• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kewarganegaraan HAM . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kewarganegaraan HAM . docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“NEGARA HUKUM DAN HAM”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan Dosen Pengampu : Imron Choeri, M.H.

Disusun oleh : (kelompok 7) Kelas 1 PAI A2

1. Sa’adatul Kholili (171310003876) 2. Agus Ichsanudin (171310003880) 3. M. Ichlasul Amal (171310003850) 4. Livia N.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana.

Makalah ini berisikan tentang “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)”. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diarapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 20 Oktober 2017

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I...1

PENDAHLUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penulisan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

2.1 Pengertian Negara Hukum...2

2.2 Ciri Negara Hukum...3

2.3 Makna Indonesian sebagai Negara Hukum...3

2.4 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)...4

2.5 Sejarah HAM...5

2.6 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia...8

2.7 Pengertian Pengadilan HAM dan Sistem Pengadilan HAM...10

2.7.1 Pengadilan HAM...10

2.7.2 Sistem Peradilan HAM...10

BAB III...11

PENUTUP...11

3.1 Kesimpulan...11

3.2 Saran...11

DAFTAR PUSTAKA...12

(4)

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, Pendidikan Kewraganegaraa sebenarnya sudah diajarkan dan dikembangkan di berbagai dunia, walaupun menggunakan bermacam-macam nama atau istilah. Berkaitan dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma (kerangka berpikir) baru, yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila. Sehingga para penerus bangsa bisa lebih memahami arti dari Negara yang memiliki hukum dan arti hak asasi manusia.Dalam makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai ruang lingkup Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan negara hukum? 2. Bagaimana ciri-ciri negara hukum?

3. Apa makna Indonesia sebagaimana negara hukum? 4. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia (HAM)? 5. Bagaimana sejarah HAM?

6. Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia?

7. Apa yang dimaksud dengan pengandilan HAM dan sistem pengadilan HAM?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian negara hukum 2. Mengetahui ciri-ciri negara hukum

3. Mengetahui makna Indonesia sebagai negara hukum 4. Mengetahui pengertian HAM

5. Mengetahui sejarah HAM

6. Mengetahui perkembangan HAM di Indonesia

7. Mengetahui pengadilan HAM dan sistem pengadilan HAM

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara Hukum

Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indoneisa (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu. Walapun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Belanda. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun, ada pendapat yang mengatakan cita-cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidikan Usaha-usaha Kemerdekaan Indoneisa (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan.

Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaga didalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terkait oleh hukum yang berlaku. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum atau (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 (ayat 3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak asasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai tujuan

(6)

berbegara sebagaimana tertuan dalam pembukaan UUD Negara RI 1945 Alinea IV. Bahwasannya negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa indonesia dan tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.1

2.2 Ciri Negara Hukum

Negara hukum memiliki sejumlah ciri, yaitu sebagai berikut. a. HAM terjamin oleh undang-undang.

b. Supremasi hukum.

c. Pembagian kekuasaan (triaspolitika) demi kepastian hukum. d. Persamaan kedudukan dimuka hukum.

e. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

f. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi. g. Pemilihan umum yang bebas.

h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

2.3 Makna Indonesian sebagai Negara Hukum

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif, dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.

1 Syahrial Syarbaini. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bogor:

(7)

4

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.

2.4 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi HAM dan Kebebasan dasar sebagai hak yang kodrati melekat dan tidak terpisahkan dari setiap manusia yang harus dilindungi, dihormati dan ditegakkan demi peningkatan martabat Kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kecerdasan serta keadilan.

Menurut definisi Prof. Mr. Koentjoro Poerbopranoto (1976), Hak Asasi adalah yang bersifat asasi artinya hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga bersifat suci.

John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.

Penjelasan menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang HAM adalah sebagai berikut: HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberdaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan seta perlindungan rakyat dan martabat manusia. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksanakan dan tegaknya hak asasi manusia.

Pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, Pasal 1; “Setiap orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”

(8)

melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (Aparatur pemerintah baik sipil ataupun militer), dan negara.

2.5 Sejarah HAM

Sejarah Hak Asasi Manusia diawali dari bangkitnya kesadaran manusia bahwa sebagai akibat dari kesewenang-wenangan penguasa pada masa lalu sudah tidak dapat dipertahankan lagi, rakyat merasakan kesengasaran, kepedihan akibat dari tindakan-tindakan penguasa atau pemerintah yang sudah melewati batas kemanusiaan, manusia semakin sadar bahwa setiap manusia yang dilahirkan di atas bumi ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengaturan atau yang mengatur hidup itu sendiri.

Kesadaran manusia itu sudah terlihat dari semenjak zaman Mesir Kuno (6000 tahun Sebelum Masehi) dimana telah terjadi perjuangan pengakuan terhadapan hak asasi manusia. Dalam perjuangan tersebut Socrates dan Plato (filsuf dan negarawan Yunani) sebagai pelopor dan peletak dasar pengakuan hak-hak asasi manusia, yang mengajarkan bagaimana mengkritik pemerintah/penguasa yang tidak berdasarkan keadilan dan kesejahteraan rakyat serta kebijaksanaan yang semena-mena.

Kesewenangan-wenangan raja Inggris John Lockland (1199-1216) dalam pemerintahan sehingga terjadi protes keras di kalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah piagam yang dikenal dengan nama Magna Charta (1215), suatu dokumen yang mencatat nama-nama orang bangsawan yang diberikan jaminan perlindungan oleh raja John Lockland. Di dalam piagam ini pengertian hak asasi manusia belum sempurna karena terbatas hanya memuat perlindungan terhadap hak-hak kaum bangsawan dan gerja saja.

(9)

6

ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak-hak istimewa harus dengan izin parlemen dan bahwa siapa pun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan-tuduhan yang sah. Perjuangan hak-hak asasi manusia yang lebih nyata pada tahun 1689 ketika raja Whilhem III melancarkan revolusi. Revolusi besar ini mengawali babak baru kehidupan demokrasi di Inggris dengan suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja kepada parlemen. Bill of Rights (1689) merupakan suatu undang-undang yang diterima oleh Inggris setelah berhasil dalam pemerintahan revolusi yang dilancarkan sebagai perjuangan hak-hak asasi rakyat.

Declaration des droits del homme et du Cituyen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara) di Prancis tahun 1789, merupakan suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis sebagai perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dari rezim lama. Montesquieu Rousseua menyusun teori baru untuk menentang kekuasaan mutlak yang dipegang oleh Raja, Montesquieu menamakan teorinya dengan Trias Politica yaitu teori pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan yaitu pemisahan kekuasaan antara: Eksekutif (kekuasaan memerintah), Legislatif (kekuasaan membuat undang-undang), dan Yudikatif (kekuasaan pengadilan). Sedangkan Jean Jacques Rousseau dengan teori hukumnya: du Contract Social: menyatakan bahwa negara dilahirkan bebas, tidak boleh dibelenggu oleh manusia manapun termasuk raja. Pandangan-pandangan ini menimbulkan semangat bagi rakyat umumnya, khususnya rakyat-rakyat yang tertindas untuk memperjuangkan hak-hak asasi mereka.

(10)

Perjuangan rakyat Amerika Serikat tentang hak-hak asasi disusun dalam bentuk suatu undang-undang yang dinamakan dengan Bill of Rights (1789). Gagasan perjuangan hak asasi di negara ini banyak mempengaruhi terhadap perjuangan hak asasi manusia di Prancis dalam tahun yang sama.

Declaration of Independence Pernyataan Kemerdekaan Rakyat Amerika Serikat), 4 Juli 1776, yaitu “Semua orang diciptakan sama, hak hidup, hak kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.”

Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat (1941) pada awal Perang Dunia II merumuskan naskah hak asasi yang terkenal dengan istilah “The Four Fredooms” (empat kebebasan), yaitu:

a. Freedom of speech. b. Freedom of religion. c. Freedom from fear. d. Freedom from want.

Sementara Presiden Rusia “Thiodore Mondroow Wilson” (1963), mengusulkan dalam Undang-Undang Dasar mencantumkan “Hak atas Pekerjaan, Istirahat dan Pendidikan”.

Setelah Perang Dunia II berakhir timbullah gagasan untuk merumuskan hak asasi manusia dalam suatu naskah Internasional. Yang akhirnya pada tanggal 10 Desember 1948, tewujud dan berhasil merumuskan “Universal Declaration of Human Rights” (Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia) yang dinyatakan oleh negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bansa-Bangsa (PBB). Hal ini merupakan tonggak pengakuan Hak Asasi Manusia dunia Internasional.

Pada tanggal 16 Desember 1966, sidang PBB berhasil menyepakati tiga traktat Internasional, yaitu:

a. The International Covenant of Civil and Political Rights, memuat hak-hak sipil dan hak-hak politik, misalnya seperti persamaan hak pria dan wanita.

(11)

8

Committe di PBB terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan telah berupaya mengantisipasinya melalui pengadilan yang ada di negaranya. c. The International Covenant of Economic, Social, and Cultural

Rights, berisikan antara lain tentang syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem ekonomi, sosial dan budaya.

Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:

 Hak untuk hidup.

 Kemerdekaan dan keamanan badan.

 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum.

 Hak untuk rapat dan berkumpul.

 Hak untuk mendapatkan jaminan sosial.

 Hak untuk mendapatkan pekerjaan.

 Hak untuk berdagang.

 Hak untuk mendapatkan pendidikan.

 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam

masyarakat.

 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan

keilmuan.2

2.6 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Rumusan Hak Asasi di Indonesia berkembang sejak awal persiapan kemerdekaan saat terbentuknya BPUPKI yang diketuai oleh KRT Rajiman Widodiningrat dengan anggota-anggotanya.

Badan ini melaksanakan sidangnya yang I (pertama) pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 dan sidang yang II (kedua) pada tanggal 10

2Wirman Burhan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, dan Undang-Undang

(12)

sampai 17 Juli 1945. Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan dilanjutkan dengan pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Kedua badan ini dibentuk untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.

Sebagai hasil nyata dari Badan ini adalah lahirnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. Pada awal pembicaraan dalam penyusunan Undang-Undang Dasar timbul beberapa pendapat tentang pencantuman dan pernyataan mengenai Hak Asasi Manusia. Muh. Hatta dan Muh. Yamin setuju dimasukkannya hak-hak asasi ke dalam pasal-pasal UUD dengan alasan bahwa apabila tidak dimasukkan ke dalam UUD, mereka khawatir di kemudian hari negara Indonesia menjadi negara kekuasaan atau timbulnya penindasan. Oleh karena itu, jikalau kita hendak betul-betul mendasarkan negara kita pada kekeluargaan, paham tolong-menolong, paham gotong royong dan keadilan sosial. Enyahkanlah tiap-tiap pikiran individualisme dan liberalisme daripadanya.

Sedangkan Soepomo berpendapat tidak dibutuhkan suatu jaminan terhadap hak-hak asasi manusia maupun kemerdekaan individu terhadap negara. Sebab pada dasarnya dalam negara integralistik tidak pernah ada pertentangan antara negara dan individu. Soekarno lebih cenderung dengan hak-hak sosial atau keadilan sosial, manusia bukan saja mempunyai kemerdekaan suara, kemerdekaan membrikan hak suara, mengadakan persidangan dan rapat, jikalau tidak ada keadilan sosial, buat apa hak asasi kalau tidak dapat mengisi perut/kelaparan.

Dari hasil pemikiran-pemikiran tersebut di atas diambil suatu kesepakatan bahwa hak asasi manusia perlu dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar.

(13)

10

2.7 Pengertian Pengadilan HAM dan Sistem Pengadilan HAM 2.7.1 Pengadilan HAM

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum. Berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pengadilan HAM berkedudukan di setiap Wilayah Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat, serta perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilalukakan di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia. Tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yangdilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan.

2.7.2 Sistem Peradilan HAM

Perkara pelanggaran HAM yang berat dilakukan berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana:

a. Penangkapan b. Penahan

(14)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Negara Indonesia merupakan Negara Hukum seperti yang tertera pada pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (Amandemen Ketiga). Dalam Negara Hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. UU No.39/1999 tentang HAM mendefinisikkan HAM sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

3.2 Saran

Di Indonesia pada kenyataannya masih belum emnjamin HAM masyaraktnya. Dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam mempelopori penegakan HAM di Indonesia. Tidak hanya pemerintah saja, namun partisipasi dan kontribusi masyarakat juga masih sangat dibutuhkkan demi terciptanya Negara Indonesia yang aman dan tentram. Para penerus bangsa khususnya mahasiswa sudah semestinya membantu pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia. Perbaikan dan penataan ulang kondisi HAM di Indonesia sangat penting demi terwujudnya Good Government, maka dari itu saatnya kita para penerus bangsa segera menyingkirkan segala jenis hambatan, tantangan, serta apa saja yang dapat emnganggu terwujudnya penegakan HAM di Indonesia.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Burhan, Wirman. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Rajawali Press.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber

Kita dapat melihat bahwa sila-sila dari pancasila telah tercantum dalam pembukaan dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) Jika

Dalam pasal 1 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

Indonesia adalah negara kepulauan. Hal itu ditegaskan dalam Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan

Pasal 28 UUD Negara RI Tahun 1945 Disajikan gambar menyampaikan pendapat di muka umum, peserta didik dapat menentukan pasal dalam UUD 1945 yang sesuai gambar

Sedangkan secara yuridis formal, dengan memperhatikan ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan dengan membandingkannya dengan konsep negara hukum liberal (yang menurut

Kajian Yuridis Normatif Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia Ditinjau Dari Pembagian Kewenangan Pusat Dengan Daerah Menurut UUD RI 1945.. Adalah hasil

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik dijelaskan dalam UUD 1945 [Pasal 1 (1), berbunyi : Negara Indonesia adalah negara hukum Pasal 1