• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al A ZAMI DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Al A ZAMI DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN AN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANTARA MULTIPLE READING DENGAN VARIANT READING

Khaer uddin Yusuf

IAIN Palu, Jln. Diponegor o No. 23 Palu Sulawesi Tengah e-mail: khaer _yusuf@yahoo.com

Abst r ak: Ar t ikel ini membahas salah sat u fenomena dalam Ilmu-ilmu Alqur an dar i sudut pandang salah sat u t okoh kont empor er yait u Muḥammad Muṣṭāfā al-A’zamī. Ia mengungkapkan bahwa salah sat u pint u masuk ser angan or ient alis t er hadap ot ent it it as Alqur an adalah melalui fenomena qir aat . Al-A’zamī mengkr it isi pendapat or ient alis dar i segi met odologi, pr oses analisis dan hasil kajian yang t er kesan dipaksakan. Tidak adanya t anda t it ik dan diakr it ikal t idak menjadi masalah bagi t eks Alqur an, kar ena sist em pembacaan yang benar adalah diajar kan Nabi melalui hafalan. Sist em bacaan yang benar sudah ada dalam benak par a sahabat Nabi saw. Ist ilah yang digunakan dalam masalah qir aat juga t idak t er lepas dar i per hat ian al-A’zamī, ist ilah Mult iple

(banyak) bacaan lebih t epat unt uk digunakan dar ipada var iant (var iasi) bacaan.

Absr act : This ar t icle discusses one of t he phenomena in t he sciences of t he Qur an employing t he point of view of t he cont empor ar y muslim scholar , Muḥammad Muṣṭāfā al-A’zamī. He asser t ed t hat one of t he ent r ances used by t he Or ient alist t o assault t he aut hent icit y of t he Qur ' an was t hr ough qir aat

phenomenon. Al-A’zamī cr it isized t he Or ient alist ’s views in t er ms of met hodology, of analysis pr ocess and of st udy r esult s. The nonexist ance of a dot and diacr it icals did not become a pr oblem for t he t ext of t he Kor an since t he syst em of t he t r ue r eci t at ion was t aught by t he pr ophet t hr ough memor izat ion. The t r ue syst em of r ecit ing t he Qur ’an had alr eady exist ed in t he minds of t he Companions of t he Pr ophet . The t er ms used in r ecit at ion cannot also be separ at ed fr om Al-A’zamī’s at t ent ion. He said that t he t er m “ mult ipl e” (many) r ecit aions is mor e pr oper ly used t han t he t er m “ var iant ” (var ious) r ecit at ions.

(2)

PENDAHULUAN

Alqur an mer upakan kit ab suci yang menjadi sumber inspir asi bagi par a peneli t i, bahkan bisa menjadi r uh pengger ak unt uk kemajuan kehidupan manusia bila diser t ai dengan upaya memahami ayat -ayatnya.1 Ol eh kar ena it u, sudah menjadi sebuah kehar usan khususnya bagi umat Islam, unt uk menjadikannya sebagai pedoman pokok dalam menjal ani kehidupan sosial . Apapun pr oblemat ika dalam kehidupan manusia sehar usnya dikembalikan dan dicar i jawaban ser t a r elevansinya dalam Alqur an .2

Kajian t ent ang Alqur an t idak hanya digandr ungi oleh par a pengkaji dari kalangan umat Islam , par a or i entali s t i dak kalah int ensnya dalam mengkaji Alqur an, bahkan menur ut Syamsuddin Ar i ef, mer eka dalam m engkaji Alqur an, bagaikan ‘zombie’ pat ah t umbuh hilang ber gant i .3 Keulet an mer eka dalam mengkaji Alqur an menjadi per hatian M. Nur khalis Set iawan dkk. dan menganjur kan kepada par a penelit i dari kalangan umat Islam sekar ang agar mencont oh mer eka dar i segi kesungguhan dan keser iusan. Ia juga menghar apkan agar par a peneli t i Muslim tidak ber sikap skept if dan apologet if t er hadap t emuan mer eka, t api lebih kepada sikap kr it is kar ena it u mer upakan konsekuensi at as per kembangan keilmuan.4

Salah sat u fenomena t ent ang Alqur an yang menjadi per hat ian or ient alis adalah masalah qir aat , pandangan mer eka

1Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Daur ah Al-Qur an Kajian Ilmu Tajwid

Disusun Secar a Aplikat if, (Jakar t a: Mar kaz Al-Qur an, 2010), h. 8. Lihat juga: Khaer uddin Yusuf, “ Or ient alis dan Duplikasi Bahasa Al-Qur an (Telaah dan Sanggahan at as Kar ya Chr ist oph Luxenber g)” dalam Hunafa: Jur nal St udia Islamika, Vol. 9, No. 1, (Juni 2012), h. 149.

2Ai bin ’Abdullāh al-Qar nī,

The Way Of Al-Qur an, ter j. Desi Anggr eini (cet . ke-1; Jakar t a: Gar afindo, 2007), h. 9.

3Syamsuddin Ar if,

Al-Qur an dan Diabolisme Pemikir an, (Jakar t a: Gema Insani Pr ess, 2007), h. 16.

4Lihat : M. Nur Khalis Set iawan dkk (Ed.),

(3)

t er hadap qir aat Alqur an sangat jauh ber beda dengan pemahaman par a ahl i dari kalangan muslim, hal ini bermula dar i pandangan or ient alis t er hadap t eks Alqur an yang menganggap bahwa Alqur an adalah dokumen t er t ulis at au t eks, ist ilah yang selalu mer eka pakai adalah “wr it ing” dan “r eading t he t ext” (t ulisan dan pembacaan dar i t eks t er t ulis). Ber beda dengan pandangan ilmuan Muslim yang mengat akan bahwa Alqur an adalah bacaan dari hapalan at au “r ecitat ion fr om memor y” .5 Per bedaan pandangan

yang mendasar inilah kemudian menjadi jur ang pemisah ant ar a par a penelit i dar i kalangan muslim dan or ient alis sampai kepada hasil dan kesimpulan dari penelit an mer eka semua dalam kait annya qir aat Alqur an .

Sal ah seor ang Ul ama Muslim kont empor er yang sangat kr it is t er hadap pandangan-pandangan or ient alis adalah: Mu

ammad Mu

ṣṭāfā

al-A’zam

ī

, t ulisannya t entang t eks Alqur an bisa di jadikan r ujukan utama bagi penelit i Alqur an, bahkan bisa dianggap sebagai suat u yang amat signifikan di er a moder n ini. Khususnya dalam menghadapi wacana-wacana bar u t ent ang Alqur an t ermasuk dalam masalah qir aat Alquran yang banyak digugat oleh par a or i ent ali s, memer lukan t anggapan-t anggapan ilmi ah, kr it i s, fakt ual, akt ual ser t a akur at . Ber angkat dari per masalahan-per masalahan di at as maka sangat per lu unt uk mengur aikan dalam t uli san i ni pandangan Mu

ammad Mu

ṣṭāfā

al-A’zam

ī

t ent ang fenomena qir aat Alqur an ser t a bant ahan-bant ahannya t er hadap pendapat par a or ient ali s.

BIOGRAFI SINGKAT AL-A’ZAM

Ī

Sebelum menelaah pemikir an Mu

ammad Mu

ṣṭāfā

al-A’zam

ī

t ent ang qir aat Alqur an , maka penulis ber kehar usan unt uk memapar kan secar a singkat siapa sebenar nya tokoh yang akan dibahas pendapat nya dalam t uli san ini, agar par a pembaca bisa lebih objektif dalam mengungkap pemikir an-pemi kir annya dan

5Syamsuddin Ar if, Al-Qur an, Or ient alisme dan Luxenber g, dalam

(4)

agar t idak mel ahi r kan analisa yang subjektif ser t a menyudutkan. Ber ikut ini biogr afi singkat al-A’zam

ī

yang penulis salin dari beber apa r ujukan, t er masuk dar i buku kar angan beliau sendir i .

Mu

ammad Mu

ṣṭāfā

al-A’zam

ī

adalah salah seor ang cendekiawan t er kemuka di bidang ilm u Hadis, lahir di Mau, India pada awal t ahun t iga puluhan. Pendidikan per t ama di D

ā

r al-’Ul

ū

m Deoband, India (1952), Univer sit as al-Azhar , Kair o, (M.A., 1955), Univer sit as Cambr i dge (Ph.D., 1966). Gur u Besar Em er it us (pensiun) pada Uni ver sit as King Sa’ud (Ri yad) dan beliau per nah menjabat sebagai kepala jur usan St udi Keislam an, dan memiliki kewar ganegar aan Saudi Ar abia. Pr ofesor al-A’zam

ī

per nah menjabat sebagai sekr et ar is Per pust akaan Nasional , Qat ar ; Associat e Pr ofesor pada Univer si t as Umm al-Qur

ā

(Mekah); Sebagai Cendekiawan t amu pada Univer sit as Michigan (Ann Ar bor ); Fellow Kunjungan pada St . Cr oss College (Univer sit as Oxfor d).6

Pr ofessor Tamu Yayasan Raja Faisal di bidang St udi Islam pada Univer sit as Princet on, Cendekiawan Tamu pada Univer sit as Color ado (Boulder ). Bel iau juga sebagai Pr ofessor kehor m at an pada Univer sit as Wales (Lampet er ). Kar ya-kar yanya ant ar a lain,

Studies in Ear ly Hadit h Liter at ur e, Hadit h Met hodology dan Liter atur nya, On Schacht’s Or igin of Muhammadan Jur ispr udence,

Dir asat fi al-Hadit h an-Nabawi, Kuttab an-Nabi, Manhaj an-Naqd `ind al-`Ilal Muhaddithin, dan al-Muhaddit hin min al-Yamamah. Beber apa buku yang di edit nya ant ar a l ain, al-` Ilah of lbn al-Madini, Kitab at-Tamyiz of Imam Muslim, Maghazi Rasul ullah of `Ur wah bin Zubayr,

Muwatta Imam Malik, Sahih ibn Khuzaimah, dan Sunan ibn Majah. Beber apa kar ya al-A’zam

ī

t elah dit er jemahkan ke dalam beber apa bahasa lai n. Kar ya yang akan dat ang ant ar a lain, The Qur ’anic Challenge: A Pr omise Fulfilled (Tant angan AIqur an: Suatu Janji yang

6M. M. Al-A’zamī,

(5)

Telah Ter penuhi), dan The Isnad System : Its Or igins and Aut hent icit y

(Sist em Isnad: Keaslian dan Kesahihannya). Pada t ahun 1980 beliau menerima Hadiah Int er nasional Raja Faisal unt uk st udi keislaman.7

Al-A’zam

ī

dikenal dengan sebut an spesialis penakluk t esis kaum or ient alis, baik dalam bidang Alqur an apalagi di bidang Hadis yang memang mer upakan keahli an beliau. Sumbangan pent ing al-A’zam

ī

t er ut ama dal am ilmu hadis adal ah diser t asinya di Univer sit as Cambr idge, Inggr is, ''Studies in Ear ly Hadit h Lit er atur e'' (1966), secar a akademi k mampu mer unt uhkan pengar uh kuat dua or i ent alis Yahudi , Ignaz Gol dziher (1850-1921) dan Joseph Schacht (1902-1969), t ent ang hadi s. Ri set Goldziher (1890) ber kesim pulan bahwa kebenar an hadi s sebagai ucapan Nabi Muhammad saw. t idak t er bukt i secar a il miah. Hadis hanyalah bikinan umat Islam abad kedua Hijr iah. Oleh Al-A’zam

ī

ber hasil di pat ahkan secar a ilmiah.8

Set elah l ama mapan dalam st udi Hadis, al-A’zam

ī

mer ambah bidang st udi Alqur an. Namun int i kajiannya sama: menyangkal st udi or ient al is yang menyangsikan ot ent isit as Al qur an sebagai kit ab suci. Ia menulis buku “The Hist or y of The Qur anic Text Fr om Revelation to The Compilat ion: A Compar at ive St udi wit h The Old and New Test ament s” (2003), yang juga ber isi per bandi ngan dengan sejar ah Per janjian Lama dan Bar u. Buku ini dasarnya diselesaikan di Riyadh, Saudi Ar abia, pada bulan safar 1420 H/ Mei 1999. Lalu dir evisi beber apa kali yang t er akhi r di Riyad pada Januar i 2003.9 Buku it u t elah di t er jemahkan dalam bahasa Indonesia “Sejar ah Teks Alqur an dar i Wahyu Sampai Kompilasi” dit er jem ahkan oleh Dr . Ani s Malik Thoha dkk. dan dit er bit kan oleh Gema Insani Pr ess

7

Ibid.

8Nusant ar a Cent r e Of Islamic St udy: For um Kajian Keisl aman Lint as Or mas, Mazhab, Alir an, Pemikir an, “Muhammad Must afa Al-A’zamī” , dalam:

ht t p:/ / pesant r enonlinenusant ar a.blogspot .com/ 2012/ 02/ muhammad-must afa -al-azami.ht ml(diakses Febr uar i 2014).

9Lihat Pengant ar beliau dalam Bukunya:

(6)

Jakar t a (2005). Gagasan-gagasan beliau di pr omosikan di Indonesia oleh salah seor ang mur idnya yait u: Pr of. K.H. Ali Must afa Ya’qub, M.A. Ia mengat akan: “ Syafi’i per nah dijuluki " pembela sunah" oleh penduduk Mekah kar ena ber hasil memat ahkan ar gumen pengi ngkar sunah, sebutan lai n hadi s. Pada masa kini, al-A’zam

ī

pant as dijuluki “ pembela eksist ensi hadis” kar ena berhasil mer unt uhkan ar gument asi or ientalis yang menolak hadis ber asal dari Nabi."10

AL-A’ZAM

Ī

DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN

Menur ut al -A’zam

ī

, sal ah sat u pint u ger bang masuknya ser angan pihak or ient ali s t er hadap Alqur an adalah dengan membuat kekacauan t er hadap naskah t eks Alqur an it u sendir i. Menur ut nya, ada sekit ar 250.000 naskah Alqur an dalam bent uk manuskr ip, secar a lengkap m aupun sebaian-sebagi an, sejak abad petama hijr ah hingga har i ini. Dalam jumlah yang sangat banyak it u, kesalahan –kesalahan t elah dikl asifi kasikan dalam li ngkungan akademi k pada dua kelompok disengaja maupun t idak disengaja. Dan dalam koleksi manuskr ip yang banyak ini sudah past i dal am sekejap mat a par a penulis boleh melakukan kesalahan yang t idak disengaja. Ilmuwan yang membahas subjek it u t ahu dan paham bet ul bagai mana susahnya kesalahan konsent rasi sesaat dapat membahayakan, sebagaimana dibicar akan secar a gamblang dalam beber apa kar ya t ulis or ient al is.11

Al-A’zam

ī

lalu mengkr it ik par a or ientalis yang menggunakan met odologi dalam mengupas t ent ang kesalahan-kesalahan pembacaan yang ada dal am kit ab Per janji an Lama dan Per janjian Bar u, dengan memakai ist ilah seper t i t r ansposisi, haplogr afi , dan dit t ogr afi yang kadang-kadang dit ujukan pada penulis yang sudah meninggal dunia guna mengali hkan per hat ian yang ada dalam pikir annya dimana ia melakukan kesalahan sejak r ibuan tahun silam. Metode pembacaan seper t i ini menur ut

10Lihat t est imoni beliau disampul bagian belakang buku

The Hist or y... 11

(7)

A’zam

ī

tidak mungki n dapat dit er apkan t erhadap Alqur an, dimana t er jadi banyak kesalahan- yang jel as ada aki bat kelet ihan dalam penulisan dianggap sebagai var iasi yang bet ul-bet ul t er jadi , sebagai bukt i yang dianggap dapat mer usak kit ab suci kaum musl imin.12

Al-A’zam

ī

kemudian mencoba mengur aikan kekeli r uan par a or ient alis t ent ang qir aat Alqur an, yang menganggap bahwa per bedaan bacaan dalam Alqur an adalah akibat kekelir uan dalam penuli san bahasa Ar ab (palaeogr afi) zaman dahulu, t idak ada t it ik dan t idak t anda diakr it ikal. Sanggahan al-A’zam

ī

t er hadap anggapan par a or ient ali s t er sebut diur aikan pada bagi an ber ikut . Sist em Bacaan (Qi raat ) Adalah Sunnah Mut t abaah.

Al-A’zam

ī

memandang bahwa ant ar a t eks Alqur an dan pr oses pembacaannya ser t a pewahyuannya adalah sat u kesatuan yang tidak t er pisahkan, i a mengat akan: Ilmu qir aat yang benar (ilmu seni baca Alqur an secar a t epat ) diper kenalkan oleh Nabi Muhammad saw. Sendi r i, suat u pr akt ik (Sunnah) yang menunjukkan t at a car a bacaan set iap ayat . Aspek ini juga ber kait an er at dengan kewahyuan Alqur an. Teks Alqur an t elah dit ur unkan dalam bent uk ucapan lisan dan dengan meng-umumkannya secat a lisan pula ber ar t i Nabi Muhammad saw. secar a ot omat is menyediakan t eks dan car a pengucapan pada umat nya, kedua-duanya har am unt uk ber cer ai.13

Pada zaman sahabat saja t idak ada seor ang pun yang ber ani mengada-ada membuat bacaan sendir i , semua bent uk bacaan sekecil apapun mer upakan warisan dar i Nabi Muhammad saw. Ini lah yang t er ekam dalam sejar ah par a sahabat Nabi, diant ar anya adalah ket ika Umar dan Hisham bin hakim ber seli sih bacaan t ent ang sepot ong ayat dalam sur at al-Fur qan walaupun per nah sama-sama belajar langsung dari Nabi, Umar ber t anya pada

12

Ibid. 13

(8)

Hisham, siapa yang t elah mengajar inya, Dia Menjawab Nabi Muhammad saw.14 Demiki an kejadian ser upa dial ami sahabat yang

lai n yait u Ubay bin Ka’ab.15

Demiki an juga seor ang ahli t at a bahasa yang menyat akan bahwa bacaan kat a-kat a t er t ent u, menur utnya lebih disukai jika mengi kuti t at a car a at ur an bahasa kar ena per ubahan dalam t anda diakr i t ikal t idak membawa makna yang ber ar t i. Nampak sangat jelas dar i apa yang diur aikan di at as bahwa ilm uwan-ilmuan t et ap memegang t eguh sist em bacaan yang diper kenalkan melalui salur an at au sumber yang sah guna menolak usaha m engada-ada ser t a t etap mem per tahankan pandangan bahwa qir aat hukumnya sunnah yang t idak ada seor ang pun memiliki wewenang unt uk mengubah seenaknya.

Bukti-bukti seper t i it ulah yang menjadi landasan al-A’zam

ī

unt uk menyangkal pendapat or ient ali s t ermasuk Goldziher , bahkan Ia menambahkan dengan mengat akan: “ kit a per l u mencat at , biasanya or ang-or ang t idak mau membeli mushaf di pasar m ur ahan set elah belanja wakt u pagi dar i penjual i kan dan sayur an lalu pulang menghafal sur ah secar a pr ibadi” .16 Ol eh kar ena it u, menur unt nya belajar secar a li san melalui seor ang inst r ukt ur yang memiliki ot or it as keilmuan sangat diper lukan, biasanya r at a-r at a lima ayat per hari.

Tr adi si yang disampaikan al-A’zam

ī

di at as bisa kit a t emukan di akhi r seper empat per t ama abad per t ama hi jriah ket ika Abu Bakr bin Ayyash (w. 193 h) belajar Al qur an dar i Ibn Abi Al-Najud (w. 127 h), sewakt u Ia masih mudah.17 Dar i sinilah

al-A’zam

ī

menyimpulkan bahwa t idak ada bacaan ber mula dar i

kevakuman at au hasil t ebakan seor ang penggubah yang dilakukan

14Muhammad bin Ismail al-Bukhar i, Ṣaḥīḥ

al-Bukhārī, “ Faḍā‘il al-Qur ’an” hadis no.6936, (Mesir : Al-Amir iyah, 1314 H.), h. 9.

15Muslim, Ṣaḥīḥ

Muslim, “ Mufassir in” , hadis no. 273, juz 1, (Beir ut : Dār

al-Iḥyā al-Tur aṡ al-’Ar abī, t .t h.), h. 561 16Al-A’zamī,

The Hist or y..., h. 169 17Ibn Mujahid,

(9)

secar a pr ibadi di mana ket ika mulai muncul lebih banyak bacaan or ang-or ang yang memiliki ot or i t as, semua sumber dapat dil acak sampai kepada Nabi Muhammad saw.

Per lu Banyak Ragam Sist em Bacaan: Unt uk Penyeder hanaan Bacaan bagi A’jamiy (Non Ar ab).

Sanggahan al -A’zam

ī

t er hadap or ient ali s juga bisa ki t a lihat dar i pendapat nya yang mengat akan bahwa banyaknya r agam bacaan sangat diper lukan unt uk mempermudah bagi mer eka yang t idak bisa ber bahasa ar ab dengan dial ek Qur aisy. Menur ut nya, kesat uan di alek l azim Nabi saw. gunakan sewakt u masih di Mekah mulai sirna set ibanya di Madinah. Dengan m eluasnya ekspansi Islam meli nt asi belahan wilayah Ar ab lain dengan suku bangsa dan dialek bar u, ber ar t i dialek kaum Qur aisy suli t unt uk diper tahankan.18

Al-A’zam

ī

lal u mengutip hadi s yang dir i wayat kan Oleh Imam Bukhar i:

“ Ubay bin Ka’b melapor kan bahwa Nabi saw. ber ada dekat lokasi Banū Ghifar , Malaikat Jibr il dat ang dan ber kat a: “ Allah t elah menyur uh kamu membaca Alqur an kepada kaummu dalam sat u dialek,” lalu Nabi ber sabda: “ Saya mohon ampunan Allah. Kaumku t idak mampu unt uk it u” lalu Jibr il dat an g lagi unt uk kedua kalinya dan ber kat a, “ Allah t elah menyur uhmu agar membacakan Alqur an pada kaummu dalam dua dialek” , Nabi Muhammad saw lalu menjawab “ Saya mohon ampunan Allah kaumku t idak akan mampu melakukannya,” Jibr il dat ang lagi ket iga kalinya dan ber kat a, “ Allah t elah menyur uhmu unt uk membacakan Alqur an kepada kaummu dalam t iga dialek” dan lagi-lagi Nabi Muhammad saw ber kat a ” saya mohon ampunan Allah kaumku t idak akan mampu melakukannya” lalu Jibr il dat ang kepadanya keempat kalinya dan menyat akan “ Allah t elah mengizinkanmu membacakan Alqur an kepada kaummu dalam t ujuh dialek, dan dalam dialek apa saja mer eka gunakan, sah-sah saja.”19

Hadis lain yang dikut ipnya unt uk memper kuat argumennya adalah hadis r iwayat Ibn Hanbal yait u:

18Al-A’zamī,

The Hist or y..., h. 169. 19Muslim, Ṣaḥīḥ

(10)

“ Ubay bin Ka’b melapor kan: “ Rasululllah saw ber t emu Malaikat Jibr il di bat u Mir a’ (di pinggir Madinah dekat Quba’) dan ber kat a kepadanya “ saya diut us kepada suat u bangsa but a hur uf, dan diant ar anya, or ang t ua miskin, nenek-nenek, dan juga anak-anak,” Jibr il menjawab “ jadi sur uh saja mer eka membaca Alqur an dalam t ujuh dialek (aḥr uf).”20

Hadis-hadis yang m engukuhkan bahwa Al qur an dit ur unkan dalam t ujuh di alek (sab’tu a

r uf) sangat l ah kuat kebenar annya, bahkan m enur ut Im am al-Suyu

ṭī

lebih dar i dua puluh sahabat t elah mer i wat kan hadis t ent ang i t u.21 Al-A’zam

ī

lalu menambahkan, ada empat puluh pendapat il muwan t ent ang makna

aḥ

r uf (secar a lit er al: hur uf-hur uf). Beber apa kalangan mengar t i kan begit u jauh. Tet api kebanyakan sepakat bahwa t ujuan ut ama adalah m ember ikan kemudahan membaca Alqur an bagi mer eka yang t idak t er biasa dengan dial ek or ang Qur aisy. Konsesi diber ikan mel alui anugr ah All ah swt .22

Kendat ipun demi kian, al-A’zam

ī

t idak memungkir i bahwa adanya banyak dial ek yang berlai nan t elah memicu per selisihan pada dasawar sa ber ikutnya, dan hal it u memper cepat langkah ‘U

ṡmā

n menyi apkan sebuah mushaf dalam dialek or ang Qur aisy, yang pada akhirnya, jumlah semua r agam bacaan yang t er dapat dalam ker angka lima mushaf r esmi t i dak lebih dar i empat puluh kar akt er . Namun per selisi han di ant ar a mer eka bukan kar ena yang sat u benar dan yang lain salah, tetapi hanya kar ena mer eka mendapat kan pengajar an dari Nabi sesuai dengan dial eknya masing-masing, sehi ngga ant ar a mer eka belum saling m enget ahui bent uk bacaan yang diajar kan oleh Nabi kepada masing-masing sahabat . Al-A’zam

ī

lal u menyampaikan ket at nya per iwayat an qir aat ini sehingga selur uh pembaca yang dit ugaskan mengajar Alqur an wajib mengikut i t eks mushaf t er sebut dan agar m eneli t i sumber ot or it as dar i mana mer eka mempelajar i bacaan

20Ibn Hanbal,

Musnad V. 132, hadis no. 21242 (t .t p.: t.p., t .t h.) 21Lihat : Imām Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī ,

al-It qān fī ‘Ulum al-Qur ‘ān, M. Abu Al-Faḍl Ibrāhīm (Ed.) (Kair o: t.p., 1967), h. 131-141.

22Al-A’zamī,

(11)

sebelumnya.23 Al-A’zam

ī

mengat akan bahwa or ang yang memiliki per anan sangat pent ing dalam pengumpulan Alqur an adalah Zaid bin

Ṡā

bit . Kesim pulannya it u didasar i oleh ungkapan Zaid bahwa (al-qir

ā

’ah sunnah muttaba’ah,24 seni bacaan qir aat Alqur an

mer upakan sunnah yang mest i dipatuhi dengan sungguh-sungguh).

Sebab-sebab M unculnya Banyak (Mult iple) Bacaan.

Sebagaimana dipapar kan di awal bahwa penyebab munculnya var iant r eading (r agam bacaan) menur ut beber apa or ient alis adal ah t idak adanya t anda t it ik dalam mushaf Usmani, ini ber ar t i mer upakan peluang bebas bagi pembaca member i t anda sendi ri sesuai dengan kont eks makna ayat yang ia pahami, demi ki an kat a A. Jeffr y.25 Ia member i cont oh bahwa ji ka seseor ang menemukan kat a t anpa t anda t it i k seper t : “

ﻪﻤﻠﻌﹺﺑ

” maka boleh saja di baca:

ﻪﻤﻠﻌﺗ

,

ﻪﻤﻠﻌﻧ

, at au

ﻪﻤﻠﻌﻳ

sesuai dengan pilihan kar akt er nya. Sehi ngga menur utnya menggunakan t anda tit ik dan t anda lai nnya amat diper lukan guna menyesuaikan pemahaman sendir i t er hadap ayat it u.

Pendapat ser upa sebelum zaman A. Jeffr y, Goldziher dan lai nnya ber usaha meyakinkan bahwa menggunakan skr ip yang t idak ada t anda t i t ik t elah mengaki bat kan munculnya per bedaan bacaan. Dalam memper kuat anggapannya, Goldziher menyuguh-kan beber apa cont oh potensial yang ia bagi kedalam dua kelom pok.26

-

Per bedaan bacaan kar ena t idak adanya t anda t it ik. sebagai cont oh:

23Al-A’zamī,

The Hist or y..., h. 171. 24Al-Suyūṭī,

al-It qān…, h. 211.

25A. Jefrr y, “ The Text ual Hist or y of t he Qur an” in A Jeffr y,

The Qur an as Scr ipt ur e, (New Wor k: R.F Moor e Co., 1952), h. 97.

26’Abd al-alīm Najjār ,

(12)

·

ﻥﻭﱪﻜﺘﺴﺗ ﻢﺘﻨﻛ ﺎﻣﻭ

dapat di baca:

ﻥﻭﺮﺜﻜﺘﺴﺗ

.(QS 7:48)27

·

ﺍﻮﻨﻴﺒﺘﻓ ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﰲ ﻢﺘﺑﺮﺿ ﺍﺫﺇ

dapat dibaca:

ا

ﻮﺘﺒﺜﺘﻓ

. (QS 4: 94)

·

ﺍﺮﺸﺑ ﺡﺎﻳﺮﻟﺍ ﻞﺳﺮﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻮﻫﻭ

dapat dibaca:

ا

ﺮﺸﻧ

(QS 7: 57)

-

Per bedaan bacaan kar ena t idak adanya t anda diakr it i kal

Apa yang dilont ar kan oleh A. Jefry dan Gol dziher diat as, menur ut al-A’zam

ī

per lu diuji kebenar annya. Menur ut nya, pendapat seper t i it u mungkin bisa saja dianggap sah bagi m er eka yang tidak mengenal sejar ah seni baca Alqur an (qir aat ). Tet api, walau bagaimana pun semua t eori har us ber hadapan pada ujian t er lebih dahulu sebelum di per t imbangkan sebagai t eor i yang sah, namun dalam kajian Islam kat a al-A’zam

ī

, hal seper t i it u ber kembang dengan sat u car a yang siap pakai t anpa memer lukan ujian. Jadi m ar ilah kit a evaluasi per nyat aan-per nyat aan mer eka t ambahnya.28

Lebih lanjut al-A’zam

ī

menambahkan bahwa t ampaknya Jeffr y dan Goldziher benar -benar melupakan t r adisi pengajar an secar a lisan, sat u m andat at au per int ah yang hanya melalui seor ang instr ukt ur kelas kakap, sehingga ilmu seni baca Alqur an it u t idak diper oleh dengan sembar angan. Bukt inya, kat a al-A’zam

ī

, adalah: banyak sekali ungkapan Alqur an yang dapat secar a kont ekst ual dimasukkan lebih dar i sat u t it i k dan t anda diakr i t ikal, t et api dalam banyak hal, seor ang ilmuwan hanya membaca dengan sat u car a. Walau suatu saat muncul per bedaan (dan ini sangat jar ang sekali t er jadi) kedua ker angka bacaan t et ap mengacu pada Mushaf Usmani, dan tiap kelompok dapat menjast ifikasi bacaanya at as dasar ot or it as mat a r ant ai at au sil sil ah yang ber akhir pada Nabi Muhammad saw. At as dasar ini kit a dapat menyingkir kan t i ap pembaca yang member i bacaan

27Ini cont oh yang salah. l ihat : Ibn Mujahid,

Kitāb…, h.281-282. 28 Lihat : Al-A’zamī,

(13)

yang “nyeleneh” yang ingin memasukkah t it ik dan diakr it ikal sesuai seler a keinginannya sendir i.29

Unt uk memper kuat pendapat al-A’zam

ī

, Ia member i kan beber apa cont oh:

ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻚﻠﻣ

bisa juga di baca:

ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻚﹾﻠﻣ

(QS: 114:2).

ﺪﺷﺮﻟﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﻭﺮﻳ ﻥﺇﻭ

bisa juga dibaca:

ﺪﺷﺮﻟﺍ

(QS: 7:146), juga ayat :

ﻥﺇ

ﺍﺮﺿ ﻢﻜﺑ ﺩﺍﺭﺃ

dapat dibaca :

ا

ﺮﺿ

(QS: 48:11), dan l ain-lain.

Sebenar ya banyak sekali cont oh yang di kemukakan ol eh al-A’zam

ī

unt uk memper kuat pendapat nya, namun penuli s hanya menampilkan beber apa saja unt uk t idak memper panjang pembahasan. Hakekat nya, menur ut beliau, secar a lit er al ada r ibuan cont oh dimana kedua-dua bent uk kat a secar a kont ekst ual adalah sah t et api hanya sat u yang dipakai secar a kolekt if; jadi sebenar nya banyak lagi cont oh yang sama dengan yang mer eka kemukakan dan malahan mengungguli t eor i Jeffry dan Goldziher .

Unt uk memper kuat sanggahannya, mari kit a lihat anal ogi al-A’zam

ī

ber ikut : ji kalau m emasukkan t anda t it ik kepada t eks yang t idak mempunyai t itik, per tanyannya kemudian adalah: kapan kesalahan t ekstual yang mengakibat kan ker usakan dan menjadi ber bahaya? Jawabnya adalah ket ika kit a t idak m emiliki alat ukur dalam membedakan mana yang benar dan m ana yang salah, inilah yang menjadi penyebab yang membahayakan.30 Ini pulal ah yang menjadi kekelir uan par a or ient alis dalam menil ai Alqur an. Menur ut al-A’zam

ī

, mer eka t idak memiliki dan memahami t olak ukur nya. Al-A’zam

ī

mencontohkan: seandainya kit a m emiliki dua manuskr ip, masi ng-msing mengandung ber i kut :

ﺏﺮﻫ ﰒ ﺓﺃﺮﳌﺍ ﻞﺒﻗ

“ dia mencium wanit a dan kemudian melar i kan

dir i ” dan

ﺏﺮﻫ ﰒ ﺓﺃﺮﳌﺍ ﻞﺘﻗ

“ Di a membunuh wanita kemudain dia melar ikan dir i” . Sekar ang dalam keadaan ket iadaan kont eks yang kit a jadikan indikasi, unt uk memut uskan yang benar menjadi sangat t idak m ungkin: jelas sekali kit a menghadapi pr oblem t ekstual. Andai kan kemudian kit a mempunyai sepuluh m anuskr ip

29

Ibid.

30

(14)

dengan mat a r ant ai t r ansmisi yang ber beda, sembilan diant ar nya memuat kalimat :

ﺏﺮﻫ ﰒ ﺓﺃﺮﳌﺍ ﻞﺒﻗ

sedangkan yang kesepuluh memuat :

ﺏﺮﻫ ﰒ ﺓﺃﺮﳌﺍ ﻞﻴﻓ

“ Gajah per empuan kemudian dia ber lar i” . Selain t idak jelas kal imat i ni juga ber t ent angan dengan manuskr ip yang lain, yang semuanya set uju pada makna yang masuk akal, jadi jelas bahwa mem buang kat a gajah menjadi sat u-sat unya jawaban yang dapat dipahami. Sama halnya dengan manuskr ip Alqur an. Jika kit a pilih ser at us m ushaf, yang ber asal dar i beber apa t empat dan masing-masing memuat t ulisan t angan dan t anggal yang ber beda, dan ji ka keselur uhan sama kecuali sat u mushaf—lagi -lagi, jika kesalahannya t idak masuk akal—maka semua or ang yang ber akal akan menilainya sebagai keganjilan yang salah t ulis.31

Hal l ain dari kesalahan or ient alis yang dibant ah oleh al-A’zam

ī

adalah pendapat A. Jeffr y yang menuduh kaum muslimin memalsukan kit ab mer eka sendi ri dengan mengat akan:

Ket ika kit a membuka Alqur an, kit a menemukan bahwa manuskr ip zaman klasik t idak ada yang mempunyai t anda hur uf hidup (vowels) dan semuanya dit ulis dalam skr ip Kufi yang sangat ber beda dengan skr ip yang dipakai pada naskah zaman sekar ang. Memoder nkan skr ip dan or t ogr afi, dengan member ikan t anda hur uf hidup dan t anda t it ik pada t eks, dan it u benar -benar t elah t er jadi, mer upakan sesuat u yang disengaja, akan t et api usaha mer eka it u mel ibat kan pemalsuan t eks, it ulah masalah kit a sekar ang.32

Jeffr y t elah melakukan kesalahan mendasar dan fat al menur ut al -A’zam

ī

, dengan mengkl aim bahwa yang t er dahulu dinamakan mushaf dan dit ulis dalam skr ip Kufi , padahal kat a al-A’zam

ī

, sebenar nya t eks it u dit ulis dalam skr ip Hejazi ber bent uk mir i ng.33 Yang lebih par ah lagi kat a al-A’zam

ī

adalah pendapat

Jeffr y yang mengakui skr ip Kufi sangat ber beda dar i skr ip yang digunakan har i ini , dan bahkan menganggap pembahar uan skrip

31

Ibid.

32A. Jeffr y, “ The Text ual …, h. 89-90.

33Skr ip Hejazi bisa dilihat bent uk dan cont ohnya dalam buku Al-A’zamī,

(15)

sebagai bent uk pemalsuan. Al-A’zam

ī

l alu member ikan jawaban logis dengan mengat akan: andai kan saya menulis ar t ikel selur uhnya dengan t angan dan mengir imkannya kepada pener bit , har uskah saya anggap bahwa dia ber salah kar ena memalsukan ar tikel saya ket ika saya melihat t uli san saya dalam bent uk hur uf Helvet ika at au Time New Roman? Apakah bahasa Ar ab dianggap bahasa mati, seper t i halnya huruf Hier oglyphic, dan apakah Alqur an sudah hi lang ber at us-r at us t ahun, seper t i Taur at , lal u pemal suan t eks t er jadi jauh ke belakang set elah i t u; kar ena kit a coba ber usaha mer aba-r aba, membaca buku yang sudah lam a hil ang dalam bent uk skr ip yang tidak dapat di baca, dan memaksakan sangkaan kit a pada keselur uhan t eks.34

Kenyat aannya, walaupun skr ip Kufi masih dapat dibaca har i ini, dan t r adisi pengalihan (t r ansmisi) Alqur an secar a lisan t elah menjiwai kaum muslimin, menjadikan per soalan yang ada semakin t er ang, m aka Jeffr y t idak mempunyai masalah lagi yang per lu diper t ahankan mat i-mat i an kat a al -A’zam

ī

.

Sebab lai n dari munculnya var iant bacaan menur ut Jeffr y adalah per bedaan kar ena beber apa pembaca menggunakan t eks yang ber t anggalkan sebelum mushaf Usmani, yang kebetulan ber beda dengan ker angka Ushmani dan yang t idak di musnahkan walaupun ada per int ah dar i khalifah. Pendapat Jeffr y diat as menur ut al-A’zam

ī

, t elalu di besar -besar kan t anpa ada bukt i yang kuat , dan t idak dapat dibuktikan kebenar annya. Al-A’zam

ī

mencot ohkan bahwa, kol eksi Jeffr y t ent ang varian dari Mushaf Ibn Mas’

ū

d dianggap t idak sah kar ena sejak awal t idak ada sat upun dalam daft ar bacaannya yang menyebut Mushaf Ibn Mas’

ū

d. Kebanyakan bukt i yang ada hanya menyat akan bahwa Ibnu Mas’

ū

d menyebut ayat ini dengan car a begi t u t anpa ada bukt i mat a r ant ai r iwayat . Sehingga dengan t egas al-A’zam

ī

mengumpamakan pendapat Jeff r y dengan cer it a omong kosong, sekedar kabar bur ung dan supaya dia dapat meningkat kan

34Al-A’zamī,

(16)

anggapan yang ber nilai mur ahan sebagai ar gument asi m elawan bacaan yang t er bukt i bet ul guna membant ah met ode yang membedakan ant ar a per iwayat yang jujur dan yang palsu.

Ti dak hanya sampai di sit u, t uduhan Jeffr y menyebar kepada m ushaf yang l ainnya. Oleh kar ena i t u, al-A’zam

ī

seger a menjawab dengan ringkas t ent ang riwayat yang salah menyat akan bahwa Khalifah Ali membaca sat u ayat yang ber t ent angn dengan Mushaf Usmani . Bacaan yait u: (

ﺐﺋﺍﻮﻧﻭ ﺮﺼﻌﻟﺍﻭ

ﺮﺴﺧ ﻲﻔﻟ ﻥﺎﺴﻧﻹﺍ ﻥﺇ ،ﺮﻫﺪﻟﺍ

) (menambahkan dua kat a pada ayat 103:1).35. Al -A’zam

ī

lal u mengut i p: pengar ang buku Al -Mabani 31

yang m engecam bahwa dalam r iwayat ini ada tiga kesalahan:

-

Asim bin Abi al-Najud, salah seor ang mahasiswa cemer lang Al-Sulami, yang kemudian jadi salah seor ang mahasiswa Al i yang dihor mat i, mengai t kan bahwa Ali membaca ayat ini sama seper t i yang ada di Mushaf Usm ani .

-

Ali menjadi khalifah set elah t er bunuhnya Usman. Apakah dia per caya bahwa pendahulunya ber salah kar ena menghil angkan kat a-kat a t er t ent u, t ent unya ini kewajiban Ali unt uk membetulkan kesalahannya. Jika t idak maka akan dit uduh mengkhianat i keper cayaannya.

-

Usaha Usman pendapat kan dukungan dar i selur uh umat Muslim ; Ali sendir i ber kat a bahwa t idak ada seorang pun yang ber suar a m enent ang, dan kal au dia m er asa t idak suka t ent u i a akan m ar ah.36

Pandangan ini kat a al-A’zam

ī

hanya sat u dar i ber ibu pandangan dar i sahabat Nabi Muhamm ad saw. yang ber semangat menyaksikan pecahan Alqur an t ua, sebagai mana kuatnya kesaksian mer eka wakt u m enyet ujui keutuhan naskah Alqur an. Jadi t idak ada t ambahan, pengur angan, maupun menyelewengan.

35A. Jeffry,

Mater ials for The Hist or y of Texs of The Qur an, (Leiden: : The Old Cidices, 1937), h. 192.

36Al-A’zamī,

(17)

Siapa saja yang menolak pendapat ini dan mencoba unt uk membawa bar ang bar u seper t i par a or ient alis, yang mengklaim ini adalah t eks sebelum Usmani yang disukai oleh sahabat ini at au it u, adalah f itnah buat par a sahabat yang sangat kuat imannya.37

Ibn Mas’

ū

d sendir i , pengar ang Al-Ma

ṣāḥ

if dan yang melengkapi ber macam-macam qir aat yang t idak sama dengan t eks Usmani , menolak unt uk mengkat egorikan nilai mer eka seper t i Alqur an. Dia ber kat a: “ Kit a t idak mengakui bacaan Alqur an kecuali membaca apa yang t er t ulis dalam Mushaf Usmani . Jika ada seseor ang yang membaca sesuatu yang ber t ent angan dengan Mushaf ini dalam shalat , maka saya akan m enyur uhnya shalat kembali.38

Kesalahan Jeffry dar i segi met odologi juga dikritik oleh Al-A-zami, menur ut nya, Jeffry selalu ingin mener apkan met odologi kajian Bi ble ke dalam Alqur an, padahal keduanya t idak sama. Tahap pembent ukan per janji an lama dan per janjian bar u t er jadi dalam wakt u yang penuh per ubahan, keadaan polit ik wakt u it u menjadikan dua t eks t er sebut benar -benar acak-acakan. Ia menganalogikan secara t epat t ent ang per ilaku kejahat an ini ke dalam t eks Alqur an, ilmuwan Bar at melihat semua bukt i umat Islam dengan penuh pr asangka. Ada ker aguan t er hadap kebenar an pada variasi m at eri yang menghantui pikir an Jeffry, nam un demikian dia t idak per nah mencant umkan dalam bukunya.39 Dal am bukunya (

Mat er ials) Jeffr y mengat akan:

Beber apa var ian kelihat nnya t idak mungkin t er jadi secar a bahasa... beber apa kalangan ber usaha member ikan kesan bahwa per bedaan ini mer upakan kelanjut an hasi l cipt aan par a ahli ilmu bahasa (philologer s)... hanya saja, sebagian besar menganggap suat u kelanjut an kehidupan hakiki sejak sebelum zaman t eks Usmani, kendat i hanya set elah melewat i pencar ian kajian kr it is kei lmuan moder n... apakah kit a

37Ibn Abī Dawud,

Kitāb Al-Maṣāhif, A. Jeffr y (Ed.), (Kair o: t.p., 1936), h. 22 38

Ibid., h. 53-54. 39Al-A’zamī,

(18)

mest i bebas menggunakannya dalam r ekonst r uksi yang dituju t ent ang sejar ah t eks Alqur an .40

Al-A’zam

ī

dengan singkat mengat akan bahwa jasa ini dan pencar ian kr it is t er hadap keilmuan modern yang dil akukan Jeffr y sebagai mana yang disebut diat as, sayangnya, t idak lebih dar i slogan gaya bar u yang t ak ber ar t i.

Sekali lagi bisa dilihat dari ur aian di at as bahwa Jeffr y dalam pengumpulan mat eri unt uk keper luan penelit iannya, mengguna-kan met odologi orient alis, dan sangat t idak adil kar ena dia menolak car a kr it is kaum Muslimin dalam m enganalisis isnad.41.

Dia menjelaskan kr it erianya:

Met ode or ang-or ang yang dianalisis adalah mengumpulkan semua pendapat , spekulasi, asas pr aduga, dan kecender ungan unt uk menyimpulkan melalui pemilih an dan penemuan yang sesuai dengan t empat , wakt u dan kondisi pada wakt u it u ser t a mengambil per t imbangan t eks t anpa menghir aukan mat a r ant ai r iwayat . Unt uk membangun t eks Taur at dan Injil sama car anya dengan pembuat an t eks puisi Homer at au sur at Ar ist ot le, sang filosof.42

Unt uk menjawab penjelasan Jeffr y diat as, al-A’zam

ī

menggunakan met odologi kr it i k insnad Hadi s. Jeff r y, menur utnya, sangat t idak adil dan t i dak menger t i apa yang dimaksud dengan par a ulama salaf dalam mengkrit ik isnad Hadis. Ia mengat akan bahwa sudah t ent u kit a t idak dapat mengembalikan masa lampau, t et api kita dapat mengingat sebagian yang ada melalui sistem per saksian dan per t imbangannya. Menur ut met odologi penelit ian dan pendir ian ilmuwan Musli m, dalam masalah saksi sangat t idak adil jika menempat kan per saksian or ang-or ang jujur dan amanah sejajar t ingkat annya dengan pembohong. Tet api met odologi Jeffr y member ikan pengakuan pembohong sama seper t i seor ang yang jujur .43

40A. Jeffry,

Mat er ials…, h. x 41

Isnad adalah: Rant ai saksi yang t er li bat dalam per iwayat an kejadian. 42 Lihat : Ibn Abī Dāwūd,

Kitābal-Maṣāḥif, h. 4. 43 Al-A’zamī,

(19)

Al-A’zam

ī

juga menguatkan sanggahannya dengan anal oginya yang seder hana bahwa, kasus yang diungkapkan Jeffr y sama dengan seseor ang yang memiliki sebuah r umah sejak beber apa gener asi dan mempunyai bukt i yang diper l ukan unt uk mendukung klaimnya, t iba-t iba suat u wakt u ada or ang yang kelihat annya asing t idak t ahu dar i mana ia dat ang mengklaim bahwa r umah it u kepunyaannya. Dengan menggunakan met odologi Jeffr y, kat a al-A’zam

ī

, maka kit a har us mener ima klaim or ang asing it u dan mengusir or ang yang t inggal di r umah walaupun cer it a si or ang asing ini salah dan ber tent angan dengan per kat aan semua or ang. Selama t ujuan mer eka t er laksana, dia dan t eman penyokongnya mener ima mat er ial yang ber beda-beda seper t i yang dit uduhkan kepada t uli san Ibn Mas’

ū

d at au siapa saja, t er lepas sumber yang ada dapat diper caya at au t i dak, dan memandang r endah kekayaan bacaan yang begi tu t er kenal.44 Per ubahan Kat a Ber dasar kan Kesamaannya.

Selain A. Jeffr y dan Goldziher sebagaimana yang sudah dijelaskan pendapat nya di at as, Blacher e dan yang lainnya menganggap bahwa di zaman masyar akat Muslim t er dahulu, mengubah sebuah kat a dalam ayat Alqur an unt uk mencar i kesamaan adal ah sangat dibolehkan.45 Alasan yang melandasi anggapan mer eka ada dua fakt or :

-

Al-

abar

ī

melapor kan melalui Umar bahwa Nabi saw ber kat a: “

Oh Umar , semua Alqur an adalah bet ul (contohnya Alqur an akan tetap sah walau tak sengaja anda ter lewat dar i ayat ke ayat lain), kecuali anda t ak sengaja t er gelincir dar i sat u ayat yang mendukung r ahmat Allah pada seseorang mengabar kan tentang mur ka-Nya , atau sebaliknya” .46

44

Ibid.

45R. Blacher e,

Int roduct ion au Cor an, (Par is: t.p., 1974), h. 69-70. lihat juga: ’Abd al-Ṣabūr Ṣahin, Tārīkh al-Qur an, (Kair o: t.p., 1966). h. 84-85.

46Muammad bin Jarīr al-abarī,

(20)

-

Alasan kedua yang melandasi anggapan par a or ient alis ini adalah, di dalam banyak hal, qir aat Ibn Mas’

ū

d dan yang lainnya dibumbui ulasan t afsir (

ﺔﻳﲑﺴﻔﺗ ﺓﺀﺍﺮﻗ

). Al-Bukhari mendokument asikan seper t i ber ikut ini :

” Nafi mer iwayat kan, “ Apabila Ibn Umar membaca Alqur an dia t ak akan ber bicar a dengan siapapun sampai dia sel esai membacanya. Suat u ket ika saya memegang Alqur an saat ia membaca Sur ah Al-Baqar ah melalui hafalanya; t iba-t iba dia ber hent i pada ayat t er t ent u dan ber t anya, “ t ahukah anda, dalam keadaan apa ayat ini t elah dit ur unkan? “ saya menjawab “ t idak” . Dia ber akat a, “ Ayat ini dit ur unkan dalam kedaan ini dan it u” . Lalu ia mener uskan bacaannya.47

Kedua Hadis inilah yang dijadikan l andasan oleh Blacher e unt uk ber pendapat bahwa Ul ama t er dahulu bebas mengubah kat a dalam Alqur an unt uk mencar i kesamaannya. Hadis per t ama menur ut Blacher e membukt ikan dir inya sebagai dasar yang kuat membolehkan khayalan aktif imaginat if bagi mer eka yang t et ap memaksakan pendapat bahwa per samaan kat a dapat di pakai sebebas m ungkin selama r uh kat a-kat a it u t et ap diper t ahankan.

Al-A’zam

ī

mer asa aneh dengan pendapat or ient alis yang sat u ini, oleh kar ena it u Ia memulai kr it ikannya dengan per t anyaan singkat : Adakah masalah seper t i ini per nah t er jadi? Kit a t ahu dar i hukum per janjian kit a bahwa t i dak ada seor ang pengar ang yang akan member i per setujuan mengganti kalimat nya dengan kat a-kat a per samaan (synonyms), wal aupun kat a-kat a i t u dipilih secar a t elit i. Dalam m asalah Alqur an , yang bukan buat an penduduk bumi ini, Nabi Muhammad saw. sendir i t idak memiliki wewenang mengubah ayat -ayat nya. Jadi bagaimana mungkin ia akan membolehkan or ang lain melakukannya?48 Anal oginya kat a al -A’zam

ī

: jika seseor ang salah

47Al-Bukhar i, Ṣaḥīḥ…, jilid vi, hadis no .50 48Al-A’zamī,

(21)

mengut ip peker ja kant or secar a t ak sengaja, mungkin pengar uhnya sangat kecil, t et api salah kutip seor ang hakim akan dapat menghasut sikap ber t olak belakang yang lebih besar ; lant as bagaimana jika seseor ang dengan sengaja salah dalam mengut ip kit ab All ah?.49

Oleh kar ena it u, kata al -A’zam

ī

, seseor ang yang sudah biasa membaca dar i hapalan t ahu per sis bagaim ana ot ak akan mudah t er gelincir , lompat ke sur ah lai n dan set engahnya lagi dit inggalkan sedangkan ia sendir i t idak begitu sadar . Kar ena mer asa t akut akan membuat kesalahan seper t i i ni , or ang-or ang memilih unt uk t idak membaca selur uhnya hanya dar i hafalan saja. Wal aupun Nabi Muham mad saw. selalu menganjur kan sahabat nya unt uk menghafal dan membaca sebanyak mungki n, per nyat aannya sangat menolong at au mer ingankan r asa kecemasan yang dir asakan oleh masyar akat dalam hal ini .50

Pada hadi s kedua di at as, dapat sim pulkan bahwa beber apa ilmuwan mengajukan cat at an penjelasan (Qir aah Tafs

ī

r iyyah) pada pendengar annya sewakt u ia m embacakan Alquran .51 Di Sinilah

Bl acher e dan yang lainnya, t er masuk Goldziher , menganggap bahwa beber apa t ambahan adalah mer upakan t afsir (pejelasan). Namun, menur ut al-A’zam

ī

, ini t idak dapat dianggap sebagai

var ian r eading (bacaan yang ber beda-beda) yang sah dan t idak pula dapat dianggap sebagai bagian dari Alqur an. Kekelir uan par a or ient alis di at as, kat a al -A’zam

ī

, adal ah pendapat m er eka yang menyat akan bahwa ilmuwan ini ber maksud mengembangkan t eks Alqur an. Padahal sangat jelas bahwa par a sahabat t er dahulu menyisipkan penjelasan t afsir it u unt uk cacat an kepentingan pr ibadinya, dan it u bukanl ah bagi an dari Alqur an. Maka l ebih t egas al-A’zam

ī

menanggapi bahwa anggapan seper t i ini adalah t idak mengikut i kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku t akut jika mendur hakai t uhanku kepada siksa har i yang besar (Kiamat ).”

49

Ibid., h. 180 50

Ibid.

51’Abd al-abūr Ṣahin, Tārī

(22)

sebagai hinaan t er hadap Tuhan, m enyidir secar a t ak langsung bahwa sahabat mer asa lebih pandai dar i Allah yang Maha Tahu dan Maha Bijkasana.

Sat u hal yang per lu penulis gar i s bawahi di penghujung t ulisan ini, bahwa al-A’zam

ī

kur ang set uju dengan penggunaan ist ilah yang selalu dipakai ol eh or i ent ali s kait annya dengan qi r aat Alqur an. Sebagaimana yang kit a lihat dar i Ur aian diat as bahwa or ientalis selalu menggunakan istilah Var iant Reading (var iasi bacaan) ket ika ber bicar a masalah qir aat . Sement ar a al-A’zam

ī

lebih condong menggunakan istlah Mult iple Reading (banyak bacaan), apa alasan al-A’zam

ī

?

Menur ut al-A’zam

ī

, var iasi adalah suat u ist ilah yang secar a definit if dapat member i nuansa akan ket idakpast ian. Analoginya, kat a al -A’zam

ī

, ji ka pengar ang asli m enulis sat u kalimat dengan cat anya sendir i, kemudian dir usak akibat kesalahan dalam menulis lal u kit a m emper kenalkan prinsip ket idakpast ian, maka akhi rnya penyunt ing yang t idak dapat membedakan mana yang betul dan mana yang salah, akan melet akkan sesuka hat inya ke dalam t eks. Sedangkan lainnya dimasukkan ke dalam cacat an pinggir an. Demikian halnya dengan masalah var iant (r agam bacaan). Akan t et api masalah Alqur an jelas ber lainan kar ena Nabi Muhammad saw. sat u-sat unya khali fah All ah sebagai pener ima wahyu dan t r ansmisinya, secar a pr ibadi m engajar kan ayat -ayat dalam banyak car a. Di sini t idak ada dasar ker agu-r aguan, t ak t er dapat ist ilah kabut hi t am maupun kebimbangan. Dan kat a

(23)

makna yang t er sirat dalam ayat t er t ent u dengan menggunakan dua kat a, yang semuanya mungkin r esmi dar i per int ah Allah swt. Cont oh yang sangat jelas dalam hal ini adal ah Q.S. al-Fat i hah, yang ayat ke empat dibaca

lik (

ﻚﻟﺎﻣ

= pemil ik) at au malik (

ﻚﻠﻣ

= r aja) di har i pembalasan. Kedua-dua kat a t adi diajar kan oleh Nabi Muhammad saw. dan oleh kar ena i t u menjadi kannya bacaan yang banyak (mult iple), bukan ber agam (var iant).52

Akibat dar i penggunaan ist ilah var iasi, kat a al-A’zam

ī

, ber ujung pada penolakan par a or ient alis t er hadap ket er angan yang diber ikan oleh pihak muslim dan ingin coba-coba mer ekayasa t eor i sendir i . Sebagai kepanjangan upaya membuat Alqur an edisi krit ikal , t ujuannya ingin m enyor oti var iasi bacaan. Pada t ahun 1926 Ar t hur Jeffr y menyepakat i beker jasama dengan Pr of. Ber gst r asser dalam menyiapkan sebuah ar sip mat er i (potongan ayat-ayat Alqur an ) agar di suat u masa memungki nkan menulis sejar ah per kembangan t eks Alqur an.53 Menur ut al-A’zam

ī

dalam pencar iannya dia menelit i kur ang l ebih 170 jil id, beber apa sumber masih dapat diper caya, namun banyak ber nilai kelas mur ahan. Kol eksinya t ent ang var iasi sampai 300 hal aman dalam bent uk cet ak, mencakup mushaf pr ibadi yang dihasilkan oleh sekit ar t iga puluh or ang i lmuan.54

Demikian alasan dan penjelasan al-A’zam

ī

, sehingga Ia lebih senang menggunakan istilah mult iple (banyak) bacaan dar ipada

var iant (r agam at au var iasi) bacaan. KESIMPULAN

Set elah mencer mati hipot esis par a or ient alis di at as mengenai fenomena qir aat Alqur an, dapat disimpulkan bahwa al-A’zam

ī

dengan bukt i yang akur at dan t epat dapat memat ahkan pendapat or ient alis yang t er kesan dipaksakan. A. Jeffr y, Goldziher dan Blacher e, misalnya, menganggap bahwa ter jadinya var iasi

52 Al-A’zamī,

The Hist ory..., h. 171. 53 Lihat : A. Jeffr y,

Mater ials…

54 Al-A’zamī,

(24)

bacaan dalam Alqur an di sebabkan kar ena t idak adanya t anda tit ik dan diakr it ikal pada mushaf Usmani , juga adanya per bedaan bacaan ant ar a par a sahabat dengan mushaf Usmani set elah masa kompil asi, dan bebasnya par a sahabat unt uk mamasukkan sebuah kat a dalam Al qur an unt uk mencari kesamaannya.

Al-A’zam

ī

dengan l ugas dan t unt as diser t ai dengan bukti-bukt i yang akur at menanggapi pendapat t er sebut , bahwa apa yang diungkapkan par a or ient ali s t idaklah dapat diper t anggung-jawabkan, kar ena t idak ada bukt i yang nyat a dan ilmiah. Masalah t idak adanya t anda t it ik pada m ushaf Usmani diawal kompilasi t idaklah menjadi masalah, kar ena par a sahabat sudah menget ahui secar a hafalan car a bacaannya, dan sebuah ker angka hur uf dapat mener ima lebih dari sat u set t anda t it ik dan diakr i t ikal sesuai dengan kont eksnya sehingga per bedaan dalam qi r aat t idak akan membawa pengar uh t er hadap makna t eks.

Demikan juga dengan masalah per bedaan bacaan par a sahabat dengan mushaf Usmani, t idaklah menjadi masalah menur ut al -A’zam

ī

kar ena semua it u t elah di ajar kan Nabi saw. secar a langsung kapada mer eka, dan just r u set elah Usman mengkompilasi Alqur an t idak seor angpun di antar a Sahabat yang menyeli sihinya. Jadi pandangan par a orient alis di at as kat a al-A’zam

ī

hanya t uduhan belaka. Adapun mengenai bebasnya sahabat memasukkan sebuah kat a dal am Alqur an juga mer upakan t uduhan t ak ber dasar . Ti dak mungkin kat a al-A’zam

ī

akan t er jadi demi kian. Nabi sendir i tidak sediki t pun mer ubah r edaksi Alqur an sebagai mana yang disebut kan dalam salah sat u ayat nya, apalagi par a sahabat nya. Semua per bedaan bacaan kar ena adanya kesamaan kat a dan makna t et aplah ber sumber dar i mat a r ant ai

isnad yang sampai kepada Nabi saw.

(25)

bacaan. Yang t er akhir al-A’zam

ī

menganjur kan kepada set iap muslim unt uk t er us membaca Alqur an dalam bent uk yang asli, namun memasukkan t anda-t anda ke dalamnya adalah sebuah usaha agar or ang non-Arab juga mampu membaca yang asli secar a mudah.

DAFTAR PUSTAKA

A’zam

ī

, Pr of. Dr . Muhammad Must afa al-, The Hist or y of The Qur anic Text Fr om Revelat ion t o The Compilat ion: A Compar at ive St udi wit h The Ol d and New Testaments, t er j. Dr . Ani s Mal ik Thaha dkk, Jakar t a: Gema Insani Pr ess, 2005.

Abdul Rauf, Abdul Aziz, Pedoman Daur ah Alqur an Kajian Ilmu Tajw id Disusun Secar a Aplikat if, Jakar t a: Mar kaz Alqur an , 2010.

Ar i f, Syamsuddin “ Alqur an, Orient alisme dan Luxenber g” , dalam

Al-Insan: Jur nal Kajian Islam, (Vol . 1. No. 1, 2005).

Ar if, Syamsuddin, Alqur an dan Diabolisme Pemikir an, Jakar t a: Gema Insani Pr ess, 2007.

Bl acher e, R, Intr oduct ion au Cor an, Par is: t .p., 1974.

Bukhar i , Muhammad bin Ismail al-,

Ṣaḥīḥ

al-Bukh

ārī

, Mesir : Makt abah al -Amir iyah, 1314 H.

Ibn Ab

ī

D

āwū

d, Kitab Al-Ma

ṣāḥ

if, A. Jeffr y (Ed.), Kair o: t .p., 1936. Ibn Hanbal, Musnad, V. 132, Hadi s no. 21242,t .t p.: t .p., t .t h. Ibn Muj

ā

hi d, Kitab al-Sab’ah ed. S. Daif, Kair o: t .p., 1972.

Jeffr y, At hur . Mater ials for The Histor y of Texs of The Qur an, Lei den: The Old Cidices, 1937.

Jefr r y, At hur . “ The Text ual Hist or y of t he Qur an” in A. Jeffr y, The Qur an as Scr ipt ur e, New Wor k: R.F. Moor e Co., 1952.

(26)

Nusant ar a Cent r e Of Islamic St udy: For um Kajian Keislaman Lint as Ormas, Mazhab, Alir an, Pemikir an, “Mu

ammad Mu

ṣṭāfā

al-A’zam

ī

” , dalam: htt p:/ / pesantr enonline nusant ar a.blogspot .com/ 2012/ 02/ muhammadmust afaal -azami .html. (Diakses Febr uar i 2014).

Qar n

ī

, Ai

bin Abdull

ā

h al-, The Way Of Alqur an , t er j. Desi Anggr eini, Jakar t a: Gar afindo, 2007.

ahin, ’Abd Al-

ab

ū

r ,

Tārī

kh al-Qur ’

ā

n, Kair o: t .p., 1966.

Set iawan, M. Nur Khal is dkk (Ed.), Or ient al isme Alqur andan Hadis, Yogyakar t a: Naweasea Pr ess, 2007.

Suy

ūṭī

, Imam Jal

ā

l al D

ī

n Al -, Al-It qan fi Ulumil Qur an, M.Abu Al-Fa

l Ibr ahim (Ed.), Kair o: t.p., 1967.

abar

ī

, Mu

ammad i bn Jar

ī

r al-, Tafs

ī

r al-

abar

ī

, Kair o: t .p., 1968. Yusuf, Khaer uddin, “ Or ient alis dan Duplikasi Bahasa Alqur an

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 04

[r]

Sesuai dengan penetapan dimaksud diatas diberitahukan kepada semua peserta lelang bahwa Pemenang Pemilihan Langsung tersebut diatas adalah :. Nama Perusahaan

Mulai ditemukan perubahan flow pattern menuju slug bubbly flow, dimana bubbles berkelompok menjadi kelompok kecil dibagian atas lapisan pipa miring Sesudah elbow

500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) Tahun Anggaran 2017, maka bersama ini kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Daerah Kabupaten Lamandau mengundang

dapat dilihat bahwa heterozigositas tiga jenis ayam kedu baik yang dilihat melalui darah maupun putih telur menunjukkan bahwa lokus yang diamati antara darah dan putih telur

Mengajar Guru SMPN di Kecamatan Sumedang Selatan. 4) Memperoleh informasi mengenai pengaruh Pendidikan Pelatihan KTSP. dan Kompensasi terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN

Dalam konteks kertas kerja ini, instrumen PKP serta gred akhir (GA) digunakan untuk merumus pencapaian PO melalui penilaian tidak langsung pencapaian CO di mana pelajar