, dan minimnya atensi warga belajar terhadap proses pembelajaran.

Agung (2007) yang meneliti tentang hambatan birokratis dalam penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) menemukan bahwa sejauh ini para penyelenggara PKBM masih memperlihatkan besarnya campur tangan unsur birokratis pemerintah yang bersifat top down dalam setiap penyelenggaraan PKBM. Hal tersebut bertolak belakang dengan konsep dasar PKBM. Selain itu, penelitian ini juga menemukan banyak penyalahgunaan program ini. Banyak PKBM-PKBM yang dibuat fiktif dan hanya bertujuan untuk mendapatkan block grant atau dana bantuan dari pemerintah. PKBM fiktif ini hanya yang memiliki ”nama” namun tidak terdapat kegiatan pembelajaran.

Setiap lembaga pendidikan memiliki sebuah sistem pendidikan yang membentuknya. Tak terkecuali dengan PKBM sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan memperluas kesempatan warga masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.

Sejalan dengan pemahaman tersebut, terkait dengan pentingnya peranan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai jawaban atas permasalahan pendidikan masyarakat dan kaitannya dengan peran PKBM dalam pengembangan

(25)

masyarakat khususnya di daerah yang angka partisipasi sekolahnya masih rendah maka peneliti terinspirasi untuk melakukan sebuah penelitian evaluasi terhadap sistem yang membentuk PKBM untuk mengkaji sejauh mana keberhasilan yang mampu dicapai Pusat Kegiatan Belajar Mayarakat terutama di wilayah yang sarat akan kemiskinan.

Penelitian ini mengambil tempat di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan data yang dimiliki peneliti, daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk miskin dan putus sekolah terbanyak di daerah Ibukota Jakarta. Penelitian ini mencoba mengkaji apakah program kesetaraan Paket C, dalam hal ini PKBM Negeri 17, yang ada sudah berjalan sesuai dengan fungsinya untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan terutama di daerah Penjaringan dan sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan teori dan fakta mengenai PKBM yang terdapat pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor mempengaruhi proses pembelajaran pada paket C ini? 2. Bagaimana output dari proses pembelajaran Paket C ini?

3. Apakah Paket C pada PKBM ini sudah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik sebagai penyelenggara pendidikan kesetaraan?

(26)

1.3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan penelitian ini, terkait dengan perumusan masalah di atas adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran pada Paket C.

2. Menganalisis output program berdasarkan proses pembelajaran.

3. Mengetahui keberhasilan Paket C berdasarkan tugasnya sebagai penyelenggara pendidikan kesetaraan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi penyelenggara PKBM, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk memperbaiki kualitas pengajar, syarat dalam perekruitan pengajar, serta memperbaiki peraturan yang telah ada, agar dapat memperbaiki mutu dan kualitas Paket C.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber literatur dalam kajian evaluatif terhadap Paket C dan PKBM.

(27)

2.1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

2.1.1 Definisi dan Jenis Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Menurut Sihombing dan Gutama (2000) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan suatu wadah dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi, atau bakatnya yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM adalah sebagai wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal meningkakan pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta kebutuhan akan pendidikan masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan terutama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta model pengelolaan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itulah PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atau keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di

(28)

sekitar lingkungannya (desa, kota), agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup.

Dibentuknya PKBM adalah sebagai pemicu dan bersifat sementara, masyarakat sendirilah yang selanjutnya memiliki wewenang untuk mengembangkannya, karena itulah pendekatan dalam program PKBM ini disebut pendidikan berbasis masyarakat atau community-based education dengan harapan dapat dijadikan pijakan dan titik permulaan bagi semua komponen pembangunan untuk memberdayakan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat.

2.1.2 Tujuan dan Tugas-Tugas PKBM

Terdapat tiga tujuan penting dalam pengembangan PKBM: a) memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya), b) meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi, c) meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut. Sihombing (1999) menyebutkan bahwa tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat itu sendiri.

(29)

2.1.3 Fungsi PKBM

Peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan melalui Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM). Melalui pendidikan yang dilakukan di PKBM, masyarakat diharapkan dapat memberdayakan dirinya. Sihombing (1999) menyebutkan secara tegas fungsi PKBM adalah: a) tempat pusaran berbagai berbagai potensi yang ada dan berkembang di masyarakat, b) sebagai sumber informasi yang andal bagi masyarakat membutuhkan keterampilan fungsional, c) sebagai tempat tukar-menukar berbagai pengetahuan dan keterampilan fungsional di antara warga masyarakat. Berdasar pada peran ideal PKBM teridentifikasi beberapa fungsi-fungsi tersebut merupakan karakteristik dasar yang harus menjadi acuan pengembangan kelembagaan PKBM sebagai wadah learning society. Karakteristik tersebut masih menurut Sihombing (1999) adalah sebagai berikut:

1) Tempat masyarakat belajar (learning society), PKBM merupakan tempat masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam keterampilan fungsional sesuai dengan kebutuhannya, sehingga masyarakat berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

2) Tempat tukar belajar (learning exchange), PKBM memiliki fungsi sebagai tempat terjadi pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan dan keterampilan antar warga belajar, sehingga antara warga belajar yang satu dengan yang lainnya bisa saling mengisi. Sehingga setiap warga belajar sangat dimungkinkan dapat berperan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya (masyarakat lainnya).

3) Pusat pengetahuan dan informasi atau perpustakaan masyarakat, sebagai perpustakaan masyarakat PKBM harus mampu berfungsi sebagai bank

(30)

informasi, artinya PKBM dapat dijadikan tempat menyimpan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan secara aman dan kemudian disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan. Disamping itu pula PKBM dapat berfungsi sebagai pengembang pengetahuan dan keterampilan secara inovatif, melalui penelitian, pengkajian dan pengembangan model.

4) Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi PKBM dalam hal ini, tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan antara pengelola dengan sumber belajar dan warga belajar serta dengan tokoh masyarakat atau dengan berbagai lembaga (pemerintah dan swasta/LSM, ormas), akan tetapi PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen masyarakat dalam berbagai bidang sesuai dengan kepentingan, masalah dan kebutuhan masyarakat serta selaras dengan azas dan prinsip learning society atau pengembangan pendidikan dan pembelajaran (life long learning dan life

long education).

5) Pusat penelitian masyarakat (community research centre) terutama dalam pengembangan pendidikan nonformal. Pada bagian ini PKBM berfungsi sebagai pusat pengkajian (studi, research) bagi pengembangan model-model pendidikan nonformal pada tingkat kecamatan dan kabupaten. Dalam hal ini PKBM dapat dijadikan tempat oleh masyarakat, kalangan akademisi, dll sebagai tempat menggali, mengkaji, menelaah (menganalisa) berbagai persoalan atau permasalahan dalam bidang pendidikan dan keterampilan masyarakat, terutama program yang berkaitan dengan program-program yang selaras dengan azas dan tujuan PKBM.

(31)

2.1.4 Prinsip Pengembangan Program PKBM

Beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan menyusun program PKBM antara lain adalah: a) program yang dikembangkan PKBM harus meluas sehingga warga belajar memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang berkaitan dengan etika, estetika, logika dan kinestetika pada saat pembelajaran, b) program harus memiliki prinsip keseimbangan (balanced) dimana setiap kompetensi yang dikembangkan dalam program PKBM harus dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk sebuah proses pembelajaran yang efektif, c) program yang dikembangkan PKBM harus relevan karena setiap program terkait dengan penyiapan warga belajar untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan, pengalaman, dan latihan dalam berperan dan bersikap secara bertanggung jawab dalam mewujudkan kedewasaan berfikirnya, d) program yang dikembangkan PKBM harus mampu mengedepankan konsep perbedaan (differentiated), prinsip ini merupakan upaya pelayanan individual dimana warga belajar harus memahami: apa yang perlu dipelajari; bagaimana berpikir, bagaimana belajar, dan berbuat untuk mengembangkan potensi dan kebutuhan dirinya masing-masing secara optimal.

Untuk mendukung terlaksananya prinsip-prinsip tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi patokan pengembang PKBM meliputi: a) kualitas sumberdaya manusia yang mengusung program, b) kemampuan bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu (masyarakat, pemerintah, dan sumber-sumber lainnya), c) kemampuan (kualitas, kompetensi) sumber belajar (tutor, fasilitator) terutama kesesuaian dengan program, d) warga belajar yang berminat dan butuh

(32)

dengan program yang dikembangkan, e) fasilitas pendukung program yang representatif sesuai dengan kebutuhan program, f) partisipasi masyarakat dalam pengembangan program, g) alat kontrol (supervisi monitoring, dan evaluasi) program, h) daya dukung lain seperti model yang akan dikembangkan, materi, modul, atau sumber lain yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan sasaran didik, i) anggaran untuk mendukung program, j) pemeliharaan program agar program tetap eksis, k) pengembangan program ke depan.

Sedangkan Sihombing dan Gutama (2000), menjelaskan bahwa beberapa faktor penunjang keberhasilan pengembangan program PKBM meliputi: a) kemampuan mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan masyarakat (warga belajar), b) melayani kebutuhan dan minat warga belajar dalam kegiatan yang bervariasi atau sesuai kebutuhan dan minatnya, c) memobilisasi sumberdaya yang ada di masyarakat, d) membangun kemitraan dan kerjasama secara terbuka secara terbuka dengan berbagai lembaga atau oranisasi, sehingga PKBM mampu mengembangkan berbagai aktivitas pembangunan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan lokal, e) memonitor perkembangan kegiatan serta keberhasilan sehingga dijadikan dasar pengembangan program ke depan, f) mencatat berbagai kelebihan dan kekurangan dari kegiatan yang dikelembagaan PKBM.

Langkah-langkah dalam penyusunan program PKBM dapat diikuti sebagai berikut: a) merencanakan program kegiatan, b) menentukan dan menetapkan berbagai sumber yang dibutuhkan baik sumber daya manusia, material maupun finansial, c) melakukan sosialisasi program ke masyarakat dan pemerintah daerah, d) menerima warga belajar, e) mencari kebutuhan warga belajar berkaitan dengan materi yang dikembangkan dalam program, f) menetapkan kebutuhan materi

(33)

pembelajaran (program), g) menetapkan target dan tujuan program, h) menyusun kurikulum dan materi pembelajaran, i) menjalankan program, j) melakukan monitoring dan evaluasi program, k) mengembangkan program berdasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi. Bidang pendidikan merupakan program andalan PKBM saat ini. Beberapa program pendidikan yang dikembangkan di antaranya adalah:

1) Program keaksaraan fungsional

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keaksaraan dasar warga masyarakat yang masih buta aksara. Saat ini di Indonesia terdapat 5,2 juta orang usia 10 sampai 44 tahun yang masih buta huruf, apabila ditambah dengan anak yang putus sekolah (drop out) maka jumlah tersebut akan mencapai 6 juta orang (Depdiknas, 2006). Olah karena itu sasaran dari kegiatan ini adalah melayani warga masyarakat yang menyandang buta aksara berusia di antara 10 sampai 44 tahun, dengan prioritas usia antara 17 sampai 30 tahun. Materi pembelajaran dan bahan atau sarana pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan mata pencaharian warga belajar. Perkembangan kemampuan dan keterampilan warga belajar dicatat oleh tutor sebagai hasil evaluasi pembelajaran, terutama berhubungan dengan mata pencahariannya, baik dalam bentuk tulisan maupun perubahan tingkah laku warga belajar selama mengikuti (proses) pembelajaran. Sangat dimungkinkan tidak ada tes khusus hasil belajar.

2) Pengembangan anak dini usia (early childhood)

Salah satu program yang dikembangkan di PKBM adalah program pendidikan anak usia dini. Alasan dasar mengapa program ini dikembangkan karena sampai saat ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat

(34)

rendah. Padahal, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru dimulai sejak masa usia dini. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia selama ini cerminan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Oleh sebab itu PKBM memiliki kewajiban untuk mengembangkan program tersebut sejalan dengan tujuan dan fungsi PKBM di tengah-tengah masyarakat.

3) Program kesetaraan (equivalency education)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya diakibatkan oleh tingginya angka putus sekolah, pada level pendidikan dasar dan level pendidikan menengah. Pada tingkat Sekolah Dasar 25 persen dari jumlah lulusannya tidak melanjutkan ke jenjang (level) yang lebih tinggi atau jenjang SMP/Mts, begitu pula 50 persen lulusan SMP/Mts tidak melanjutkan ke jenjang SMA/Ma. (Depdiknas 2006). Oleh karena permasalahan-permasalahan tersebut, program kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan kualitas (mutu) sumber daya manusia. Sesuai dengan fungsi dan peranannya PKBM sebagai pusat kegiatan pembelajaran masyarakat memiliki peran penting dalam mengembangkan program-program kesetaraan di tengah-tengah masyarakatnya. Program kesetaraan melingkupi program Kelompok Belajar paket A setara SD/MI, Kelompok Belajar Paket B setara SMP/MTs dan Kelompok Belajar Paket C SMA/MA.

4) Kelompok belajar usaha

Program kelompok belajar usaha (KBU) diperuntukkan bagi masyarakat (warga belajar) yang minimal telah bebas buta aksara dan atau selesai program kesetaraan. Juga masyarakat lainnya yang merasa perlu untuk meningkatkan dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Warga belajar dikelompok

(35)

belajar usaha dapat memilih berbagai alternatif jenis keterampilan dan jenis usaha yang akan dikembangkan dalam kelompoknya sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.

5) Pengembangan program magang pada PKBM

Salah satu program yang teridentifikasi dikembangkan PKBM adalah program magang. Dalam PKBM magang dibagi dalam dua kegiatan ada magang individual dan ada magang kelompok. Magang individual adalah magang yang dilakukan oleh satu orang warga belajar pada kegiatan-kegiatan pelatihan atau keterampilan tertentu. Sedangkan magang kelompok adalah pemagangnya lebih dari 1 orang biasanya 2 sampai dengan 5 orang. Jenis keterampilan yang dimagangkan sangat bervariasi dan tergantung kebutuhan dan kesiapan warga belajar serta kesiapan PKBM dalam meyiapkan program-program yang sesuai dengan dunia industri. Sasaran magang adalah warga belajar yang minimal sudah terbebas dari buta huruf atau telah menyelesaikan pendidikan dasar (Paket A dan B, SD/MI, SMP/MTs) serta memiliki dasar keterampilan tertentu.

Program magang merupakan program khusus yang dikembangkan PKBM, dan tidak semua PKBM menyelenggarakan program ini karena menuntut kesiapan dan kerjasama dengan mitra (industri) atau bengkel kerja tertentu. Kegiatan magang yang diselenggarakan PKBM umumnya disesuaikan dengan daerah tertentu, seperti Bali, banyak warga belajar yang magang di galeri (lukisan), perhotelan atau menjadi guide (pengantar), serta magang pada industri kerajinan khas Bali seperti souvenir. Begitu pula di daerah lainnya seperti di Jawa Barat di daerah Tasikmalaya dan Ciamis magang banyak dilakukan pada industri pakaian

(36)

khususnya border. Di Jawa Tengah magang keterampilan banyak dilakukan di industri batik baik yang berskala kecil maupun menengah.

6) Kursus keterampilan

Beberapa jenis keterampilan yang teridentifikasi dan dikembangkan dalam PKBM adalah: keterampilan komputer (software dan hardware), kursus keterampilan bahasa (Inggris, tata busana, Mandarin, Arab dan lain-lainl). Kursus mekanik otomotif, elektronika, perhotelan, tata busana, tata boga, tata kecantikan, gunting rambut, akupuntur, memasak, pijat dan lain-lain. Program-program tersebut dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mendukung profesi (profesional).

Program-program PKBM dikembangkan secara bervariasi dan tergantung pada kebutuhan sasaran didik atau warga belajar. Jarang sekali ditemukan satu PKBM yang mengembangkan lebih dari 4 program kegiatan, paling dominan 2 sampai 3 program kegiatan dengan sasaran yang bervariasi, baik dari usia maupun latar belakang pendidikan dan ekonomi. Beberapa PKBM lebih banyak mengembangkan program yang sesuai dengan program pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah atau program daerah seperti dari Dinas Pendidikan (Sub Dinas PLS).

Beragam satuan pendidikan nonformal yang terdapat pada PKBM harus menghadapi berbagai hambatan terkait dengan kinerja program-program yang dijalankan di dalamnya. Berbagai hambatan pendidikan masyarakat, menurut Sihombing (1999) dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Perkembangan program belum diimbangi jumlah dan mutu yang memadai. Misalnya, penilik Dikmas masih ada beberapa yang menangani lebih dari

(37)

satu kecamatan. Begitu pula dengan kebutuhan akan tutor, sebagai contoh untuk paket B setara SLTP, seharusnya membutuhkan rata-rata delapan orang tutor, kenyataannya baru dapat dipenuhi lima orang tutor untuk setiap kelompok belajar.

2. Rasio modul untuk warga belajar program kesetaraan yang masih jauh dari mencukupi. Rasio modul baru mencapai 1 : 3. Hal ini terjadi arena pengadaan modul murni dari pemerintah.

3. Tidak ada tempat belajar yang pasti. Hal ini menyebabkan adanya kesukaran pemantauan kebenaran pelaksanaan program pembelajaran.

4. Kualitas hasil belajar sulit dilihat kebenarannya dan sukar diukur tingkat keberhasilannya. Secara teoritis memang terdapat pembelajaran, tetapi dalam pelaksanaannya sulit dipertanggung jawabkan.

5. Lemahnya akurasi data tentang sasaran program.kondisi ini disebabkan terbatasnya tenaga di lapangan baik secara kuantitas maupun kualitas serta sarana pendukung yang belum memadai.

6. Jadwal pelaksanaan belajar mengajar yang tidak selalu dilaksanakan tepat waktu.

2.2 Evaluasi program

Evaluasi oleh Gunardi (n.d) dalam modul mata kuliah Perencanaan Evaluasi Partisipatif didefinisikan sebagai proses penaksiran nilai atau nilai potensial yang berkelanjutan dan sistematik. Menurut Gunardi, evaluasi program adalah suatu rangkaian yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program. Ada beragam evaluasi. Ditinjau dari substansi evaluasi, evaluasi dapat

(38)

dilakukan terhadap proses pelaksanaan kegiatan dan dapat pula dilakukan hasil (tercapainya tujuan) pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi proses berarti mempelajari apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanaan sesuai dengan rencana, apa kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan, adakah tindakan yang berbeda dari apa yang direncanakan, apakah tindakan yang berbeda ini berakibat baik atau buruk. Dalam mengevaluasi hasil, pengukuran dapat dilakukan pada aras:

a. Output, yaitu mempelajari apakah hasilnya sesuai dengan yang direncanakan; misalnya berapa kali latihan dilakukan, berapa petani yang bisa dijangkau, dan lain-lain.

b. Effect, yaitu melihat dampak pertama (atau kedua atau lebih) yang masih dekat dengan output; misalnya berapa banyak pertambahan pengetahuan, berapa tinggi perubahan keterampilan, berapa jauh perubahan sikap peserta pelatihan.

c. Impact, yaitu mempelajari konsekuensi lebih lanjut dari effect, misalnya adakah peningkatan produksi padi, atau adakah pertambahan penyerapan tenaga kerja, atau adakah peningkatan pendapatan petani dan sebagainya.

Di bidang pendidikan, dikenal pula dua jenis lain dari evaluasi, yaitu:

a. Evaluasi formatif ; yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil yang berupa perubahan perilaku sesudah setiap bagian seluruh pelajaran dilakukan. b. Evaluasi sumatif ; yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil

berupa perubahan perilaku sesudah seluruh pelajaran diselesaikan.

(39)

a. Evaluasi ex-ante, yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum suatu proyek dilaksanakan, dengan maksud mengetahui apakah proyek itu layak dilakukan. Evaluasi yang termasuk jenis ini antara lain adalah studi kelayakan, analisis dampak lingkungan, dan sejenisnya.

b. Evaluasi ex-post, yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah proyek dilaksanakan. Evaluasi jenis ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan dan akibat dari pelaksanaan proyek tersebut. Dengan demikian evaluasi ex-post ini dapat dibagi lagi menjadi (a) evaluasi proyek sedang berjalan (on-going evaluation), (b) evaluasi akhir proyek (terminal evaluation), dan (c) evaluasi dampak. Evaluasi mempunyai beberapa tujuan. Dalam bidang pendidikan penyuluhan pertanian, Gunardi (n.d) menyatakan ada enam maksud evaluasi, yaitu:

a. Menguji secara berkala pelaksanaan kegiatan, yang mengarahkan perbaikan yang berkelanjutan

b. Memperjelas tujuan dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu tercapai

c. Menjadi pengukur keefektifan metode penyuluhan d. Menyediakan bukti tentang pentingnya program

e. Menyediakan bukti tentang keberhasilan, untuk memberikan rasa puas dan kepercayaan kepada mereka yang terlibat dalam program

f. Menyediakan data dan informasi untuk perencanaan.

Gunardi (n.d) menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi yang ilmiah, langkah-langkahnya adalah:

a. Merumuskan tujuan; dimaksud untuk memerinci secara spesifik apa yang akan dilihat dengan evaluasi yang bersangkutan

(40)

b. Merumuskan indikator dan data yang akan dikumpulkan. Indikator adalah penunjuk suatu kegiatan atau keadaan. Data yang dikumpulkan merupakan satuan yang dapat ditangkap pancaindra oleh pengamat yang melaksanakan pengumpulan data.

c. Mengembangkan metode untuk mengumpulkan data. Mencakup penyiapan instrument pengumpulan data, seperti pedoman wawancara, kuesioner, dan sebagainya. Perlu pula ditentukan orang yang akan diwawancarai, peserta diskusi kelompok terarah, lokasi, dan sebagainya.

d. Mengumpulkan data. Berkisar pada pengumpulan data dari berbagai pihak melalui wawancara, pengamatan, dan diskusi.

e. Menganalisis data. Merupakan kegiatan memberi kode, skor dan nilai pada data yang telah terkumpul. Pada saat ini, dilakukan perhitungan secara sistematik, dan menafsirkan hasil perhitungan.

f. Menarik kesimpulan. Pada tahap ini dirumuskan kesimpulan yang tegas setelah mempertimbangkan hubungan-hubungan dari berbagai hasil penafsiran olahan perhitugan dan pengujian.

Tata urutan di atas dapat diterapkan pada evaluasi yang konvensional maupun evaluasi partisipatif. Pada evaluasi konvensional, semua langkah evaluasi di atas dilakukan oleh pihak luar dan biasanya dilakukan untuk kepentingan pihak luar, terutama pihak proyek. Sebaliknya pada evaluasi partisipatif seluruh tahapan di atas dilakukan oleh masyarakat, pihak luar hanya bertugas memfasilitasi proses tersebut.

Sedangkan evaluasi program menurut Musa dalam Widiamega (2010) adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang suatu keadaan objek

(41)

yang dilakukan secara terencana, sistematik, dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa fakta, data, dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan.

Fungsi evaluasi program di antaranya adalah:

1) Memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan suatu program 2) Menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program

3) Melakukan pengendalian pelaksanaan program

4) Memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan program

Departemen Pertanian dikutip dalam Widiamega (2010) mengemukakan jenis evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu:

1. Evaluasi input

Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program

2. Evaluasi output

Evaluasi output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tetentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai proyek atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif),

(42)

perubahan sikap (aras afektif), kesediaan perilaku (aras konatif), dan perubahan perilaku (aras psikomotorik).

Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan seseorang berperilaku tertentu yang perilakunya dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari sehingga membentuk suatu pola.

3. Evaluasi effect

Evaluasi effect adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru tampak setelah program berakhir.

4. Evaluasi impact (dampak)

Evaluasi impact adalah penilaian yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.

2.3 Komponen, dan Proses Program yang Dievaluasi dalam Pendidikan Luar Sekolah

Evaluasi program adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data secara sistematis tentang program penidikan luar sekolah, sebagai

(43)

masukan bagi pengambilan alternative keputusan. Alternatif keputusan itu antara lain untuk perhentian, perbaikan, modifikasi, perluasan, peningkatan, atau tindak lanjut program pendidikan luar sekolah.

Secara rinci komponen, proses dan tujuan program pendidikan luar sekolah yang sistemik menurut Sudjana (2006) adalah:

1. Masukan lingkungan (environmental input) meliputi lingkungan alam, sosial budaya, dan kelembagaan. Lingkungan alam terdiri atas lingkungan alam hayati dan lingkungan non hayati. Lingkungan sosial-budaya meliputi kondisi kependudukan dengan berbagai potensinya seperti kebiasaan, tradisi, lapangan pekerjaan, kebutuhan, ideologi dan aspirasi masyarakat. Lingkungan kelembagaan terdiri atas instansi-instansi pemerintah, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang terkait dengan program.

2. Masukan sarana (instrumental input) terdiri atas kurikulum atau program pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta biaya.

3. Masukan individu ialah peserta didik yang terdiri atas warga belajar, peserta pelatihan, peserta penyuluhan, pemagang, santri, dan sebagainya. Peserta didik ini mempunyai karakteristik internal, yaitu atribut fisik, atribut psikis dan fungsional. Atribut fisik berupa usia, jenis kelamin, kondisi panca indera, dan lain-lain. Atribut psikis mencakup kesiapan belajar, motivsi, kemampuan mental, dan struktur kognisi. Sedangkan atribut fungsional meliputi pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan status sosial ekonomi keluarga.

4. Proses pendidikan melalui pembelajaran (processes) adalah interaksi edukatif antara seluruh masukan. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan atau

(44)

latihan. Proses pembelajaran yang perlu dievaluasi adalah interaksi edukasi antara peserta didik dan pendidik. Oleh karena itu, perlu diketahui partisipasi dan teknik pembelajaran yang digunakan.

5. Keluaran (output) adalah lulusan program pendidikan luar sekolah. Keluaran yang dievaluasi adalah kuantitas dan kualitas lulusan program setelah mengalami proses pembelajaran. Kuantitas adalah jumlah lulusan yang berhasil menyelesaikan proses pembelajaran sedangkan kualitas adalah perubahan tingkah laku peserta didik atau lulusan meliputi ranah afeksi (sikap), ranah kognisi (pengetahuan), dan ranah psikomotor (keterampilan). 6. Masukan lain (other input) adalah sumber-sumber atau daya dukung yang

memungkinkan lulusan dapat menerapkan hasil belajar (keluaran) dalam kehidupannya. Masukan lain ini dapat digolongkan ke dalam bidang bisnis, pekerjaan, dan aktivitas kemasyarakatan.

7. Pengaruh (outcome) adalah dampak yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Pengaruh ini dapat diukur dalam tiga aspek kehidupan, yaitu peningkatan taraf atau atau kesejahteraan hidup, upaya membelajarkan orang lain baik kepada perorangan, kelompok dan atau komunitas, dan keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.

2.4 Penelitian Terdahulu tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendidikan

Sebelum ini telah dilakukan beberapa penelitian-penelitian yang berhubungan dengan program-program pendidikan. Seperti yang telah dilakukan oleh Yuliantoro (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat

(45)

Melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang mengkaji permasalahan yang menyebabkan kurang berkembangnya program Kelompok Belajar Usaha (KBU) dalam penelitian ini kurang berkembang. Menurut Yuliantoro (2008) kurang berkembangnya KBU dalam penelitian ini adalah dikarenakan (1) kurangnya minat dan motivasi warga belajar dikarenakan jenis keterampilan yang diajarkan kurang variatif. (2) pemasaran yang tidak berkembang. (3) keterbatasan modal. (4) masih banyaknya warga miskin dan pengangguran yang belum mengetahui tentang KBU.

Upaya pengembangan yang dilakukan KBU dalam penelitian Yuliantoro (2008) adalah dengan menampung aspirasi warga belajar, pengelola dan instruktur melalui diskusi. Selanjutnya, hasil diskusi tersebut disepakati untuk mengembangkan KBU yang lebih aspiratif dan partisipatif yang melibatkan seluruh stake holder dengan mengembangkan konsep good governance (tata kelola pemerintahan yang baik).

Berbeda dengan penelitian Bakhtiar (2003) yang menggunakan kelulusan, input dan peranan pihak sekolah sebagai indikator dan input dalam melakukan evaluasi program pendidikan mutu pendidikan di SLTP 3 Bengkalis. Bakhtiar (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa permasalahan yang terjadi pada SLTP 3 Bengkalis adalah dikarenakan kompetensi guru yang masih kurang, pengadaan buku dan alat pelajaran yang kurang memadai, kurang optimalnya peranan komite sekolah dan rendahnya peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di SLTPN 3 Bengkalis. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Bakhtiar (2003) mengemukakan bahwa Focus Group Discusion (FGD) merupakan pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

(46)

Setelah menlakukan FGD, hasil FGD tersebut akan dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu pendidikan di SLTPN 3 Bengkalis. Adapun hasil FGD yang telah dilakukan adalah dengan melakukan program peningkatan mutu manajemen pendidikan yang akan dilaksanakan secara partisipatif oleh komite sekolah dan masyarakat naik secara langsung maupun tidak langsung.

Haryati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keefektifan Pembelajaran Kejar Paket B Setara SLTP menemukan bahwa terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran kejar Paket B. Faktor internal yang berhubungan dengan keefektifan adalah status sosial ekonomi warga belajar. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan nyata degan keefektifan pembelajaran kejar Paket B adalah tersebut adalah materi, kualitas pengajar, intensitas pengajaran, dorongan orang tua, dan peluang kerja.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu jalur pendidikan nonformal disamping pendidikan formal di sekolah. Adanya istilah belajar sepanjang hayat yang pada intinya menekankan bahwa tidak pernah ada kata terlambat bagi seseorang untuk belajar serta didasari adanya permasalahan pendidikan, maka pemerintah merintis sebuah wadah untuk menampung kegiatan belajar masyarakat untuk jalur nonformal yang diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Beragam program dikembangkan oleh PKBM, salah satunya adalah program kesetaraan (Paket A, B, dan C). Terkait dengan rendahnya angka partisipasi sekolah pada usia sekolah menengah maka penelitian ini akan

(47)

mengkaji lebih lanjut program kesetaraan Paket C. Secara umum, PKBM terbagi menjadi dua tipe, yaitu: PKBM negeri dan PKBM swasta. Sesuai dengan peranan PKBM sebagai jawaban pemerintah atas masalah pendidikan yang terjadi maka dalam penelitian ini tipe PKBM yang dikaji adalah PKBM negeri.

Evaluasi program menurut Sudjana (2006) dapat didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Sudjana (2006) juga menyebutkan komponen yang merupakan unsur-unsur terpenting dalam mengevaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Unsur-unsur tersebut adalah: (a) masukan individu, (b) masukan lingkungan, (c) masukan sarana, (d) keluaran (output), (e) masukan lain, dan (f) pengaruh (outcome). Namun dalam penelitian kali ini peneliti hanya akan mengevaluasi sampai keluaran (output) dikarenakan batasan waktu yang dimiliki peneliti tidak memungkinkan untuk meneliti lebih jauh.

Peranan yang dikaji pada penelitian ini adalah keberhasilan PKBM Negeri 17 dalam mengembangkan karakteristik dasar bagi pengembangan PKBM sebagai wadah belajar masyarakat. Karakteristik yang dasar yang harus dikembangkan oleh PKBM sebagai wadah belajar masyarakat adalah PKBM sebagai tempat belajar, PKBM sebagai tempat tukar belajar bagi sesama warga belajar, PKBM sebagai sentra bertemunya segala lapisan masyarakat untuk saling bertukar ilmu, PKBM sebagai sumber pertukaran informasi bagi sesama warga belajar dan PKBM sebagai pusat penelitian masyarakat terkait dengan pendidikan nonformal.

Selain itu, penelitian ini juga mengevaluasi keberhasilan program Paket Cpada PKBM Negeri 17 dengan menghubungkan antara masukan, proses dan keluaran yang dimiliki oleh PKBM ini. Unsur-unsur yang dimiliki oleh masukan dan proses akan dikaitkan dengan keluaran yang keberhasilannya ditandai oleh tingkat pengetahuan dan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan.

(48)

Evaluasi akan dimulai dengan memasukkan faktor-faktor input yang dibagi kedalam tiga masukan yaitu masukan individu, masukan lingkungan dan masukan sarana. Masukan individu dibagi ke dalam empat sub variabel, yaitu usia, jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, dan motivasi warga belajar. Masukan lingkungan adalah dukungan keluarga, dukungan lingkungan pergaulan serta lokasi pembelajaran. Sedangkan masukan sarana adalah kualitas pengajar yang disediakan oleh PKBM.

Selanjutnya peneliti akan mengevaluasi proses pembelajaran yang akan diukur melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Menurut Sudjana (2006) interaksi ini menyangkut kehadiran peserta didik, serta keaktifan peserta baik di dalam maupun di luar kelas. Setelah itu, peneliti akan mencoba mengkaji keluaran (output) yang diterima oleh peserta didik. Keluaran yang dapat dievaluasi menurut Sudjana (2006) ada dua, yaitu kuantitas dan kualitas lulusan. Namun dalam penelitian ini hanya membahas kualitas peserta didik dilihat dari pengetahuan, yang akan dilihat berdasarkan nilai ujian, dan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan.

Variabel-variabel yang dievaluasi pada penelitian ini merupakan variabel-variabel yang sebelumnya sudah pernah digunakan oleh peneliti lain. Digunakannya kembali variabel-variabel yang pernah digunakan oleh peneliti lain dalam penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang terdapat pada PKBM Negeri 17 yang didominasi masyarakat putus sekolah dan nelayan urban dengan PKBM lain yang berbeda komunitas.

(49)

MASUKAN

PROSES KELUARAN

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pendidikan Program Kesetaraan Paket C

 30  PROSES - Tingkat kehadiran - Tingkat keaktifan Faktor Individu  - Usia - Jenis kelamin

‐ Tingkat sosial ekonomi ‐ Motivasi

OUTPUT 

‐ Tinkat pengetahuan

‐ Sikap terhadap keberlanjutan pendidikan

Faktor Sarana 

‐ Kualitas pengajar Faktor Lingkungan 

‐ Tingkat dukungan keluarga ‐ Tingkat dukungan

pergaulan

(50)

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat kehadiran

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran

4. Diduga terdapat hubungan nyata antara motivasi dengan tingkat kehadiran 5. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat dukungan keluarga dengan

tingkat kehadiran

6. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat dukungan lingkungan pergaulan dengan tingkat kehadiran

7. Diduga terdapat hubungan nyata antara jarak lokasi pembelajaran dengan tingkat kehadiran

8. Diduga terdapat hubungan nyata antara kualitas pengajar dengan tingkat kehadiran

9. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat keaktifan

10. Diduga terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat keaktifan

11. Diduga terdapat hubungan nyata antara sosial ekonomi dengan tingkat keaktifan

12. Diduga terdapat hubungan nyata antara motivasi dengan tingkat keaktifan 13. Diduga terdapat hubungan nyata antara dukungan keluarga dengan tingkat

keaktifan

14. Diduga terdapat hubungan nyata antara lingkungan pergaulan dengan tingkat keaktifan

(51)

15. Diduga terdapat hubungan nyata antara lokasi pembelajaran dengan tingkat keaktifan

16. Diduga terdapat hubungan nyata antara kualitas pengajar dengan tingkat keaktifan

17. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat kehadiran dengan tingkat pengetahuan

18. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat keaktifan dengan tingkat pengetahuan

19. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat kehadiran dengan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan

20. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat keaktifan dengan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan

2.7 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa definisi operasional yang digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan arah terhadap konsep yang ditetapkan dalam mengukur variabel, sehingga pengukuran tehadap variabel dapat dilakukan secara jelas dan terukur. Beberapa definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(I) Masukan 1. Faktor individu

Faktor individu merupakan karakter internal peserta didik, karakter internal tersebut meliputi usia, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi dan motivasi peserta.

1. Usia merupakan lamanya tahun selama warga belajar hidup yang di hitung sejak lahir sampai menjadi responden dalam penelitian ini (tahun). Usia

(52)

warga belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah < 20 tahun, dan tinggi ≥20 tahun.

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin warga belajar yang dikategorikan 1= laki-laki dan 2= perempuan.

3. Sosial ekonomi adalah keadaan sosial ekonomi warga belajar yang terdiri atas gabungan beberapa jenis pertanyaan seputar kondisi ekonomi dan sosial. Gabungan pertanyaan ini akan menghasilkan jumlah skor paling tinggi 24 dan paling rendah 0. Kemudian berdasarkan jumlah skor gabungan tersebut maka data hasil pengukuran diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu: rendah < 12 dan tinggi ≥ 12

4. Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri warga belajar yang disadari karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mengukur motivasi, peneliti mengajukan pernyataan yang dipilih oleh warga belajar berdasarkan tingkat persetujuan masing-masing warga belajar. Setiap pernyataan memiliki lima skala dari yang Sangat Tidak Setuju, skor=1 hingga Sangat Setuju, skor=5. Motivasi warga belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu; rendah< 55 dan tinggi ≥55

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan karakteristik eksternal peserta didik berkaitan dengan lingkungan kehidupan peserta didik meliputi dukungan keluarga, lingkungan pergaulan, serta lokasi pembelajaran.

1. Tingkat dukungan keluarga adalah dorongan yang diberikan anggota keluarga terhadap warga belajar untuk mengikuti paket C. Dorongan dapat berupa biaya, motivasi, semangat, dan perhatian. Pertanyaan ini menggunakan

(53)

pengukuran ordinal dengan memberikan pernyataan berskala, dengan nilai sangat tidak setuju skor=1 hingga sangat setuju skor=5. Tingkat dukungan keluarga dikategorikan menjadi dua, yaitu; rendah< 34 dan tinggi ≥ 34

2. Tingkat dukungan lingkungan pergaulan adalah dukungan dan dorongan yang didapat oleh peserta didik dari lingkungan pergaulannya. Pertanyaan untuk mengukur variabel ini meliputi jumlah teman yang sebelumnya pernah mengikuti Paket C, tanggapan teman-teman dan tindakan apa yang dilakukan oleh teman warga belajar jika mereka mendukung. Tingkat dukungan lingkungan pergaulan dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah≤ 6 dan tinggi> 6

3. Jarak lokasi pembelajaran adalah jarak antara tempat tinggal peserta didik dengan tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Pertanyaan mengenai lokasi pembelajaran meliputi jarak antara rumah peserta didik dengan lokasi pembelajaran, alat transportasi yang digunakan peserta didik dan besarnya ongkos yang dikeluarkan oleh peserta didik. Skor tertinggi untuk variabel ini adalah 10. Jarak lokasi pembelajaran dibagi menjadi dua kategori, yaitu: dekat< 7 dan jauh≥ 7.

3. Faktor Sarana

Faktor sarana adalah sarana maupun prasarana yang tersedia di dalam Kelompok Belajar Paket C. Dalam hal ini yang dinilai hanyalah kualitas pengajar karena minimnya sarana yang terdapat di PKBM ini.

1. Kualitas pengajar adalah kemampuan tutor untuk menjalankan tugas dan peranannya sebagai pengajar. Kualitas pengajar ini dinilai oleh responden berdasarkan kedisplinan tutor, penguasaan materi, cara mengajar, dan motivasi

(54)

terhadap siswa. Kualitas pengajar diukur kepada masing-masing tutor dengan menggunakan skala ordinal dengan skala sangat tidak setuju, skor=1 sampai sangat setuju, skor=5. Kualitas pengajar dikategorikan menjadi dua, yaitu; rendah< 86 dan tinggi ≥ 86

(II) PROSES

1. Tingkat kehadiran

Kehadiran adalah jumlah total kehadiran peserta selama 6 bulan terakhir selama proses pembelajaran berlangsung. Untukmendapatkan data yang lebih

valid, selain menanyakan kepada responden, peneliti juga menggunakan absen

dari sekretariat. Dari keseluruhan pertemuan dalam 6 bulan terdapat 90 kali pertemuan, namun pada prakteknya paling banyak peserta yang datang hanya 60 kali dalam 6 bulan. Berdasarkan itu maka peneliti merumuskan bahwa tingkat kehadiran dikategorikan rendah jika responden memiliki total kehadiran 30 kebawah dan dikategorikan tinggi jika responden memiliki kehadiran diatas 30 kali dalam 6 bulan terakhir

2. Tingkat keaktifan

Keaktifan adalah intensitas peserta didik dalam bertanya, berdiskusi, mengerjakan tugas yang diberikan oleh tutor maupun sesama peserta didik yang dilakukan di dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran. Pertanyaan untuk mengukur variabel ini menggunakan jenis pertanyaan ordinal dengan skala nilai 1-5. Tidak pernah, skor=1 sampai Selalu, skor=5. Berdasarkan rata-rata total dari jawaban setiap responden, diperoleh hasil sebesar 43,5.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pendidikan Program Kesetaraan Paket C
Gambar 2. Struktur Organisasi PKBM Negeri 17 Warga Belajar Tutor Sekertaris Indra Bendahara Karep Penanggung Jawab Maringan Purba  Tata Usaha M.Ridwan Kasi dikmenti Fitri Suryawati
Tabel 2.  Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Penjaringan  Jakarta Utara, 2011
Gambar 3. Situasi kelas yang digunakan warga belajar Paket C
+6

Referensi

Dokumen terkait

Nilai estetis juga dapat dirumuskan sebagai tolak ukur yang digunakan subjek untuk menentukan sifat menarik atau ketidakmenarikan pada suatu objek... Karena nilai

Dokumen yang tercatat dalam daftar pemasukan Dokumen terdapat 2 perusahaan. Panitia Pengadaan Barang dan

The Influence of Firdaus’ Experiences with Men on Her Perception Towards Men as Reflected in Nawal El Saadawi’s Woman at Point Zero.. Yogyakarta: Faculty of Teachers Training

Kedua existing produk yang telah dijelaskan peneliti diatas, akan dijadikan sebagai bahan acuan oleh peneliti dalam membuat jok ergonomis untuk mobil minimalis roda

MDRT Indonesia optimis capai 1.500 anggota pada akhir tahun 2016, sementara jumlah agen asuransi jiwa yang menjadi anggota MDRT saat ini sebanyak 928 orang,

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada responden berdasarkan Umur Kehamilan didapatkan hasil terbanyak yaitu pada ibu hamil TM2 sebesar 48,4% atau sebanyak

Pengukuran Topografi Adalah Sebagai Proses Pengumpulan Data Koordinat dan Ketinggian Permukaan Bumi Sepanjang Rencana Trase Jalan dan Trotoar Yang Selanjutnya Data Hasil

Sawijine wacana utawa teks nduweni koheren utawa ora karo perangan liyane ing wacana, ora amarga sesambungane perangan siji karo perangan liyane, nanging