• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan sosiologi pertanian di desa puso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan sosiologi pertanian di desa puso"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilihat dari letak geografis Aceh yang berbatasan langsung dengan lautan, menyebabkan banyaknya masyarakat Aceh yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, laut berperan sebagai sumber mata pencaharian. Dimana terdapat juga interaksi sosial antar nelayan,sistem sosial, perubahan sosial,pelapisan masyarakat, serta permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

a) Sistem sosial

Sistem sosial adalah: sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan.

b) Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah: hubungan-hubungan sosial menyangkut hubungan antar individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok.

c) Masalah Sosial

Masalah sosial adalah : suatu ketidaksesuaian antara unsur –unsur kebudayaan atau masyarakat,yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

d) Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial adalah: penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

e) Perubahan sosial

Perubahan sosial adalah: perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

1.2 Maksud Dan Tujuan Praktikum

Adapun maksud dan tujuan praktikum yaitu agar mahasiswa mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat pesisir Pusong Baru dan Pusong Lama di Kota Lhokseumawe yang mencakup tentang sistem sosial, interaksi sosial masyarakat nelayan,perubahan sosial dan berbagai masalah sosial, pelapisan masyarakat Pusong Baru dan Pusong Lama, struktur organisasi masyarakat nelayan Pusong Baru, serta untuk mengetahui bagaimana hukum adat laut dan juga kepatuhan masyarakat nelayan terhadap hukum adat laut.

BAB II

Keadaan Umum Gampong Pusong Lama Dan Pusong Baru

2.1 Letak Gampong

(2)

Gampong Pusong Lama Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe terletak di arah Selatan dari Kota Lhokseumawe, dapat dijangkau dengan jalan darat dari ibukota Gampong Pusong Lama kurang lebih 10 menit dengan Berjalan Kaki.

2.1.2 Pusong Baru

Gampong Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe terletak di arah Selatan dari ibu kota Lhokseumawe, dapat dijangkau dengan jalan darat ke Ibukota kurang lebih 8 menit dengan berjalan kaki.

2.1.3. Geografis Gampong :

 Sebelah Barat berbatasan dengan :Gampong Keude Aceh. Kec.Banda Sakti

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Gampong Selat Malaka. Kec. Banda Sakti

 Sebelah Selatan berbatasan dengan :Wadhu (Resevoir)

 Sebelah Utara berbatasan dengan :Gampong KotaLhokseumawe. Kec. Banda Sakti

2.2 Sejarah Gampong

2.2.1 Sejarah Berdirinya Gampong

Desa pusong dulunya merupakan sebuah pulau kecil yang terletak ditengah laut, daratan pantai membentuk jalan melintang ke daerah lain, tetapi karena abrasi dan pengerukan pasir pantai ini menjadi tidak terawat dan luas pantainya menjadi semakin kecil dan sempit.

Gampong pusong pada masa itu banyak dikunjungi oleh para pendatang dari Arab dan Hindia dengan menaiki kapal, untuk berdagang yang singgah di pantai pusong, dan kini Luas daerah Pusong keseluruhannya sekitar 200 Hektare. Di karenakan sudah banyak penduduk maka sekitar tahun 1980-an maka Desa Pusong dibagi menjadi 2 (Dua) bagian yaitu Gampong Pusong Lama Dan Gampong Pusong Baru.

2.2.2 Sejarah Pemerintahan Gampong

Desa Pusong Baru sudah berdiri sejak tahun 1970 masih nonstruktur, namun sudah dipimpin oleh Kepala Desa, dan Desa Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti mempunyai struktur sejak Tahun 2003. Desa Pusong Baru mempunyai luas daerah 60 hektar dan tersebut memiliki fasilitas umum yang memadai namun fasilitas kebersihan masih kurang memadai. Hal ini dapat terlihat dari masih banyak nya sampah disekitaran pemukiman warga.

1. Fasilitas Pendidikan

• SD Negeri 8 Lhokseumawe • PAUD

(3)

• Posyandu • Mantri/Klinik 3. Fasilitas Keagamaan

• Mesjid Al- Azhar Pusong • Meunasah Pusong Lama • Balai Pengajian ± 19 Unit • Wihara/ Pekong Hindu • HKBP

• Gereja Methodist Indonesia (GMI) • Vihara Buddha Tirta

4. Aliran listrik

Ada dua teknik pemasangan kabel yang biasa diterapkan di sebuah rumah, yaitu inbow dan outbow. Keduanya sama-sama menempel di dinding rumah. Untuk teknik inbow, unit perlengkapan listrik (stopkontak, kabel dan saklar) ditanamkan ke dalam dinding sehingga terlihat menyatu dengan dinding. Sedangkan teknik outbow, unit perlengkapan listrik diletakkan pada permukaan dinding, seolah-olah menempel dan terlihat menonjol pada permukaan dinding.

5. Akses jalan desa

Jalan Merupakan Akses yang menghubungkan Satu Tempat dengan Tempat yang Lain yang Tujuannya untuk mempermudah Perjalanan berupa aspal maupun jembatan.

6. Stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPDN)

Pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Pusong Lama Kota Lhokseumawe, mengatakan naiknya harga solar juga akan mengubah perilaku Nelayan memilih membeli solar ke pengecer maupun mencari pasokan bahan bahan di Kota.Sebab, solar menjadi komoditas pokok buat mereka. Jadi, bila harga solar naik maka semakin banyak nelayan berhutang ke pengecer maupun membeli di kapal-kapal tengah laut dengan harga lebih murah.

7. Fasilitas pengelolaan sampah

Wilayah desa Pusong tergolong pemukiman kumuh ini terbukti dari banyaknya sampah di beberapa lokasi itu di akibatkan karena kurangnya fasilitas pengelolaan sampah di tambah lagi kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan setempat. 8. Fasilitas air

Masyarakat di desa Pusong mayoritas mengunakan fasilitas Air bersih untuk kebutuhan sehari-hari baik makan, Minum, Menyuci dan sebagainya melalui Sumur Bor dikarenakan Pada saat Ini PDAM Pemda Kota Lhokseumawe masih terkendala, Sehingga mayarakat mengunakan sumur Bor untuk kehidupan seharinya.

9. Fasilitas kebersihan lingkungan

(4)

Permasalahan Manajemen sampah yang tidak bagus dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang bisa menyebabkan meluapnya air akibat berkurangnya debit air yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase. Sehingga di bangunnya aliran drainase di pemukiman warga.

2.3.

Penduduk

2.3.1. Pusong Lama

Gampong Pusong Lama Kec. Banda Sakti Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh jumlah penduduk Pusong lama pada tahun 2014 berdasarkan data profil Gampong Pusong Lama adalah 5622 jiwa dengan komposisi penduduk lelaki 2888 jiwa dan perempuan 2734 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1550 KK, yang tersebar di dalam 5 dusun.

Sebanyak 2811 orang (50%) dikategorikan keluarga miskin. Mata pencaharian masyarakat mayoritas adalah nelayan dan pedagang kecil. Dan potensi sumber Daya alam yang potensial adalah perikanan.

2.3.2 Pusong Baru

Desa Pusong Baru kecamatan Banda Sakti Pemerintah Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh pada tahun 2014 jumlah penduduk Desa Pusong Baru berdasarkan profil Gampong dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe adalah 4646 jiwa dengan komposisi penduduk laki laki 2418 jiwa dan perempuan 2227 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1216 KK yang dibagi dalam 5 dusun.

Mayoritas Penduduk Desa Pusong Baru dikategorikan penduduk miskin. Mata pencarian masyarakat Desa Pusong Baru mayoritas adalah sebagai nelayan, pengolah ikan dan pedagang kecil. Dan potensi sumber daya alam yang potensial adalah perikanan.

2.4 Pendidikan

Perkembangan pendidikan Gampong Pusong Lama secara umum dimulai dari SD sampai SMA. Hampir semua penduduk Gampong Pusong Lama sudah pernah merasakan wajib belajar sembilan tahun. Namun ada beberapa orang tidak merasakan wajib belajar 9 tahun karena faktor ekonomi . Untuk saat ini semangat dan kesadaran warga untuk menyekolahkan anaknya sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan warga.

Pada umumnya para nelayan Gampong Pusong Lama tidak merasakan bangku pendidikan karena anggapan masyarakat dulu pendidikan nomor dua dan lebih mementingkan bekerja mencari nafkah , dan rata-rata para nelayan Gampong Pusong Lama hanya menyelesaikan pendidikan pada timgkat SD saja.

2.5. Struktur Organisasi Hukum Adat Laot

 Abu Laot

(5)

 Toke Laot

 Pawang Laot

 Para nelayan

Data hasil diskusi dan kunjungan wawancara dan observasi

.

Narasumber 1

Nama : Zulfikar Pekerjaan : Nelayan Usia :23 Tahun

Jumlah Anak : 1 (masih dalam tanggungan) Penghasilan : Rp.3000.00-4000.00 (per minggu)

Menurut pak Zulfikar sekali melaut bisa menampung 10 sampai 20 orang dan apabila tidak mendapatkan rezeki maka mau tidak mau harus berhutang kepada tetangga apabila besoknya mendapatkan rezeki maka akan membayarnya. Beliau hanya bekerja sebagai nelayan saja dan tidak ada pekerjaan lain.

Hukum adat laut menurut pak Zukfikar :

 Di larang melaot pada hari juma’t

 Di larang melaot pada saat yang lain tertimpa musibah misalnya kematian Apabila melanggar hukum adat Laot tersebut maka akan dikenakan sangsi misalnya : dilarang melaot selama 3 hari

Narasumber 2

Nama : Ismail Abu Bakar Pekerjaan : Nelayan

Usia : 68 Tahun

Jumlah Anak :4 Orang (3 berkeluarga , 1 masih dalam tanggungan) Penghasilan : Rp.115.0000 (Per hari)

Menurut pak Ismail sekali melaot bisa menampung 20 orang. Apabila tidak mendapatkan rezeki maka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari harus berhutang kepada tetangga. Beliau hanya bekerja sebagai nelayan saja.

Hukum adat Laot menurut pak Ismail :

 Tidak boleh melaot pada hari jum’at

 Di larang melaot pada saat orang tertimpa musibah misalnya , orang meninggal

 Di larang melaot pada saat hari raya Idul Fitri,dan Idul Adha

Apabila melanggar aturan hukum adat Laot tersebut maka akan mendapatkan sangsi berupa kapalnya di tahan selama 3 hari.

Narasumber 3

Nama

:

Maulidin Pekerjaan : Nelayan Usia : 33 Tahun

(6)

Menurut pak mauilidin sekali melaot bisa menampung 10 orang saja karena kapal kecil yang hanya menangkap ikan – ikan kecil saja dan berlangsung setiap hari.

Hukum adat Laot menurut pak Maulidin:

 Dilarang melaot pada hari juma’t

 Dilarang melaot pada hari Raya Idul Fitri sampai 7 hari dan juga pada hari Raya Idul Adha sampai 7 hari juga.

Narasumber 4

Nama : Mahdi Mahmud

Pekerjaan : Nelayan (Pawang Laot) Usia : 43 Tahun

Jumlah Anak : 4 Anak ( Masih dalam tanggugan)

Penghasilan :Rp. 25000.000-Rp. 3000.000 ( Per Minggu)

Menurut pak Mahdi sekali melaot bisa menampung hingga 20 orang karena kapal besar yang menangkap ikan besar yang berlayar hingga 7 hari. Menurut pak Mahdi hukum adat laot di Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru belum sempurna atau belum terlalu kuat masih banyak nelayan yang melanggar.

Hukum adat Laot menurut pak Mahdi

 Dilarang melaot pada hari juma’t

 Dilarang melaot pada hari Raya Idul fitri sampai 7 hari dan pada hari Raya Idul Adha sampai 7 hari juga.

 Dilarang melaot pada saat yang lain tertimpa musibah misalnya: orang meninggal maka untuk sementara dilarang melaot.

 Dilarang melaot pada saat bulan terang.

Apabila melanggar hukum adat tersebut maka akan di kenakan sangsi berupa ditahan selama 3 hari dan resiko ditanggung sendiri.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM

3.1 Gambaran Sistem Sosial Masyarakat Pusong

3.1.1 Interaksi Sosial

(7)

melaot selama 7 hari. Tetapi di sisi lain interaksi sosial tidak terjalin dengan baik. Hal ini dapat di lihat dari adanya sampah yang berserakan di lingkungan warga. Hal itu dikarenakan tidak adanya gotong royong dan saling menjaga lingkungan.Dan juga pada saat orang tertimpa musibah misalnya orang meninggal masih terdapat beberapa orang yang melaot walaupun jenazahnya belum di kebumikan.

3.2.2 Ragam masalah sosial dan solusi penyelesaiannya

Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru bila dilihat dari kerawanan kemiskinan, terdapat sekitar 965 Pra Keluarga Sejahtera berjumlah 102 dari jumlah 1550 KK pada Gampong Pusong Lama daSolusi dari pemerintahan gampong.

Permasalahan di Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru

 Kemiskinan

 Kesenjangan sosial

 Masyarakat yang berprilaku sangat komsutif

 Pendidikan yang rendah

 Kebersihan lingkungan

 Kesadaran masyarakat yang rendah

Aparatur pemerintahan gampong akan melakukan Pembenahan-Pembenahan sehingga Income atau Pendapatan warga Dusun akan meningkat

.

Solusinya

 Memberikan modal pengembangan usaha (simpan pinjam) melalui koperasi, dengan cicilan yang ringan.

 Memberikan bantuan mesin atau peralatan. bagi warga terutama bagi mereka yang masih berusia muda (produktif) guna peningkatan usaha.

 Memberikan lowongan keja bagi para ibu-ibu rumah tangga dan juga anak-anak Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru yang putus sekolah agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

 Memberikan pelatihan kepada seluruh pemuda-pemuda kampung pusong dalam bidang olah raga dan berbagai kegiatan yang bernilai positif bagi para pemuda gampong.

3.3 Pelapisan masyarakat Pusong Lama dan Pusong Baru

Berdasarkan mata pencarian masyarakat Pusong Lama dan Pusong Baru

Nelayan Pedagang Wiraswasta Buruh harian lepas

PNS

60% 12% 12% 10% 6%

(8)

( kartu tanda nelayan) akan tetapi sebagian nelayan tidak memilik kartu tersebut.Dari persentase mata pencarian masyarakat yaitu PNS 6%, buruh harian lepas 10%,wiraswasta 12%, pedagang 12%, dan nelayan 60%. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru rata-rata bekerja sebagai nelayan.

3.4. Struktur organisasi masyarakat nelayan Pusong lama dan Pusong Baru

Struktur organisasi masyarakat nelayan Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru antara lain:

 Tuhalapan

 Tuhapeut

 Geuchik

 Sekdes

 Imum Gampong

 Kaur

3.5. Pelaku pembangunan (

stakeholder

) yang meliputi : nelayan, pemerintahan,

lembaga adat, lembaga keuangan, LSM.

a)

Nelayan, berperan sebagai pelaku pembangunan(Stakeholder) karena nelayan mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut dan juga potensi Laut di Indonesia sangat melimpah .Dan juga mengurangi pegangguran disekitar sehingga para nelayan dapat menambah penghasilan. Pembangunan dilakukan oleh pemilik usaha untuk membuka usaha, misalnya pada pengolahan ikan asin di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama.

b) Pemerintah, juga berperan sebagai pelaku pembangunan(Stakeholder) karena pemerintah merupakan suatu lembaga resmi yang mendukung pelaku-pelaku pembangunan yang lain. Peran pemerintah tidak terlalu nampak Salah satunya adalah Gampong Pusong lama maupun Pusong Baru kurang mendapatkan perhatian pemerintah setempat. Seperti kurangnya tempat pembuangan sampah, kebersihan sangat minim dan terdapat rumah yang tidak layak huni.

c)Lembaga adat , juga berperan sebagai pelaku pembangunan (Stakeholder)karena lembaga adat lebih dekat dengan keaadan Gampong. Misalnya pada acara kenduri atau pengajian mereka mengikuti adat yang telah ditentukan oleh lembaga tersebut dan tidak boleh

dilanggar. Jika dilanggar maka dikenakan denda, misalnya pada pengajian dikenakan denda pembayan uang senilai 3ribu pada warga yang tidak datang mengikuti pengajian tersebut.

(9)

kepada toke bangku tempat mereka bekerja. Lembaga keuangan yang resmi contohnya Koperasi Simpan Pinjam tidak berjalan dengan lancar sehingga terjadi penutupan dan hingga sampai sekarang koperasi di Gampong tersebut tidak terdapat lagi.

3.7 Kepatuhan Nelayan Terhadap Hukum Adat Laot (reward dan punishment)

Hukum adat laot yang terdapat di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama masih kuat terbukti masyarakat Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru masih mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku,seperti: tidak melaut pada hari jumat, dan hari-hari besar. Hal ini dapat terlihat dari keadaan masyarakat yang masih rukun dan sedikitnya konflik yang terjadi di masyarakat.

3.8 Perubahan Sosial pada Masyarakat Pesisir

(10)
(11)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Mayoritas Penduduk Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama dikategorikan penduduk miskin. Karena prilaku masyarakat yang komsutif. Dan potensi sumber daya alam yang berpotensial adalah perikanan sehingga pada umumnya masyarakat Pusong berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat Pusong Lama dan Pusong Baru masih melakukan interaksi sosial dan sistem sosial dengan baik, hal ini dibuktikan dengan masih terjaganya keagaman seperti pengajian, wirid dan hal-hal yang menyangkut keagamaan lainnya baik individu maupun sosial.

4.2. Saran

Masyarakat Pusong Lama dan Pusong Baru adalah masyarakat yang lebih dominan hidup miskin, maka dari itu diharapkan pemerintah untuk lebih memperhatikan kehidupan

(12)

LAMPIRAN

Narasumber 1

(13)

Narasumber 3

Narasumber 4

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Program Alih Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan dan Kebidanan wajib melanjutkan pendidikan Profesi dengan total masa studi 2 tahun (1 tahun Pendidikan Sarjana Tera- pan + 1

(2) Untuk pengukuran bidang tanah secara sporadik pada daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik nasional, maka harus dibuat titik

Penggunaan Bahan bakar biomassa (BBB) khususnya dari limbah kayu merupakan salah satu bentuk energi alternatif sebagai merupakan pilihan utama yang digunakan

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Anwar, 2001; 35) adapun data sekunder

Diagram Nol Penanggung Jawab Donatur Formulir_Pendaftaran Informasi_Data_Kamar Informasi_Daftar_Kebutuhan Data_Penghuni_Panti Data_Pembayaran_Iuran_Bulanan

Penentuan kapasitas adsorpsipada penelitian ini dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi eosin yang teradsorp dengan mengkondisikan pH larutan eosin dan waktu

……Sejalan dengan hal itu Tjetje Somantri menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Endang Caturwati dalam bukunya berjudul Tari di Tatar Sunda , bahwa: “Mengenai tarian yang

M  Seluruh penerimaan bahan baku kayu yang berasal dari hutan negara telah dibuat dan dicetak DPKB sesuai dokumen SKSHHK-KB yang diterimanya, periode Desember 2019