• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Lapangan Pedagang Kaki Lima

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Lapangan Pedagang Kaki Lima"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada umatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan wawancara ini dengan baik.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengantar Ilmu Sosial saya yaitu Bapak Sukidin yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari laporan hasil kegiatan wawancara saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah hasil kegiatan wawancara ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga laporan hasil kegiatan wawancarasaya ini bermanfaat.

(2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat maka diperlukan peran serta para pelaku ekonomi atau para pengusaha sesuai dengan bidangnya masing-masing.Demikian juga, dorongan dan motivasi baik dari pemerintah maupun masyarakat terhadap pengusaha terutama usaha kecil dan menengah demi meningkatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan ekonomi masyarakat pada umumnya.Maka dari itu penulis mencoba melakukan observasi lapangan atau langsung bertemu dengan salah satu pengusaha kecil yang biasa kita temui di pinggiran jalan atau biasa juga disebut dengan pedagang kaki lima untuk melakukan wawancara serta mengetahui sejauh mana usaha dan upaya peningkatan ekonomi keluarganya dan bagaimana peran serta masyarakat di lingkungan atau wilayah setempat.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan hasil observasi wawancara ini, sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, meliputi:

 Latar Belakang Masalah

 Sistematika Penulisan

 Tujuan Penulisan Observasi dan Wawancara

 Waktu dan Tempat Wawancara.

(3)

Tujuan Penulisan dan Observasi

Tujuan penulisan dan observasi ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Matakuliah Pengantar Ilmu Soisal semester 1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember tahun ajaran 2016-2017

2. Untuk mengetahui seputar pekerjaan pedagang kaki lima (PKL), dan juga suka duka dari pekerjaan mereka.

3. Untuk mengetahui sejauh mana usaha peningkatan ekonomi masyarakat terutama pengusaha kecil dan menengah.

Waktu dan Tempat Wawancara:

Hari/Tanggal : Jumat, 02 Desember 2016 Waktu : 06.00 WIB s/d selesai

Tempat : Jalan Kalimantan, Sumbersari, Kab.Jember Narasumber : Ibu Reni, Seorang Pedagang Kaki Lima Pewawancara : Yevi Kurnia

(4)

BAB II

LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

Ibu Reni (narasumber) yang berusia 57 tahun merupakan salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di area kampus Universitas Jember tepatnya berada di Jalan Kalimantan sebelah barat Gedung Soetardjo. Ibu Reni sudah berjualan selama 15 tahun, dimulai pada tahun 2001 sampai dengan sekarang. Ketika saya bertanya mengapa ibu Reni memilih profesi ini, beliau mengatakan karena menjadi pedagang kaki lima tidak membutuhkan modal besar.

Dulunya ibu Reni berasal dari Kediri, akan tetapi setelah menikah beliau memutuskan untuk ikut bersama suaminya pindah ke Jember dikarenakan sang suami yang bekerja di sana. Namun, ketika sudah tinggal di Jember nasib berkata lain, suami ibu Reni kehilangan pekerjaan dikarenakan pada waktu itu terjadi PHK besar-besaran di tempat kerjanya yang mengakibatkan sang suami kehilangan mata pencaharian, sehingga ibu Reni yang memang dasarnya pintar memasak memutuskan untuk memilih berjualan makanan di pinggir jalan dengan alasan untuk menggantikan sang suami yang sudah tidak bekerja lagi. Menjadi pedagang kaki lima merupakan pekerjaan tetap ibu Reni yang dilakoninya sampai sekarang untuk mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan keluarga.

Ibu Reni memilih lokasi di sekitar kampus Universitas Jember dikarenakan posisinya yang cukup strategis dan ramai dilalui oleh banyak orang.Terutama pada waktu pagi hari banyak orang yang berolahraga dan singgah ke warungnya untuk membeli makanan. Selain itu lokasi jualan yang berada di dekat kampus memudahkan para mahasiswa khususnya anak kos untuk membeli makan dengan harga yang sangat terjangkau.

(5)

Ibu Reni berjualan makanan mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB. Jika makanan yang dijualnya belum habis maka tutupnya bisa lebih dari jam tersebut dengan harapan makanan yang dijualnya dapat habis.

Makanan yang dijual ibu Reni pun bervariasi, ada nasi tumpang, nasi rawon, nasi pecel nasi lalapan, nasi jagung dan urap-urap. Untuk membuat berbagai macam makanan tersebut biasanya ibu Reni berbelanja bahan-bahan dan sayuran di pasar Tanjung (pasar lokal). Ibu Reni berbelanja ke pasar sehabis pulang dari berjualan. Karena makanan yang dijualnya banyak maka bahan-bahan yang dibelinya pun juga banyak seperti daging sapi untuk membuat rawon, sayuran untuk membuat pecel dan urap-urap, telur, tempe, tahu, beras, bumbu bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan lainnya

.Ibu Reni mulai mengolah bahan untuk dijadikan masakan yang dijualnya mulaipukul 02.30 WIB sampai dengan pukul 05.30 WIB. Ibu Reni biasa menanak nasi kurang lebih 10kg setiap harinya.Dalam proses produksinya, semua kegiatan seperti memasak dilakukannya sendiri tanpa ada karyawan yang membantunya.

Dalam berjualan biasanya nasi yang dijualnya habis namun terkadang juga tidak tergantung dari ramainya pelanggan begitupun dengan sayurannya. Jika sayuran (kulupan) yang dijual tidak habis maka sayuran tersebut dibuang karena sifat sayuran yang tidak tahan lama. Namun, jika nasi yang dijualnya tidak habis biasanya nasi tersebut dimanfaatkan ibu Reni untuk membuat opak puli.

(6)

nasi disusun di tampah kemudian dijemur kira-kira 1-2 hari agar kering, jika sudah kering langkah selanjutnya adalah menggorengnya dan jadilah opak puli.Jika pedagang lain menggunakan rempeyek lain lagi dengan Ibu Reni yang menggunakan opak puli sebagai pelengkap nasi pecelnya.

Dari banyak variasi makanan yang dijualnya, menu favorit kesukaan pelanggan adalah nasi pecelnya terutama nasi pecel tumpang. Ketika saya bertanya kepada ibu Reni tentang bagaimana cara untuk membuat nasi tumpang yang enak beliau mengatakan kepada saya bahwa cara untuk membuat nasi pecel tumpang tidaklah sulit sebab bahan-bahan yang digunakannya sangatlah merakyat. Pecel berbahan dasar kacang tanah sedangkan tumpang lebih keperpaduan tempe waras dan tempe yang telah busuk (orang Jawa menyebutnya sebagai tempe bosok) yang diracik dengan cabe rawit dan cabe besar dengan rempah-rempah lainnya. Namun cita rasa yang dihasilkan akan berbeda antara satu tangan dengan tangan yang lain. Antara warung lesehan yang satu dengan yang lainnya.Begitulah kira-kira.

(7)

Modal awal yang ibu Reni keluarkan dahulu untuk berjualan makanan dihitung kurang lebih sekitar Rp.500.000karena pada jaman dahulu semuanya masih serba murah. Bahkan kata ibu Reni harga satu bungkus nasi pecel saja dulunya dihargai Rp.500. Namun seiring berjalannya waktu membuat harga bahan pokok semakin mahal, maka makanan yang dijual ibu Reni harganya pun semakin bertambah pula, tidak sama dengan yang dulu. Untuk modalnya sendiri ibu Reni menggunakan gaji terakhir bekerja yang didapatkan suaminya sebelum terkena PHK ditambah dengan uang hasil tabungannya. Menurut beliau menjadi seorang pedagang kaki lima tidak membutuhkan modal yang sangat besar, hanya modal awalnya saja yang membutuhkan modal yang banyak dan itupun masih dapat dijangkau oleh keuangan pribadi. Modal awal memang relatif besar dikarenakan selain untuk membeli bahan-bahan juga digunakan untuk melengkapi peralatan dan perabotan yang mendukung untuk berjualan seperti gerobak dorong, meja kecil, kompor, piring, sendok dan peralatan lainnya.Uang sebesar Rp.500.000 bagi ibu Reni sudah cukup untuk membuka usaha asal ulet, giat, dan mau mengerjakan usaha tersebut. Menjadi pedagang kaki lima yang berjualan makanan itu kuncinya harus ulet dalam artian dalam menjalankan usahanya agar terus berjalan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kedua, harus mampu memberikan pelayanan yang baik dengan motto 4S yakni senyum, salam, sopan, santun, apapun itu segala sesuatunya dilayani dengan ramah. Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuka usaha salah satunya harus bisa membaca lingkungan sekitar dengan keterampilan tentu saja.

(8)

menjadi pedagang kaki lima seperti ibu Reni tidak dikenakan uang iuran tidak seperti yang terjadi pada pedagang kaki lima lima pada umumnya.

Ketika saya bertanya mengenai suka dukanya berjualan menjadi pedagang kaki lima, ibu yang murah senyum ini menjawab bahwa beliau merasa senang bekerja seperti ini karena memasak adalah hobinya apalagi jika makanannya laku dan dagangannya habis terjual. Tetapi ketika hujan datang mengguyur, beliau merasa sedih karena menjadi tidak laku dan sepi pelanggan, sehingga mengurangi pendapatannya.Selain itu, hal yang ditakutkan oleh ibu Reni adalah jika sewaktu-waktu beliau digusur oleh petugas satpol PP dan tidak ada lagi tempat yang bisa digunakannya untuk berjualan lagi karena penghasilan yang tidak menentu membuatnya tidak mempunyai uang untuk menyewa kontrakan.Ibu Reni berjualan di sebelah tukang makanan lainnya tetapi itu tidak menjadikan sebuah persaingan baginya. Beliau malah berteman dengannya dan menurut pengakuannya ia tidak memiliki saingan sama sekali.

Ketika saya bertanya kepada ibu Reni tentang bagaimana carauntuk memasarkan produknya, beliau menjawab bahwa dalam memasarkan produknya beliau tidaklah menggunakan cara yang sulit, cukup dengan promosi dari mulut ke mulut, karena bagi ibu Reni yang terpenting dalam berjualan makanan itu rasanya bukan tampilannya. Selain itu sikap penjual yang ramah dalam melayani pembeli merupakan poin tersendiri ibu Reni untuk menarik pengunjung agar datang ke warungnya.Agar pelanggan merasa puas dan tidak kecewa ibu Reni selalu memperhatikan kualitas bahan yang baik, memilih bahan yang higienis dan berkualitas dan menjaga kebersihan bahan maupun tempat usahanya agar pelanggan yang datang tidak merasa jenuh atau jijik.

(9)

BAB 3 KESIMPULAN

Dari wawancara saya dengan ibu Reni yaitu salah satu penjual makanan di Jalan Kalimantan Jember, kita dapat merefleksikan kejadian-kejadian hidup yang dialami setiap orang selalu berbeda-beda.Namun dari banyak perbedaan tersebut ada satu kepastian yaitu setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tiap orang itu berbeda pula. Dari cerita diatas saya akan lebih menonjolkan sisi-sisi kehidupan dan bagaimana kita harus mengatasi kehidupan yang begitu berat ini. Seperti ibu Reni, beliau memilih profesi sebagai penjual makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Walaupun terlihat mudah namun dalam menjalani hari-harinya sebagai penjual makanan pun mengalami kendala dan hambatan seperti yang dikatakannya, beliau dapat mengalami kerugian apabila hujan turun karena dengan adanya hujan banyak orang yang tidak membeli makanannya sehingga dapat dikatakan jualannya tidak laris. Selain itu penggusuran tempat jualan juga merupakan hal yang ditakutkan oleh para pedagang kaki lima seperti ibu Reni.

(10)

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PEDAGANG KAKI LIMA

Diajukan guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pengantar Ilmu Sosial Dosen Pengampu Dr. Sukidin, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Nama : Yevi Kurnia NIM : 160210301021 Kelas : A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

(11)

DOKUMENTASI

Gambar ketika saya sedang mewawancarai bu Reni.

Gambar

Gambar ketika saya sedang mewawancarai bu Reni.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Istilah ethnoscienc e berasal dari kata ethnos dari bahasa Yu a i ya g erarti a gsa‘ dan kata scientia dari bahasa Latin yang erarti pengetahuan.

Dengan demikian anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang

Metode ini intinya terbagi atas dua bagian: satu adalah inverse sistem yang direalisasikan oleh NN untuk menjalankan metode feedforward dan yang kedua adalah sebagai mekanisme

Kesimpulannya hipertensi adalah hanya salah satu gejala dari sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut dengan sindroma hipertensi aterosklerotik (bukan merupakan

Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Universitas Riau di

Berdasarkan penelitian yang telah di bangun tentang Sistem informasi pelayanan jasa tour dan travel berbasis web (Studi kasus Smart Tour) dapat mampu mengurangi resiko

Sejak diberlakukannya Inpres Nomor 5 Tahun 1998, PG Padjarakan mengalami kekurangan lahan karena pada tahun tersebut bersamaan dengan digantinya kebijakan Tebu