commit to user 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah singkat KPP Pratama Surakarta
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta saat ini berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta. Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk.I) Surakarta ditingkat-kan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir tahun 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Keuangan Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang organisasi dan Tata Kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta tipe A dengan wilayah kerja yang meliputi kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta mulai beroperasi tahun 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta
commit to user
sudah meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, Banjarsari.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Per-siapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesia tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative (AR) untuk pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik.
Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah menjadi:
1) Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja sebagai berikut:
(a) Kotamadya Surakarta (b) Kabupaten Karanganyar (c) Kabupaten Surakarta
2) Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut: (a) Kota Administrasi Klaten
(b) Kota Boyolali
(c) Kabupaten Sukoharjo (d) Kabupaten Wonogiri
commit to user
3) Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B, dengan wilayah kerja se eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi Pajak Surakarta)
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa (Kantor Pe-meriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta adalah sebagai berikut:
(a) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
(b) Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pem-beritahuan masa serta berkas Wajib Pajak.
(c) Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
(d) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian ke-beratan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Peng-hasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
(e) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. (f) Penerbitan surat ketetapan pajak.
(g) Pembetulan surat ketetapan pajak. (h) Pengurangan sanksi pajak.
(i) Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
commit to user
b. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta
Berikut ini merupakan Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta:
1) Visi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif, efisien, dan dapat dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.”
2) Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta yaitu “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.”
c. Deskripsi Jabatan di KPP Pratama Surakarta
Berikut ini merupakan deskripsi jabatan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta:
1) Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Secara umum memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak yang berupa bimbingan dan penyuluhan. Selain itu ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasarkan hasil pengawasan dan bimbingan. Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi empat, yaitu:
- Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan - Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
- Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon - Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
commit to user
Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaaan dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan pajak per WP. (b) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan,
pe-ngurangan dan penghapusan sanksi administrasi PPh, PPn dan PPnBM di KPP.
(c) Menyelesaikan permohonan pengurangan dan pembatalan ketetapan pajak yanag tidak benar PPh, PPn, PPnBM di KPP.
(d) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau penghapusan administrasi PBB, perubahan metode pembukuan.
(e) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPn, permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa.
(f) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputerisasi.
(g) Menyelasaikan pemohonan penambahan deposito baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputer-isasi.
(h) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha dan hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh.
(i) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh Pasal 25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang.
(j) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian dan analisis kepatuhan material WP.
(k) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB/SKPKBT/STB, Surat Ketetapan Pajak PBB, teguran pengembalian SPOP, surat himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat waktu atau kadaluwarsa, rusak atau salah baik yang telah didistribusikan maupun yang belum didistribusikan.
commit to user
(l) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha.
2) Sub Bagian Umum
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga sebagai berikut:
(a) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Sub Bagian Umum serta penyampaian dokumen di KPP.
(b) Mengajukan pengajuan kesehatan pegawai, pengurus gaji, TKPKN, SPJ, pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan TKPKN.
(c) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta pengambilan sumpah PNS.
(d) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan ijin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta pendidikan di luar negeri.
(e) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan pensiun janda/duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebagai PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul pengangkatan bendahara. (f) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan berkala, laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran, laporan SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran).
(g) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda asuransi, dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
(h) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS) kepada rekanan.
(i) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai
(j) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris dari rekanan (pihak lain), pelaksanaan penghapusan barang milik Negara dengan lelang pada unit KPP.
commit to user
(k) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan atau tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen DepKeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksaan Lainnya.
3) Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta me-lakukan kerjasama perpajakan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP pada tempat tata cara pendaftaran NPWP, penghapusan NPWP, perubahan identitas WP, serta pemberitahuan penggunaan norma perhitungan. (b) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Penguasaha Kena Pajak
(PKP) dan pencabutan PKP.
(c) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP lama. (d) Menyelesaiakn pemindahan WP dan PKP di KPP baru. (e) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.
(f) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau STP. (g) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan,
serta Surat Ketetapan Pajak (SKP).
(h) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR. (i) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
(j) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
(k) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dollar Amerika Serikat.
(l) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk per-wakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta pejabat atau tenaga ahlinya.
commit to user
(m) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari WP ke Kantor Wilayah.
(n) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil. 4) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pe-ngamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing serta penyiapan laporan kerja. Adapun rincian-nya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan seksi PDI.
(b) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, per-kembangan ekonomi dan keuangan.
(c) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
(d) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain. (e) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait. (f) Penatausahaan penerimaan PBB non elektronik.
(g) Membuat laporan penerimaan PBB atau BPHTB, serta menyelesaiakan pembagian hasilnya.
5) Seksi Ekstensifikasi
Peralihan dari seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB, serta menindaklanjuti data yang belum memiliki NPWP untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Ekstensifikasi. (b) Pendaftaran objek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun
lapangan.
(c) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
(d) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/pemutakhiran bank data perpajakan, serta data potensi perpajakan dalam monografi fiskal.
commit to user
(e) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data obyek dan subyek PBB.
(f) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan pembentukan atau penyempurnaan ZNT atau NIR.
(g) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP, per-mohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.
6) Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pe-laksanaan aturan pemeriksaan, penerbit dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainya. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Pemeriksaan. (b) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar
selain WP patuh.
(c) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti permulaan. (d) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan.
(e) Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan nota perhitungan. 7) Seksi Penagihan
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Penagihan, Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak beserta bukti pem-bayarannya, Surat Keputusan Pembetulan, Keberatan, Putusan Banding, Pengurangan, Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat Keputusan Pe-ngurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan. (b) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP.
commit to user
(c) Menyelesaiakan permohonan penundaan pembayaran pajak dan usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
(d) Penagihan pajak seketika dan sekaligus. (e) Menghapus piutang pajak.
(f) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
(g) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
(h) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu. (i) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan lelang. (j) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
(k) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.
2. Deskripsi Data Khusus
a. Data Variabel Pemeriksaan pajak
Tabel 5. Data Jumlah Surat Ketetapan Pajak Terbit pada Tahun 2010-2012
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta
Bulan Jumlah SKP Terbit
2010 2011 2012 Januari 1 0 0 Februari 4 2 1 Maret 2 5 3 April 2 1 2 Mei 3 0 1 Juni 0 2 1 Juli 0 5 0 Agustus 0 0 1 September 1 0 0 Oktober 1 2 3 November 1 2 5 Desember 1 1 0
commit to user
Data tersebut di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi seperti di bawah ini:
Gambar 2. Grafik Jumlah Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan di KPP Pratama Surakarta Tahun 2010-2012
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas hasil pemeriksaan. Pada gambar di atas dapat dilihat bulan-bulan tertentu yang menunjukkan angka nol seperti pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2010. Hal ini berarti tidak ada Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta pada bulan-bulan tersebut. Menurut konfirmasi dari KPP Pratama Surakarta jangka waktu pemeriksaan bisa bervariasi dan diperpanjang sesuai kebutuhan pemeriksaan. Jumlah fungsional pemeriksa pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang hanya berjumlah 12 orang juga mempengaruhi jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2010 1 4 2 2 3 0 0 0 1 1 1 1 2011 0 2 5 1 0 2 5 0 0 2 2 1 2012 0 1 3 2 1 1 0 1 0 3 5 0 0 1 2 3 4 5 6 Ju m lah SKP ter b it
commit to user
b. Data Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Tabel 6. Data Jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan Tahun 2010-2012
Bulan Jumlah SPT dilaporkan
2010 2011 2012 Januari 44 42 24 Februari 166 106 138 Maret 621 535 377 April 1502 1812 1606 Mei 32 37 36 Juni 22 22 20 Juli 17 15 12 Agustus 14 10 12 September 12 10 34 Oktober 5 12 20 November 10 19 9 Desember 20 26 4
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, variabel Kepatuhan Wajib Pajak Badan diukur melalui persentase jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilaporkan dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak Badan efektif yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta. Pada tahun 2010, jumlah Wajib Pajak Badan berjumlah 7.565 wajib pajak, pada tahun 2011 sebanyak 6.470 wajib pajak, dan sebanyak 4.593 wajib pajak pada tahun 2012. Data pelaporan SPT Tahunan merupakan data bulanan, sehingga dalam perbandingan jumlah Wajib Pajak Badan diasumsikan sama setiap bulannya. Data kepatuhan Wajib Pajak Badan di atas terlihat sangat mencolok pada bulan Maret dan April yang sangat jauh melampaui persentase kepatuhan pada bulan lainnya. Menurut konfirmasi dari KPP Pratama Surakarta, hal ini biasa terjadi karena bulan Maret dan April sudah mendekati batas akhir penyampaian SPT Tahunan Badan yakni pada 30 April. Persentase kepatuhan wajib pajak tersebut disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
Gambar 3. Grafik Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta Tahun 2010-2012
c. Data Variabel Penerimaan Pajak Penghasilan Badan
Tabel 7. Data Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Tahun 2010-2012
Bulan Realisasi penerimaan PPh Badan (Rupiah)
2010 2011 2012 Januari 1.344.067.566 1.688.782.516 1.923.922.950 Februari 1.524.195.045 1.782.203.132 982.391.751 Maret 1.739.975.072 1.909.093.743 2.080.997.164 April 6.279.472.160 6.143.310.317 11.414.535.087 Mei -1.569.078.492 -3.432.636.784 -3.928.102.590 Juni 2.098.800.005 2.110.333.023 2.395.497.163 Juli 1.626.117.775 1.111.140.821 2.572.459.060 Agustus 1.708.215.731 1.843.136.332 1.939.647.707 September 1.695.659.663 1.799.895.405 2.523.975.574 Oktober 1.596.091.673 1.818.852.522 2.885.299.869 November 2.441.991.225 2.562.576.837 3.029.416.199 Desember 14.125.728.176 3.025.292.160 3.841.964.060 Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2010 7 26 99 237 5 3 3 2 2 1 2 3 2011 8 20 99 335 7 4 3 2 2 2 4 5 2012 6 36 99 411 9 5 3 3 9 5 2 1 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 P er sen tase K ep atu h an W P B ad an (%)
commit to user
Data tersebut di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi seperti di bawah ini:
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan pajak di Bulan Januari, Februari, Maret, Juni, Agustus, September, Oktober, dan juga Nopember pada tiga tahun berturut-turut mengalami tren positif. Pada grafik tersebut juga dapat dilihat bahwa pada Bulan Mei menunjukkan penerimaan pajak penghasilan yang negatif, menurut konfirmasi dari KPP Pratama Surakarta hal ini disebabkan pada bulan tersebut Kantor Pelayanan Pajak Pratama banyak melakukan pembayaran atas restitusi pajak. Restitusi merupakan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang terjadi apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang, dengan catatan wajib pajak tidak memiliki hutang pajak lain.
Gambar 4. Grafik Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Tahun 2010-2012 -6.000 -4.000 -2.000 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
P en er im aa n P aj ak P P h B ad an (J u taan R p ) Bulan 2010 2011 2012
commit to user
d. Analisis Deskriptif
Setelah data diperoleh dan diinput ke dalam SPSS 18, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif guna memberikan gambaran umum dan sebaran data dari variabel-variabel yang diteliti. Variabel yag diteliti adalah Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta. Gambaran data yang dapat dilihat antara lain jumlah data penelitian, nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi masing-masing data. Berikut ini merupakan tabel hasil uji statistik deskriptif:
Tabel 8. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pemeriksaan 36 0,00 5,00 1,4722 1,50211
Kepatuhan 36 0,79 410,74 40,8514 94,06979 Penerimaan 36 -3,93E9 1,41E10 2,4621E9 3,17009E9
Valid N
(listwise)
36
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui gambaran distribusi data penelitian sebagai berikut:
1. Variabel Pemeriksaan Pajak diukur dengan jumlah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan KPP Pratama Surakarta. Deskripsi data Pemeriksaan Pajak menunjukkan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum adalah 5,00 serta rata-rata 1,47. Hal ini diartikan KPP Prata-ratama Surakarta tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak pada bulan-bulan tertentu. Pada rentang waktu yang diteliti, KPP Pratama Surakarta paling banyak menerbitkan 5 SKP dan nilai rata-rata 1,47 setiap bulan. Standar deviasi variabel pemeriksaan adalah 1,50211.
commit to user
2. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak diukur dengan persentase perbandingan jumlah SPT yang dilaporkan per bulan dan jumlah wajib pajak yang wajib SPT setiap bulannya. Deskripsi data menunjukkan nilai minimum 0,79% sedangkan nilai maksimum mencapai 410,74% dan rata-rata SPT dilaporkan setiap bulannya sebesar 40,85%. Standar deviasi data kepatuhan wajib pajak adalah 94,06979.
3. Variabel Penerimaan Pajak diukur dengan jumlah realisasi pajak yang di-terima oleh KPP Pratama Surakarta dinyatakan dalam mata uang Rupiah. Deskripsi data menunjukkan nilai minimum -Rp3.928.102.590,00 dan nilai maksimum Rp14.125.728.176,00 dengan rata-rata penerimaan per bulan sebesar Rp2.462.089.434,00. Standar deviasi pada data penerimaan adalah 3,17009E9.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian model regresi dapat dilakukan apabila data penelitian telah terlebih dahulu memenuhi kriteria pengujian persyaratan analisis. Pada penelitian ini, pengujian yang dilakukan berupa uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multi-kolinieritas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji nilai residual apakah berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi dengan nilai residual yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan kriteria nilai residual dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan, asym. sig. menunjuk-kan nilai sebesar 0,073 yang lebih besar dari tingkat signifimenunjuk-kansi 0,05 artinya data telah berdistribusi normal sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model regresi berganda.
Hasil keluaran uji Kolmogrov-smirnov pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user
Tabel 9. Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000003
Std. Deviation 2,69618956E9
Most Extreme Differences Absolute ,214
Positive ,214
Negative -,195
Kolmogorov-Smirnov Z 1,286
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,073
a. Test distribution is Normal. Sumber: Data diolah
2. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2011) menyatakan uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam sebuah model regresi. Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah Uji Glejser melalui aplikasi SPSS 18. Uji ini dilakukan dengan cara melakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut residual. Kriteria suatu data dinyatakan terjadi heteroskedastisitas atau tidak adalah dengan melihat probabilitas yang dihasilkan, apabila pada tingkat kepercayaan 5% probabilitasnya lebih dari 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas, namun sebalik-nya apabila pada tingkat kepercayaan 5% probabilitassebalik-nya kurang dari 0,05 maka dinyatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Kriteria Keterangan
Pemeriksaan 0,878 p > 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Kepatuhan 0,832 p > 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Data diolah
commit to user
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan pajak dan ke-patuhan wajib pajak masing-masing memiliki signifikansi 0,878 dan 0,832 yang telah memenuhi kriteria p value lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa pada model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk memenuhi persyaratan analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas terjadi multikolinieritas atau tidak. Pada penelitian ini, uji multikolinieritas yang di-gunakan untuk menguji model regresi adalah dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.
Tabel 11. Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Pemeriksaan 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas Kepatuhan 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber: Data diolah
Kriteria yang digunakan dalam mengamati nilai VIF dan Tolerance adalahjika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan angka Tolerance di atas 0,1 maka model regresi diindikasikan tidak terdapat multikolinieritas.
Ringkasan hasil uji multikolinieritas di atas menunjukkan nilai tolerance variabel pemeriksaan sebesar 0,977 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,024 < 10 maka tidak terjadi masalah multikolinieritas. Nilai tolerance variabel kepatuhan sebesar 0,977 > 0,1 dan nilai VIF 1,024 < 10 juga menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas pada variabel ini.
commit to user
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dikatakan terdapat masalah autokorelasi. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) dan relatif jarang ditemukan pada data cross section.
Pada penelitian ini uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson. Kriteria uji ini adalah apabila dalam pengujian statistik diperoleh nilai DW di bawah -2 maka dapat dikatakan terdapat autokorelasi positif, sedangkan nilai DW di atas +2 mengindikasikan terdapat autokorelasi negatif. Apabila nilai DW berkisar di antara -2 dan +2 dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil uji autokorelasi penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 12. Hasil Uji Autokorelasi
Variabel DW Kriteria Keterangan
Pemeriksaan
1,983 -2 < 1,983 < 2 Tidak terjadi autokorelasi Kepatuhan
Sumber: Data diolah
Tabel di atas menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,983 berada di antara -2 dan +2 yang merupakan kriteria pengujian uji autokorelasi, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada masalah autokorelasi baik positif maupun negatif.
C. Pengujian Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji variabel independensecara bersama-sama terhadap variabel dependen. Analisis regresi ganda digunakan peneliti apabila peneliti bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor
commit to user
dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Berikut ini merupakan persamaan regresi pada penelitian ini:
Penerimaan = a + b1Pemeriksaan + b2Kepatuhan
Pengujian regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18. Hasil analisis yang diperoleh disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Koefisien t Sig.
Konstanta 1,921E9 2,882 0,007
Pemeriksaan -1,295E8 -0,410 0,685
Kepatuhan 1,792E7 3,550 0,001
Sumber: Data diolah
Analisis regresi di atas menghasilkan suatu persamaan model regresi ber-ganda dalam penelitian sebagai berikut ini:
Penerimaan = 1,921E9 + (- 1,295E8 Pemeriksaan) + 1,792E7 Kepatuhan
Berdasarkan persamaan di atas, terdapat koefisien yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
a. Koefisien variabel pemeriksaan pajak bernilai negatif yaitu -1,295E8 dengan nilai signifikansi 0,685 atau lebih besar dari alpha yang ditentukan yakni sebesar 0,05. Artinya adalah variabel pemeriksaan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pe-layanan Pajak Pratama Surakarta.
b. Koefisien variabel kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif sebesar 1,792E7 dengan nilai signifikansi 0,001 atau lebih kecil dari alpha yang ditentukan yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti variabel kepatuhan Wajib Pajak ber-pengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
commit to user
1. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan layak (fit) untuk melakukan analisis hipotesis dalam penelitian. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel independen secara bersama-sama ber-pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian ini adalah dengan melihat probability value (sig), apabila diperoleh signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa model regresi telah layak (fit) seluruh variabel independen yakni pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan, namun sebaliknya apabila diperoleh signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model regresi dinyatakan tidak layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Hasil pengujian koefisien regresi simultan (Uji F) disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 14. Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9,730E19 2 4,865E19 6,310 0,005a
Residual 2,544E20 33 7,710E18
Total 3,517E20 35
a. Predictors: (Constant), Kepatuhan, Pemeriksaan b. Dependent Variable: Penerimaan
Sumber: Data diolah
Hasil Uji F di atas menunjukkan nilai Sig. sebesar 0,005 atau lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti bahwa model regresi telah layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian.
2. Pengujian Signifikansi Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian Signifikansi Regresi Parsial (Uji t) ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan
commit to user
lebih kecil dari derajat kepercayaan maka hipotesis yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen dapat diterima. Kriteriapengujianiniadalahdengan melihat probability value (sig), apabila diperoleh signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis penelitian dapat diterima atau didukung oleh data penelitian, namun sebaliknya apabila diperoleh signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis penelitian ditolak atau tidak didukung oleh data penelitian. Hasil pengujian signifikansi regresi parsial (Uji t) disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Hasil Uji t
Variabel Koefisien t Sig.
Konstanta 1,921E9 2,882 0,007
Pemeriksaan -1,295E8 -0,410 0,685
Kepatuhan 1,792E7 3,550 0,001
Sumber: Data diolah
Hasil uji signifikansi regresi parsial (Uji t) di atas memperlihatkan nilai signifikansi masing-masing variabel independen. Variabel pemeriksaan pajak menunjukkan signifikansi 0,685 lebih besar dari alpha sebesar 0,05 maka indikasinya adalah secara statistik variabel tersebut tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Nilai signifikansi pada variabel kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0,001 menunjuk-kan adanya pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
Pada tabel tersebut dapat dilihat pula tanda koefisien regresi untuk variabel kepatuhan Wajib Pajak adalah positif yang artinya semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak, dengan kata lain apabila kepatuhan wajib pajak meningkat maka akan terjadi peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
commit to user
3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh variabel bebas pada suatu model regresi. Apabila nilai koefisien determinasi mendekati 1, maka ini menunjukkan besarnya variasi dari variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas.
Hasil pengujian analisis regresi berganda menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) bernilai positif sebesar 0,273 (terlampir), sehingga terdapat 27,3% variasi dari variabel terikat yakni Penerimaan Pajak Penghasilan Badan yang dapat dijelaskan oleh variabel pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel bebas pada penelitian ini, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan data penerimaan Pajak Penghasilan Badan yang diperoleh dari KPP Pratama Surakarta menunjukkan penurunan pada tahun 2011 dan kenaikan pada tahun 2012. Hal ini disebabkan adanya variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan pajak. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan Penerimaan Pajak Peng-hasilan Badan sebagai variabel dependen. Hasil pengujian memperlihatkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sehingga dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Model regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 1,921E9 yang meng-indikasikan apabila pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak tidak mengalami perubahan atau sama dengan nol, maka penerimaan Pajak Penghasilan Badan akan sebesar Rp1,921 miliar. Hal ini mungkin terjadi karena masih terdapat faktor-faktor lain di luar variabel penelitian yang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Peng-hasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
commit to user
Secara rinci, ulasan kaitan antar variabel penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012
Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan dalam mengumpul-kan data sampai mengolah data secara objektif berdasarmengumpul-kan suatu standar pe-meriksaan sebagai upaya pengawasan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sekaligus sebagai bentuk pelaksanaan undang-undang perpajakan. Kamila (2010) mengatakan semakin tinggi frekuensi pemeriksaan pajak oleh petugas pajak akan semakin tinggi pula probabilitas peningkatan penerimaan pajak negara. Artinya tinggi rendahnya pemeriksaan pajak yang dilakukan turut mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Data penelitian menunjukkan jumlah Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan setiap bulan masih relatif sedikit yaitu maksimal lima SKP dan terdapat bulan-bulan tertentu yang tidak ada penerbitan SKP sama sekali atau nol SKP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak memiliki t hitung -0,410 pada signifikansi 0,685>0,05 dengan nilai koefisien regresi negatif, artinya data yang digunakan tidak berhasil membuktikan pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Menurut Nachrowi (2005), tidak signifikannya suatu variabel bebas berarti pengaruhnya tidak besar terhadap variabel terikat, meskipun demikian pengaruhnya tetap ada. Kenyataan di lapangan menunjukkan sekecil apapun peran pemeriksaan pajak, akan tetap menentukan besarnya penerimaan Pajak Penghasilan Badan karena ada keharusan bagi Wajib Pajak yang diperiksa untuk memenuhi kewajibannya. Jadi, hasil penelitian secara statistik yang menyatakan bahwa variabel pemeriksaan pajak tidak berpengaruh signifikan telah sesuai dengan kenyataan yaitu jumlah SKP terbit masih relatif sedikit sehingga tidak besar pengaruhnya terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Dengan demikian dapat diputuskan bahwa H1 tidak dapat diterima, artinya pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
commit to user
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ratna Sari dan Afriyanti (2011) yang membuktikan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak, namun sejalan dengan hasil penelitian Suhendra (2010) yang menyimpulkan bahwa tidak signifikannya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Jakarta dikarenakan masih rendahnya pemeriksaan pajak yang dilakukan aparat perpajakan.
2. Pengaruh positif kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepatuhan Wajib Pajak memiliki t hitung 3,550 pada signifikansi 0,001. Nilai t hitung (3,550) > t tabel (1,692) dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,001< 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa kepatuhan Wajib Pajak secara statistik ber-pengaruh signifikan terhadap variabel penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Koefisien regresi pada variabel kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif, ini berarti semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan-nya, maka akan diikuti dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa H2 pada penelitian ini diterima, artinya terdapat pengaruh positif kepatuhan Wajib Pajak terhadap pe-nerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012.
Kepatuhan wajib pajak merupakan kesediaan wajib pajak secara suka rela dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa perlu melewati pemeriksa-an, investigasi, peringatan atau ancaman dalam penerapan sanksi atau denda. Pajak yang tidak memiliki kontraprestasi langsung menjadikan wajib pajak tidak suka rela patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, namun kepatuhan wajib pajak dapat terwujud apabila wajib pajak tidak menjumpai kesulitan dalam upayanya membayar pajak seperti tata cara penghitungan pajak, pembayaran pajak, dan penyampaian SPT. Apabila kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi, maka akan diiringi dengan kepatuhan wajib pajak yang meningkat dan
ber-commit to user
pengaruh pada peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
Hasil ini sekaligus mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendra (2010), Kamila (2010), Ratna Sari dan Afriyanti (2011), Sungkawa (2011), dan Shahab (2012) yang menyimpulkan terdapat pengaruh positif ke-patuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Suhendra (2010) menyatakan pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP dikarenakan semakin bertambahnya penge-tahuan wajib pajak terutama wajib pajak badan yang mengerti dan memahami sistem perpajakan di Indonesia sehingga akan berdampak positif pada perilaku wajib pajak terhadap kesadaran dan kepatuhan dalam hal menghitung dan membayar sendiri utang pajak yang terutang, serta menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan tepat pada waktunya sehingga akan signifikan positif terhadap penerimaan pajak.
3. Pengaruh positif pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting dalam penerapan self assessment system, yang mana wajib pajak diberi kewenangan dalam menghitung, melaporkan, serta menyetorkan pajaknya. Kewenangan seperti ini perlu diawasi karena pada umumnya tidak ada orang yang rela penghasilannya dikenai pajak. Pengawasan terhadap wajib pajak agar tetap mematuhi peraturan perpajakan ini salah satunya dilakukan melalui pemeriksaan pajak.
Pengujian pengaruh variabel independen yakni pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak melalui uji F menghasilkan nilai F hitung sebesar 6,310 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,005. Nilai F hitung (6,310) > F tabel (3,28) dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan kedua variabel independen, yakni pemeriksa-an pajak dpemeriksa-an kepatuhpemeriksa-an wajib pajak berpengaruh signifikpemeriksa-an terhadap variabel dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa H3 pada penelitian ini diterima,
commit to user
artinya terdapat pengaruh positif pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Sari dan Afriyanti (2011) yang menyimpulkan kepatuhan Wajib Pajak dan pe-meriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan di KPP Pratama Denpasar Timur.
Berdasarkan uji koefisien determinasi yang dilakukan, variabel bebas pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak memiliki peranan sebesar 27,3% terhadap variabel terikat yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, sedangkan 73,7% diterangkan oleh variabel lain di luar model penelitian. Variabel lain yang mungkin mempengaruhi penerimaan pajak menurut Siti Resmi dalam Yeni (2013) antara lain: kejelasan dan kepastian peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan, tingkat intelektualitas masyarakat, kualitas fiskus, dan sistem administrasi perpajakan yang tepat.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya dapat disebutkan sebagai berikut ini:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu Kantor Pelayanan Pajak sehingga tidak dapat melihat perbandingan dengan Kantor Pelayanan Pajak lain di satu wilayah yang sama.
2. Data time series yang digunakan terbatas pada rentang waktu tiga tahun saja. 3. Variabel yang diteliti hanya mencakup dua variabel bebas yakni Pemeriksaan
pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat dimungkinkan untuk pe-nelitian mendatang dapat menambah variabel yang diteliti.