• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ipa Metode Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ipa Metode Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Kajian Teori

1.1.1. Metode Problem Solving

Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi dan lingkungannya adalah sebagai proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dalam usahanya menciptakan kondisi belajar perlu melakukan rekayasa terhadap objek maupu subjek belajar. Usaha ini salah satunya ditunjang dengan metode sebagai salah unsur yang menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar karena fungsinya sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan (Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, 2010: 72). Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusund alam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran.

Salah satu metode belajar yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA/sains adalah Metode problem solving. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

(2)

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode – metode lainnya yang dimulai dengan mengamati, megajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi factual yang relevan untuk menguji gagasan – gagasan atau memecahkan masalah.

2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran dengan Metode Problem Solving

Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini sesuai jika digunakan pada siswa sekolah dasar di kelas tinggi. Cenderung pendekatan induktif yang digunakan dalam proses pembelajaran problem solving, siswa belajar mulai dari hal-hal yang khusus sampai pada konsep umum. Aktivitas dalam proses belajar yang ditempuh siswa dapat dilakukan secara kelompok maupun individu, penentuannya tergantung pada target kemampuan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Metode ini akan melibatkan banyak kegiatan siswa sendiri dengan bimbingan dari para pengajar.

2.1.3 Prosedur Pemblejaran dengan Problem Solving

Sri Anitah W., dkk (2009) dalam La Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012: 36-37) menyebutkan bahwa prosedur metode problem solving dapat dilakukan sebagai berikut :

(3)

permasalahan, artinya dugaan tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.

3. Mengumpulkan data atau mengolah data. Untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan. Data tersebut dapat diperoleh dari buku, dokumen atau informasi langsung dari narasumbernya.

4. Membuktikan atau menjawab pertanyaan. Data-data yang diperoleh dikelompokkan atau dianalisis atau diklarifikasi untuk menjawab pertanyaan. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul-betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

5. Merumuskan kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan akhir tentang jawaban dari masalah.

2.1.4 Keunggulan Metode Problem Solving

Keunggulan implementasi metode problem solving dapat dicapai apabila kondisi pembelajaran dapat diciptakan secara efektif, di antaranya adalah :

1. Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan berpikir kritis karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah sehingga dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

2. Mempelajari bahan pelajaran yang aktual dan relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

3. Jika dilaksankaan secara berkelompok dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa.

(4)

2.1.5 Kekurangan Metode Problem Solving

Beberapa kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh guru adalah :

1. Waktu yang digunakan relatif lama.

2. Bahan pelajaran tidak bersifat logis dan matematis.

3. Memerlukan bimbingan dari guru.\Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

4. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengna banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

1.2. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

(5)

Gagne dalam La Iru & La Ode Safiun Arihi (2012: 2) menyebutkan lima kategori umum kecakapan dalam belajar sebagai hasil akhir pembelajaran yakni :

1. Kecakapan intelektual. 2. Strategi-strategi kognitif. 3. Kecakapan verbal. 4. Kecakapan motorik. 5. Kecakapan sikap.

Dewasa ini belajar sering diasosiasikan dengan kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu dalam proses belajar mengajar/pembelajaran di kelas. La Iru & La Ode Safiun Arihi (2012: 1) mengatakan secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanahkan proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

(6)

anak didik berusahasecara aktif untuk mencapapainya secara fisik maupun mental. Konsep pembelajaran merujuk pada upaya penataan lingkungan (fisik, sosial, kultur, dan psikologis atau spiritual) berdasarkan kurikulum yang berlaku yang member suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar.

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2010: 37) guru bertugas menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan dengan menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Peranan guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran bertolak dari perbedaan individual siswa/pebelajar yang ada (aspek biologis, intelektual, dan psikologis) sehingga butuh hadirnya seorang guru untuk mengatur strategi pengajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.Tanpa adanya usaha pembimbingan dari guru maka kemungkinan besar kondisi lingkungan belajar tidak tertata yang memungkinkan siswa merasa tidak nyaman dan kurang terarah untuk mencapai tujuan belajarnya.

Agar pembelajaran lebih efektif, Muijs & Rinol (La Iru & La Ode Safiun Arihi, 2012: 2-3) menyebutkan enam elemen utama agar pembelajaran berlangsung efektif yaitu :

1. Mempunyai struktur yang jelas.

2. Materinya dipresentasikan secara terstruktur dan jelas.

3. Pembelajaran dirancang untuk memberikan keterampilan dasar dengan kecepatan langkah yang telah ditentukan.

4. Mendemonstrasikan model pembelajaran secara jelas dan terstruktur. 5. Menggunakan pemetaan konseptual.

(7)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 39) hakikat belajar adalah perubahan, maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru. Siswa bertindak belajar yang artinya mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya sehingga belajar tidak bisa dilepaskan dari pendidikan dan perkembangan.

1.3. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk Sekolah Dasar. Menurut struktur proses belajar mengajar, IPA sebagai ilmu tidak hanya berdiri sendiri, melainkan ditunjang oleh raw input, faktor lingkungan fisik-budaya, dan faktor instrumen. Salah satu faktor instrumen yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan.Kurikulum menjadi satu komponen penting karena kurikulum dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan baik itu oleh pengelola maupun penyelenggara untuk melangsungkan pembelajaran.

Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam.Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

(8)

Bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahansecara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran IPA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Ruang lingkup kajian IPA di SD/MI menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(9)

berguna bagi kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran IPA di SD lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, daripada perolehan pengetahuan. Pembelajaran dengan keterampilan prosesmengharuskan siswa berhadapan langsung dengan objek belajarnya. Menurut Dale (Azhar Arsyad, 2009: 10) dengan berhadapan langsung dengan objek belajar memberikan kesan belajar paling utuh dan paling bermakna mengenai infoprmasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena siswa melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan peraba. Pembelajaran seperti ini dikenal dengan learning by doing yang memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan

pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Bruner (Azhar Arsyad, 2009: 7), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).Pengalaman langsung adalah mengerjakan, yaitu memberi kesempatan kepada subyek belajar untuk memanipulasi suatu obyek dalam kegiatan belajarnya. Melalui belajar dengan obyek langsung, siswa akan belajar dengan menggunakan lebih banyak indranya sehingga memberikan keuntungan bagi siswa, mereka akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar.

Cullingford dalam Samatowa (2010: 9) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dengan hafalan dan pemahaman konsep, tetapi anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

(10)

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD dan MI sebagai berikut:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan pemahaman mengenai konsep-konsep IPA yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu dan motivasi untuk menggali pengetahuan baru sehingga terjadi respon positif tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

1.4. Hasil Belajar

(11)

Belajar sebagai suatu proses tentu memiliki tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai, baik itu secara fisik maupun mental. Hasil akhir yang dicapai dalam belajar merupakan cerminan keberhasilan suatu proses belajar dan pembelajaran yang telah dilalui seorang anak didik apakah dia berhasildalam belajarnya atau tidak berhasil, sehingga kedudukan hasil belajar sangat penting.

Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Dimyati & Moedjiono (1994) menyatakan hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang baik bila dibandingkan pada saat belum belajar.Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil belajar digunakan salah satunya untuk menentukan apakah mata pelajaran untuk seorang siswa bisa dilanjutkan, harus dilakukan remedial, atau bisa dilakukan pengayaan dengan mengacu pada pendapat Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2010: 105) yaitu suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.

(12)

mewakili perubahan psikologis yang lain secara keseluruhan, terutama daya serap siswa terhadap materi pelajaran (aspek kognitif).

Usaha untuk mengetahui hasil belajar biasa disebut dengan evaluasi, pengukuran, atau penilaian. Davies (1981) dalam Dimyati & Mudjiono (2013: 190) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Loeloek Endah Poerwati & Sofan Amri, 2013: 221).

Permendiknas No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan mendefinisikan penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut terlihat bahwa evaluasi secara umum bersifat sistematis, memiliki objek yang dikaji, memerlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek dan pemberian nilai kepada objek diarahkan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.

(13)

sebagai bentukakuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Permendiknas No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

1.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003: 56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor inilah yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar.Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampaun kognitif. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.Salah satu faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru-siswa, sarana, dan sebagainya.

(14)

kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kopndisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor-faktor internal siswa antara lain motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi fisik, psikis serta kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan. Sedangkan faktor eksternal antara lain strategi, metode, modelpembelajaran serta pendekatan yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

1.5. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Irmayeni (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode problem solving di SD” menyimpulkan bahwa hasil observasi RPP siklus I 75% menjadi 89,28% pada siklus ke II. Hasil observasi aspek guru pada siklus I 72,9% meningkat menjadi 89,6% untuk siklus II. Sementara aspek siswa pada siklus I 72,9% meningkat menjadi 89,6% untuk siklus II. Aspek belajar siswa pada siklus I rata-ratanya adaah 69,95 meningkat menjadi 83 pada siklus II. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode problem solving meningkatkan pembelajaran sains.

I Made Suardana dan Heru Agus Triwidjaja (2012) meneliti “Penerapan model problem solving untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas VI SDN

Bangelan 04 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang”. Hasil penelitian

(15)

Hendriyanti, Gusmawati, dan Gusnetti (2013) meneliti “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode problem solving pada Pembelajaran IPA di Kelas IV Negeri 01 Bandar Buat Kota Bandar Lampung”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa: Pada hasil belajar siswa siklus I untuk aspek afektif diperoleh rata-rata 72,5. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 79,8. Aspek psikomotor pada siklus I memperoleh rata-rata 73,4. Pada siklus II meningkat menjadi 82,8 dan aspek kognitif juga meningkat, pada siklus I rata-rata nilai kognitif 71,2 dengan persentase ketuntasan 42 %, meningkat pada siklus II menjadi 80,8 dengan persentase ketuntasan 88%. Hasil pengamatan terlihat peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh hal itu, dapat disimpulkan bahwa metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di kelas IV SD.

1.6. Kerangka Berpikir

Dalam mengajarkan pelajaran IPA terutama materi sifat-sifat cahaya dibutuhkan konsep dasar metode yang tepat dalam menyampaikan pelajaran tersebut. Konsep metode yang dipilih harus sesuai dan cocok serta harus disesuaikan dengan karakteri ilmu yang akan diajarkan dan karakteristik siswa. Sebab dalam pelajaran IPA lebih menekankan pembelajaran yang menggunakan proses sains berdasarkan rasa ingin tahu siswa dengan mengamati, mengeksplorasi, maupun memanipulasi dalam proses belajar sehingga rasa ingin tahu, perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam belajar lebih tinggi. Dalam model pembelajaran konvensional/teacher centered learning sudah dianggap biasa dan bahkan cenderung membuat siswa merasa bosan

dan kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Melalui penggunaan metode problem solving yang digunakan dalam penelitian ini khususnya pada materi sifat-sifat cahaya peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa.

1.7. Hipotesis tindakan

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam bilik terjadi percampuran darah antara darah yang banyak mengandung karbondioksida dari serambi kanan dengan darah yang banyak mengandung oksigen

Bila elastisitas permintaan atas suatu produk yang dijual bersifat elastis, kebijakan menaikkan harga adalah langkah yang tidak tepat karena justru akan menurunkan penerimaan.s. S

Dengan dukungan kuat dan aliansi strategis antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Tunas Ridean Tbk serta hadirnya brand baru "Mandiri Tunas

di sekolahnya. Harapannya, dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya. Para pengajar yang profesional. Modul belajar yang menarik, praktis dan mudah difahami. Lingkungan belajar yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

Sekolah Dasar Inti Se-Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan aplikasi penilaian autentik berbasis software microsoft excel

Hasil penelitian magnetik dimaksudkan untuk mendapatkan anomali magnetik yang berasal dari pengukuran variasi intensitas medan magnet dipermukaan bumi yang

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang.. Sebagai