• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEM"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN

LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI

DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

SRI HANDAYANI

NIM ST 13066

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku dalam

Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo” sebagai salah satu

persyaratan untukmemperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancer.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:

1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

(5)

4. Maria Wisnu Kanita, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa memberikan saran serta membantu dalam pembuatan skripsi. 5. Suami dan Anak saya yang telah memberikan dukungan moral dan material

dalam pembuatan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Transfer Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 Agustus 2015

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1 Pengetahuan ... 5

2.1.2 Manajemen Laktasi ... 11

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Populasi dan Sampel ... 25

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala ... 27

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Pengelolahan dan Analisa Data ... 32

3.7 Etika Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 37

4.2 Analisa Bivariat ... 40

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 41

5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku Dalam Pemberian Asi ... 42

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 47

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI Matur 13

Tabel 2 Kandungan Imunoglobulin 13

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 37 Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 38 Tabel 5 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 38 Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi 39

Tabel 7 Perilaku Perilaku Pemberian ASI 39

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Menyusui Bayi 15

Gambar 2.2 Posisi Menyusui Bayi 16

Gambar 2.3 Kerangka Teori 23

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Topik Penelitian

Lampiran 2 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 5 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 6 Lembar Konsultasi

Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Laktasi Lampiran 8 Kuesioner Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 10 Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 12 Uji Validitas Perilaku Pemberian ASI Lampiran 13 Uji Reliabilitas Perilaku Pemberian ASI

(11)

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA PRODI S-1 KEPERAWATAN 2015

Sri Handayani

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA

KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO

Abstrak

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta. Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi. Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil atau pekerja swasta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang.

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI. Kesimpulan penelitian ini Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta.Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi (Depkes, 2005).Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui.Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal meliputi ASI esklusif, cara menyusui, memeras ASI peras, dan memberikan ASI peras (Siregar, 2009 ).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI

(13)

Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI esklusif Tahun 2010 sebesar 80 % (Dinkes, 2008).

Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, tekink sipil atau pekerja swasta (Dinkes, 2008). Survey Demografi Kesehatan Indonesa (SDKI ) 2007 menunjukkan 57 % tenaga kerja di Indonesia adalah wanita. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dan

Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo”.

1.2 Rumusan Masalah

(14)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik resonden ibu menyusui di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..

3. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Institusi

(15)

1.4.2. Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta dapat menambah pengetahuan pihak Puskesmas tentang manajemen laktasi.

1.4.3. Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh penelitian lain yang akan meneliti lebih lanjut lagi tentang manajemen laktasi.

1.4.4. Peneliti

Diharapakan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen laktasi.

1.4.5. Perawat

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TINJAUAN TEORI

2.1.1. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari rasa tahu dan ini terjadi karena setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.Sebagian besar pengetahuan manusia melaui mata dan telinga (Bestable, 2002).Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007).Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007).

(17)

segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah :

a. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah obyek tertentu. b. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas

bahan – bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal – hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.

c. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan tehadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga.

(18)

bahasa indonesia (2001), pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks. a. Tahu (know).

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutka, menyatakan. (Notoatmojo, 2005).

b. Memahami (understanding).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang sesuatu.Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu (Notoatmodjo, 2005).

c. Penerapan (application).

(19)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian – bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.Kemampuan ini meliputi mengenal masalah – masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002). e. Sintetis (synthetic)

Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan/ abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan informasi dan fakta Bestable, 2002 ).

f. Evalusi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu (Bestable, 2002).

(20)

3. Fakor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

a. Pendidikan

Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidkan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi orang, bahwa pada umumnya pendidikan sekolah itu mempertinggi taraf inteligensi orang – orangnya. Hal ini sebenarnya sudah dapat diduga lebih dahulu, tetapi perlu pembuktian eksprimental.

b. Usia

Usia sangat mempengaruhi perkembangan sesorang didalam memahami sesuatu. Menurut penelitian ilmu psikologi inteligensi sesorang berkembang sesuai dengan pertambahan usia.

c. Pengalaman

(21)

d. Sumber informasi

Sumber informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.Menurut Effendi (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh – pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi akan menambah pengetahuan seseorang.

4. Cara memperoleh pengetahuan a. Cara tradisional

1) Cara coba – coba (trial and error)

Cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain (Notoatmodjo, 2005).

2) Cara kekuasaan atau otoritas

(22)

3) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang

lalu (Notoatmodjo, 2005). 4) Melalui jalan pikiran.

Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun induksi (Notoatmodjo, 2005).

b. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian. Melalui metode ini selanjutnya menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal dengan metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2. Manajemen laktasi

1. Pengertian

(23)

selanjutnya. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal pada ibu bekerja meliputi ASI eksklusif, tehnik menyusui, memeras ASI, memberi ASI peras, menyimpan ASI peras (Siregar, 2009).

2. Fisiologi Laktasi

Amosuat, all (2011) mengungkapkan bahwa menyusui merupakan cara terbaik dalam menyediakan makananideal untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi sehat.Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis. Sehingga sekresi ASI semakin lancar.Pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui. Refleks tersebut adalah reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflek). (Perinasi, 2009).

3. ASI Eksklusif

Agampodi. Et.all (2009) dalam riset mengungkapkan ASI eksklusif telah di definisikan WHO dimana bayi hanya mendapatkan ASI, tidak ada cairan lain atau padat dengan pengecualian tetes atau syrup yang terdiri dari vitamin, mineral, suplemen, atau obat – obatan.

(24)

4. Kandungan ASI

Kandungan nutrisi dalam ASI jauh lebih tinggi di bandingkan dengan susu sapi. Kandungan proteindalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI.

Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ketiga setalah bayi lahir yang berwarna kekuning – kuningan, berbentuk agak kasar karena mengandung butiran lemak

dan sel – sel epitel. Kolostrum mengandung kadar protein tinggi dan zat antibodi yang mampu melindungi tubuh bayi terhadap infeksi (Kristinasari, 2009).

Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI matur

Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia – Jakarta 2003.

Table.2 Kandungan Imunoglobulin

No Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur

1 Lg A ( mg / 100 ml ) 335,9 - 119,6

2 Lg G ( mg / 100 ml ) 5,9 - 2,9

3 Lg M ( mg / 100 ml ) 17,1 - 3,8

4 Lisosin ( mg /100 ml ) 14,2 – 16,4 - 1,324

5 Laktoferin 420 - 520 - 0,2

Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia – Jakarta 2003.

No Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur

1 Energi ( kg kal ) 57,0 63,0 65,0

2 Laktosa ( gr / 100 ml ) 6,5 6,7 7,0

3 Lemak ( gr / 100 ml ) 2,9 3,6 3,8

4 Protein ( gr / 100 ml ) 1,195 0,365 1,324

(25)

5. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI untuk bayi

Roesli (2005) menjelaskan bahwa ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mengandung komposisi yang tepat, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, sehingga menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal.

b. Manfaat ASI untuk ibu

Perinasia (2009) dengan menyusui isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin. Oksitosin membantu marangsang involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Berkurangnya perdarahan akan mengurangi prevalensi anemia. Selain itu juga mengurangi kemungkinan banyak kanker payudara. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang sehingga dapat mengurangi kehamilan.

6. Cara menyusui yang benar

Cara menyusui yang benar menurut Kristiyanasari (2009) adalah sebagai berikut :

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan sekitar payudara.

(26)

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan satu di depan.

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. e. Bayi diberi rangsang agar membuka mulut dengan cara menyentuh

pipi atau sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu serta areola payudara di masukkan ke mulut bayi. g. Posisi salah apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, akan

mengakibatkan masukan ASI tidak kuat dan puting lecet.

Gambar 2.1 Cara menyusui bayi

Sumber

:https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.

(27)

Sumber :

https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.

7. Cara memerah ASI

Mensah (2011) dalam risetnya mengungkapkan banyak ibu yang kembali bekerja setelah melahirkan dan mereka harus meninggalkan bayi mereka di rumah.Mereka tidak dapat menyusui bayinya dengan baik seperti yang dipersyaratkan oleh WHO karena kurangnya fasilitas tempat kerja.Dalam hal ini bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusifselama paling sedikit 4 bulan.Dan ibu bakerja di anjurkan memberikan ASI perah kepada bayinya selama ditinggal ibu bekerja.

(28)

Menurut Bubak (2009) cara memerah ASI dengan tangan adalah sebagai berikut :

a. Cuci tangan sampai bersih, pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.

b. Condongkan badan ke depan dan sanggah payudara dengan tangan.

c. Mulai dari letakkan jari di atas areola dan jari – jari lain di bawahnya.

d. Peras ASI dengan menekan payudara sambil ibu jari dan jari – jari lain mengurut ke arah depan.

e. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali dengan gerakan berirama sampai ASI mulai mengalir keluar.

f. Jangan menarik atau memijat puting susu, karena tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan sakit.

8. Penyimpanan ASI

Asi yang dekeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Perinasi (2009) menyatakan perbedaan lamanya di simpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan yaitu sebagai berikut :

a. Di udara bebas / terbuka yaitu 6 – 4 jam. b. Di lemari es / 24 ‘ C yaitu 24 jam.

(29)

9. Cara mencairkan ASI dan menghangatkan ASI

a. ASI beku atau yang dimasukkan di dalam lemari pendingin dapat dihangatkan di panci yang berisi air suam – suam kuku.

b. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI.

c. ASI yang dicairkan harus digunakan dalam 24 jam pencairan. d. ASI yang dicairkan tidak boleh di bekukan atau di simpan lagi.

(Codwell and Cindy. 2011).

2.1.3. Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi.

Pada penelitian Elmiyasa (2009) yang merupakan penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, masalah dalam ASI seperti ASI tidak keluar, selain itu pada ibu yang bekerja tidak tahu bagaimana memberikan ASI perah dan menyimpan ASI perah, faktor lain karena ibu menyusui yang bekerja beranggapan ASI tidak cukup di berikan pada bayi dan bayi tidak akan merasa kenyang.

2.1.4. Ibu bekerja

(30)

seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.

2.1.5. Dukungan tempat kerja.

Hak menyusui yang dimaksud di sini tidak hanya seorang ibu memberikan ASI langsung kepada bayi tapi juga hak ibu untuk dapat memerah ASI di kantor untuk diberikan kepada buah hati di rumah.Masalah yang sering terjadi adalah tidak semua tempat kerja menyediakan tempat khusus untuk dapat melakukan hal ini, sehingga ibu terpaksa harus mencari ruangan kosong dimana harus selalu waspada akan adanya orang yang akan masuk, atau mushola atau bahkan toilet yang secara kebersihan belum tentu terjamin. Hal ini menjadi masalah di kantor mana pun. Dilemanya adalah ibu ingin memberikan ASI kepada buah hati, sedangkan di kantor tidak memiliki keleluasaan untuk mendukung hal ini.

(31)

Tujuan pengaturan Tata Cara Penyediaan Ruang ASI adalah untuk memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.Dalam menyediakan ruang ASI, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus memperhatikan unsur-unsur:

1. Perencanaan.

2. Sarana dan prasarana. 3. Ketenagaan.

4. Pendanaan.

Pengaturan tata cara penyediaan ruang ASI dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu IBU. Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 (96).

2.1.6. Perilaku ibu dalam pemberian ASI

(32)

singkat cuti hamil, tempat bekerja dimana tidak diperbolehkan membawa bayi atau tidak ada privasi untuk menyusui bayi (Singh, 2010).

Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI antar lain : 1. Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui.Penelitian Singh (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberikan kecenderungan ibu dalam bersikap dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi. Penelitian serupa oleh Amosu, et. all (2011) telah menunjukkan bahwa perilaku menyusui sangat rendah diantara perempuan berpendidikan tinggi dan bekerja.

2. Pekerjaan

Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah

seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.Singh (2010) mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja diluar rumah secara signifikans berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dalam menyusui dan lebih pendek waktunya dalam pemberian ASI eksklusif.

(33)

kerja terhadap proses pemberian ASI yaitu tempat memerah dan penyimpanan ASI.Berkaitan dengan ibu bekerja yang memiliki bayi, pemerintah mempunyai kebijakan dan strategi mendorong perusahaan – perusahaan dalam mendukung pemberian ASI esklusif pada pekerja wanita dengan menyediakan fasilitas yang mendukung peningkatan pemberian ASI di tempat kerja, antara lain:

1. Menyiapkan sarana ruang memerah ASI.

2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI. 3. Menyediakan materi penyuluhan ASI.

4. Mengembangkan dan membina TPA.

(34)
(35)

2.3.KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 4 Kerangka Konsep

2.4.HIPOTESIS

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Dan Rancangan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional dan tujuan penelitian ini guna menjelaskan penelitian dengan bermacam – macam hubungan (Sugiyono, 2013).Penelitian ini fokus antara variabel dan analisa untuk menguji hipotesa.Karakteristik dari penelitian ini adalah penggambaran dengan mengumpulkan data dari pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi, dukungan tempat kerja dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.Dan hasil dari analisanya untuk mengetahui hubungan dari mereka.

Penelitian ini menggunakan penjelasan penelitian dengan cross sectional approach sebagai ukurannya (Sugiyono, 2013).

3.2.Populasi Dan Sampel

1. Populasi dan Sampel

(37)

Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo.Penelitian seluruhnya adalah 50 orang.

Kriteria responden dalam penelitian a. Kriteria inklusif

Adalah subyek yang memenuhi kriteria sebagai responden (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut : 1) Ibu yang mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto. 3) Ibu yang bekerja di suatu instansi / perusahaan.

4) Ibu bekerja yang bersedia menjadi responden. 5) Masih menyusui.

6) Pendidikan terakhir.

7) Mampu menulis dan membaca. b. Kriteria eksklusif

Menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang dianggap tidak memenuhi kriteria inklusif dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Ibu yang tidak mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.

2) Tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto. 3) Ibu yang tidak bekerja di suatu instansi / perusahaan.

(38)

5) Tidak menyusui.

6) Tidak mampu menulis dan membaca.

3.3.Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo yaitu di posyandu atau kantor tempat ibu – ibu bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi angket atau selebaran kepada ibu – ibu yang bekerja yang mau menjadi responden dengan mendatangi langsung ke rumah – rumah atau Puskesmas 1 Polokarto yang mempunyai bayi dan masih menyusui yang sesuai kriteria dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 – Juni 2015.

3.4.Variabel, Definisi Operasional, Dan Skala Ukur

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi. 2. Variabel Terikat

(39)

3.4.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi a. Definisi operasional

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang bekerja di instansi/ perusahaan tentang manajemen laktasi yang berhubungan dengan ASI eksklusif, cara mennyusi, cara memerah ASI, dan menyimpan ASI.

b. Alat ukur

Kuisioner dengan menggunakan Guttman dengan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah (Arikunto, 2006). c. Kategori

Baik : bila jawaban benar 76 – 100 % Cukup : bila jawaban benar 56 – 75 %

Kurang : bila jawaban benar 55 % d. Skala

Ordinal

2. Perilaku ibu dalam pemberian ASI a. Definisi operasional

Suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif jika tanpa makanan.

(40)

c. Kategori

Eksklusif :1 Tidak eksklusif : 0 d. Skala

Nominal

3.5.Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan.Skala Guttman digunakan dalam pengukuran pengetahuan yaitu jawaban dikotomi (benar, salah).(Sugiyono, 2013).

Dimana : Butir Favorable

Jawaban Nilai

Benar ( B ) 1 ( satu )

Salah ( S ) 0 ( nol )

Butir Unfavorable

Jawaban Nilai

Benar ( B ) 0 ( nol )

Salah ( S ) 1 ( satu )

(41)

1. Uji Validitas

Validitas merupakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecemasan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Singarimbun, 1995). Jenis validitas yang dipakai adalah validitas isi.

Validitas isi adalah suatu alat pengukur di tentukan sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili aspek yang dianggap aspek kerangka konsep (Sugiyono, 2013).

Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara instrument dengan materi pelayanan yang telah diajarkan. Jenis statistik untuk menilai validitas isi menggunakan korelasi product moment dengan rumus :

r = _ N ∑xy-(∑x)(∑y) √(N∑x2-(∑x) 2)(N∑y2-(∑y) 2)

Keterangan : r = koefisien korelasi suatu butir ( item )

X = skor untuk semua pertanyaan

N = jumlah responden

Keputusan uji :

R xy ≥ r tabel item pertanyaan tersebut valid R xy ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak valid (Arikunto, 1997 ).

(42)

bahwa butir pertanyaan pengetahuan yang valid adalah no 3, 4, 5, 13, 14, 15, 19, 21, 22, 28 sedangkan perilaku yang valid adalah no 2, 4, 5, 8, 9, 13, 14, 15, 18, 20.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan penilaian untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran tetap konsiten bila dilakukan pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama (Singarimbun, 1995).

Uji keandalan (reabilitas) alat ukur pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja menggunakan tehnik Cronbach’s Coefficient alpha yaitu :

ݎ݅ ൌ ൬ܭ െ ͳ൰ ቆͳ െܭ σ ܵͳσ ܵݐଶቇ

Keterangan : ri = Cronbach’s coefficient alpha

k = jumlah pecahan

si = total dari masing – masing varian pecahan

St = total varian

Keputusan uji :

α ≥ r tabel item pertanyaan tersebut reabel

(43)

Interpretation reliability test dari Cronbach’s Coefficient alpha

adalah ; 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi ; 0,40 – 0,60 adalah sedang ; 0,20 – 0,40 adalah rendah dan 0,00 – 0,20 adalah sangat rendah. Hasil uji reliabilitas pada 10 butir pertanyaan pengetahuan adalah 0,850 sehingga tingkat reliabilitas sangat tinggi sedangkan pada 10 butir pertanyaan perilaku didapatkan nilai reliabilitas 0,811 maka tingkat reliabilitas sangat tinggi.

3.5.2 Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Dalam usaha memperoleh bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka langkah – langkah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Langkah – langkah pengumpulan data tersebut dinamakan tehnik pengumpulan data.

Metode utama yang dipakai dalam pengumpulan data adalahn tes atau kuisioner. Kuisioner adalah rentetan – rentetan pertanyaan atau

(44)

3.6.Teknik Pengelolahan Dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut :

1. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.

2. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu variabel dependen (Nursalam 2013).Sikap ada tiga kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk sedang dan 3 untuk baik.

3. Entry data

Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program komputer.

4. Cleaning

Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan

(45)

proses pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data yang dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data asli yang didapat di lapangan.

5. Tabulating

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian diolah dengan bantuan komputer.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat.Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa yang digunakan sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2005).

(46)

banyak terjadi (Hidayat, 2007). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah distribusi tentang pendidikan, umur, dan pengalaman menyusui pada ibu.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat menggunakan uji Uji Kendall Tav yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

Analisa hasil uji statistik :

Apabila p value ≤ 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Apabila p value > 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

3.7.Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent (lembar persetujuan) diberikan kepada

(47)

tersebut.Jika responden menolak untuk di teliti, maika peneliti tidak akan memaksa, dan tetap menghormati hak – haknya.

2. Anominity

Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data (kuesioner), cukup dengan memberi atau nomor tertentu pada lembar kuesioner tersebut.

3. Confidentialy

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden

4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur

Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin yang telah disusun dalam bentuk tabel serta deskripsi.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden menurut umur hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur (n=50) Klasifikasi Umur Jumlah (n) Presentase (%)

26-35 Tahun 25 50%

36-45 Tahun 20 40%

46-55 Tahun 5 10%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun.

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(49)

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (n=50)

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua perempuan dengan jumlah 50 responden.

4.1.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Karakteristik responden menurut tingkat pendidika hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan (n=50)

(50)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1.Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi (n=50) Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Kurang 3 6%

Cukup 32 64%

Baik 15 30%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%).

4.2.2.Perilaku Perilaku Pemberian ASI

Tabel 4.5 Perilaku Perilaku Pemberian ASI (n=50)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Kurang 4 8%

Cukup 30 60%

Baik 16 32%

Jumlah 50 100%

(51)

4.3. Analisis Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI (n=50)

Variabel P Value

Tingkat Pengetahuan

Perilaku 0,016

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI.

(52)

BAB V PEMBAHASAN

5.1.Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan paling sedikit usia 46- yaitu 5 orang (10%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang menunjukkan bahwa karakteristik responden yang paling banyak berdsarkan umur adalah umur 25-30 tahun yaitu 9 orang (36%). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang diambil peneliti memiliki karakteristik umur yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) walaupun berbeda wilayah.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(53)

3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%) dan yang paling sedikit SD yaitu 8 orang (16%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang menunjukkan pendidikan responden yang palng banyak adalah 16 orang (50,5 %). Peneliti lain yang dilakukan oleh Setyorini (2014) bahwa responden yang paling banyak berpendidikan pasca sarjana dan yang paling sedikit adalah SMP. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan wilayah pengambilan responden dan kemajuan SDM di suatu wilayah.

5.1.Analisis

1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi

Data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%) dan yang paling sedikit adalah kurang yaitu 3 orang (6%). Hasil penelitian Sari (2009) menunjukkan data bahwa tingkat pengetahuan ibu yang paling banyak tentang manajemen laktasi adalah cukup yaitu 13 orang (52%).

(54)

Pendidikan berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain. Dengan pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan disamping itu hal yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan suatu formula pada bayinya.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula perilaku seseorang dalam hal ini adalah manajemen laktasi. Perilaku yang baik sangat erat hubunganya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga semakin baik pengetahuannya maka semakin baik pula perilakunya (Sari,2009). Hasil penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan memberikan ASI esklusif kepda bayi mereka. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang dalam hal memberikan ASI esklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan merupakan satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI esklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI esklusif.

(55)

2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI

Data perilaku pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%). Pemberian ASI oleh ibu sejak jaman dulu sudah merupakan sebuah tradisi dan merupakan suatu kewajiban ibu. Mereka para ibu memberikannya lebih beranjak pada naluri dan tuntutan kewajiban mereka. ASI eksklusif mencakup manfaatnya bagi bayi maupun bagi sang ibu maupun bagi keluarga secara umum. Jika dilakukan dengan baik, maka ASI eksklusif merupakan nutrien utama bagi bayi, sedangkan bagi ibu menyusui dapat mencegah beberapa penyakit ibu serta aspek psikologis, Selain itu pemberian ASI eksklusif berdampak pada aspek ekonomi, dimana kebutuhan ASI cukup untuk mmberikan nutrisi kepada bayi dengan tidak diperlukannya susu formula yang berarti akan memperkecil pengeluaran keluarga (Setiyowati & Khilmiana, 2010).

Suatu tindakan atau perilaku akan terwujud apabila responden memahami dan mau melakukan manajemen laktasi yang baikm dalam pemberian ASI esklusif. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2014) didapatkan bahwa perilaku pemberian ASI esklusif dengan kategori yang tidak baik sebanyak 20%. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmojo (2010), bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) yang artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan

(56)

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI

Berdasarkan hasil analisis penelitian ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemenlaktasi dengan perilaku pemberian ASI. Menurut Notoatmojo dalam Sari (2009) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu seperti melihat,mendengar, mencium, merasa dan meraba. Namun sebagian besar pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui mata dan telinga, jadi dengan kata lain dari hasil mendengar dan melihat. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip di Notoatmojo adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Perubahan perilaku yang baik sangat erat hubungannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga semakin baik pengetahuannya maka semakin baik pula perilakunya (Sari, 2009).

(57)

tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI eksklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka makin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI eksklusif.

(58)

BAB VI PENUTUP

5.1.Kesimpulan

1. Karakteristik responden ibu menyusui di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo berdasarkan umur responden yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan semua berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 50 responden.

2. Tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%).

3. Perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%).

4. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo

5.2.Saran

5.2.1. Bagi Puskesmas

(59)

5.2.2. Bagi Ibu

Diharapkan bagi ibu-ibu yang menyusui dapat meningkatkan kesadaran diri dalam perilaku ibu dalam pemberian ASI eskusif.

5.2.3. Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta bahan dalam mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif.

5.2.4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif guna melancarakan upaya mencerdaskan anak bangsa melalui program ASI esklusif sesuatu ketentuan Depkes.

5.2.5. Peneliti

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S dan Haryanto.(2000). Modul Evaluasi Program Pendidikan.Yogyakarta : Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rieneka Cipta.

Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu, Rosita. 2011. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Salawa dan Suka Hening Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010. Jurnal Penelitian. Tasikmalaya: Stikes Respati.

Azwar, S. (2011).Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bestable, SB. (2002).Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran. Jakarta : EGC.

Cadwell, K. Cindy Turner. (2011). Manajemen Laktasi. Alih Bahasa: Estu Tiar. Jakarta: EGC.

Dasi, Ariyana. (2008). Tingkat Pengetahuan tentang Penyimpanan ASI pada Ibu Bekerja di Asrama Polisi Kalisari Semarang Kecamatan Semarang Selatan.Journal Keperawatan.FIKKES.Volume 1 no 208.

Depdiknas.(2008). KBBI Daring.Dipetik Agustus 07, 2013.Dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. http://bahasa.kemdiknas.go.id/vkbbi/in dex.php

Depkes. RI. (2005). Kebijakan Depkes tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI.

(61)

Dyah.(2009). Pemodelan Kuantitatif untuk Analisis Faktor Penentu Praktek Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Elmiyasna, K. (2009). Kajian Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Menyusui di Puskesmas Nanggala Padang.Vol. 1.No. 1. Padang.

Hidayat, AA. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta.

http://www.edukasiana.net/2013/02/pengertian-pengetahuan-dan-tingkatan.html

Kristiyana Sari, W. (2009).ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Meliono.(2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI.

Mubarak, Wahid Iqbal,dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mubarok W. I, Chayantin.N. (2009).Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Muchlisin Riadi. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan

Muchlisin Riadi. 2013. Pengertian, Tingkatan dan Cara Meemperoleh Pengetahuan. Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan

Notoatmojo S. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta : Rieneka Cipta.

Notoatmojo S. (2007). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perubahan Perilaku.Yogyakarta : Andi Offset.

Notoatmojo, S. (2007).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(62)

Nursalam.(2002). Pendekatan Praktis Metodology Riset Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto.

Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perinasia.(2009). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2, Program Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinasia.

Proverawati, A, Eni, R. (2010).Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Riwidikdo, H. (2010). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Sinarimbun, M dan Sofian E. (1988).Metode Penelitian Survey Pustaka.Jakarta : LP3ES.

Sugiono.(2004). Statisitika untuk Penelitian.Jakarta: CV Alfabeta.

Sugitno.(2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta.

Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sari, Maya Maulda.2009.Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi di Kecamatan Peusangan Kabupaten Birauen.Skripsi.Medan.Universitas Sumatra Utara

Suradi, R. (2010). Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesia Menyusui. Badan Penerbit: IDAI.

(63)

Wawan, Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dsan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wikipedia. Pengetahuan. Dipetik Agustus 19, 2013, dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan

Gambar

Gambar 2.1 Cara menyusui bayi
Gambar 3 Kerangka Teori
Gambar 4 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur (n=50)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diteliti meliputi bagaimana merangkai alat yang menghasilkan pirolisis lambat, berapa banyak minyak yang dihasilkan dari limbah plastik tersebut, bagaimana

PENGARUH KADAR AIR DARI Bill TOMAT YANG DIRADIASI DENG AN SINAR GAMMA TERHADAP KEPEKAAN PERTUMBUHANNYA..

Pembelajaran holistik integratif merupakan model pembelajaran untuk pendidikan anak usia dni yang berpusat pada anak, dimana dalam proses penerapannya menstimulasi

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 36,898 dengan tingkat signifikansi 0,000 dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% atau

Dalam penelitian ini hal yang akan dianalisis adalah mengenai makna horangi, fungsi, dan diksi yang terkandung pada sepuluh peribahasa Korea tersebut.. 1.5

Pada difraktogram XRD padatan hasil sintesis dengan penambahan CTAB dan asam asetat dalam sistem reaksi (Gambar. 2) menunjukkan puncak-puncak karakteristik utama

Data produksi ini mencakup luasan dan volume kayu yang dipanen atau ditebang menurut jenis tebangan yang ada di Perum Perhutani yaitu: (a) Tebang Habis Biasa,

Bukit Ringgit Sejahtera sudah dilakukan dengan baik, yaitu kartu piutang yang berisi informasi yang lengkap mengenai data transaksi piutang tiap-tiap debitur dan