• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan kadar Fe dalam Bahan Pangan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penentuan kadar Fe dalam Bahan Pangan di"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

HAIFA SAHARA

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan laporan tugas akhir yang berjudul

PENENTUAN KADAR Fe DALAM BAHAN PANGAN JAWA TIMUR

DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON di PUSAT SAINS

DAN TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN adalah karya saya dengan arahan

dan bimbingan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.

(3)

RINGKASAN

HAIFA SAHARA. Penentuan Kadar Fe dalam Bahan Pangan Jawa Timur dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Dibimbing oleh BUDI RIZA dan

MUHAYATUN.

Kekurangan mikronutrien besi (Fe) banyak diderita oleh masyarakat. Untuk itu telah dilakukan penentuan unsur Fe dalam cuplikan bahan pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkirakan asupan Fe melalui bahan makanan yang dikonsumsi dalam beberapa jenis komoditi bahan pangan yang biasa dikonsumsi masyarakat di antaranya : sayuran, buah-buahan tepung, ikan, daging, tahu, tempe dan telur. Pengambilan cuplikan dilakukan di Pasar-pasar didaerah Jawa Timur.

Unsur Fe yang terkandung dalam makanan memiliki peran penting dalam proses metabolisme manusia. Fe memiliki rentang intake yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan. Defisiensi Fe dapat menyebabkan gangguan kesehatan, sebaliknya dalam konsentrasi yang berlebih, unsur Fe bersifat toksik dan dapat membahayakan kesehatan manusia. Malnutrisi unsur gizi mikro telah lama terjadi di Indonesia namun terabaikan. Kondisi ini tidak terdeteksi secara fisik namun secara perlahan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Pengambilan sampel makanan menggunakan dan pengukuran kadar unsur menggunakan metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan Fe dalam bahan pangan Jawa Timur secara keseluruhan dari komoditi pilihan tersebut masih belum memenuhi RDA namun belum melewati batas aman UL sehingga dapat dikatakan bahwa masih terjadi defisiensi terhadap Fe di beberapa wilayah di Jawa Timur.

(4)

PENENTUAN KADAR Fe DALAM BAHAN PANGAN JAWA

TIMUR DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

HAIFA SAHARA

Laporan Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada

Program Diploma Keahlian Analisis Kimia

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Tugas Akhir : Penentuan kadar Fe dalam bahan pangan di Jawa Timur dengan metode analisis aktivasi neutron

Nama : Haifa Sahara

NIM : J3L111019

Disetujui oleh

Budi Riza, SSi MSi Prof Dr Muhayatun, MT

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr

Ir Bagus P. Purwanto, MAgr Direktur

Armi Wulanawati, SSi M S i Koordinator Program Keahlian

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Analisis Kadar Fe dalam Bahan Pangan Jawa Timur dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron, sebagai hasil dari kegiatan PKL yang dilaksanakan di Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan-Badan Teknologi Nuklir Nasional (PSTNT-Batan) yang beralamat di Jl. Tamansari No. 71 Bandung. Kegiatan PKL dilaksanakan selama 63 hari kerja terhitung tanggal 3 Februari sampai dengan 3 Mei 2014.

Keberhasilan dalam menyelesaikan laporan ini tidak akan terlepas dari bantuan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Muhayatun, MT dari Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT-BATAN) selaku pembimbing lapang dan Bapak Budi Riza SSi MSi. selaku pembimbing PKL dari Program Keahlian Analisis Kimia Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah membimbing dengan sabar dan meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan, seluruh staf pembimbing dari PSTNT-BATAN yang menambah manisnya belajar dalam kekeluargaan, dan teruntuk kedua orangtua tercinta yang tidak pernah letih menemani disetiap pijakan dalam langkah-langkah perjuangan, jutaan kata terimakasih takkan sebanding dengan kasih sayang dan tetes keringat mereka sang guru ikhlas yang paling bijaksana, juga untuk kakak-kakak dan adikku terkasih yang senantiasa memberi semangat terhangatnya melalui doa dan harapan, serta seluruh teman-teman seperjuangan analisis kimia 48 yang telah mengajarkan indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(7)

DAFTAR GAMBAR vii

2 KEADAAN UMUM PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR

TERAPAN-BATAN 2

2.1 Sejarah dan Perkembangan 2

2.2 Visi dan Misi PSTNT-BATAN 3

2.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PSTNT-BATAN 4

2.4 Struktur Organisasi PSTNT-BATAN 4

3.9 RDA (Recommended Daily Acceptable) dan UL (Upper Intake Level) 12

4 METODE 13

4.1 Alat dan Bahan 13

4.2 Pengambilan sampel 13

4.3 Pembuatan larutan standar untuk AAN 13

4.4 Preparasi Sampel bahan pangan dan Penentuan Kadar Air 14

4.5 Iradiasi Sampel dan Standar 14

1 Ilustrasi Proses Penangkapan Neutron oleh Inti Target yang 7

(8)

3 Susunan detektor HPGe 9

4 Sistem Cryostat detektor Ge (Li) 10

5 Skema Kerja Spektrometer sinar-γ 10

6 Multi Channel Analyzer 11

7 Spektrum Fe yang terdeteksi pada energy 1099 KeV ketika pencacahan 18

DAFTAR TABEL

1 Ingestion Rate pada Berbagai Bahan Pangan (Damastuti et al. 2011) 12

2 Hasil penentuan asupan harian 18

3 Hasil Validasi Menggunakan SRM NIST 1567a Wheat Flour 21

4 Hasil Validasi Menggunakan SRM NIST 1814 Bovine Muscle 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur Organisasi PSTNT BATAN 25

2 Hasil pengukuran analisis kualitatif 26

3 Penentuan kadar kering pada sampel 30

4 penentuan kadar basah pada sampel 30

5 Penentuan kadar asupan harian 32

6 Validasi SRM NIST 1567a Wheat Flour 32

7 Pengeringan standar (a) 33

8 sampling (a) 33

9 Preparasi sampel basah setelah pencucian (a) reduksi ukuran (b) 34 10 Preparasi sampel kering setelah direduksi (a) penentuan kadar air (b) 34 11 blending (a), penyimpanan dalam freezer (b) 34 12 Freeze dry (a) dan penimbangan (b) 35 13 Vial Polietilen (a) sebelum diseal; (b) sesudah diseal; dan (c) 35

(9)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Selain mengandung zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan,juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung tubuh agar tetap sehat. Dengan demikian untuk meningkatkan kehidupan manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai bila dilihat dari sudut pandang kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh bahan pangan juga harus memenuhi syarat keamanan (Sugiyatmi 2006). Selain itu Informasi kadar unsur makro dan mikro dalam bahan pangan sangat penting diketahui, informasi ini digunakan untuk memperkirakan asupan harian dalam tubuh, dengan mempertimbangkan unsur esensial berdasarkan nilai kecukupan kebutuhan harian atau RDA (Recommended Daily Acceptable) dan UL (Upper Intake Level).

Unsur mikro merupakan unsur yang dibutuhkan dalam tubuh dengan jumlah yang sedikit, terdapat unsur mikro yang memang telah terkandung dalam bahan makanan dan ada pula yang terdapat dalam makanan akibat kontaminasi dari lingkungan. Terdapat sistem yang sangat terintegrasi untuk mengontrol aliran gizi dari unsur-unsur mikrio dalam pencegahan penyakit dan ini menunjukkan betapa pentingnya penyerapan unsur-unsur mikro dalam tubuh seperti Fe.

Besi (Fe) merupakan salah satu logam esensial yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil yaitu kurang dari 100 mg/hari, namun sangat berperan penting bagi metabolisme tubuh. Kasus kekurangan logam Fe prevalensinya cukup banyak dijumpai di dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia khususnya didaerah Jawa Timur. Defisiensi unsur-unsur atau yang tergolong dalam logam esensial salah satunya Fe telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat dan mendapat perhatian dari berbagai pihak. Anak anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, wanita dalam masa produktif, masa kehamilan dan masa penyembuhan merupakan kelompok yang rentan terhadap defisiensi Fe, Hal ini berkaitan dengan daya beli masyarakat akan bahan pangan serta pola konsumsi yang rendah. sehingga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, kebutuhan dasar akan pangan dan gizi yang baik perlu dipenuhi terlebih dulu agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mohammed 2009). Kebutuhan akan Fe ini dipenuhi melalui asupan makanan yang dikonsumsi, sehingga pengetahuan tentang keberadaan logam Fe dalam bahan makanan sangat penting. Dengan mengetahui informasi kandungan Fe dalam berbagai bahan makanan yang dicuplik dari daerah Jawa Timur yang didukung oleh data pola konsumsi masyarakat daerah Jawa Timur terhadap bahan makanan tersebut, maka asupan Fe yang diterima masyarakat daerah setempat dapat diperkirakan.

(10)

serta luka yang diakibatkan oleh penyakit yang mengganggu absorpsi. Defisiensi Fe bisa menyebabkan anemia karena rendahnya Hb. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terus menerus maka pembentukan sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992). Namun Sekalipun dibutuhkan oleh tubuh tetapi jika jumlahnya berlebih (>60 mg/ kg berat badan) maka akan menimbulkan toksisitas, kerusakan pada sistem pencernaan, jantung, paru paru dan dapat mengakibatkan kanker (Robert 1981). Akibat yang mungkin timbul karena ketidakseimbangan Fe dalam tubuh bagi kesehatan dan masih tingginya angka penderita malnutrisi di Jawa Timur menjadi dasar pertimbangan dilakukan penentuan kadar logam esensial dalam hal ini adalah Fe dalam cuplikan bahan pangan Jawa Timur dengan metode Analisis Aktivasi Neutron, metode ini merupakan metode analisis yang memiliki kepekaan tinggi dan akurat yang mampu mendeteksi unsur sampai orde ppm (1×10-6) dan untuk

unsur-unsur tertentu sampai orde ppb (1×10-9). Metode ini juga mampu menganalisis

multiunsur (40-52 unsur) yang terkandung dalam berbagai jenis sampel dalam satu kali pengukuran (Susetyo 1988), alasan tersebutlah yang menjadi pendukung dipilihnya metode ini dalam analisis yang dilakukan.

1.2 Tujuan

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kandungan Fe dalam beberapa jenis komoditi bahan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat di antaranya : sayuran, buah-buahan tepung, ikan, daging, tahu, tempe, dan telur, dengan metode AAN.

1.3 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan PKL dilakukan mulai tanggal 3 Februari sampai dengan tanggal 3 Mei 2014 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bagian Senyawa Bertanda Radiometri (SBR), Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT-BATAN) yang beralamat di Jalan Tamansari No. 71 Bandung.

2 KEADAAN UMUM PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI

NUKLIR TERAPAN-BATAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan

(11)

Universitas Indonesia (sekarang ITB) dan Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan Keppres No. 230 tahun 1954 dibentuklah panitia antar departemen dengan nama Panitia Negara untuk penyelidikan radioaktif. Panitia Negara ini dipimpin oleh Prof dr G.A.Siwabessy.

Pada tahun 1957 Panitia Negara menyusun rencana kerja yang lebih luas, dengan kesadaran bahwa masalah yang harus diselesaikan bukanlah sekedar penyelidikan radioaktif saja, melainkan perlu juga ditinjau kegiatan yang seharusnya dikerjakan dengan adanya kemajuan yang berkaitan dengan tenaga nuklir serta penggunaan zat-zat radioaktif dalam berbagai bidang kegiatan manusia untuk tujuan-tujuan damai.

Usul dari Panitia Negara ini mendapat tanggapan positif dari pemerintah. Tanggapan positif dari pemerintah tersebut terwujud PP No. 65 tahun 1958 mengenai pembentukan Lembaga Tenaga Atom (LTA). Prof dr G. A. Siwabessy kemudian diangkat menjadi Direktur LTA. Sehubungan dengan dibentuknya LTA maka tugas-tugas Panitia Negara menjadi tugas LTA.

Pada tanggal 9 April 1961, batu pertama pembangunan reaktor TRIGA MARK II diletakkan oleh Presiden RI yang pertama Ir Soekarno Pada tahun 1961 pula seorang tenaga ahli IAEA (International Atomic Energy Agency), Dr Alexander dibantu oleh staf dari jurusan Fisika ITB menyelesaikan tugas penelitian tingkat radiasi di lingkungan instalasi nuklir yang akan dibangun, sedangkan Ir Djali Ahmisa yang sejak tahun 1961 mengambil alih tugas dari ITB ke LTA ditunjuk oleh Dirjen BATAN menjadi Kepala Proyek TRIGA MARK II di Bandung.

Pada tahun 1964 mulai dibangun instalasi tangki reaktor dan beton perisai serta dilanjutkan dengan pemasangan instalasi tangki pendingin primer dan teras reaktor. Pusat Reaktor Atom Bandung kemudian diresmikan pada tanggal 20 Februari 1965 oleh presiden RI pertama, Ir Soekarno dan pemerintah mengangkat Ir Djali Ahmisa sebagai Direktur Pusat Atom Bandung yang pertama. Pada tanggal 18 Maret 1980 sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal BATAN No 36/DS/18/111/80, nama Pusat Reaktor Atom Bandung diganti menjadi Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN). PPTN-BATAN kembali melakukan restruksasi pada tahun 1999 dan berdasarkan keputusan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional no.3/KA/l April 1999 PPTN-BATAN berganti nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (P3TKN-BATAN). Pada tahun 2000 dilakukan pembongkaran kembali reaktor sehubungan dengan peningkatan daya reaktor menjadi 2 MW. Pada bulan November 2005 berdasarkan SK No 392/KA/XI/2005 P3TKN-BATAN berubah menjadi PTNBR-BATAN, kemudian pada bulan februari 2014 PTNBR-BATAN telah resmi berganti nama menjadi PSTNT (Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan).

2.2 Visi dan Misi PSTNT-BATAN

(12)

keselamatan lingkungan, dan pelayanan kesehatan serta pengamanan instalasi nuklir, lingkungan dan personil; melaksanakan pelayanan perawatan dan perbaikan instrumentasi nuklir dan elektromekanik; melaksanakan pelayanan prima, prasarana dan sarana litbang; serta melaksanakan kemitraan dengan berbagai institusi secara profesional

2.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PSTNT-BATAN

Berdasarkan UU No. 10/1997 tentang Ketenaga Nukliran dan Keppres RI No.64/2005, BATAN ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Depertemen, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan peratuan dan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, BATAN memiliki fungsi diantaranya adalah sebagai pengkaji dan penyusun kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir, mengkoordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN. Selain itu BATAN juga memfasilitasi dan mengadakan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir, penyelenggaran pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, diantaranya Unit Pengaman Nuklir, Bagian Tata Usaha, Bidang Reaktor, Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri, Balai Instrumentasi dan Elektromekanika (BIE), Bidang Fisika serta Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri membawahi empat kelompok, yaitu Kelompok Teknologi Proses Radioisotop, Kelompok Sintesis Senyawa Bertanda, Kelompok Biodinamika dan Biosintesis, serta Kelompok Teknik Analisis Radiometri. Struktur Organisasi Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri dapat dilihat pada Lampiran 1

2.5 Sistem Manajemen PSTNT-BATAN

(13)

limbah. Sistem Manajemen laboratorium yang ditetapkan oleh PSTNT-BATAN yaitu berdasarkan sertifikat ISO/IEC 17025 dari PSJMN BATAN yang diperoleh pada tahun 2007. Pada bulan Mei 2011 diperoleh sertifikat reasesmen laboratorium TAR menjadi laboratorium PSTNT dengan penambahan lingkup metode SSA oleh Komite Akreditasi Nasional. Manajemen laboratorium berpartisipasi aktif dalam pembuatan dan revisi dokumen, memantau, dan mengukur kejadian pekerjaan yang tidak sesuai, tindakan perbaikan, dan pengaduan. Pengembangan dan implementasi sistem manajemen serta peningkatan efektivitas sistem manajemen secara berkelanjutan dikaji ulang pada saat kaji ulang manajemen.

Manajemen laboratorium mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kesesuaian dengan sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025 : 2005 dan standar pelayanan laboratorium. Manajemen puncak menjamin bahwa integratis sistem manajemen dipelihara pada saat perubahan sistem manajemen. Perubahan terhadap sistem manajemen melibatkan semua pihak yang berpengaruh, memperhatikan kesesuaian dengan persyaratan ISO/IEC 17025 : 2005, tidak menyebabkan hambatan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, direncanakan, serta diimplementasikan.

3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bahan Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat (Badan Standardisasi Nasional 2009).

3.3 Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan salah satu logam esensial yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil yaitu kurang dari 100 mg/hari, yang sangat berperan penting bagi metabolisme tubuh. Sumber Fe berasal antara lain hematin dan magnetit. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5.6×10-4 mg/kg, sedangkan kandungan didalam laut adalah sebesar 2×10-3 mg/L. Mineral yang sering berada dalam air tanah semakin meningkat.

(14)

mengandung besi tinggi adalah bayam, dan kedelai. Selain itu sumber Fe antara lain daging, ikan, buncis, sayuran, tahu, papaya, pisang, kacang polong, tomat, kuning telur, sereal difortifikasi, kerang, udang, serta kacang merah. Dalam makanan biasanya berupa Fe2+. Beberapa jenis merk sarden juga mengandung Fe

bahkan ada yang nilai kandungannya melebihi baku mutu, kadar Fe dalam makanan kemasan kaleng ini berasal dari korosi kemasan atau lepasnya lapisan lacquer, sedangkan air yang digunakan dalam proses produksi mengandung ion Fe2+ dan Fe3+.

Asupan Fe dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena besi fero bisa bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan radikal bebas. Fe bersifat toksik bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga mengikat Fe bebas. Konsumsi Fe berlebih berakibat pada meningkatnya feritrin dan hemosiderin dalam sel parenkom hati. Kadar Fe dalam feritrin dan hemosiderin juga meningkat.

Defisiensi Fe dapat terjadi jika konsumsi makanan kurang seimbang dan terjadi gangguan absorpsi Fe, pendarahan akibat cacingan, serta luka yang diakibatkan penyakit yang mengganggu proses absorpsi, defisiensi Fe bisa menyebabkan anemia karena kekurangan Hb yang biasanya dialami oleh 2/3 anak-anak atau ibu hamil di negara berkembang. Kebutuhan tubuh akan Fe dapat dipenuhi dari berbagai jenis makanan maupun produk suplemen yang dikonsumsi. Demi pemenuhan gizi, maka pola konsumsi gizi seimbang untuk memenuhi segala kebutuhan gizi perlu dilakukan, jadi dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan Fe maka kombinasi konsumsi makanan hewani dan nabati perlu dilakukan. Untuk itu pengetahuan tentang kandungan unsur Fe dalam bahan makanan perlu diketahui. Besarnya asupan Fe yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan tubuh. Kandungan Fe didalam cuplikan berbagai bahan makanan biasanya terdapat dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga untuk analisisnya diperlukan metode yang memiliki sensitivitas dan selektivitas baik seperti metode AAN.

(15)

komsumsi lebih besar yaitu 0,022 kg/hari, maka asupan Fe dari telur lebih tinggi yaitu 0,85–1,64 mg/hari.

3.4 Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Analisis Aktivasi Neutron (AAN) adalah salah satu teknik analisis unsur yang didasarkan atas keradioaktifan imbas suatu unsur akibat penembakan oleh neutron. Besarnya radioaktivitas imbas dinyatakan dalam aktivitas A pada saat iradiasi selesai (disintegeration per second), N adalah jumlah atom yang diiradiasi dalam sampel, Φ adalah fuks neutron (neutron cm-2 detik-1), σ adalah tampang lintang serapan neutron (cm2), t adalah waktu iradiasi (detik), t1/2 adalah waktu paruh radionuklida yang terbentuk (detik) (Skoog dan Leary 2007). Berikut dalam orde bagian per juta (μg/g atau mg/kg), bahkan untuk beberapa hal mampu hingga orde bagian per miliar (ng/g). Selain itu dapat menganalisis unsur secara serempak (Gunandjar dan Sutisna 2008). Metode AAN juga biasa dikenal sebagai metode Analisis Aktivasi Neutron Instrumental (AANI) yang menggunakan instrumen alat cacah spektrometer sinar-γ. Metode yang menggunakan teknik nuklir ini berdasarkan pada reaksi penangkapan neutron termal oleh inti sasaran melalui reaksi neutron-sinar-γ (n,γ). Reaksi yang paling sering terjadi dan biasa digunakan di dalam AAN adalah (n,γ), misal :

127I + 1n 128I + γ

(16)

Gambar 1 Ilustrasi Proses Penangkapan Neutron oleh Inti Target yang Diikuti dengan Emisi Sinar Gamma ( Glascock 2004).

Aplikasi teknik AAN untuk analisis multi unsur dalam berbagai jenis cuplikan dari bidang lingkungan, kesehatan, geologi dan biologi telah banyak dilakukan pada kegiatan atau penelitian. Metode AAN dapat menentukan unsur secara kualitatif maupun kuantitatif secara serempak. Analisis kualitatif didasarkan pada energi sinar-γ yang karakteristik untuk setiap radionuklida, sedangkan analisis kuantitatif didasarkan pada jumlah cacah foton sinar-γ dari radionuklida yang berbanding lurus dengan konsentrasi unsur dalam sampel. Teknik penentuan unsur secara kuantitatif umumnya dilakukan dengan teknik komparasi menggunakan bahan standar yang telah diketahui konsentrasi unsur-unsur yang dikandungnya. Aktivitas awal ditentukan dengan rumus di bawah ini.

Cps0 = Cpst e 0.0693td/T

(Susetyo 1984). Ket : Cps0 : aktivitas awal (cps)

Cpst : aktivitas pada saat dicacah (cps)

td : waktu tunda (hari)

T : waktu paruh nuklida logam (hari)

(Susetyo 1984).

Ket : W cuplikan : kandungan cuplikan W standar : kandungan standar

Cps0 : laju cacah saat aktivasi dihentikan

Cpst : laju cacah yang diketahui dari pencacahan

Analisis data dari AAN dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui unsur yang terkandung dalam sampel. Kalibrasi energi diperlukan untuk analisa kualitatif. Energi sinar-γ yang dipancarkan oleh suatu radionuklida adalah satu sifat karakteristik dari radionuklida tersebut sehingga dapat diidentifikasi jenis radionuklida yang terkandung dalam sampel tersebut (Widyarini 2009).

(17)

iradiasi menengah, oleh sebab itu, waktu iradiasi sampel untuk mendapatkan unsur dengan waktu paruh menengah tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit, sedangkan jika unsur memiliki waktu paruh sekitar empat hari hingga 13 tahun maka dikatakan unsur tersebut tergolong iradiasi panjang. Unsur yang tergolong iradiasi panjang harus diiradiasi sekitar satu hingga dua jam agar teraktivasi. Waktu paruh pendek sekitar 17 detik hingga 15 jam harus diiradiasi sekitar satu sampai dua menit dengan segera dianalisis menggunakan spektrometer sinar-γ (IAEA 1992). Energi sinar-γ yang karakteristik untuk Fe adalah 1099.2 keV dengan waktu paruh 44,5 hari sehingga tergolong unsur yang melalui proses iradiasi panjang (Blaauw 1996).

3.5 Spektrometer Sinar-γ

Spektrometer sinar-γ adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi γ. Setiap radionuklida mempunyai energi yang berbeda dan tertentu dan bersifat spesifk. Hal ini digunakan sebagai dasar dalam analisis secara kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan berdasarkan nilai cacahan dari spektrum yang dipancarkan. Spektrometer sinar-γ mempunyai batas kemampuan pengukuran pada laju cacah yang rendah, untuk itu perlu perlu diketahui batas kemampuan pengukuran suatu detektor atau berapa deteksi minimum yang bisa dicapai oleh detektor nuklir. Detektor yang digunakan bisa berbentuk planar dan koaksial. Detektor yang mempunyai bentuk planar biasanya hanyalah detektor Ge kemurnian tinggi, sedangkan detektor koaksial biasa merupakan detektor Ge kemurnian tinggi ataupun detektor Ge(Li) (Susetyo 1984).

Gambar 2 Perangkat Spektrometri sinar-γ (Susetyo 1984)

Salah satu detektor spektrometer sinar-γ adalah detektor HPGe (High Purity Germanium). Adapun susunan detektor secara umum ditunjukan pada Gambar 3 dan setiap detektor harus memiliki bagian-bagian seperti; pendingin detektor, pelindung panas (thermal shield), susunan menuju alat listrik (mount for electrical contacts), pelindung dari getaran luar, dan jalur masuk foton.

(18)

Gambar 3 Susunan detektor HPGe (Susetyo 1984)

Sistem pendingin detektor menggunakan dewar berkapasitas 30 Liter yang diisi dengan nitrogen cair. Detektor HPGe yang didinginkan sangat penting dalam mengurangi derau akibat adanya arus bocor. Nitrogen cair yang mempunyai suhu 77K adalah medium pendingin yang biasa dipakai untuk mendinginkan detektor Ge(Li). Selain untuk mengurangi derau, pendinginan dengan nitrogen cair diperlukan untuk menjaga agar ion Li+ tidak keluar sehingga menyebabkan

hilangnya daerah intrinsik (Susetyo 1984).

Gambar 4 Sistem Cryostat detektor Ge (Li) (Susetyo 1984)

Vakum kualitas tinggi diperlukan untuk mengurangi pengumpulan kontaminan pada permukaan detektor yang menyebabkan penurunan kinerja detektor. Kontaminasi pada permukaan detektor dapat menurunkan tegangan luar sebab bagian luar alat berada pada temperatur ruang dan detektor berada pada suhu mendekati 77 K, maka dibutuhkan pelindung panas untuk mencegah terjadinya transfer energi panas dari permukaan luar ke detektor. Susunan detektor harus menyediakan keperluan kontak listrik dan penyekatan karena tegangan bias yang diberikan tiap pencacahan radiasi hingga ratusan sampai 4000 V. Tegangan bias yang sangat tinggi dapat merusak breakdown pada sistem sehingga merusak transistor dan dengan demikian sistem vakum harus dibuka. Pengondisian kembali ini biasanya dapat merubah karakteristik detektor dan harus dilakukan kalibrasi alat. Isolasi getaran luar dapat menimbulkan noise yang menghalangi pengamatan pulsa yang dibuat oleh foton. Bagian yang peka sebagai contoh adalah tabung vakum yang terdapat pada komponen penguat sinyal detektor. Jendela masuk foton pada Gambar 3 dapat mempengaruhi atenuasi foton di depan susunan detektor yang terbuat dari Berilium atau Aluminium. Berilium digunakan untuk mengurangi atenuasi foton pada energi rendah, khususnya untuk Si(Li), Ge bentuk planar dan detektor Ge koaksial tipe-n (Susetyo 1984).

(19)

Gambar 5 Skema Kerja Spektrometer sinar-γ

Prinsip kerja alat ukur radiasi didasarkan pada interaksi radiasi (alfa, beta, dan gamma) terhadap material detektor yang sedemikian rupa sehingga respon dari alat akan sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang diukur. Setiap radiasi yang mengenai bahan detektor kemungkinan terjadi proses ionisasi, eksitasi, dan absorbsi (untuk radiasi alfa dan beta), sedangkan radiasi sinar sinar-γ yang mengenai bahan detektor akan terjadi peristiwa efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan. Secara keseluruhan, masing-masing peristiwa itu dapat membebaskan elektron dari bahan yang mengikatnya yang pada akhirnya terdeteksi sebagai pulsa listrik.

3.6 MCA (Multi Channel Analyzer)

MCA adalah penganalisis salur ganda, yang merupakan gabungan dari banyak penganalisis salur tunggal dan dapat membuat spektrum-γ secara sekaligus. Kebanyakan penganalisis salur ganda yang modern mempunyai 4000-8000 salur pencacah dimana tiap salur pencacahan setara dengan satu penganalisis salur tunggal. Penganalisis tinggi pulsa jenis ini biasanya digabungkan dengan detektor semikonduktor seperti detektor Ge(Li) dan detektor Ge kemurnian tinggi.

Gambar 6 Multi Channel Analyzer

(20)

Validasi metode dalam suatu analisis diperlukan untuk memastikan bahwa metode analisis yang digunakan memberikan hasil analisis yang dapat dipercaya. Validasi metode ialah suatu proses konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang obyektif bahwa suatu metode mempunyai unjuk kerja yang konsisten sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam penerapan metode tersebut (ISO/IEC 17025 : 2005. Parameter validasi yang digunakan dalam percobaan adalah akurasi dan presisi.

Akurasi merupakan kesesuaian antara hasil analisis dengan nilai yang benar dan dinyatakan dalam % perolehan kembali atau kedapatulangan yang diperoleh melalui persamaan (Damastuti et al. 2011) :

% kedapatulangan = Keterangan :

Xuji = nilai hasil analisis Xsertifikat = nilai sertifikat

Presisi dinyatakan sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi (%CV) yang dinyatakan dalam Persamaan :

% CV = Keterangan :

SD = standar deviasi

X = rata-rata nilai hasil analisis

3.8 Penentuan Asupan Harian

Penentuan nilai asupan harian dapat ditentukan untuk mengetahui kadar Fe yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap harinya. Nilai asupan harian dapat dihitung menggunakan Persamaan :

Asupan Harian = Ci × Ii Keterangan :

Ci = konsentrasi (μg/Kg)

Ii = ingestion rate, yang merupakan nilai konsumsi rata-rata tiap bahan pangan (kg/hari).

Tabel 1 Ingestion Rate pada Berbagai Bahan Pangan (Damastuti et al. 2011)

(21)

8 Pisang 0.005

3.9 RDA (Recommended Daily Acceptable) dan UL (Upper Intake Level)

Recommended Daily Acceptable (RDA) merupakan distribusi dimana asupan memadai untuk 97%-98% dari kelompok populasi untuk berbagai kelompok usia dan jenis kelamin, termasuk bayi, anak-anak laki-laki dan perempuan, remaja, orang dewasa serta ibu hamil dan menyusui. RDA digunakan sebagai tingkat asupan yang direkomendasikan untuk semua individu, meskipun melebihi persyaratan untuk hampir semua.

Upper Intake Level (UL) merupakan diet standar referensi untuk mengevaluasi dan mengelola resiko berlebihan konsumsi vitamin dan mineral serta unsur yang sering juga disebut sebagai tingkat asupan atas. UL adalah tingkat maksimum total harian kronis asupan nutrisi dinilai tidak untuk menimbulkan resiko kesehatan yang merugikan efek ke hamper semua individu dalam populasi umum (Fletcher 2004).

4 METODE

4.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah seperangkat alat spektrometer sinar-γ multisaluran (Multiport II MCA) Canberra dan detektor Ge dengan komputer dilengkapi software Gennie-2000, blender bermata titan Freeze dryer Karl Kolb Mettler Toledo semi microbalance Neraca Sartorius, vial polietilena High Density Polyethylene (HDPE) Fasilitas iradiasi Rabbit System, reaktor G.A. Siwabessy Serpong, deksikator ,oven, pinset, alat proteksi pemantauan diri (Dosicard), tabung polietilena, freezer, sarung tangan, bunsen, korek api, lumpang dan alu berbahan teflon, rak pengering yang dilengkapi dengan lampu inframerah, plastik, dan aluminium foil.

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya Sampel bahan pangan dari pasar-pasar di wilayah Jawa Timur meliputi beras, bayam, pisang, tahu, tempe,kedelai dan daging, bahan acuan standar SRM NIST 1567a Wheat Flour, bahan acuan standar SRM NIST 8414 Bovine Muscle HNO3 5N, akuades, nitrogen cair, es batu dan garam.

4.2 Pengambilan Sampel

(22)

wortel, daging sapi, telur ayam, tempe, tahu, papaya, dan pisang. Sampel sampel tersebut kemudian disimpan dalam kotak es untuk menghindari kerusakan.

4.3 Pembuatan Larutan Standar untuk AAN

Larutan standar disiapkan dengan melakukan pengenceran bertahap dari larutan standar stok 4000 mg/L, sehingga diperoleh konsentrasi akhir Fe sebesar 10 dan 40 μg dalam 100 μL larutan standar. Sebanyak 100 μL larutan standar dipipet dan dimasukkan ke dalam vial polietilen untuk selanjutnya dikeringkan menggunakan penyinaran dengan lampu infra merah.

4.4 Preparasi Sampel bahan pangan dan Penentuan Kadar Air

Sampel-sampel bahan pangan kemudian dibersihkan terlebih dahulu untuk kemudian ditimbang secukupnya, masing masing jenis komoditi dihaluskan menggunakan blender bermata titan, sampel yang telah halus dimasukkan kedalam suatu wadah berbentuk tabung polietilena yang telah diketahui bobot kosongnya. Kemudian tabung polietilena tersebut bersama dengan sampel ditimbang untuk mengetahui bobot basahnya dan dimasukkan kedalam freezer dengan suhu -40 oC. Sampel yang telah dalam keadaan beku tersebut

dikering-bekukan dengan menggunakan freeze dryer dengan bantuan pompa vakum yang suhunya diatur pada titik beku (± -85̊C) selama 2×24 jam, untuk mengetahui bobotnya, sampel yang telah dalam keadaan kering ditimbang bersama dengan tabung polietilena, selanjutnya dihaluskan dengan cara menumbuknya menggunakan alu dan mortar yang berbahan teflon. Ketika seluruhnya telah halus, dilakukan penimbangan sampel menggunakan neraca Sartorius dengan bobot sampel yang ditimbang ±40 mg dimasukkan kedalam vial polietilena bertutup yang telah bersih dan kering, selanjutnya disimpan dalam plastik yang telah bertuliskan identitas sampel. Serupa halnya dengan sampel, standar SRM NIST 1567a Wheat Flour dan SRM NIST 1814 Bovine Muscle juga ditimbang dengan bobot ±40 mg dalam vial polietilena dan disimpan dalam plastik. Vial berisi sampel dan standar tersebut kemudian diseal panas hingga tertutup rapat. Selanjutnya vial dibungkus dengan alumunium foil kemudian diberi nama sesuai identitas yang tertera pada plastik. Khusus untuk sampel beras, penentuan kadar air dilakukan secara gravimetri menggunakan oven dengan suhu mencapai 100 ̊C hingga diperoleh bobot konstannya. sampel dan standar dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam wadah alumunium foil masing masing kapsul berisi tiga kelompok dan dimasukkan ke dalam kontainer yang selanjutnya diiradiasi dalam reaktor.

4.5 Iradiasi Sampel dan Standar

Kapsul berisi sampel dan standar tersebut diiradiasi dengan fasilitas rabbit reaktor G.A. Siwabessy Serpong pada fluks neutron ~ 1013n.cm-2detik-1 sampel

(23)

terlebih dahulu selama 1-2 minggu sebelum pengukuran dengan spektrometer sinar-γ.

4.6 Penanganan Paska Iradiasi

Sampel-sampel yang telah melewati proses pendinginan kemudian dibuka di tempat yang telah dilengkapi dengan shielding Pb dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang sebelumnya telah diberi nama sesuai identitas sampel. Tahapan selanjutnya yang dilakukan yaitu pencacahan sampel yang dilakukan dengan bantuan seperangkat alat spektrometer sinar-γ di ruang cacah.

4.7 Cara Kerja Alat

Seluruh sistem komputer tetap dalam keadaan menyala. Tombol “Start” pada taskbar diklik kemudian dipilih “Program Genie-2000” dan Gamma Acquisition and Analysis. Apabila terdapat ikon Gamma Acquisition and Analysis/ mcvg di monitor komputer, kemudian dilakukan klik dua kali dan ditunggu beberapa saat hingga pada layar tampak tampilan Gamma Acquisition and Analysis. Pada kondisi ini perangkat lunak Genie-2000 telah siap untuk dijalankan.

4.8 Analisis Kualitatif

Sampel atau standar dikeluarkan dari shielding Pb yang berada di tempat penyimpanan sementara lalu sampel atau standar yang akan dicacah diambil dengan pinset dan diletakkan di atas detektor dengan jarak atau geometri yang telah diatur sesuai kebutuhan aktivitas unsur sehingga waktu mati menunjukkan persentase < 20%. Hasil pencacahan berupa spektrum sinar-γ yang ditampilkan di layar dapat disimpan dalam media penyimpanan data menggunakan Gennie-2000 kemudian dicetak dalam bentuk daftar atau gambar menggunakan Gennie-2000. Setelah sampel atau standar dicacah disimpan kembali ke kontainer Pb seperti semula kemudian diletakkan ke tempat penyimpanan sampel atau standar pasca pencacahan. Dari hasil analisis secara kualitatif akan diperoleh data pencacahan yang berupa waktu akuisisi, lama akuisisi, energi (keV), net peak area atau luas puncak dan net area uncertainty atau nilai ketidakpastian yang akan digunakan sebagai data perhitungan dalam analisis kuantitatif.

4.9 Analisis Kuantitatif

(24)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan penentuan kandungan Fe sebagai salah satu mikronutrien esensial dalam bahan pangan yang terdapat di tujuh kota diwilayah Jawa Timur menggunakan metode AAN. Proses preparasi merupakan tahapan awal setelah sampling dilakukan, dimana tahapannya memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil analisis yang dilakukan, proses preparasi yang meliputi tahapan reduksi ukuran sampel, penimbangan, penentuan kadar air, pengeringan beku, dan pengkapsulan merupakan tahapan tahapan yang harus dilakukan dengan sangat teliti proses pengerjaannya. Sampel-sampel yang telah dibersihkan paska sampling haruslah direduksi ukurannya agar sampel tersebut dapat dengan mudah menjadi homogen dan akan merata ketika ditimbang dalam vial polietilena. Penimbangan sampel, standar dan standar SRM NIST 1567a Wheat Flour juga SRM NIST 1814 Bovine Muscle ditimbang dengan bobot yang sama dan dimasukkan dalam vial polietilena. Vial yang digunakan merupakan vial polietilena jenis HDPE yang sebelum digunakan haruslah dalam keadaan steril serta tidak boleh menyentuh vial dengan tangan lansung agar menghindari terjadinya kontaminasi dari mineral-mineral yang terdapat ditangan seperti unsur K dan Na pada keringat manusia sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan positif dalam analisis. Vial yang telah berisi bahan analisis dilapisi dengan alumunium foil guna menghindari terjadinya penempelan antar vial tersebut saat proses iradiasi dalam reaktor nuklir berlangsung.

Penentuan kadar air juga tidak kalah pentingnya dengan tahapan tahapan preparasi yang telah dibahas sebelumnya. Kadar air dalam metode AAN ini perlu dilakukan sebab metode ini merupakan metode yang baik digunakan untuk bahan uji berupa padatan (Aras et al. 2006). Beberapa bahan uji memiliki kadar unsur yang sangat kecil sehingga akan menjadi sulit mendeteksi kadarnya ketika bahan uji memiliki kadar air yang cukup tinggi sebab terbatas disebagian besar fasilitas iradiasi, faktor lain adalah bahwa kelimpahan unsur Na, Cl, dan Br yang terkandung dalam air menyebabkan radiasi background yang tinggi setelah iradiasi menggunakan neutron yang akan menutupi sinyal elemen atau sebagian unsur yang lain. Penentuan kadar air dilakukan karena bahan uji memiliki kadar air yang tidak menentu, jumlah air yang terkandung sering tergantung dari proses yang dialami, kelembaban udara tempat penyimpanan, tempat penimbangan dan lain sebagainya. Oleh karenanya penentuan kadar air perlu dilakukan dalam melakukan analisis kuantitatif.

(25)

Gambar 7 Hasil penentuan kadar air pada beras dan bayam

Gambar 8 Hasil penentuan kadar air pada wortel dan telur ayam

(26)

Gambar 10 Hasil penentuan kadar air pada tahu putih dan pisang

Berdasarkan grafik tersaji diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kadar air tiap bahan pangan berbeda-beda satu sama lain, antara lain : Beras 12.17%, bayam 93.23%, wortel 91.07%,, telur ayam 77.92% ikan mas 82.94%, tempe 70.76%, tahu putih 82.23%, dan pisang 74.58%.

Tahapan penimbangan dan penentuan kadar air berlanjut menuju tahapan selanjutnya yaitu pengeringan beku sampel (lampiran ). Pada proses awal pengeringan yang dilakukan tabung-tabung yang telah berisi cuplikan sampel beku yang telah dipasang pada pengering beku (Freeze dryer) setiap satu jam sekali perlu dituangkan nitrogen cair untuk menjaga suhu tetap beku. Proses pengeringan dengan cara ini digunakan dengan harapan seluruh unsur air dalam cuplikan makanan akan menguap tanpa mengurangi kandungan unsur dalam cuplikan makanan.

Dalam analisis kualitatif Sinar-γ dari radionuklida sampel bahan pangan dideteksi dengan melihat energi yang dihasilkan dan dibandingkan dengan literatur. Iradiasi pada sampel bahan pangan yang dapat dibedakan menjadi iradiasi panjang, pendek dan menengah dilihat dari waktu paruh unsur tersebut. Jika waktu paruh unsur sekitar 13 jam hingga 2 hari maka dapat dikatakan unsur tersebut tergolong iradiasi menengah. Oleh sebab itu, waktu iradiasi sampel untuk mendapatkan unsur dengan waktu paruh menengah tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit sedangkan jika unsur memiliki waktu paruh sekitar 4 hari hingga 13 tahun maka dikatakan unsur tersebut tergolong iradiasi panjang. Unsur yang tergolong iradiasi panjang harus diiradiasi sekitar 1 hingga 2 jam agar unsur dengan waktu paruh panjang tersebut teraktivasi. Waktu paruh pendek sekitar 17 detik hingga 15 jam harus diiradiasi sekitar 1-2 menit dan langsung dianalisis dengan spektrometer sinar-γ (IAEA 1992). Analisis unsur Fe yang dilakukan melewati tahapan iradiasi panjang salah satunya adalah Fe memiliki waktu paruh selama 44.5 hari.

(27)

Gambar 11 Spektrum Fe yang terdeteksi pada energi 1099 KeV ketika pencacahan

Pengukuran unsur gizi mikro dengan metode AAN dapat mendeteksi keberadaan banyak unsur didalam sampel bahan pangan, dan untuk penelitian ini jenis unsur yang diukur adalah Fe, berbeda hal nya dengan metode lain, pengukuran pada metode ini hanya dilakukan satu kali untuk setiap sampel. Konsentrasi Fe yang didapat dari analisis adalah konsentrasi pada berat kering sampel bahan pangan, untuk mengetahui konsentrasi unsur Fe pada bahan pangan maka konsentrasi yang didapat dikonversikan kedalam berat basahnya terlebih dahulu kemudian dikonversi sebagai nilai asupan harian (Tabel 2). Hasil dari pengolahan data berupa nilai asupan harian untuk masing-masing unsur gizi mikro dalam asupan harian tersebut aman atau telah melebihi batas maksimum yang dapat diterima oleh tubuh manusia.

Tabel 2 Hasil penentuan asupan harian

No Kota

Komoditi Bahan Pangan

Beras Bayam Wortel AyamTelur IkanMas Tempe PutihTahu Pisang

Kadar

1 Tuban 1.5852 3.5779 0.0064 0.3758 - 0.3785 0.5237 0.0257

2 Bojonegoro 1.7840 3.2248 0.0100 0.3393 0.0188 1.0851 0.5486 0.0220

3 Lamongan 1.0306 4.9228 0.0110 0.4570 0.0074 0.5144 0.7741 0.0216

4 Jombang 2.5970 1.8064 0.0202 0.4113 0.0055 0.4598 0.3500 0.0184

5 Mojokerto 3.1945 5.0116 0.0117 1.6931 0.0654 0.5165 0.4612 0.0334

6 Gresik 1.3431 2.5136 0.0210 0.3461 0.0733 0.5715 0.5604 0.0104

7 Sidoarjo 1.7148 6.4185 0.0131 0.3459 0.0178 0.6555 0.7251 0.0240

(28)

Gambar 12 Perbandingan nilai asupan harian dengan RDA bayi dan anak-anak

(29)

Gambar 14 Perbandingan nilai asupan harian dengan RDA ibu hamil dan menyusui

Berdasarkan gambar tersaji diatas, dapat dilihat bahwa seluruh komoditi bahan pangan yang dianalisis yakni beras, bayam, wortel, telur ayam, ikan mas, tempe, tahu putih dan pisang memiliki nilai asupan Fe perhari yaitu berkisar antara 0.01-6.2 mg/hari dengan kadar terkecil ditemui pada komoditi wortel sedangkan kadar Fe tertinggi ditemui pada komoditi bayam. Namun berdasarkan data pengukuran tersebut dapat dikatakan bahwa nilai asupan Fe masih dibawah batas aman RDA dan dapat dipastikan belum melewati batas maksimum kadar yang tidak diperbolehkan atau UL, adapun nilai RDA yang dijadikan acuan adalah 11 mg/hari untuk bayi, 10 mg/hari untuk anak-anak, 8 mg/hari untuk pria, 18 mg/ hari untuk wanita, 27 mg/hari untuk ibu hamil dan 10 mg/hari untuk ibu menyusu sedangkan nilai UL yang dijadikan sebagai acuan adalah 40 mg/hari untuk bayi dan anak-anak, 45 mg/hari untuk Pria, wanita, ibu hamil dan menyusui. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan Fe untuk tubuh perhari belum tercukupi untuk asupan perkomoditi, untuk itu diperlukan kombinasi menu dalam pola konsumsi yang mencukupi asupan harian sesuai kebutuhan Kondisi ini perlu menjadi perhatian mengingat dampak negatif terhadap kesehatan apabila terjadi defisiensi Fe, terutama untuk golongan wanita produktif dan anak-anak yang sedang tumbuh kembang.

(30)

mengevaluasi ketelitian dan ketepatan prosedur tersebut (Harvey 2000). Berikut ini merupakan hasil validasi yang telah dilakukan pada penelitian.

Tabel 3 Hasil Validasi Menggunakan SRM NIST 1567a Wheat Flour SRM NIST 8414

Bovine Muscle

Nilai Sertifikat

(mg/kg) Hasil Analisis(mg/kg) % RSD %Recovery

Kadar UNC Kadar UNC

SRM BM a 71.2 9.2 71.71 3.77 2.74 104.69

SRM BM b 71.2 9.2 74.54 7.83 2.74 102.7

Rata-rata 73.12 5.8 2.74 103.7

Tabel 4 Hasil Validasi Menggunakan SRM NIST 1814 Bovine Muscle SRM NIST

1567a Wheat Flour

Nilai Sertifikat

(mg/kg) Hasil Analisis(mg/kg) % RSD %Recovery

Kadar UNC Kadar UNC Bovine Muscle. Bahan acuan standar tersebut diperlakukan sama sebagaimana perlakuan terhadap sampel. SRM) NIST 1567a Wheat Flour digunakan sebagai standard untuk sampel dari tumbuhan, sedangkan SRM NIST 1814 Bovine Muscle digunakan sebagai standard untuk sampel dari hewan. Keduanya digunakan karena memiliki kemiripan matriks dengan sampel. Berdasarkan tabel validasi tersaji diatas terlihat bahwa hasil validasi yang didapat menunjukkan nilai yang baik atau memiliki kesesuaian nilai yang baik antara nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan nilai yang ada pada sertifikat. Hal ini membuktikan bahwa metode yang digunakan pada analisis dapat dikatakan valid untuk analisis kandungan Fe dalam bahan pangan.Pengujian akurasi yang dilakukan ini ditunjukkan dari nilai %Recovery pengukuran dengan yang diperbolehkan yakni memiliki kriteria keberterimaan adalah antara 60 sampai 120%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan memiliki nilai yang masih dalam ambang batas nilai acuan yang digunakan yakni kriteria keberterimaan yang berpedoman pada The Association of Official Analytical Chemists (AOAC).

(31)

6.1 Simpulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan Fe dalam bahan pangan Jawa Timur secara keseluruhan dari komoditi pilihan tersebut masih belum memenuhi RDA namun belum melewati batas aman UL sehingga dapat dikatakan bahwa masih terjadi defisiensi terhadap Fe di beberapa wilayah di Jawa Timur dan hal hal tersebut bisa di atasi dengan pemenuhan menu yang lebih variatif dalam pemenuhan makan sehari hari.

6.2 Saran

Sebaiknya diperlukan analisis blanko untuk AAN dengan aktivasi vial polietilen tanpa sampel sehingga diketahui unsur-unsur yang menjadi pengotor pada vial polietilen.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC]. Association of Official Analytical Chemists. 2002. Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical Methods for Dietary Supplements and Botanicals.

Aras N.K. Ataman O.Y.2006. Trace Element Analysis of Food and Diet. The Royal Society of Chemistry. Cambridge. UK.

Blaauw M. 1996. The k0-Consistent IRI Gamma-Ray Catalogue for Instrumental Neutron Activation Analysis. Den Haag: Technische Universiteit Delft. Culp AW. 1979.Prinsip-Prinsip Konversi Energi. Darwin Sitompul, penerjemah.

Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Energy Conversion. Damanik A. 2011. Fisika Energi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Endah D, Muhayatun, Syukria K, Natalia A. 2008. Penentuan unsur Zn dalam

beberapa cuplikan makanan siap santap menggunakan analisis aktivasi neutron. Proseding Seminar Nasional Analisis Aktivasi Neutron AAN . Bandung (ID): 127-34.

Fletcher, R.J. et al. 2004. Risk–Benefit Analysis of Micronutrients. Food and Chemical Toxicology. Vol.42: 1903–1922.

Gunandjar dan Sutisna. 2008. Analisis Unsur-Unsur Dalam Limbah Cair Dari Industri Asam Fosfat Dengan Metode Ko-Analisis Aktivasi Neutron. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK ISSN 1410-6086.

(32)

IAEA. 1992. Sampling and Analytical Methodologies for Instrumental Neutron Activation Analysis of Airborne Particulate Matter. International Atomic Energy Agency.

Ratnawati E. 2007. Validasi Metode AANI dalam Hubungannya dengan Fasilitas Iradiasi Sistem Rabbit RSG-GAS. [Prosiding] Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta (ID): 1978-0176.

Skoog dan Leary. 2007. Principles of Instrumental Analysis Sixth Edition. USA: Thompson Higher Education.

Eshelmen MM. 1996. Introductory nutrition and Nutritioan therapy, 3rd ed, Lippincott: Raven Publisher.

Mohammed NK, Spyrou NM. 2009. The elemental analysis of staple foods for children in Tanzania as a step to the improvement of their nutrition and health. Appl Rad Isot 67:480-3.

Darmono.1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Gunandjar. 1985. Diktat Kuliah Spektrometri Serapan Atom. Yogyakarta (ID): PPNY BATAN.

Pourhashemi SJ, Motlagh MG, Khaniki GRJ dan Golestan B.2007 Nutritionalassessment of macronutrients in primary school children and its association with anthropometric indicesand oral health. Jnutr. Pakistan 6(6):687-92.

Roberts H. R. 1981. Food Safety. New York (US): A Wiley Interscience Publication.

Unknown, 2004. DRI References. National Academy of Sciences:Washington DC.

NIST. 1987. Certificate of Analysis Standard Reference Material 1567a Wheat Flour. National Bureau of Standards. Gaithersburg.

NIST. 2008. Certificate of Analysis Standard Reference Material 8414 Bovine Muscle. National Institute of Standards & Technology. Gaithersburg.

Slamet J.S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada press.

Sugiyatmi, S., 2006, Analisis Faktor Faktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks dan Pewarna pada Makanan Jajanan Tradisional yang Dijual di Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006. [Tesis] Semarang (ID):Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

(33)

PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

UNIT PENGAMANAN NUKLIR BAGIAN TATA USAHA

Subbag. PERSURATAN DAN KEPEGAWAIAN

Subbag. KEUANGAN

Subbag. PERLENGKAPAN

Subbag. DOKUMEN ILMIAH

BIDANG REAKTOR BIDANG SENYAWA BERTANDA DAN RADIOMETRI BIE BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Sub Bid. PERENCANAAN OPERASI DAN AKUTANSI BAHAN BAKAR

Sub Bid. OPERASI DAN PERAWATAN REAKTOR

Kelompok TEKNOLOGI PROSES RADIOISOTOP

Kelompok SINTESIS SENYAWA BERTANDA

Kelompok TEKNIK ANALISIS RADIOMETRI

Kelompok KOMPUTER DAN JARINGAN

Kelompok INSTRUMENTASI

Kelompok ELEKTROMEKANIK

Kelompok FISIKA TERMOHIDROLIK dan KESELAMATAN REAKTOR

Kelompok FISIKA RADIASI DAN LINGKUNGAN

Kelompok INSTRUMENTASI NUKLIR

Sub Bid PENGENDALIAN LIMBAH dan KESELAMATAN LINGKUNGAN

Sub Bid PELAYANAN dan KESEHATAN BIDANG FISIKA

Kelompok FISIKA BAHAN

Kelompok BIODINAMIKA dan BIOSINTESIS

Sub Bid PROTEKSI RADIASI dan KESELAMATAN KERJA

LAMPIRAN

(34)

Lampiran 2 Hasil pengukuran analisis kualitatif

Fe-59 (E 1099 keV)

T1/2 3,844,454 detik

Tgl. selesai iradiasi 30-Jul-13 19-Aug-13 20-Aug-13

Jam selesai iradiasi 10:30:00 AM kont 1 12:37:00 PM kont 3 1:54:40 PM kont 5 11:21:00 AM kont 6

11:21:40

AM kont 8 10:22:45 AM kont 9

10:37:45 AM kont 2 12:41:30 PM kont 4 11:21:10 AM kont 7 3:45:00 PM kont 10

Kon

t Kel Kode Tanggal Geometri Mulai cacah

Lama

Area At Net Area UNC Ao UNC Kadar UNC

sampel/standar cacah pencacahan Jam (detik) (jam) (detik) (ug) (g) (cps) Unc (cps) (cps) (cps)

(ug/

g) (ug/g)

1 1 Tp Bjngr 28-Aug-13 rak 1 7:36:21 AM 28271.3 693:06:21 2,495,181 0.0459 4160 0.15 95.98 0.0034 0.23 0.0053 190 4.38

det 3 Tp Mj 27-Aug-13 rak 1 7:37:45 AM 30547.6 669:07:45 2,408,865 0.0419 1740 0.06 72.9 0.0024 0.09 0.0037 79 3.32

Tp Tb 29-Aug-13 rak 1 8:33:21 AM 25684.5 718:03:21 2,585,001 0.041 1060 0.04 61.28 0.0024 0.07 0.0038 61 3.5

TpSdj 30-Aug-13 rak 1 8:19:38 AM 27741.8 741:49:38 2,670,578 0.042 1780 0.06 75.31 0.0027 0.1 0.0044 93 3.95

Tp Jbg 28-Aug-13 rak 1 3:30:18 PM 58362.2 701:00:18 2,523,618 0.0402 3330 0.06 112.64 0.0019 0.09 0.003 84 2.86

Tp Lm 27-Aug-13 rak 1 4:12:18 PM 55061.3 677:42:18 2,439,738 0.0403 2910 0.05 102.78 0.0019 0.08 0.0029 77 2.71

Tp Gsk 26-Aug-13 rak 1 9:33:07 AM 23586.2 647:03:07 2,329,387 0.0412 1310 0.06 67.64 0.0029 0.08 0.0044 77 4

3 Stc V3 26-Aug-13 rak 1 8:34:37 AM 3211.2 646:04:37 2,325,877 59.9 05.02.13 3350 1.04 154.35 0.0481 1.59 0.0731

Bym Lm 11-Sep-13 rak 1 4:02:18 PM 56044.8 1037:32:18 3,735,138 0.0254 17300 0.31 189.41 0.0034 0.61 0.0066 922 10.1

Bym Tb 12-Sep-13 rak 1 3:59:42 PM 52092.6 1061:29:42 3,821,382 0.0255 7620 0.15 131.11 0.0025 0.29 0.005 442 7.61

(35)

Bym Bjngr 6-Sep-13 rak 1 4:28:39 PM 48183.9 917:58:39 3,304,719 0.0257 9660 0.2 141.99 0.0029 0.36 0.0053 548 8.05

Bym Gsk 7-Sep-13 rak 1 5:53:24 PM 80128.6 943:23:24 3,396,204 0.0178 7880 0.1 167.08 0.0021 0.18 0.0038 394 8.36

Bym Mj 9-Sep-13 rak 1 3:52:20 PM 56269.2 989:22:20 3,561,740 0.0216 15700 0.28 177.27 0.0032 0.53 0.006 950 10.73

6 Stc V3 30-Aug-13 rak 1 7:48:13 AM 1808.7 741:18:13 2,668,693 59.9 05.02.13 1730 0.96 106.01 0.0586 1.55 0.0948

W Lm 20-Sep-13 rak 1 5:16:43 PM 80073.5 1254:38:58 4,516,738 0.0256 829 0.01 82 0.001 0.02 0.0023 33 3.27

W Tb 24-Sep-13 rak 1 3:52:37 PM 57674.6 1349:14:52 4,857,292 0.0253 987 0.02 80.79 0.0014 0.04 0.0034 59 4.81

W Bjngr 25-Sep-13 rak 1 4:06:15 PM 55047.4 1373:28:30 4,944,510 0.0258 651 0.01 74.55 0.0014 0.03 0.0033 40 4.63

W Gsk 27-Sep-13 rak 1 4:09:28 PM 80093.7 1421:31:43 5,117,503 0.04 1850 0.02 105.71 0.0013 0.06 0.0033 53 3

W Sdj 26-Sep-13 rak 1 3:47:29 PM 56448 1397:09:44 5,029,784 0.0423 962 0.02 80.97 0.0014 0.04 0.0036 36 3.04

W Jb 30-Sep-13 rak 1 3:48:30 PM 80090 1493:10:45 5,375,445 0.0381 1560 0.02 101.38 0.0013 0.05 0.0033 49 3.17

7 Stc V3 11-Sep-13 rak 1 7:38:12 AM 3450.5 1029:00:27 3,704,427 59.9 05.02.13 2930 0.85 157.51 0.0456 1.66 0.089

3 W Mj 30-Aug-13 rak 1 4:11:53 PM 80074.7 747:34:53 2,691,293 0.0317 651 0.01 47.64 0.0006 0.01 0.001 36 2.65

det 1 Thp Lm 2-Sep-13 rak 1 7:47:51 AM 18489.7 811:10:51 2,920,251 0.0407 1020 0.06 40.48 0.0022 0.09 0.0037 200 7.92

Thp Tb 6-Sep-13 rak 1 6:52:45 AM 33224.3 906:15:45 3,262,545 0.0403 1100 0.03 46.39 0.0014 0.06 0.0025 129 5.43

8 Stc V3 30-Aug-13 rak 1 7:44:47 AM 1719.5 739:07:47 2,660,867 59.9 05.02.13 733 0.43 77.33 0.045 0.69 0.0727

Thp Jb 9-Sep-13 rak 1 8:16:54 AM 26997.1 979:39:54 3,526,794 0.0409 630 0.02 33.97 0.0013 0.04 0.0024 92 4.97

Thp Bjngr 4-Sep-13 rak 1 7:38:04 AM 29117.4 859:01:04 3,092,464 0.0416 1090 0.04 43.17 0.0015 0.07 0.0026 134 5.33

Thp Gsk 10-Sep-13 rak 1 7:36:38 AM 29362.1 1002:59:38 3,610,778 0.043 1120 0.04 50.05 0.0017 0.07 0.0033 146 6.5

Thp Mj 11-Sep-13 rak 1 7:34:26 AM 30145.1 1026:57:26 3,697,046 0.0399 872 0.03 39.89 0.0013 0.06 0.0026 121 5.53

Thp Sdj 12-Sep-13 rak 1 7:38:55 AM 29724.6 1051:01:55 3,783,715 0.0427 1400 0.05 48.57 0.0016 0.09 0.0032 187 6.48

10 Stc V3 29-Aug-13 rak 1 2:44:31 PM 3241.8 722:07:31 2,599,651 59.9 05.02.13 1420 0.44 99.19 0.0306 0.7 0.0489

Ps Tb 25-Sep-13 rak 1 4:06:18 PM 54755.9 1371:24:48 4,937,088 0.0397 143 0 41.5 0.0008 0.01 0.0018 18 5.31

Ps Lm 26-Sep-13 rak 1 3:47:25 PM 56434.3 1395:05:55 5,022,355 0.0402 130 0 41.47 0.0007 0.01 0.0018 16 5.16

Ps Mj 7-Oct-13 rak 1 7:22:42 AM 80058.5 1650:41:12 5,942,472 0.0403 260 0 48.23 0.0006 0.01 0.0018 27 4.98

Ps Jb 2-Oct-13 rak 1 7:19:14 AM 80057.8 1530:37:44 5,510,264 0.0395 121 0 36.46 0.0005 0 0.0012 12 3.56

(36)

Ps Ab Sdj 3-Oct-13 rak 1 7:14:28 AM 80057.9 1554:32:58 5,596,378 0.04 0 0 0 0 0 0 0 0

Ps Bjngr 4-Oct-13 rak 1 7:00:56 AM 33054.7 1578:19:26 5,681,966 0.0418 71.4 0 25.16 0.0008 0.01 0.0021 16 5.79

12 STC V3 29-Aug-13 rak 1 7:42:27 AM 2792.7 715:00:57 2,574,057 59.9 05.02.13 921 0.33 82.68 0.0296 0.52 0.0471

Pp Lm 27-Aug-13 rak 1 4:10:48 PM 55179 675:29:18 2,431,758 0.0407 338 0.01 39.87 0.0007 0.01 0.0011 29 3.37

Tlr Jb 26-Aug-13 rak 1 4:09:09 PM 55573.2 651:27:39 2,345,259 0.041 995 0.02 57.76 0.001 0.03 0.0016 82 4.74

Tlr Lm 27-Aug-13 rak 1 7:37:00 AM 30710 666:55:30 2,400,930 0.0399 646 0.02 44.95 0.0015 0.03 0.0023 100 6.93

Tlr Bj 28-Aug-13 rak 1 7:36:14 AM 28258.7 690:54:44 2,487,284 0.041 468 0.02 37.27 0.0013 0.03 0.0021 78 6.18

Tlr Gsk 26-Aug-13 rak 1

10:41:26

AM 19545.7 645:59:56 2,325,596 0.041 384 0.02 28.95 0.0015 0.03 0.0023 89 6.74

Tlr Tb 28-Aug-13 rak 1 3:29:23 PM 58210.6 698:47:53 2,515,673 0.0398 1140 0.02 58.56 0.001 0.03 0.0016 95 4.88

Tlr Sdj 30-Aug-13 rak 1 8:24:31 AM 27496.1 739:43:01 2,662,981 0.04 461 0.02 39.33 0.0014 0.03 0.0023 83 7.09

16 Stc V3 26-Aug-13 rak 1 9:11:38 AM 5162.4 644:30:08 2,320,208 59.9 05.02.13 1660 0.32 105.71 0.0205 0.49 0.0311

Brs Jb 20-Sep-13 rak 1 5:16:51 PM 80035.3 773:55:51 2,786,151 0.0406 360 0 37.19 0.0005 0.01 0.0008 13.12 1.3549

Brs Tb 19-Sep-13 rak 1 3:44:26 PM 57191.7 748:23:26 2,694,206 0.0397 160 0 36.15 0.0006 0 0.001 8.205 1.8539

Brs Gsk 18-Sep-13 rak 1 4:08:47 PM 55868.8 724:47:47 2,609,267 0.0407 135 0 26.68 0.0005 0 0.0008 6.808 1.3455

Brs Sdj 17-Sep-13 rak 1 3:35:26 PM 58047.5 700:14:26 2,520,866 0.041 182 0 27.35 0.0005 0 0.0007 8.631 1.297

Brs Mj 12-Sep-13 rak 1 3:55:33 PM 52395 580:34:33 2,090,073 0.0398 327 0.01 31.55 0.0006 0.01 0.0009 16.38 1.5799

17 Brs Lm 16-Sep-13 rak 1 3:57:25 PM 56546.8 676:36:25 2,435,785 0.0414 111 0 24.45 0.0004 0 0.0007 5.27 1.1608

18 Stc V3 13-Sep-13 rak 1 6:31:04 AM 4523 595:10:04 2,142,604 59.9 05.02.13 2570 0.57 118.54 0.0262 0.84 0.0386

Brs Bjngr 13-Sep-13 rak 1 4:17:08 PM 80045.5 604:56:08 2,177,768 0.0409 231 0 37.98 0.0005 0 0.0007 9 1.52

Ikm Lm 25-Sep-13 rak 1 4:06:22 PM 55019.5 892:45:22 3,213,922 0.0407 298 0.01 29.66 0.0005 0.01 0.001 19 1.88

19 Ikm Jb 26-Sep-13 rak 1 7:25:41 AM 80071.1 908:04:41 3,269,081 0.0464 470 0.01 44.08 0.0006 0.01 0.001 18 1.71

Stc V3 16-Sep-13 rak 1 7:39:28 AM 3059.9 668:18:28 2,405,908 59.9 05.02.13 1490 0.49 110.54 0.0361 0.75 0.0557

Ikm Sdj 12-Sep-13 rak 1 7:38:46 AM 29970.5 572:17:36 2,060,256 0.0454 1400 0.05 65.6 0.0022 0.07 0.0032 57 2.673

Ikm Bjngr 25-Oct-13 rak 1 7:29:40 AM 30588.7 1604:08:30 5,774,910 0.0424 705 0.02 71.79 0.0023 0.07 0.0066 59 6

(37)

Contoh perhitungan pengukuran

Keterangan :

Beda waktu (detik) : lama waktu selesai iradiasi hingga mulai dicacah

At (cps) : Aktivitas pada saat dicacah

Ao (cps) : Aktivitas awal

UNC At (cps) : ketidakpastian aktivitas saat dicacah UNC Ao (cps) : ketidakpastian aktivitas awal

Beda waktu (jam) = (28/08/2013 – 30/07/13) + (07:36:21 AM – 10:30:00 AM) = 693:06:21

Beda waktu (detik) = Beda waktu (jam) x 24 x 3600 = 693:06:21x 24 x 3600

(38)

Lampiran 3 Penentuan kadar kering pada sampel

No Kota

Komoditi Bahan Pangan

Beras Bayam Wortel Daging Sapi Telur Ayam Ikan Mas Tempe Tahu Putih Pisang

Kadar

1 Tuban 8.2054 1.8539 442.2065 7.6086 58.7362 4.8078 51.3155 7.0763 94.9494 4.8774 - - 60.5600 3.5011 128.6648 5.4261 18.2935 5.3090

2 Bojonegoro 9.2347 1.5183 547.8745 8.0531 40.4340 4.6303 42.7571 7.1722 77.5461 6.1755 58.8817 5.9959 189.7747 4.3785 134.4886 5.3265 16.4356 5.7916

3 Lamongan 5.2697 1.1608 922.3841 10.0988 33.0263 3.2668 46.3795 4.9280 99.6482 6.9337 18.9369 1.8848 76.8607 2.7147 199.5754 7.9204 16.1820 5.1621

4 Jombang 13.1158 1.3549 308.3184 6.4135 48.7393 3.1674 66.8499 5.1729 81.7157 4.7436 18.1813 1.7052 84.4532 2.8567 92.2161 4.9724 11.7988 3.5553

5 Mojokerto 16.3751 1.5799 950.2443 10.7293 36.2354 2.6517 28.9936 4.6637 89.1118 7.2054 32.6864 4.9768 79.2327 3.3196 120.8264 5.5273 26.8628 4.9830

6 Gresik 6.8081 1.3455 394.4752 8.3641 52.5507 3.0028 74.8800 6.1181 89.3487 6.7361 36.6728 5.5501 77.4534 3.9992 145.5607 6.5047 17.3990 1.5430

7 Sidoarjo 8.6305 1.2969 1103.9666 15.0463 36.0898 3.0376 55.1342 5.1745 83.0567 7.0859 57.0547 2.6734 93.3406 3.9491 186.7257 6.4780 16.9652 4.7294

Lampiran 4 penentuan kadar basah pada sampel

No Kota

Komoditi Bahan Pangan

Beras Bayam Wortel Daging Sapi Telur Ayam Ikan Mas Tempe Tahu Putih Pisang

Kadar

1 Tuban 7.1083 1.6060 39.7544 0.6840 1.5951 39.4824 10.2888 1.4188 19.7780 1.0160 - - 17.2051 0.9946 23.8030 1.0038 5.1387 1.4913

2 Bojonegoro 7.9999 1.3153 35.8310 0.5267 2.4988 0.2862 9.0389 1.5162 917.858 1.4222 9.4034 0.9575 49.3224 1.1380 24.9342 0.9875 4.3932 1.5481

3 Lamongan 4.6215 1.0180 54.6974 0.5989 2.7610 0.2731 10.3566 1.1004 124.055 1.6738 3.7173 0.3700 23.3810 0.8258 35.1851 1.3964 4.3271 1.3803

4 Jombang 11.6458 1.2031 20.0715 0.4175 5.0543 0.3285 8.2760 0.6404 521.646 1.2566 2.7308 0.2561 20.9022 0.7070 15.9073 0.8577 3.6860 1.1107

(39)

8 4 6

6 Gresik 6.0230 1.1903 27.9288 0.5922 5.2603 0.3006 13.9651 1.1410 218.218 1.3735 36.6728 5.5501 25.9779 1.3413 25.4731 1.1383 2.0861 0.1850

7 Sidoarjo 7.6898 1.1556 71.3162 0.9720 3.2661 0.2749 11.4183 1.0716 018.206 1.5532 8.8777 0.4160 29.7943 1.2606 32.9571 1.1434 4.7961 1.3370

(40)

Lampiran 5 Penentuan kadar asupan harian

1 Tuban 1.5852 3.5779 0.0064 0.3758 - 0.3785 0.5237 0.0257

2 Bojonegoro 1.7840 3.2248 0.0100 0.3393 0.0188 1.0851 0.5486 0.0220 3 Lamongan 1.0306 4.9228 0.0110 0.4570 0.0074 0.5144 0.7741 0.0216 4 Jombang 2.5970 1.8064 0.0202 0.4113 0.0055 0.4598 0.3500 0.0184 5 Mojokerto 3.1945 5.0116 0.0117 1.6931 0.0654 0.5165 0.4612 0.0334 6 Gresik 1.3431 2.5136 0.0210 0.3461 0.0733 0.5715 0.5604 0.0104 7 Sidoarjo 1.7148 6.4185 0.0131 0.3459 0.0178 0.6555 0.7251 0.0240

Contoh perhitungan kadar asupan harian Asupan Harian = Ci × Ii (kg)

1.5852 = 7.1083 × 0.223 (kg)

Lampiran 6 Validasi SRM NIST 1567a Wheat Flour

SRM NIST 1567a Wheat Flour

Nilai Sertifikat

(mg/kg) Hasil Analisis (mg/kg) Presisi

(41)

Lampiran 7 Pengeringan standar (a)

(a)

Lampiran 8 sampling (a)

(a)

(42)

(a) (b)

Lampiran 10 Preparasi sampel kering setelah direduksi (a) penentuan kadar air (b)

(a) (b)

Lampiran 11 blending (a), penyimpanan dalam freezer (b)

(a) (b)

(43)

(a) (b)

Lampiran 13 Vial Polietilen (a) sebelum diseal; (b) sesudah diseal; dan (c) dikelompokkan dalam aluminium foil

(a) (b) (c)

Lampiran 14 Iradiasi (a) dan pencacahan (b)

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Haifa Sahara, perempuan berdarah kelahiran sunda yang lahir di Bogor pada 15 Juli 1993. Putri tunggal dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Syamsudin S.pd. dengan Rodiah pernah menempuh pendidikan formal yaitu pendidikan menengah atas yang diselesaikan pada tahun 2011 di SMA Negeri 1 Gunungsindur, Bogor Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program Diploma Institut Pertanian Bogor dengan Program Keahlian Analisis Kimia melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

(45)

Gambar

Gambar 1  Ilustrasi Proses Penangkapan Neutron oleh Inti Target yang  Diikuti dengan Emisi Sinar Gamma ( Glascock 2004).
Gambar 2  Perangkat Spektrometri sinar-γ  (Susetyo 1984)
Gambar 3  Susunan detektor HPGe  (Susetyo 1984)
Gambar 5  Skema Kerja Spektrometer sinar-γ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis dan Fluktuasi Nyamuk Serta

Uji Presisi. Uji presisi ini dilakukan dengan cara: 1) penimbangan berkali-kali berat sampel dan peralatan penelitian serta pengukuran absorbansi sampel maupun

Berdasarkan hasil uji coba dari operasi date implementasi SQL dari database Nilai Mahasiswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Operasi date yang digunakan

Dari hasil pengolahan data dapat kita lihat bahwa perlakuan perebus serat sangat berpengaruh terhadap kekuatan tarik spesimen, hal ini terlihat dari hasil

Ada hubungan antara sosial budaya Ibu nifas dengan Konsumsi sumber protein hewani pada ibu nifas di BPS Sumiati desa Gribig Gebog Kudus tahun

Modul Teras Asas merangkumi Bahasa Malaysia, Bahasa Inggeris, Bahasa Cina (untuk prasekolah aliran bahasa Cina), Bahasa Tamil (untuk prasekolah yang aliran bahasa Tamil),

lada/kopi/tan.penaung (B). Penggunaan pola agroforestri untuk mengendalikan alang-alang, atau kita sebut dengan pengendalian secara biologi sangat dianjurkan karena cara tersebut

Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari keragaman karakteristik tanah dari data pemboran dengan intensitas pengamatan yang tinggi dan mencari hubungan spasial