• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA (1)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

(2)

Dari tahun ke tahun terus meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai angka 10.406.759 orang wisatawan Mancanegara. Tentunya,kunjungan ini akan terus ditingkatkan melalui pengembangan-pengembangan daya tarik wisata yang ada di seluruh Indonesia,seperti yang dipaparkan oleh Menteri Pariwisata Bapak Arief Yahya,menyatakan Target 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 mendatang. Tentu dengan memanfaatkan potensi-potensi daya tarik wisata alam yang ada serta strategi yang baik dalam pengembangan dan pengelolaannya tentu saja hal ini dapat diwujudkan dengan maksimal.(Harian Kompas,Oktober 2016)

(3)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.540 dan panjang garis pantai 95 ribu kilometer yang membentang dari ujung barat ke timur. Karunia sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati yang besar membuat Indonesia menjadi bangsa yang diperhitungkan di dunia. Indonesia menjadi Center of Excellent keanekaragaman sumber daya hayati. Hal tersebut didukung oleh potensi kelautan dan perikanan, pertambangan, perhubungan laut, industri maritime, ekowisata, jasa kelautan dan energy sumber daya mineral yang yang melimpah. Sumber daya hayati terumbu karang mencapai 500 jenis spesies dan spesies ikan 2000 jenis, budidaya (12,4 juta hektar), perikanan tangkap (6,8 juta ton). Potensi tersebut akan memberi manfaat jika dibarengi dengan pengembangan konservasi sumber daya ikan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Ruchimat,2012).

(4)

pulau. yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe (terbesar), Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima (Pulau Nani), Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa atau Pulau Tembang), Pulau Tiga (Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor, Pulau Sui dan Pulau Wire. Keseluruh pulau tersebut tidak dihuni oleh manusia.

(5)

menjadi habitat dari burung kalong, burung gosong atau dalam bahasa lokal burung wontong (Megapodius reinwardt), hutan bakau serta sebanyak 33 ribu kalong. Ada juga burung camar laut, mawar laut, ikan kerapu, ikan hias arwana, ikan sunu, ikan barakuda dan ikan tengiri serta keindahan terumbu karang di bawah laut lainnya.

(6)

Dari sisi lain, pengembangan potensi-potensi alam sebagai atraksi wisata dalam sebuah kawasan konservasi,tentu tidak terlepas pula dari dampak-dampaknya,baik dampak positif maupun dampak negatif. Dilihat dari dampak positifnya,pengembangan pariwisata memberikan dampak terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat oleh karena kedatangan wisatawan. Dengan adanya pariwisata dapat memberikan perluasan lapangan kerja serta membuka peluang kepada masayarakat untuk menjalankan usaha yang berkaitan dengan aktivitas wisata. Selain dampak positif,pengembangan pariwisata juga bisa berdampak negatif,khususnya terhadap keberlangsungan Ekologi dan Sosial Budaya masyarakat lokal. Apalagi dengan kondisi lingkungan yang sangat rentan seperti di Kawasan TWAL 17 Pulau Riung,Jika pengembangan kawasan tidak baik dan tidak tertata dengan benar sesuai regulasi-regulasi yang telah dirumuskan ,maka akan menyebabkan terdegradasinya lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan itu sendiri akibat aktivitas wisata yang berlebihan.

(7)

kurangnya pengawasan dan monitoring fungsi kawasan dan batas-batas oleh pihak Pengelola akibat dari terbatasnya sarana dan prasarana penunjang dalam melakukan pengawasan ataupun monitoring kawasan secara efektif.

Dampak lain dari aktivitas wisata yaitu dampak terhadap keberlangsungan sosial dan budaya masyarakat lokal. Kedatangan seorang wisatawan yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang berbeda dengan karakter sosial budaya masyarakat lokal dapat menimbulkan konflik sehingga terjadi kesenjangan antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Selain itu,kedatangan wisatawan juga dapat menyebabkan terkikisnya nilai-nilai etika dan estetika serta norma-norma masyarakat lokal oleh karena interaksi antara masyarakat dengan gaya hidup wisatawan berdasarkan latar belakang sosial dan budaya Negara asalnya. Dengan demikian,jika pengembangan sebuah kawasan wisata tidak memperhatikan kondisi sosial masyarakat,maka lama kelamaan akan menyebabkan terdegradasinya nilai-nilai sosial budaya masyarakat lokal yang telah menjadi ciri khas kawasan wisata sebelumnya.

(8)

umumnya didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan kita saat ini tanpa menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tercapainya pembangunan berkelanjutan dilihat dari terpenuhinya tiga prasyarat yaitu terlanjutkan secara ekologi, ekonomi dan sosial. Dapat dikatakan bahwa dalam konsep pembangunan berkelanjutan, pembangunan yang dilakukan tidak boleh berorientasi hanya pada tujuan ekonomi semata namun juga mempertimbangkan aspek sosial dan ekologi. Untuk menjaga keberlanjutan suatu sumber daya, kelestarian ekosistem dan juga untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dari suatu aktivitas pembangunan maka konsep pembangunan berkelanjutan seharusnya diilhami sebagai prinsip dasar dalam melaksanakan pembangunan di segala sektor termasuk sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor unggulan dalam mendongkrak perekonomian.

(9)

upaya mengefektifkan pengembangan obyek maupun kawasan-kawasan wisata perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mengantisipasi berbagai pengembangan dilingkungan internal maupun eksternal yang ada, termasuk didalamnya kecenderungan maupun tren pariwisata dalam konteks global (Suryono, 2005: 1).

Pengembangan suatu kawasan pariwisata alam yang lestari dan berkelanjutan memerlukan kesinergian antara multistakeholder serta penanganan dan pengelolaan sumberdaya potensial yang baik. Untuk menuju pengelolaan kawasan konservasi taman wisata alam yang efektif, sebagaimana dinyatakan Dharmawan (2001); Oktadiyani et al. (2013); serta Weiler dan Laing (2009), bahwa keterlibatan stakeholder atau organisasi kelompok akan terbentuk jaringan sosial yang merupakan modal sosial untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan suatu pengembangan. Sehingga untuk mendukung pengembangan yang berkelanjutan di kawasan TWAL 17 Pulau Riung Kabupaten Ngada sebagai Daya Tarik Wisata yang berkelanjutan,peneliti mengangkat judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari yang berkelanjutan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung Kabupaten Ngada”.

2. Rumusan Masalah

(10)

Bagaimana Strategi pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari yang berkelanjutan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung ?

3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas,penulisan paper ini bertujuan untuk meninjau strategi pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari yang berkelanjutan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung.

4. Manfaat Penulisan

Penelitian ini tentunya memiliki manfaat bagi banyak pihak,secara teoritis maupun secara praktik. Secara teori,penulisan paper ini dapat bermanfaat untuk Mengembangkan keilmuan di bidang pariwisata yang berkaitan dengan Konsep-konsep pengembangan Daya Tarik Wisata dan menghasilkan sebuah strategi pengembangan Kawasan pariwisata berkelanjutan. Secara Praktis,Penelitian ini bermanfaat bagi :

a. Bagi Peneliti

Dapat menerapkan ilmu serta semua konsep pengembangan dalam kaitannya dengan pengembangan Kawasan wisata Bahari secara nyata di lapangan.

b. Bagi pengelola

Sebagai bahan tinjauan aspek pengelolaan Kawasan baik dalam pengelolaan fisik kawasan maupun tata kelola penyelenggaraan kepariwisataan di dalam Kawasan TWAL 17 Pulau Riung.

(11)

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan Kawasan Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung sebagai salah satu daya tarik wisata Kabupaten Ngada. Selain itu sebagai bahan tinjauan perumusan Rencana serta kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Ngada.

d. Bagi Masyarakat Lokal

Sebagai bahan tinjauan untuk memacu kesadaran terhadap pelestarian lingkungan dan juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan maupun pengembangan pariwisata di Kawasan TWAL 17 Pulau Riung.

5. Metode Penulisan

Penulisan paper ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan,dimana penyusunan strategi pengembangan dilakukan menggunakan faktor-faktor yang ditemukan oleh penulis dari sumber-sumber yang relevan dan isu-isu yang berkaitan dengan pengembangan Kawasan Pariwisata yang dikonservasi.

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Teori Pariwisata

(12)

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

(13)

“tourism is temporary movement to destination outside the normal home and workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the needs of tourist” (Cooper, et al, 1993).

2. Teori Pariwisata Berkelanjutan

Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan terprogram yang dilakukan oleh pemerintah pada hakeketnya memang bertujuan untuk ‘berkelanjutan’ khususnya di bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata agar dilestarikan untuk generasi mendatang (Ardika, 2003). Pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) adalah pariwisata yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif, maksudnya adalah meningkatkan kesejahteraan, perekonomian dan kesehatan masyarakat. peningkatan kulitas hidup dapat dicapai dengan meminimalkan dampak negative sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) yaitu:

(14)

3. tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam, 4. kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat

5. memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) pembangunan pariwisata yang menekankan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. WTO (1999:42), menekankan ada tiga hal penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu:

1. Quality. Sustainable tourism provides a quality experience for visitor, while improving the quality of the host community and protecting the quality of environment.

2. Continuity. Sustainable tourism ensures the continuity of the natural resources upon which it based and the continuity of the cultural of the host community with satisfying experience for visitors.

3. Balance. Sustainable tourism balances the need of the tourism industry, supporters of environment, and the local community.

Adapun Isu-isu strategis dalam pariwisata berkelanjutan menurut WTO Agenda 21 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan tanggung jawab Stakeholder Corporate 2. Menghasilkan Bentuk pariwisata yang cocok

(15)

4. “Sustaining” Lingkungan Alam

5. Kebutuhan atas rencana yang efektif untuk Perencanaan Daerah Tujuan Wisata

6. Peranan “Carrying Capatities” dan indikator-indikator dalam Sustainable Tourism.

7. Menghindari konflik

8. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat 9. Pengarahan untuk masa depan.

Menurut Mowforth & Munt (1998) agar dapat tercapainya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, maka konsep suistainable development harus mempertimbangkan 7 aspek kunci, yaitu:

1. Futurity yaitu Pembangunan tidak diartikan dalam jangka waktu yang biasa dipergunakan oleh kalangan pengusaha dan politisi melainkan lebih dari itu. 2. Inter generation Equity yaitu Kegiatan–kegiatan masa sekarang jangan

mengurangi sumber daya yang harus tersedia untuk generasi yang akan datang.

3. Keterlibatan stakeholders yaitu Semua kelompok (masyarakat, politisi, dll) yang berpengaruh dalam pembangunan harus terlibat dalam debat-debat dan pembuatan keputusan.

(16)

ekonomi dan isu-isu lingkungan harus dianggap bukan sebagai penghambat pembangunan.

5. Environmental capacity yaitu Semua dampak lingkungan harus dikaji dalam batasan pengaruhnya terhadap proses proseskeseimbangan agar keseimbangan lingkungan tidak terganggu.

6. Emphasis on Quality as well as Quantity yaitu Keputusan tidak dibuat berdasarkan biaya terkecil melainkan berdasarkan solusi yang memberikan dampak merugikan yang terkecil.

7. Compability with local system yaituPembangunan harus menjaga kelangsungan sistem-sistesosial, politik dan ekologis lokal.

(17)

kelembagaan memasukkan unsur-unsur multisektor yang mencakup pemerintah, swasta, LSM, serta badan-badan internasional.

3. Teori Kawasan dan Daya Tarik wisata

Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang). Lebih lanjut dalam regulasi tersebut dijelaskan maksud daripada wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Adisasmita, 2007 (dalam Muhammad Ilyas, 2009) mencoba menjelaskan maksud dari kawasan wisata dengan menelaah kedua komponen tersebut. Kawasan adalah bentangan permukaan (alam) dengan batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Kawasan memiliki fungsi tertentu (misalnya kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan lainlain). Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan wisata dalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh orang banyak (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki daya tarik wisata yang menarik.

(18)

kawasan pariwisata dibagi dua macam yaitu kawasan pariwisata murni dan kawasan pariwisata terbuka.

1. Kawasan pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan diperuntukkan bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata. 2. Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya untuk

pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk kegiatan lain, seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian, perindustrian (Ismayanti, 2010: 145).

Menurut MacKinnon et.al.(1990:49,dalam Ilyas,2009) Suatu kawasan dianggap menarik jika memenuhi faktor-faktor berikut ini.

1. Letaknya cukup dekat atau jauh dari Bandar udara internasional atau pusat wisata

2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman,perlu sedikit usaha,sulit atau berbahaya

3. Kawasan tersebut memiliki atraksi wisata yang menonjol,misalnya satwa liar yang menarik atau khas tempat tertentu

4. Kemudahan untuk melihat atraksi atau satwa dijamin 5. Memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda 6. Memiliki tambahan budaya yang sangat menarik 7. Unik dalam penampilan

(19)

9. Cukup dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga bisa menjadi bagian dari kegiatan wisatawan

10. Sekitar kawasan tersebut memiliki pemandangan yang indah 11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia

Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pengertian daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi (Marpaung, dalam Mulyo, 2005):

1. Daya tarik wisata alam

Daya tarik wisata alam bersumber dari kondisi alam yang ada termasuk juga kedekatan dengan alam sekitar atau lingkungan seperti wisata pantai, wisata bahari, wisata alam pegunungan, wisata daerah liar dan terpencil, wisata taman dan daerah konservasi.

a. Daya tarik budaya

(20)

3. Daya tarik buatan manusia (termasuk artifisial/khusus)

Daya tarik buatan manusia ini merupakan daya tarik yang mengembangkan sesuatu yang bersumber dari buatan manusia, atau termasuk sebagai daya tarik khusus seperti: Taman hiburan rakyat, festival-festival musik, festival tahunan atau lokasi ajang perlombaan (perahu, motor cros, dll).

Menurut Yoeti (1997), komponen dasar Daya Tarik wisataadalah : a. Atraksi wisata dan aktivitasnya.

b. Fasilitas akomodasi dan pelayanan

c. Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, restoran, retail shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos.

d. Fasilitas dan pelayanan transportasi

e. Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbanh dan telekomunikasi.

f. Elemen kelembagaan yang meliputi program pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi struktural private dan public serta program sosial ekonomi dan lingkungan.

(21)

1. Daya Tarik, unsur ini merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan primer.

2. Prasarana wisata, unsur ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi.

3. Sarana Wisata, unsur ini merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

4. Infrastruktur, unsur ini adalah pendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, dan

5. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya Daerah, tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wistawan.

4. Teori Strategi

(22)

tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Sedangkan kata “strategi”sendiri merupakan bahasa yunani kuno “Strategeos” yang berarti seni berperang. Istilah tersebut berkembang hingga saat ini dan digunakan oleh suatu organisasi dalam prosesnya mencapai tujuan dari organiasi.

5. Teori Perencanaan Pengembangan

Untuk mengoptimalkan keuntungan dari pengembangan pariwisata dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan matang. Tujuan ini hanya dapat dicapai jika direncanakan dengan baik dan terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional secara keseluruhan. Ada delapan model pendekatan perencanaan pariwisata menurut Inskeep, yaitu:

(23)

2. Pendekatan sistem (system approach). Pariwisata dilihat sebagai suatu system yang saling berhubungan (interrelated system), demikian halnya dalam perencanaan dan teknik analisisnya.

3. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach). Pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan holistik. Seperti pada pendekatan sistem seluruh aspek yang terkait dalam perencanaan pariwisata mencakup institusi, lingkungan dan implikasi sosial ekonominya dianalisis dan direncanakan secara menyeluruh.

4. Integrated approach. Mirip dengan pendekatan sistem dan pendekatan menyeluruh. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu sistem yang terintegrasi baik ke dalam maupun ke luar.

5. Pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (environmental and sustainable development approach). Pariwisata direncanakan, dikembangkan dan dikelola memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisis daya dukung merupakan bagian yang paling penting dalam pendekatan ini.

6. Pendekatan swadaya masyarakat (community approach). Pendekatan yang melibatkan yang sebesar-besarnya masyarakat mulai dari proses perencanaan, membuat keputusan, pelaksanaan dan pengelolaan pengembangan pariwisata. 7. Pendekatan implementasi (implementable approach). Kebijakan, rencana,

(24)

mungkin dan dapat diterapkan. Rumusan perencanaan dibuat sejelas mungkin sehingga bisa dilaksanakan.

8. Penerapan proses perencanaan yang sistematik (application of systematic planning process). Pendekatan yang dilakukan berdasarkan logika tahapan kegiatan.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata yang merupakan suatu proses dinamis penentuan tujuan, yang secara sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya ( Paturusi, 2008).

Menurut Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Wisatawan (Tourist)

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

(25)

Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: a) Apa yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c) Apa yang dapat dibeli (something to buy).

4. Fasilitas pelayanan

Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks yang ada di DTW tersebut.

5. Informasi dan promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya:

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

(26)

BAB III

PEMBAHASAN

1. Potensi Kawasan TWAL 17 Pulau Riung a. Pulau Batang Kolong

Di Pulau Batang Kolong terdapat hamparan koral pada kedalaman 10 meter. Pada kedalaman ini terdapat pula mawar laut, organisme unik yang melekat pada karang masif besar berbentuk rumbaian seperti pita rambut berwarna merah menyala yang sebenarnya merupakan kumpulan telur kelinci laut (Hexabranchus sanguineus).

Telur-telur ini menyatu dan terikat oleh lendir membentuk rumbaian berwarna merah menyala. Sering dijumpai penyu sisik (Erectmochelys imbricata) besar yang tertarik oleh banyaknya sponge di wilayah ini. Kondisi karang di wilayah timur memiliki profil tegak dan celah-celahnya didominasi oleh karang submasif serta karang dari genus Acropora.

b. Pulau Meja

(27)

c. Pulau Tangil

Karang di sekitar pulau ini didominasi oleh spesies Acropora Formosa, jenis karang batu dengan cabang yang panjang. Pada wilayah ini terdapat termoklin, yaitu perbedaan suhu air secara mendadak, di permukaan hangat sedangkan di bawah 1 meter secara mendadak akan merasakan dingin. Ikan paus terkadang melintas di wilayah ini diantara Pulau Tangil dan sebelah utara Pulau Pata. Ikan Paus ini memang sering terlihat di perairan Flores yang lebih hangat pada musim pancaroba.

d. Pulau Lainjawa

Di sebelah timur perairan ini dapat ditemui ikan napoleon (Cheilinus undulatus) sepanjang 1 meter, belut raksasa yang panjangnya dapat mencapai 2 meter dengan diameter kepala 10 cm. Terumbu karang di wilayah ini sebagian besar merupakan karang mati dan banyak terdapat ikan butane (surgeon fish) dan kambing-kambing (angel fish) berenang di wilayah ini.

e. Pulau Tiga (Bampa Timur)

Disebut Pulau Tiga karena dari kejauhan Nampak seperti 3 buah pulau namun sebenarnya satu pulau yang terdiri dari 3 bukit yang terpisah oleh pasir dan rumput. Pada kedalaman 10 meter di sebelah timur dapat ditemui mawar laut.

(28)

Keanekaragaman karang dan ikan cukup tinggi di wilayah ini. Di sebelah barat laut terdapat banyak celah dan tebing yang diselingi oleh Acropora berbentuk meja. Wilayah ini sangat baik untuk pengambilan gambar video bawah air.

g. Pulau Ontoloe

Pulau ini merupakan pulau terbesar di wilayah TWA 17 Pulau yang terletak di daerah barat dekat Tanjung Torong Padang. Kondisi terumbu karang kurang menarik namun pada wilayah ini terdapat ribuan kelelawar yang hidup di hutan bakau. Kelelawar ini mulai aktif bergerak pada senja hari sehingga menimbulkan pemandangan yang unik di wilayah pantai dan bakau yang indah menarik. Di wilayah ini hidup pula monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan burung elang (Haliaetus leucogaster) pada pucuk pohon tertinggi.Di Teluk Tule di sebelah timur pulau ini pada saat surut pagi hari anda akan menemukan hamparan terumbu karang yang sangat dangkal sedalam mata kaki. Begitu dangkalnya bahkan karang Acropora menyembul keluar dari air. Pemandangan indah ini dapat anda nikmati pada pagi hari saat surut terendah. Begitu juga akan nampak ikan karangyang bermain di perairan yang dangkal saat surut. Kurang lebih sejauh 100 meter dari wilayah rata ini akan anda temui tubir yang sangat dalam.

h. Pulau Wire

(29)

yang membuat kondisi perairan agak keruh dan tidak ditemukan terumbu karang pada kedalaman 10 meter.

i. Pulau Wongkoroe

Pulau ini terletak antara Ontoloe dan Tanjung Torong Padang. Pada kedalaman 3 meter akan ditemui taman karang lunak dan Acropora. Terdapat patahan membentuk jalur selebar 10 meter yang mirip seperti yang terdapat pada Barrier Timur.

j. Pulau Pata

Terletak di depan Desa Nangamese hanya berjarak 200 meter dari Dermaga. Wilayah penyelaman sekitar pulau landai pada kedalaman 3 meter dan banyak terdapat karang lunak dan Acropora.

k. Panorama Alam

(30)

keseluruhan termasuk pengambilan gambar/fotografi.Pulau Rutong, Selain pantai pasir putihnya lokasi ini juga sering digunakan untuk camping agar bisa menikmati indahnya sunset dan sunrise,juga di puncak pulau Rutong kita dapat melihat pemandangan yang sangat menakjubkan.Selat Damu merupakan lokasi yang tepat untuk menikmati keindahan kawasan darat TWAL 17 Pulau. Kumpulan (Habitat) Kalong dan tempat feeding komodo (Varanus comodoensis), dapat dilihat di pulau Ontoloe. Dua belas buah Spot Snorkeling (Pulau Pata, Pulau Taor, Pulau Bakau, Pulau kalong, Pulau Ontoloe, Pulau Taka, Pulau Tembaga, Pulau Tiga, Pulau Tembang, dan Pulau Lainjawa)3 Buah Spot Diving (Pulau Bakau, Pulau Ontoloe, Tanjung Torong Padang)

2. Isu Strategis

(31)

belum dikelola secara optimal dan berkelanjutan, sehingga selain tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan P3Kyang sebagian besar adalah nelayan masih hidup dibawah garis kemiskinan, juga terjadi peningkatan degradasi lingkungan akibat over exploitasi. Hal ini tentu saja menyebabkan wilayah pesisir yang juga menyimpan potensi bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia, menjadi semakin rentan (Arifin, 2001).

Dari kondisi keunikan dan kerentanan yang dimilikinya, terdapat berbagai isu utama terkait dengan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi antara lain:

a. Degradasi sumber daya P3K; disebabkan cara memanfaatkan sumber daya P3K tanpa menerapkan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan.

b. Kemiskinan masyarakat pesisir; Pembangunan ekonomi melalui eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dilakukan tanpa mempedulikan peran dan keterlibatan masyarakat hingga menyebabkan pemiskinan masyarakat setempat.

c. konflik pemanfaatan dan kewenangan. Masalah konflik pemanfaatan ruang (zonasi dan tata ruang wilayah) merupakan masalah yang sering mengemuka (Dahyar, 1999). Konflik disebabkan perbedaan rencana peruntukkan dan pemanfaatan kawasan P3K untuk konservasi dan pembangunan yang belum mempertimbangkan kesesuaian dan daya dukung ruang.

(32)

(Global Warming) yang mengakibatkan kenaikan paras muka air laut (Sea Level Rise). Kemudian gempa tektonik, tsunami, pemanasan global (global warming), dan sebagainya.

e. ketidakpastian hukum; Banyak wilayah pesisir dihuni penduduk yang bermigrasi dari wilayah lain tanpa memproses kepemilikan tanah dan bangunan pemukimannya. Ketika pembangunan ekonomi berkembang, mereka sering tersingkir atau tidak memiliki hak akses (access rights) terhadap sumber daya secara baik.

f. Kedaulatan dan wawasan nusantara. Indonesia memiliki 92 buah pulau kecil yang terletak di perbatasan dengan negara lain, berarti bahwa pulau-pulau kecil tersebut memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan melindungi keutuhan NKRI dari intervensi negara lain.

g. Sosial, ekonomi, dan budaya. pembangunan yang dilakukan lebih sering jauh dari apa yang di butuhkan oleh masyarakat, tidak sesuai dengan budaya setempat, dan bahkan diskriminatif lebih mendahulukan pihak luar atau bahkan asing untuk berperan. Disisi lain, masyarakat masih perlu pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan di kawasan P3K dalam menjalankan kehidupannya di kawasan sensitif.

(33)

a. Ditinjau dari Aspek Filosofis.

Landasan yang termuat dalam kajian filosofis mencerminkan hakikat yang terdalam dari nilai-nilai moralitas di dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan di mana dalam hal ini terdapat suatu paradigma bahwa pembangunan pulau-pulau kecil yang disandarkan pada tiga aktor yakni pemerintah, swasta dan masyarakat tidak dapat terlepas dari nilai falsafah ―keberlanjutan antara‖

pemanfaatan alam dan konservasinya untuk mencapai hakikat tujuan bernegara paling mendasar yakni terciptanya masyarakat sejahtera adil dan makmur, baik lahiriah

maupun batiniah. Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil beserta kawasan pesisirnya harus didasari landasan filosofis Pancasila dan mengacu pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan, termasuk pengakuan dan jaminan

perlindungan atas hak-hak hukum adat serta jaminan atas kesejahteraan masyarakat dan kelestarian ekosistemmya.Dalam refleksi filosofis, maka terpenuhinya

kesejahteraan melalui pengelolaan plau-pulau kecil dengan penyeimbangan keterjaminan kelestarian lingkunagan hidup merupakan cerminan pemuliaan kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan ideologi, falsafah dan cita hukum Pancasila

khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan penyelenggaraan pulau-pulau kecil maka

ideologi, falsafah dan cita hukum Pancasila di atas harus meresepsi dan dapat dioperasionalisasikan di dalam peraturan perundang-undangan. Peresepsian dimaksud harus mencerminkan bahwa di dalam penyelenggaraan dan penanganan pulau-pulau

(34)

bagi semua pihak untuk turut berupaya menciptakan kesejahteraan baik lahir maupun

batin dengan dilandasi keterjaminan kelestarian lingkungan hidup. b. Ditinjau dari Aspek sosiologis.

kebudayaan Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena pengaruh ruang hidup berupa kepulauan ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda-beda. Jika dilihat dari segi budaya,

masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dari masyarakat pulau kontinen dan daratan (Dahuri, 1998). Sebagian besar masyarakat di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil adalah nelayan yang pada saat-saat tertentu juga berkerja sebagai petani di persawahan pasang surut yang menggantung kehidupan pada sumberdaya wilayah P3K khususnya perikanan sebagai sumber pendapatan

lainnya. Kesulitan menangkap ikan diperairan dekat pantai akhir-kahir ini menjadikan masyarakat tersebut harus mencari ikan lebih jauh, dengan dibuatnya sistem

pengelolaan sumber daya wilayah P3K terpadu yang diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat, pemerintah dan pihak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

(Yudhohusodo, 1998).

c. Ditinjau dari Aspek ekologis.

(35)

pertahanan dan keamanan serta adanya beberapa ekosistem yang saling berinteraksi

khas tropis dengan produktivitas hayati tinggi yaitu terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass), dan hutan bakau (mangrove). Oleh karenanya

pembangunan pulau-pulau kecil harus memprioritaskan pada keseimbangan antara aspek ekonomi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Briguglio, 1995). Prinsip keseimbangan ini terelaborasi di dalam kebijakan pembangunan pulau-pulau kecil

yang bertumpu pada tiga stake holders mendasar yakni pemerintah, swasta dan masyarakat. Dengan demikian, terdapat pola yang senantiasa sinergis antara

pemanfaatan potensi-potensi ekonomi dengan aspek lingkungan hidup. Dalam menjaga fungsi ekologi pesisir dan pulau-pulau kecil, perlu dipahami beberapa aspek mendasar terkait pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu:

 Setiap aktor yang terlibat tersebut, dalam pengelolaan pulau-pulau kecil

yang bersifat rentan harus berbasis pada kepedulian atau kesadaran terhadap lingkungan.

 Sistem pengelolaan pulau-pulau kecil terpadudan berkelanjutan.

 Indikator keberhasilan pengelolaan pulau-pulau kecil salah satunya dari

faktor kualitas lingkungan yang berkelanjutan.

Prinsip konservasi dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil

(36)

kecil yang ramah lingkungan (Yudhohusodo, 1998). Hal ini dilakukan antara lain

melalui kegiatan pengelolaan dengan memperhatikan kaidah ekologi dan peka terhadap nilai sosial budaya masyarakat. Selain itu, menentukan ambang batas

(carrying capacity), baik secara sosial maupun ekologis dalam rangka meminimalisasi akibat negatif yang ditimbulkan kegiatan pembangunan.

Mengingat P3K berfungsi salah satunya sebagai pengatur iklim global,habitat

dan ekosistem lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat, maka dapat dikatakan P3K sebenarnya merupakan kawasan yang sangat sensitiv terhadap perubahan. Oleh

karenanya, pemanfaatan potensi sumberdaya keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta nilai kekhasan dan keaslianya yang ada di P3K harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu yang berbasis pada perlindungan, pemeliharaan,

pemanfaatan dan pengembangan terhadap (Adrianto, Luky. 2004).

Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan apresiasi,

pemahaman dan kesadaran akan ekosistem yang menjadi tatanan unsur keseimbangan lingkungan hidup kawasan P3K. Dengan pendekatan ekologis, pengelolaan lingkungan di pulau-pulau kecil menjadi penting sebagai upaya terpadu untuk

melestarikan (perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) fungsi lingkungan hidup, dan sekaligus menjadi rambu pembangunan berkelanjutan yang menjamin

kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

(37)

Tersebarnya ribuan pulau-pulau kecil yang terbentang dari Sabang sampai

Merauke, di satu sisi merupakan cerminan kekayaan sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia. Namun di sisi lain dengan kurang tersedianya prasarana dan sarana

yang memadai antara lain di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, dan kesehatan, menimbulkan kendala pertahanan dan keamanan bagi keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terutama pulau-pulau kecil yang berada di

wilayah perbatasan. Hal ini berkaitan dengan batas wilayah antar negara. Dari sudut politis pertahanan dan keamanan, pulau-pulau kecil terutama di perbatasan memiliki

arti penting sebagai pintu gerbang keluar masuknya aliran orang dan barang misalnya di Sabang, Sebatik dan Batam yang juga rawan terhadap penyelundupan barang-barang ilegal, narkotika, senjata, dan obat-obatan terlarang. Indonesia memiliki 92

buah pulau kecil yang terletak di perbatasan dengan negara lain, berarti bahwa pulau-pulau kecil tersebut memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan

melindungi keutuhan NKRI dari intervensi negara lain.

Dilihat dari sudut pertahanan dan keamanan, pada dasarnya pulau-pulau kecil terutama di perbatasan memiliki arti penting sebagai pintu gerbang keluar masuknya

aliran orang dan barang, yang juga rawan terhadap kegiatan kriminal seperti penyelundupan, penjualan narkotikadan obat-obatan terlarang, serta senjata ilegal.

Kekhawatiran terhadap keberadaan pulau kecil terluar tidak terbatas pada lepasnya pulau ke negara lain yang letaknya berhadapan langsung dengan 10 negara tetangga (Singapura, Malaysia, Thailand, India, Vietnam, Palau, Papua Nugini, Australia,

(38)

ideologi, ekonomi, politik, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan. Dengan adanya

Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang adanya upaya pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk pulau terluar, paling tidak menjadi upaya perhatian dan sinergi antar

berbagai departemen dan lembaga non departemen dalam mengelola terutama pulau-pulau kecil khususnya yang letaknya terluar (Tribunnews, 2010).

6. Ditinjau dari Aspek yuridis.

Di dalam pengelolaan dan pemanfaatan P3K, perlu ditelaah perspektif

kebijakan yuridis secara nasional bagaimana komitmen dan politik hukum berkenaan dengan arah kebijakan P3K nasional.Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil beserta kawasan pesisirnya harus mampu menghindari tumpang

tindih aturan, memperkuat sinergi peran antar sektor, serta memperhatikan daya dukung lingkungan yang berorientasi dari eksploitasi menjadi rehabilitasi yang

berkelanjutan ( Teridoyo, 2004). Prinsip konservasi meletakkan arti penting terhadap kualitas lingkungan hidup yang terpelihara dari ancaman perusakan dan pencemaran lingkungan.

Wilayah Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945 masih mengikuti territoriale Zee En Maritieme Kringe Ordonantie 1939, dimana

lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia. Penetapan lebar wilayah laut 3 mil tersebut tidak menjamin kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Etty R, 2003).

(39)

yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Untuk

mengukuhkan asas Negara kepulauan ini, ditetapkanlah Undang-undang Nomor : 4/Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.

BAB IV

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa pengembangan Kawasan TWAL 17 Pulau Riung sebagai Daya Tarik Wisata yang berkelanjutan perlu

(40)

1. secara ekologis haruslah dapat menjamin kelestarian sumber daya pesisir, 2. secara ekonomi dapat mendorong dan meningkatkan taraf hidup masyarakat

serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan tetap mempertahankan stabilitas produktivitas sumberdaya pesisir,

3. secara sosial budaya memberikan ruang bagi kearifan lokal dan pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan keterlibatan partisipasi masyarakat dalam kebijakan dan pembangunan.

(41)

Oleh karena itu dalam rangka pengembangan kawasan wisata bahari maka prinsip dasar yang harus diperhatikan adalah:

1. Prinsip co-ownership yaitu bahwa kawasan wisata bahari adalah milik bersama untuk itu ada hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan bersama.

2. Prinsip co-operation/co management yaitu bahwa kepemilikan bersama mengharuskan, pengelolaan pesisir untuk dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat (stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (ORNOP) yang harus bekerja sama

3. Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan wisata bahari menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama

Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga fungsi kelestarian pesisir tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat sekitar pesisir. Oleh karena itu agar masyarakat mampu berpartisipasi, maka perlu keberdayaan baik ekonomi, sosial dan pendidikan, untuk itu dibutuhkan peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat sekitar pesisir agar meningkatkan kesejahteraannya melalui 6 prinsip pemberdayaan yaitu :

(42)

2. Infrastruktur dan pengembangan lembaga-lembaga kemasyarakatan informal yang berorientasi kepada kemajuan

3. Orientasi kepemilikan (asset orientation) yaitu pengembangan yang bertumpu pada penggalian kemampuan masyarakat sebagai model pengembangan

4. Kerjasama (collaboration) yaitu mengembangkan pola kerjasama yang tumbuh dari dalam

5. Visi dan tindakan strategis yaitu membangun visi, misi dan tindakan

6. Seni demokrasi, yaitu mengembangkan peran dan partisipatif yang tumbuh dari dalam

Sehingga dalam mewujudkan pariwisata bahari yang berkelanjutan,tentu membutuhkan arah pengembangan melaui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh koordinasi multisektoral. Strategi yang menjadi fokus utama pengembangan wisata bahari yaitu :

1. Meningkatkan ketersediaan sarana publik yang menciptakan pelayanan dan kenyamanan hakiki bagi wisatawan mancanegara maupun domestik yang akan memanfaatkan sumber daya wisata bahari.

2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia yang berkiprah dalam mengelola wisata bahari.

(43)

Pengembangan sistem pendataan dan informasi ini sekaligus melayani dan mendukung kegiatan promosi dan investasi di bidang wisata bahari.

4. Mengembangkan aktivitas ekonomi non pariwisata yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan wisata bahari, misalnya industri kerajinan, perikanan, restoran, misal sea food dan jasa angkutan laut.

5. Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan bagi wisatawan yang memanfaatkan potensi wisata bahari.

6. Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi kalangan investor untuk mengembangkan wisata bahari seperti insentif maupun desinsentif.

7. Mengembangkan model pengelolaan wisata bahari yang mampu menjaga kelestarian ekosistem laut dan budaya masyarakat lokal

b. Saran

Sebagai saran penulis dalam pengembangan Kawasan TWAL 17 Pulau Riung

sebagai Daya Tarik wisata Bahari yang berkelanjutan adalah sebagai berikut.

c. Perlunya perhatian terhadap sumber daya pariwisata oleh Pemerintah

(44)

d. Perlunya kerja sama antara stakeholders dalam pemanfaatan sumber

daya pulau kecil di Kawasan TWAL 17 Pulau Riung untuk proses perencanan,pemanfaatan,pelakasanaan dan proses pengendalian.

Referensi

Dokumen terkait

Daya tarik wisata pantai yang menempati prioritas utama dalam pengembangan adalah Pantai Marina didasarkan pada skor potensi gabungan tertinggi, disusul dengan

Penelitian Analisis Potensi dan Pengembangan wisata ini dilakukan di kawasan Nusakambangan Kecamatan Cilacap Selatan dengan tujuan (1)Mengevaluasi potensi wisata

Faktor-faktor eksternal yang mendukung pengembangan pariwisata di Kawasan Takabonerate adalah: komitmen dukungan dari pemerintah daerah, tingginya potensi

INVESTASI • 50 DPN (Destinasi Pariwisata Nasional); • 88 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional); • 222 KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional) • Daya Tarik

Selain itu juga, strategi yang dapat diambil adalah dengan menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata agar dapat menjadikan Pantai Sawangan sebagai salah satu

Objek wisata unggulan yang berada di kabupaten Bantul adalah kawasan pesisir pantai yang menarik dan memiliki keindahan tersendiri sehinggamenjadi daya tarik bagi

Penyusunan Perkembangan suatu wilayah sangat erat kaitannya dengan usaha pertumbuhan pariwisata. Ditinjau dari sudut pariwisata perkembangan wilayah digambarkan dengan

Indonesia merupakan negara berkembang dengan potensi yang signifikan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan pariwisata.Indragiri Hulu memiliki banyak tempat wisata, salah