• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together dalam Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together dalam Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa K"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science secara mutlak dapat di sebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa yang

terjadi di alam sekitar (Samatoa, 2011:3). Widyastyanto (2011:1) menyatakan

bahwa IPA merupakan salah satu gabungan dari berbagai ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang alam semesta dan isinya, baik ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang alam semesta yang bernyawa atau yang tidak

bernyawa dengan cara mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan

alam serta lingkungan alam buatan. Menurut Wisudawati, Sulistyowati

(2014:22) IPA merupakan rumpun ilmu, yaitu mempelajari fenomena alam

yang faktual (factual), kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungannya sebab-akibatnya, seperti: Biologi, Astronomi, Fisika serta

Geologi yang termasuk dalam anggota rumpun IPA saat ini.

Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa 2011:2) IPA merupakan

pengetahuan yang masuk akal dan objektif mengenai alam semesta dengan

segala isinya. Ilmu alam merupakan kata dari bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau berkaitan dengan alam, scince artinya ilmu pengetahuan. IPA atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.

Berdasarkan beberapa definisi dan juga beberapa pendapat yang sudah

dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah

pembelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

maupun lingkungan sekitar yang menekankan pada pemberian pengalaman

langsung serta mengamati langsung segala sesuatu yang ada di alam semesta

dan ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam dengan cara

melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, menyusun teori agar dapat

(2)

dapat diperoleh dari pengalaman secara langsung melalui proses ilmiah

seperti penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Permen no. 22

Tahun 2006 adalah mata pelajaran IPA di SD yang mempunyai tujuan agar

peserta didik mempunyai tujuan yaitu: (a) Mengembangkan pemahaman dan

pengetahuan tentang konsep IPA yang mempunyai manfaat dan dapat

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, (b) Memperoleh keyakinan dan

kepercayaan kepada Tuhan YME menurut keindahan, keberadaan dan

keteraturan tentang alam ciptaan-Nya, (c) Meningkatkan proses keterampilan

untuk pencarian alam, memecahkan permasalahan dan membuat sebuah

keputusan, (d) Menumbuhkan sikap positif, rasa ingin tahu dan kesadaran

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, teknologi, lingkungan,

dan masyarakat (e) Meningkatkan kesadaran untuk saling berperan dalam

menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan alam yang ada di

sekitarnya, (f) Mendapatkan bekal konsep, ilmu serta keterampilan IPA untuk

melanjutkan ketingkat pendidikan SMP/MTs, (g) Meningkatkan kesadaran

untuk saling menghargai alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan YME.

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Trianto (2007:102) IPA dalah beberapa kumpulan dari

teori yang tersetruktur, menerapkan pada gejala alam, dan berkembang

melalui metode ilmiah misalnya observasi dan eksperimen dan menuntut

sikap rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur. IPA tidak hanya penguasaan

kumpulan tersetruktur dan IPA tidak hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja akan tetapi

merupakan proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007:39).

Proses belajar IPA telah menekankan pada pendekatan proses,

keterampilan sehingga peserta didik dapat menemukan fakta, membangun

konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat mendapat

pengaruh positif terhadap kualitas pendidikan atau produk pendidikan. Untuk

itu di kembangkan model pembelajaran IPA yang melibatkan peserta didik

secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan

(3)

untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, namun harus di upayakan

agar siswa mampu menaiki tangga tersebut. (Nur dan Wikkandari, 2000).

IPA bukan saja mempunyai tujuan agar siswa mampu mempelajari

pengetahuan, memahami kosep, mempunyai keterampilan peroses,

pengetahuan prinsip, dan mampu menerapkan konsep-konsep untuk mencari

tahu tentang alam semesta secara sistematis akan tetapi IPA melatih anak

berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan

menurut ukuran kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional adalah

masuk akal dan dapat diterima oleh logika. Objektif adalah sesuai dengan

kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 4

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

2.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” adalah mengerjakan secara bersama dengan saling tolong menolong satu dengan lainnya sebagai kelompok atau satu tim.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menciptakan pendekatan

pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang

bermuat akademik secara berkelompok (Nur dalam Isjoni (2009:27).

Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas seperti semua

jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru

atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2011:54). Model pembelajaran

(4)

bercirikan; (1) memudahkan siswa belajar (2) nilai, keterampilan dan

pengetahuan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2011:58), agar mencapai

hasil pembelajaran yang maksimal, perlu menerapkan lima unsur sebagai

berikut;

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

5. Group Processing (pemrosesan kelompok)

Hubungan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model

pembelajaran Numbered Heads Together yaitu:

Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa belajar

dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, di

dalam kelompok kecil ini setiap anggota dituntut untuk saling bekerjasama

antara anggota kelompok yang satu dengan lainnya. Pembelajaran kooperatif

terdapat macam-macam model pembelajara antara lain model jigsaw, STAD,

examples non examples, mind mapping, make a match dll yang dapat

dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Tujuan di bentuknya kelompok

kooperatif agar memberikan kesempatan kepada peserta didik supaya terlibat

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hubungan pembelajaran kooperatif

dengan model Numbered Heads Together adalah sama-sama adanya kegiatan

diskusi kelompok, dalam hal ini aktifitas pembelajaran sebagian besar

berpusat pada siswa, yaitu mempelajari materi pelajaran dan mendiskusikan

untuk memecahkan permasalahan.

2.3 Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Numbered Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran yang mengutamakan pada kegiatan siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber dan siswa mempersentasikan

(5)

nomor yang berbeda kemudian siswa dibuat beberapa kelompok, dan secara

acak guru memanggil beberapa nomor kepala siswa, ciri khas Numbered Heads Together yaitu guru hanya menunjuk siswa untuk mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu

terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut Nur

(2011:78).

Cara tersebut akan mengutamakan keterlibatan semua siswa dan

merupakan usaha yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individu dalam berdiskusi kelompok. Selain itu model Numbered Heads Together juga memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk membagikan ide dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat, dengan

adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap

hasil belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami materi-materi ataupun

pemecahan permasalahan yang di sajikan oleh guru seperti pernyataan

Ibrahim, dkk (2007) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki

prestasi siswa atau tugas akademik penting lainnya serta memberikan

keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas

yang bekerjsama menyelesaikan tugas akademisnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud model

pembelajaran Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran yang setiap siswa memiliki tanggung jawab kepada guru dan teman

sekelasnya untuk membagikan gagasan atau pendapat. Unsur yang menuntun

siswa untuk bertanggung jawab di sini adalah dengan adanya penaggilan

nomor oleh guru secara acak sehingga siswa harus aktif dalam kelompok dan

mengetahui jawaban. Melalui pembelajaran kooperatif ini, siswa pandai dan

(6)

Sementara itu Ibrahim (2008:27) menyatakan tiga tujuan yang dapat

dicapai dalam menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT):

1. Prestasi belajar akademik, bertujuan untuk meningkatkan prestasi

siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan siswa dapat menerima

dengan kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda.

3. Keterampilan sosial, bertujuan untuk pengembangan keterampilan

sosial siswa misalnya menghargai pendapat orang lain, bertanya, dan

mengutarakan ide atau pendapat, bekerjasama dalam kelompok.

2.3.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Heads Together

Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together memiliki kelebihan yaitu:

1. Setiap siswa akan menjadi lebih siap.

2. Siswa dapat bersungguh-sungguh melakukan diskusi.

3. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih dapat mengajari siswa di

kurang mampu.

Kelemahan Numbered Heads Together yaitu:

1. Nomor yang sudah dipanggil kemungkinan bisa dipanggil lagi.

2. Hanya beberapa kelompok yang dipanggil oleh guru.

3. Siswa sulit diatur dalam kegiatan kelompok.

Untuk menanggapi kelemahan tersebut guru dapat membuat catatan

kecil agar nomor yang sudah dipenggil tidak dipanggil kembali, guru harus

mangatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga semua anggota

kelompok dapat dipanggil oleh guru dan sebelum pembelajaran ruang kelas

(7)

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Heads Together

Menurut Hamdani model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan pembelajaran yang melatih siswa agar saling membagi informasi,

mendengarkan dengan cermat dan berbica dengan penuh perhitungan

sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto

(2007:62) ada beberapa tahap dalam pembelajaran Numbered Heads Together

yaitu:

a. Penomoran

Penomoran merupakan hal utama dalam Numbered Heads Together, guru bertugas untuk membentuk beberapa kelompok dengan

masing-masing anggota sebanyak tiga sampai lima siswa, kemudian setiap

siswa diberikan nomor yang berbeda dalam kelompok.

b. Pengajuan pertanyaan

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang

diberikan bisa diambil dalam materi pembelajaran yang sedang di

pelajari, ketika membuat pertanyaan usahakan bervariasi dari yang

rinci sehingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang

berbeda.

c. Berpikir bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan dari guru, siswa secara

bersama-sama menemukan jawaban kemudian menjelaskan jawaban kepada

teman-teman dalam anggota kelompoknya sehingga semua anggota

kelompok mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan.

d. Permberian jawaban

Guru menyebutkan beberapa nomor dan siswa yang merasa nomornya

sesuai dengan yang disebutkan oleh guru mengangkat tangan

kemudian menyiapkan jawaban untuk mempersentasikan didepan

kelas, kemudian kelompok lain diberikan kesempatan untuk

(8)

Specer Kagen dan Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan siswa dalam

mengkaji materi pembelajaran yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan

mengecek pemahaman mereka mengenai isi materi pembelajaran tersebut.

Sebagai pengganti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seluruh

siswa, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut: (a) penomoran,(b)

pengajuan pertanyaan, (c) berpikir bersama, (d) pemberian jawaban.

Langkah-langkah tersebut kemudian dijabarkan menjadi

langkah-langkah berikut:

1) Persiapan

Guru menyiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat skenario

pembelajaran (SP), lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran Numbered Heads Together.

2) Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok ini berdasarkan model pembelajaran

Numbered Heads Together. Guru membagi kedalam kelompok yang masing-masing anggotanya tiga sampai lima orang, kemudian guru

memberikan nomor yang berbeda kepada setiap siswa dan nama

kelompok yang berbeda-beda. Kelompok yang sudah dibentuk adalah

percampuran yang ditinjau dari ras, latar belakang, sosial, jenis

kelamin, dan kemampuan belajar siswa. Selain itu, dalam

pembentukan kelompok menggunakan nilai awal tes (pre-test) sebagai

dasar dalam menentukan kelompok.

3) Diskusi masalah

Guru membagikan LKS kepada semua siswa untuk dipelajari karena

sebagai bahan dalam kelompok , dalam kegiatan kelompok setiap

siswa harus berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan

bahwa setiap anggota kelompok benar-benar mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang ada di LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh

guru. Pertanyaan dapat bermacam-macam, dari yang bersifat rinci

(9)

4) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Guru menyebutkan beberapa nomor dan nomor yang disebutkan

sesuai dengan nomornya, siswa mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk mempersentasikan didepan kelas.

5) Memberikan kesimpulan

Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan jawaban terakhir

dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran

yang sudah dipaparkan.

6) Memberi penghargaan

Guru memberikan apresiasi seperti kata-kata pujian atau reward

berupa bintang/snack kepada siswa dan memberikan nilai yang

tertinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya tinggi.

2.4 Pengertian metode Eksperimen

Metode Eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan

kepada siswa, baik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu

proses atau percobaan (Asmani, 2011:34). Metode Eksperimen (percobaan) menurut Djamarah (2006) merupakan pembelajaran dimana melibatkan siswa

untuk melakukan percobaan dengan mengalaminya dan membuktikan sendiri

sesuatu yang telah dipelajari, dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Eksperimen ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalaminya sendiri atau melakukannya sendiri, mengikuti proses,

mengamati suatu obyek, keadaan, atau proses suatu kejadian atau peristiwa.

Dengan demikian siswa mencari yang dialaminya itu (Adinova, 2010).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

Eksperimen merupakan suatu metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran dimana siswa baik secara perorangan maupun kelompok dan

dilatih untuk melakukan percobaan serta dapat menarik kesimpulan dari

(10)

2.4.1 Kelebihan dan kelemahan metode Ekperimen

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:34) metode Eksperimen

memiliki kelebihan, antara lain:

a) Siswa lebih percaya tentang kebenaran atau kesimpulan percobaan

yang dilakukan sendiri dari pada menerima penjelasan dari guru atau

buku.

b) Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang

dituntut oleh seorang ilmuan.

c) Akan terbentuk manusia yang dapat membawa kreativitas baru

melalui penemuan, sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat

mempunyai manfaat bagi kesejahteraan kehidupan manusia.

Menurut Hamid (2011:213) metode Eksperimen memiliki kelemahan, yaitu:

a) Alat-alatnya tidak memadahi atau sarana untuk bereksperimen,

sehingga tidak setiap siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan

eksperimen.

b) Jika eksperimen membutuhkan jangka waktu yang lama, maka siswa

harus menunggu untuk melanjutkan pelajaran yang akan datang.

c) Metode ini lebih cocok untuk penyajian dibidang ilmu dan teknologi.

2.4.2 Langkah-langkah metode Eksperimen

Menurut Fathurrahman Abdillah (2011:23), Langkah-langkah metode

Eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

b) Siswa diusahakan terlibat langsung ketika mengadakan percobaan.

c) Sebelum melaksanakan percobaan siswa terlebih dahulu diberikan

penjelasan mengenai petunjuk dan langkah-langkah dalam kegiatan

percobaan yang akan dilakukan.

d) Membagi siswa dalam kelompok atau masing-masing siswa dapat

melakukan percobaan yang telah direncanakan. Apabila hasilnya

belum sesuai dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

(11)

2.5 Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together dalam metode Eksperimen

Dari langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads Together

dan langkah-langkah metode Eksperimen yang telah disajikan pada pembahasan maka dalam penelitian ini penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together dalam metode Eksperimen pembelajaran mengutamakan adanya kerjasama melalui kegiatan kelompok dan

mengarahkan siswa untuk berperan aktif membangun pengetahuan mereka

sendiri melalui kegiatan Eksperimen yanitu dengan percobaan secara langsung dan mampu melakukan observasi serta menyimpulkan dari hasil

percobaan. Untuk dapat tercapai tujuan pembelajaran dan peningkatan hasil

belajar maka langkah-langkah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dalam metode Eksperimen adalah sebagai berikut:

1. Guru menggali informasi dan pengetahuan siswa melalui tanya jawab.

2. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

3. Guru membagikan nomor sebagai identitas dalam kelompok.

4. Guru menjelaskan percobaan menggunakan bahan plastisin.

5. Guru membagikan lembar percobaan.

6. Guru membagikan alat dan bahan.

7. Guru meminta setiap kelompok melakukan percobaan.

8. Guru memanggil nomor siswa untuk melaporkan hasil diskusi.

9. Kelompok lain memberikan tanggapan, kemudian guru menunjuk

nomor lain lagi.

10.Guru memberikan soal evaluasi.

(12)

2.6 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah perubahan perilaku dari peserta didik,

seperti yang diungkapkan oleh Woordworth (dalam Abdul Masjid 2014:28)

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai dari proses belajar. Hasil

belajar merupakan kemampuan yang diukur secara langsung. Hasil belajar

dapat mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah

dicapai. Nana Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang

kognitif, afektif, psikomotorik.

Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan

bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil proses belajar. Hasil belajar berupa

dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru

dan peserta didik.

Dari penjelasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah siswa mengalami proses

pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur secara langsung dan mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.6.1 Hasil belajar Kognitif

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,

mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Benyamin S. Bloom, David

Krathhwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay ds. 1956 (dalam

Naniek Sulistya Wardani 2012:55-56) menyebutkan enam jenis perilaku

ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan/menghafal (knowlegde), menarik kembali informasi yang

mapan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses

kognitif yang paling rendah tingkatnya.

2. Memahami (comprehention), mengkonstruksi makna/pengertian

berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki/ mengintegrasikan

pengetahuan yang baru kedalam rancangan yang telah ada dalam

(13)

3. Mengaplikasikan (application), mencakup penggunaan suatu

langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan atau mengerjakan tugas.

Kategori ini mencakup proses kognitif: menjalankan dan

mengimplementasikan.

4. Menganalisis (analysis), menjabarkan suatu permasalahan / obyek ke

unsurnya dan menentukan saling keterkaitan antara unsur tersebut. Ada

tiga proses kognitif: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan

pesan secara tidak langsung.

5. Mengevaluasi (Evaluate), membuat pertimbangan berdasarkan suatu

pilihan dan standar yang ada. Adapun dua macam proses kognitif:

memeriksa dan mengkritik.

6. Membuat (Create), menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu

bentuk kesatuan. Ada 3 macam proses kognitif: membuat,

merencanakan dan memproduksi.

2.6.2 Hasil belajar Afektif

Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

David Krathwohl (dalam Naniek Sulistya Wardani 2012:27-29) menyebutkan

lima jenis perilaku ranah afektif, sebagai berikut:

1. Menerima,kemampuan peserta didik melihat fenomena atau kepkaan

seseorang dalam meneriman rangsangan (stimulus).

2. Menjawab,partisipassi aktif dari peserta didik.

3. Menilai/Penghargaan, kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek,

fenomena atau tingkah laku.

4. Organisasi, menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan

pertentangan, pembangunan sistem nilai yang konsisten.

(14)

2.6.3 Hasil belajar Psikomotor

Psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oeh fungsi motorik

manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Norman E.

Grounlund dan R.W. de Maclay, ds (dalam Naniek Sulistya Wardani

2012:30-31) menyebutkan lima jenis perilaku ranah psikomotor, sebagai

berikut:

1. Persepsi, menunjukkan pada proses kesadaran adanya perubahan

setelah keaktifan.

2. Kesiapan, menunjukkan langkah setelah adanya persepsi: kemampuan

dalam membedakan, memilih.

3. Respon terpimpin, dengan persepsi dan kesiapan diatas

mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat

laporan.

4. Mekanisme, menggunakan sejumlah kemampuan dalam aktifitas yang

kompleks meliputi 1,2 dan 3 di atas.

5. Respon yang beragam menggunakan sikap dan pengalaman 1, 2, 3, dan

4 di atas, penggunaan perencanaan tes, pengembangan model.

2.7 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Crecentia (2013) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SDN Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”. Masalah yang sering dihadapi dalam proses belajar mengajar adalah siswa

kurang aktif terutama ketika diminta untuk mengerjakan tugas, dan siswa

kurang antusisas terhdap tugas yang diberika oleh guru. Hasil wawancara dari

guru kelas menunjukkan pembelajaran dengan metode ceramah sering

digunakan oleh guru akibatnya proses pembelajarannya masih bersifat

monoton dimana siswa kelihatan pasif hanya mendengarkan apa yang

disampaikan oleh guru dan hanya guru saja yang kelihatan aktif. Guru sudah

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yaitu metode

(15)

dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60. Jumlah murid SD

Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yaitu 21, yang

belum tuntas dalam mata pelajaran IPA berjumlah 10 orang dengan

persentase (47,62%), sedangkan yang sudah tuntas 11 orang dengan

persentase (52,38%).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Maria Nur Afwidah (2013) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

melaui Eksperimen Pada Siswa Kelas V SDN Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014”. Setelah peneliti melakukan observasi di kelas V SDN Plumutan guru sudah menggunakan

model pembelajaran serta media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Hanya saja guru kurang melibatkan siswa secara aktif

dalam penggunaan media. Sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti

pembelajaran sampai akhir dan hanya memperhatikan ceramah guru,

sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Kurangnya ketertarikan dalam

pembelajaran, mengakibatkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran,

kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa yang pandai yang aktif,

sedangkan siswa yang kurang pandai hanya menjadi pendengar dan

mengikuti saja. Jumlah siswa 24, 16 siswa tidak tuntas dengan persentase

67,3% dan 8 tuntas dengan persentase 33,7%.

Penelitian yang dilakukan oleh Crecentia dan Maria sama terdapat 2

variabel yaitu hasil belajar dan Numbered Heads Together. Persamaan yang penulis lakukan dengan penelitian di atas adalah sama-sama menggunakan 2

(16)

2.8 Kerangka Pikir

Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kadirejo 02 Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang nampak bahwa pembelajaran yang dilakukan

bersifat konvensional yang berbasis pada guru dengan menggunakan metode

ceramah, hasil belajar IPA siswa perlu ditingkatkan untuk mencapai standar

KKM. Dalam pembelajaran ini siswa tidak terlibat dan hanya menjadi

pendengar, siswa hanya menjadi peserta yang pasif dan siswa juga cenderung

cepat bosan. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, guru

dapat melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran, dalam

pembelajaran seperti ini siswa cenderung lebih aktif dalam mencari informasi.

Hal ini tentu saja akan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.

Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dalam metode Eksperimen, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna karena siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas 4 Kadirejo 02 dapat meningkat. Gambar 2.5 dijelaskan

(17)

Gambar peningkatan hasil belajar IPA menggunakan Model Numbered Heads

(18)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belaknag masalah dan kajian teori serta kerangka

berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini diduga dengan penerapan model

pembelajaran Numbered Heads Together dalam metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri Kadirejo 02

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran

Gambar

Gambar peningkatan hasil belajar IPA menggunakan Model Numbered Heads

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Hasil : Ditemukan paparan cacing tambang pada tanah halaman rumah (20,9 %), kebiasaan defekasi di kebun (25,6 %), pengelolaan sampah baik (86,0 %), pengelolaan limbah cair baik

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Paristiyanti Nurwardani Syahidin Andy Hadiyanto Munawar Rahmat Cecep Alba Edi Mulyono Evawany Fajar Priyautama Ary Festanto Gusfahmi Rudi Ismoyo Fachrudin

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pangamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan

Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Kapasitas PEnangkapan Cantrang pada Perikanan Demersal di Laut Jawa Serta Pukat Cincin pada Perikanan Cakalang dan