PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
AKUNTANSI KELAS X SMKN 1 KOTA JAMBI
Diajukan oleh : FITRIA HADRI YANI
A1A108082
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Usulan penelitian berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas X SMKN 1 Jambi” yang diajukan oleh :
Nama : Fitria Hadri Yani
NIM : A1A108082
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan
Pembimbing I
Prof. Dr. Sjarkawi, M.Pd Tanggal……….
NIP. 19550601 198203 1 003
Pembimbing II
Drs. M. Arif Liputo, M.Pd Tanggal……….
NIP. 19660311 199303 1 001
DAFTAR ISI
1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 5
1.4. Tujuan Penelitian... 6
2.2.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 12
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 13
2.3.1. Pengertian Pendekatan, strategi, Pendekatan, Metode, teknik dan Model Pembelajaran... 13
2.3.2. Pembelajaran Kooperatif... 18
2.3.3. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif... 19
2.3.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 20
2.3.5. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. 23 2.4. Model Pembelajaran Konvensional... 26
2.4.1. Pengertian Pembelajaran Konvensinal ... 26
2.4.2. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional... 27
2.4.3. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional... 29
2.5. Motivasi Belajar... 30
2.6. Akuntansi Perusahaan Dagang... 33
2.6.1. Karakteristik Perusahaan Dagang... 33
2.6.2. Jenis Transaksi Perusahaan Dagang... 33
2.6.3. Syarat-Syarat Pembayaran Pada Perusahaan Dagang... 38
2.6.4. Syarat Penyerahan Barang Pada Perusahaan Dagang... 38
2.7. Kerangka Berpikir... 39
2.8. Hipotesis Penelitian... 44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian... 46
3.2. Ruang Lingkup Penelitian... 49
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 49
3.4. Variabel Penelitian... 50
3.5. Metode Pengumpulan Data... 52
3.6. Instrumen Penelitian... 52
3.7. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 53
3.8. Teknik Analisis Data... 55
DAFTAR PUSTAKA... 59
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Transaksi Perusahaan Dagang... 37
Skema 2 Kerangka Berpikir... 38
Skema 3 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Kontrol... 46
Skema 4 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Eksperimen... 47
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Pada UU RI SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa “manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha
agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Dengan pendidikan
manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki sebagai
pelaksana pembangunan. Adanya pendidikan yang berkualitas dapat menentukan
kualitas bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Untuk itu, pembaharuan
pendidikan sangat dibutuhkan dan menjadi tuntunan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan nasional.
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah yang
mampu menghadapi persaingan yang ketat dengan bangsa lain. Kualitas ini dapat
dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu,
guru mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis.
Meningkatkan mutu pendidikan adalah tugas yang sangat penting dan
mendesak. Diperlukan penanganan secara komprehensif dan menggunakan
strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua
unsur yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti: guru-guru,
kepala sekolah, orang tua, murid dan masyarakat agar tujuan dari pendidikan atau
vii
pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Ada dua pihak yang berinteraksi secara
aktif dalam proses pembelajaran di Sekolah yaitu antara guru dengan siswa. Siswa
yang berperan sebagai input dan output, serta guru sebagai fasilitator. Guru
membantu siswa dalam proses belajar yaitu proses pengalihan pengetahuan dan
perubahan tingkah laku.
Didalam proses belajar mengajar interaksi antara guru dengan siswa
sangatlah penting. Karena interaksi yang terjadi ini akan mempengaruhi output
dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mempunyai peranan membimbing dan
mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang
diharapkan. Kenyataan tersebut menuntut guru untuk lebih menguasai materi dan
cerrmat dalam menggunanakan metode pembelajaran. Guru harus mampu
memiih, menerapkan model pembelajaran dan melibatkan siswa berpartisipasi
aktif daam proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru sebagai pengelola proses pembelajaran dituntut persiapan yang serba
lengkap. Selain menguasai metode-metode mengajar dan menguasai materi, seorang guru
juga harus menguasai pengetahuan lain yang dapat menunjang jauh lebih luas dari pada
hanya sekedar materi yang diajarkan. Guru secara langsung berhubungan dengan siswa
dalam proses belajar mengajar. Guru yang abstrak dan ngambang dalam penyampaian
materi menyebabkan proses belajar menjadi kurang berhasil atau optimal. Keberhasilan
dalam suatu proses pembelajaran tercermin dalam hasil yang dicapai oleh para siswa.
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu institusi
penyelenggaraan pendidikan yang tujuannya adalah menciptakan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri
bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan
siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional.
Salah satu program keahlian yang diselenggarakan di SMK Negeri 1 Kota Jambi
adalah program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi merupakan program
untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja di bidang pembukuan, teller,
bendahara kantor ataupun yang lainnya. Namun, pada kenyataannya lulusan SMK jurusan
akuntansi kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan maupun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tempatnya bekerja, sehingga perlu
perbaikan mutu pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan
pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga
kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat bahan, manajemen sekolah,
lingkungan kerja dan kerjasama industri
Sesuai informasi yang didapat oleh peneliti di SMK Negeri 1, kelas XI jurusan
Akuntansi pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan masih banyaknya siswa dalam
pembelajaran akuntansi yang mengalami kendala dan belum memperoleh hasil yang
memuaskan. Banyak siswa yang mengeluh mengatakan bahwa pelajaran akuntansi itu
sulit dan membosanan.
Faktor yang menyebabkan kesulitan dalam belajar akuntansi diantaranya adalah
rendahnya motivasi belajar siswa untuk mempelajari akuntansi. Permasalahan lain yang
sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi
pelajaran. Pada pembelajaran akuntansi, dominasi guru masih sangat tinggi,
pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang berkeliling
mendekati siswa. Selain itu untuk mempelajari materi akuntansi diperlukan cara dan
metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Faktor
kesulitan belajar yang bersumber dari siswa, misalnya motivasi, kemauan, perhatian,
metode belajar yang kurang tepat, waktu belajar yang terbatas, kurangnya sumber belajar
yang diperlukan. Disamping itu metode mengajar yang kurang tepat serta kurang
mampunya siswa menerima materi pelajaran dapat juga sebagai faktor penyebab
kesulitan siswa belajar akuntansi.
Model pembelajaran yang diteliti disini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu pembelajaran dengan pengelompokan siswa menjadi
kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang anggota
heterogen. Heterogen artinya setiap anggota kelompok mempunyai perbedaan
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku yang berbeda. Apabila
siswa ingin agar timnya berhsil ia kan mendorong dan membantu anggota timya.
Seringkali siswa berhsil menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit dengan
menerjemahkan bahsa yang digunakan guru dalam bahasa anak (siswa).
Mengingat kondisi tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Motivasi Siswa
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota
Jambi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dirumuskan
sebagai berikut:
1.2.1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan model
pembelarajan konvensional?
1.2.2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi
tinggi bila dibaningkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah? 1.2.3. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang
memiliki motivasi tinggi dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan
menggunkan model pembelajaran konvensional?
1.2.4. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki
motivasi rendah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran konvensional?
1.2.5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil belajar siswa?
1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari penafsiran yang
berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan-batasan pada penelitian ini yaitu:
1.3.1. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi siswa kelas X
Akuntansi.
1.3.2. Pada pelaksanaan penelitian pembelajaran dilakukan sesuai rancangan
instruktisional dalam RPP model koopertif tipe STAD dan model
konvensional
1.3.3. Faktor lain yang diperhatikan dalam penelitian ini hanya motivasi belajar
siswa
1.3.4. Tes yang dilakukan benar-benar diawasi dengan cermat agar dapat
mengukur kemampuan sebenarnya.
1.3.5. Guru yang mengajar dan sumber pembelajaran kelas control dan kelas
eksperimen adalah sama.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dimaksudkan untuk :
1.4.1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
1.4.2. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi
dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.
1.4.3. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang
memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif
dengan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
1.4.4. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki
motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif dengan
yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
1.4.5. Mengetahui interaksi antara penggunaan stategi dan motivasi terhadap
hasil belajar siswa.
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1.5.1. Bagi Guru,
Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan mengenai
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran akuntansi sebagai
bahan perbandingan pilihan model belajar siswa.
1.5.2. Bagi siswa,
Diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman terhadap mata
pelajaran akuntansi
1.5.3. Bagi Penulis
a) Menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di bangku perkuliahan
b) Sebagai pengalaman bagi penulis dalam tahap pembinaan diri sebagai
calon pendidik.
1.6. Defenisi Operasional
1.6.1. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelaran yang telah dirumuskan (Wina, 2010;241) 1.6.2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran berkelompok
yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang dibagi secara heterogen
1.6.3. Pembelajran konvensional merupakan pembelajaran yang dengan
ceramah bervariasi yang mana selesai melakukan pembelajaran dengan
cara (1) menyimak pelajaran yang dipaparkan guru, (2) melakukan tanya
jawab dengan guru, dan (3) mengerjakan tugas/latihan secara individual 1.6.4. Motivasi adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang
menyebabkan seseorang untuk berbuat dan bertinda mencapai tujuan
sehingga memperoleh apa yang diharapkan.
1.6.5. Hasil belajar adalah penilaian tertulis dalam bentuk tes hasil belajar
untuk kompetensi kognitif siswa sesuai dengan tujuan instruktisional
yang ditetapkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Belajar dan Pembelajaran
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
”Learning may be defined as the process by which behavior originates or is
altered through training or experience.” (Whittaker, 1970:15). Dengan demikian,
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai
belajar. Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan di sini yaitu yang dikemukakan
oleh Howard L. Kingsley sebagai berikut: ”Learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or
training.” (Kingsley, 1957:12). (Belajar adalah proses di mana tingkah laku
(dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melaluipraktek atau latihan).
http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/
Belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan
misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan
tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Gagne,
Brings dan Wager dalam winataputra (2007:19) pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk emungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Selanjutnya masih dalam winataputra sisdiknas menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar. Dalam pembelajaran
siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi
mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran
yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
1.2. Hasil Belajar
1.2.1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Soedarto (1997:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh belajar mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22). Sementara
Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan
seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56) melalui
proses belajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri;
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik, keterampilan dan perilaku
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
1.2.2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu
(Intern), yang meliputi : (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi,
pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis
terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2). Faktor
Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian
ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan
rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan
haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
mengahsilkan sesuatu akan hilang.
2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor Ekstern,
yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran
kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2).
Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor
Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah
lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk
lebih giat belajar.
1.3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
1.3.1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Pendekatan, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2)
strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)
taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang
akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Menurut Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Sanjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
1.3.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
. Ide ini bermula pada awal abad pertama, seseorang filosof berpendapat
bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Hasil
pembelajaran kooperatif sekarang sedang berkembang pesat di Amerika Serikat
yang mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Strategi pembelajaran ini
dapat membangkitkan siswa yang aktif belajar.
Menurut winasanjaya ( 2010:242) pembelajaran koperatif merupakan
model pembelajaran dengan mengunakan system pengelompokan kecil yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku berbeda (heterogen). Sedangkan
menurut Slavin (1997:22) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis
menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif atas dasar teori bahwa siswa
akan mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.
Dari berbagai uraian yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif suatu strategi pembelajaran dalam kelompok-kelompok
kecil sehingga siswa dapat saling bantu membantu antar anggota dalam
kelompoknya untuk mencapai kemajuan kelompoknya.
1.3.3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan
yaitu :
a. Saling ketergantungan yang positif b. Saling interaksi tatap muka
c. Setiap individu bertanggungjawab d. Adanya komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya,
sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk memberikan peran aktif
dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota
kelompok bisa mencapai tujuan mereka. Dalam kegiatan kelompok setiap anggota
kelompok, harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Dengan menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan
masing-masing.
Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif, membuat
setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci
keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan tugas pembelajaran yang
harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota kelompok secara betanggung jawab, agar
tugas selanjutnya dapat dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak
melaksanakan tugas akan diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan
dorongan dari teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar
tidak menghambat yang lain. Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada
kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan
pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu
direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja
kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali
pembelajaran.
1.3.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teanm Achievement Division) dikembangkan oleh Robert
Slavin yang mana STAD merupakan pendekatan kooperatif yang sederhana.
Kinerja guru yang mengunakan STAD mengacu pada belajar kelompok,
menyajikan informasi akademik baru pada siswa dengan menggunakan prosentase
verbal atau tes.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam
beberapa tahap: persiapan, presentsi pelajaran, evaluasi, penghargaan kelompok,
menghitung ulang skor awal dan mengubah kelompok. Penjelasan dari
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan 1. Materi
Materi pelajaran dipersiapkan untuk pembelajaran secara kelompok yang
disajikan dengan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar jawaban yang akan
dipelajari oleh siswa dalam kelompok kecil.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok
Siswa-siswa dalam kelas di kelompokkan menjadi beberapa kelompok
yang terdiri empat sampai lima orang yang memiliki latar belakang dan
tingkat prestasi akademik yang berbeda. Beberapa petunjuk membentuk
kelompok kooperatif:
a. Merangking siswa berdasarkan prestasi akademik dalam kelas.
b. Menentukan jumlah kelompok dan tiap kelompok terdiri dari empat
sampai lima orang.
c. Membagi kelompok dengan komposisi tingkat prestasi yang seimbang.
3. Menentukan skor awal
Skor awal ini merupakan skor rata-rata siswa individual pada semester
sebelumnya/tes sebelumnya.
b. Tahap pembelajaran
Tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan kegiatan guru
mempersiapkan materi pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian
informasi baik secara verbal ataupun dalam bentuk tes. Selanjutnya siswa
diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar untuk bersama-sama
menyelesaikan tugas atau LKS.
c. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan kegiatan
pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari dalam
kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor kelompok dan akhirnya menjadi
dasar pemberian penghargaan.
Dalam menentukan kelompok mana yang akan diberi penghargaan,ada tiga
kriteria penghargaan yaitu:
a. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.
b. Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.
c. Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat
d. Untuk kelompok super dan kelompok hebat dapat diberikan penghargaan
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan guru.
Dari kajian diatas menunjukkan bahwa pembelajran kooperatif tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Perbedaan model
pembelajaran kooperatif tpe STAD ini terletak pada adanya tes perkembangan
individu dan adanyapemerian penghargaan kelompok.
1.3.5. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Dengan bekerja sama maka kelangsungan hidup
dapat terpenuhi. Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk
menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan ataupun Slavin
(1998:136,137) mengatakan adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama
di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan
penggunaan waktu yang tidak efektif. Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam
interaksi siswa yang produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita
harus berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara
dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan
mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya.
Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi secara
sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari siswa-siswa
lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara, mendengarkan dan
membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh
keheterogenan kelompok tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena
adanya ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam
pembelajaran kooperatif.
Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa
sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang, pemikiran
lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan
hati-hati. Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang
bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas
kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru
selama pembelajaran kelompok tidak efektif. Selain masalah-masalah yang
kemungkinan terjadi, menurut wina sanjaya (2010: 249) kelemahan-kelemahan
yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target
pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepet.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, pembelajaran kooperatif
juga memiliki keuntungan (Wina Sanjaya, 2010: 249). Keuntungan ini meliputi:
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran
yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa
dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak digunakan untuk pelajaran
Akuntansi setiap hari. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan satu bulan hanya
beberapa kali. Untuk mengejar materi dapat dilakukan pembelajaran ceramah.
Sedangkan dari keuntungan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk
mampu bekerja sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi
pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya.
1.4. Pembelajaran Konvensional
1.4.1. Pengertian Pembelajaran konvensional/Ceramah
Pembelajaran ceramah merupakan pembelajaran yang paling lama
digunakan dalam sejarah pendidikan dan masih digunakan €dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode ini merupakan sebuah metode
yang sangat mudah dilakukan oleh guru. Pada hakekatnya ceramah adalah suatu
metode pembelajaran dimana guru berada di depan kelas, memimpin, menentukan
dan jalannya pelajaran serta mentransfer segala rencana yang akan diberikan pada
siswa (Wiryohandoyo,dkk 1998:32). Sedangkan pengertian metode ceramah
adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penjelasan lisan
secara langsung terhadap siswa. Surakhmad (1994:98) juga mengungkapkan
bahwa metode ceramah ialah bentuk interaksi seseorang terhadap sekelompok
pendengar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang
disebut metode ceramah adalah suatu metode penyajian pelajaran yang dilakukan
oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa
guna mentransfer segala ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
1.4.2. Pelaksanaan Pembelajaran konvensional Ceramah
Kenyataan menunjukan bahwa sekalipun banyak kekurangan, hingga
kini metode ini tetap digunakan. Ini berarti tidak selamanya metode ini jelek.
Namun yang penting adalah bagaimana usaha kita membuat metode ceramah
lebih efektif dan bervariasi. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang
dapat dilakukannya:
1. Guru harus benar-benar menunjukkan pengawasan yang baik terhadap
materi pelajaran yang disajikan.
2. Pengunaan cermah hendaknya dikombinasikan dengan metode–metode
lain secara variasi seperti demontrasi, diskusi, tanya jawab, atau
penugasan. Hal ini akan membuat siswa dapat ikut aktif.
3. Menggunakan media yang jelas dan menarik seperti papan tulis, papan
planel, bagan, OHP.
4. Terangkan petunjuk-petunjuk didektik dalam ceramah seperti adanya
persepsi yang memadai, memotivasi belajar siswa, mengorelasikan
bahan yang sedang dibahas dengan kejadian, masalah dan kenyataan lain
seperti perpustakaan, laboratorium, perpustakaan dan sebagainya
Dalam mengunakan metode ceramah yang baik, terdapat beberapa langkah
yang perlu ditempuh sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa belajar
melalui metode ceramah.
b. Tentukan dan kuasai pokok-pokok materi atau garis besar materi yang
akan di ceramahkan.
c. Sebaiknya pokok-pokok materi ceramah ditulis dalam alat bantu
pengajaran seperti papan tulis, papan planel, atau transparansi di OHP.
2. Pelaksanaan Ceramah
a. Memulai ceramah
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan metode
ceramah.
2. Mengemukakan garis besar atau pokok-pokok materi yang akan di
bahas.
3. Mengadakan apersepsi dengan memancing pengalaman siswa yang
relevan dengan teori yang akan dibahas.
b. Menyajikan Materi Baru
1. Perhatian siswa agar tetap terarah selama penyajian berlangsung.
2. Penyajikan materi secara sistematis, agar siswa mudah mengikuti.
3. Rangsanglah agar siswa aktif dengan memberikan kempatan berfikir,
bertanya, diskusi kecil, dan mengerjakan soal latihan
4. Berikan feedbeck atau balikan kepada siswa.
5. Guru memotivasi siswa belajar dengan cara menciptakan suasana yang
menyenangkan.
c. Penutupan Ceramah
1. Menarik kesimpulan yang dilakukan oleh guru atau siswa.
2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanggapi kembali mata
pelajaran yang telah disampaikan guru denganmenghubungkan dengan
topik lain.
3. Siswa diberi soal aplikasi atau tugas tertentu yang merupakan
rangsangan agar siswa belajar.
4. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana tujuan
instruksional telah tercapai. (Sudirman,dkk 1992: 116-118)
1.4.3. Keuntungan dan Kelemahan Metode konvensional/Ceramah
Metode ceramah sebagai metode pembelajaran secara langsung dan lisan yang
dilakukan oleh guru pada siswanya, mempunyai keuntungan dan kelemahan
sebagai berikut:
1. Kelebihan metode ceramah
a. Metode ceramah murah dan dapat dilakukan oleh guru dengan hanya
bermodalkan suara saja.
b. Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh
guru dalam waktu singkat.
c. Guru dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian-bagian materi yang
penting.
d. Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana.
2. Kelemahan-kelemahan ceramah
a. Adanya penyamaan kemampuan siswa, padahal kenyataannya kemampuan
siswa berbeda.
b. Jika penggunaan mono teknik akan mematikan daya indra yang lain.
c. Bersifat satu arah (berpusat pada guru) sehingga hanya merupakan transfer
ilmu.
d. Memungkinkan terjadinya bahaya “verbalisme” yaitu siswa hafal susunan
kata-kata atau kalimat tanpa memahami maknanya.
e. Siswa kurang perhatian.
f. Hasil pelajaran kurang mantap karena metode ceramah yang terdiri atas
rentetan ucapan guru yang sedemikian rupa serta waktu yang beruntun
akan memaksa siswa menangkap secara semaunya. (Sudirman,dkk
1992:133)
1.5. Tinjauan tentang Motivasi Belajar
Motivasi berasal motif yang artinya adalah segala dayang yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika siswa tidak melakukan yang seharusnya
didalam kelas seperti yang dilakukan temannya perlu diselidiki penyebabnya.
Penyebab dapat bermacam-macam dan antara siswa yang satu dengan yang lain
bisa berbeda. Melalui motivasi diharapkan siswa memiliki keinginan dan minat
serta bersedia melakukan sesuatu (Sagala, 2006: 152)
Menurut asal katanya motivasi berasal dari bahsa latin movere yang berarti
mengerakkan. Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulan perilaku tertentu dan yang memberikan arah dan ketahanan
(persistence)pada tingkah lau tersebut. Misalnya mengurangi kebebosanan,
memilih bahan yang menarik, memperjelas sasaran dan berbagi kesempatan
(Sagala, 2006: 153)
Fungsi dasar motivasi dalam kehidupan yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy
2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hedak dicapai 3. Menyeleksi perbuatan yang harus dijalankan guna mencapai
tujuanyang dimaksud dan mengesampingkan perbuatan-perbautan
yang tidak beranfaat.
4. Pendorong dalam pencapaian prestasi
Menurut jenisnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Berikut akan dijelaskan masing-masing motivasi tersebut : 1. Motivasi intrinsik (motivasi internal)
Motivasi intrinsic adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar
dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering disebut
motivasi murni, motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri siswa
sendiri. Motivasi intrinsik adalah motivsi yang hidup didalam diri anak dan
berguna dalam situasi belajar fungsional. Dalam hal ini pujian, hadiah dan
sebagainya sangat tidak berpengaruh pada motivasi belajar anak.
Siagian (2004: 76) mengemukan bahwa motivasi intrinsik dimiliki siswa,
cirri-cirinya antara lain:
1. Tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja secara continue dalam waktu lama.
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak putus asa, 3. Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperolehnya,
4. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar, 5. Lebih senang bekerja mandiri,
6. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin, 7. Dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya, 8. Sering mencari dan memecahkan masalah.
Motivasi intrinsic dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya ada aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu
dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi ini akan memiliki tujuan menjadi
orang terdidik, berpengetahuan luas, menjadi orang yang ahli dalam suatu bidang,
dan mencapai prestasi yang diinginkannya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor
dari luar situasi belajar. Di sekolah motivasi intinsik diperlukan karena tidak
semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu, motivasi belajar pelu ditingkatkan oleh guru sehingga peserta didik
akan mau dan ingin belajar (Sagala, 2006: 102).
Dalam proses belajar mengajar siswa yang memiliki motivasi instrinsik ini
memerlukan perhatian khusus dai guru. Siswa yang memiliki motivsi seperti ini
tergantung kepada keharusan-keharusan yang diberikan guru untuk mendorong
mereka dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
Dari penjelasan-penjelasan dmuka dapat disimpulkan bahwa hakikat
motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk menadakan perubahan tingkah laku.
1.6. Akuntansi Perusahaan Dagang 1.6.1. Karakteristik Perusahaan Dagang
Pencatatan transaksi di perusahaan jasa pada prinsipnya sama dengan
pencatatan di perusahaan dagang. Namun perbedaan yang ada disebabkan adanya
karekteristik yang tidak terdapat pada perusahaan jasa. Pada perusahaan dagang
kegiatan usaha yang dilakukan berupa usaha pembelian barang dagangan dengan
tujuan untuk dijual belikan tanpa adanya pemprosesan terlebih dahulu. Untuk itu
karekteristik yang dimiliki oleh perusahaan dagang tapi tidak dimiliki oleh
perusahaan jasa adalah seperti kegiatan pembelian, penjualan, persediaan barang
dagangan. Pendapatan dari perusahaan dagang adalah selisih antara harga
penjualan barang dikurangi harga pembelian yang pada akhirnya dapat dihitung
untung atau ruginya.
1.6.2. Transaksi Perusahan Dagang 1. Pembelian
Transaksi pembelian dalam perusahaan dagang yang paling spesifik adalah
pembelian barang dagangan, pembelian peralatan dan perlengkapan. Pembelian
barang dagangan secara kridit dicatat pada akun pembelian, sedangkan pembelian
peralatan dan perlengkapan akan dicatat dalam akun perlengkapan dan akun
peralatan.bukti pencatatan transaksi pembelian adalah kwitansi dan faktur asli.
a. Pembelian secara kontan yaitu pembelian yang pembayarannya segera
setelah barang diterima dengan bukti kwintansi.
b. Pembelian secara kridit yaitu pembelian yang pembayaranya dilakukan
beberapa hari setelah barang diteriama dengan bukti faktur.
2. Potongan pembelian
Potongan pembelian adalah potongan yang diberikan penjual pada
pembeli, karena pembeli membayar utangnya dalam jangka waktu yang potongan,
misalnya: 2/10, n/30 artinya pembelian akan memperoleh 2% bila membayar
dalam waktu 10 hari atau kurang dalam jangka waktu kridit 30 hari. Bukti
pencatatan potongan pembelian ini biasanya berupa kuitansi pembayaran yang
didalamnya dijelaskan potongan diterima.
a. Waktu pembayaran utang tanpa memperoleh potongan
b. Waktu membayar utang memperoleh potongan
c. Retur pembelian dan pengurangan harga
Retur pembelian adalah pengembalian barang yang dibeli kepada penjual
karena barang tersebut tidak sesuai dengan pesanan atau rusak. Jika barang tidak
dikembalikan biasanya pembeli meminta pengurangan harga. Baik barang
dikembalikan atau meminta pengurangan harga akan dicatat dalam harga akan
dicatat dalam rekening retur pembelian dan pengurangan harga. Bukti pencatatan
retur pembelian adalah berupa nota debit.
4. Beban angkut pembelian
Beban angkut pembelian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pengiriman barang tersebut sampai ke tempattujuan. Biaya angkut oleh
pembeli dicatat dalam rekening biaya angkut pembelian.
5. Penjualan
Saat perusahaan dagang menjual barang dagangannya,kegiatan ini akan
menghasilkan pendapatan sejumlah harga barang yang dibebankan kepada
pembeli. Hasil pendapatan penjualan barang dagang akan dicatat dalam akun
penjualan. Bukti pencatatan transaksi ini adalah faktur atau kwitansi tembusan
(bukti kas masuk).
a. Penjualan secara kontan adalah penjualan dengan pembayaran tunai.
b. Penjualan secara kridit adalah penjualan dengan pembayaran
kemudian.
6. Potongan penjualan
Potongan penjualan adalah potongan yang diberikan penjual kepada
pembeli karena pembeli membayar utang dalam jangka waktu potongan penjualan
yang dibuat. Potongan yang akan diberikan akan dicatat dalam akun potongan
penjualan dengan bukti dengan bukti pencatatan berupa kwitansi tembusan atau
bukti kas masuk yang didalamnya dijelaskan jumlah potongan harga.
a.Waktu penerimaan pelunasan piutang tidak diberi potongan
b. Waktu penerimaan pelunasan piutang memberikan potongan
7. Rektur penjualan dan pengurangan harga
Retur penjaulan adalah pengembalian barang yang dijual oleh pembeli
kepada penjual barang karena barang yang dipesan tidak sesui dengan pesanan
atau rusak. Biasanya jika barang tidak dikembalikan,pembeli meminta
pengurangan harga. Bukti pencatatan rektur penjualan dan pengurangan harga
adalah nota kridit
8. Beban angkut penjualan
Beban angkut penjualan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pengiriman barang yang dijual. Biasanya ini dicatat dalam rekening biaya
angkut penjualan atau biaya pengiriman. Bukti pencatatan adalah faktur atau
kuitansi bukti kas keluar.
9. Persediaan barang dagangan
Persediaan barang dagangan adalah barang-barang dagangan yang ada
dalam persediaan yang sedang menunggu untuk dijual. Penataan dilakukan pada
akun persediaan barang dagangan. Bukti pencatatan untuk persedian barang dalah
bukti memorial. Cara pencatatan besarnya persediaan ada dua sistem:
a. Sistem periodik (periodik system)
Penentuan besarnya persedian dilakukan dengan mengadakan perhitungan
secara fisik terhadap persediaan barang yang ada pada akhir periode.
b. Sistem terus menerus (Perpetual System)
Sistem ini adalah pencatatan yang terus menerus mengikuti perubahan atas
persediaan dari awal periode.
10.Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan adalah harga beli ditambah dengan biayabiaya
yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh barang tersebut.
1.6.3. Syarat-syarat Pembayaran
Untuk setiap transaksi jual beli yang dilakukan secara kridit selalu diikuti
dengan jumlah syarat yang mengikat kedua belah pihak, begitu juga pada
transaksi pembelian jual beli secara tunai. Syarat-syarat ini berhubungan dengan
potongan tunai yaitu pada potongan pembelian dan potongan penjualan dan juga
jangka waktu kridit. Syarat-syarat yang sering dipakai adalah:
1. Misalnya: 2/10, n/30
Artinya adalah potongan sebesar 2% akan diberikan apabila pembeli
melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi,
sehingga pada jangka waktu kridit nominal yang diberikan adalah 30 hari.
2. EOM (End Of Month)
Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling lambat akhir bulan
dan bila lebih dari akhir bulan penjual tidak memberikan potongan tunai
pada pembeli.
Misal n/10, EOM : Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling
lambat 10 hari setelah akhir bulan,tanpa mendapat potongan tunai.
1.6.4. Syarat Penyerahan Barang
Syarat penjualan pada akta jual beli sering disebut adanya syarat
penyerahan. Syarat penyerahan merupakan kesepakatan penjual dengan pembeli
yang berhubungan dengan tempat barang yang akan diserahkan setelah terjadi
kecocokan harga. Beberapa syarat penyerahan yang biasa terjadi dalam dunia
usaha yaitu:
1. Prangko gudang jual (FOB Shipping Poin)
Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pihak
pembeli atau dengan kata lain barang diserahkan di gudang penjual.
2. Prangko gudang pembeli (FOB Destination Point)
Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual.
3. CIF (Cost Freight And Insurance)
Artinya pihak penjual menanggung biaya pengiriman barang dan premi
asuransi atas barang tersebut.
2.5 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan yang sangat
penting untuk menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan penerapan konsep
diri. Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin
dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya peran
aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi sebagai input
sekaligus calon output dan juga guru sebagai fasilitator.
Guru yang berfungsi sebagai fasilitator diharapkan mampu memanfaatkan
potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi
fasilitator akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan
berdasarkan langkah-langkah yang sistimatis dan luwes, yang memungkinkan
terjadinya revisi terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui
proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi.
Metode mengajar adalah sebuah teknik yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses belajar mengajar. Dengan
pemilihan metode pembelajaran yang baik akan muncul interaksi edukatif.
Interaksi edukatif ini timbul bila aktivitas siswa lebih besar dibandingkan dengan
aktivitas guru. Untuk mencapai proses belajar yang idial, hendaknya digunakan
variasi dalam mengunakan metode pembelajaran.
Mata pelajaran Akuntansi di SMK adalah bersifat wajib bagi siswa yang
memilih akuntansi sebagai jususan yang pilihannya. Ruang lingkup pelajaran
Akuntansi di kelas satu meliputi pengertian dasar dan siklus Akuntansi perusahaan
dagang. Dalam mempelajari siklus Akuntansi, pokok bahasan pencatatan transaksi
merupakan bagian yang sangat penting yang harus dipahami oleh siswa. Hal ini
disebabkan karena jika pada tahap ini siswa tidak bisa melakukan pencatatan
transaksi ke dalam jurnal secara baik, maka siswa akan mengalami kesulitan pada
tahap Akuntansi berikutnya. Bila dibandingkan dengan catatan Akuntansi lainnya,
pencatatan dalam jurnal diharapkan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
akan terjadi suatu transaksi lupa tercatat.
Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara mereka. Suatu kelas yang
mengunakan setting kelas kooperatif, siswanya lebih banyak belajar dari
teman-teman satu kelompok daripada dari guru. Konsekuensinya pengembangan
komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar
itu. Pembelajaran kooperatif secara bersama-sama membantu siswa dalam
pembelajaran akademik mereka. Siswa lebih memiliki kemungkinan mengunakan
tingkat berfikir yang lebih tinggi selama ataupun setelah diskusi dalam kelompok
kooperatif tipe STAD daripada mereka yang belajar secara individual atau
kompetitif. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode yang lama.
Pembelajaran klasikal yang selama ini digunakan adalah mengunakan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional terdiri dari metode
ceramah yang divariasikan dengan metode latihan, metode diskusi, metode tanya
jawab dan lain-lain. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya
betul-betul dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaan. Pemilihan metode
pembelajaran yang dianggap baik diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar yang baik pada siswa. Peningkatan prestasi belajar ini dilihat dari
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Dengan
menggunakan alat ukur berupa hasil tes.
Pembelajaran Akuntansi di kelas I SMK diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis transaksi keuangan yang
terjadi, kemudian dapat membedakan apakah transaksi tersebut masuk sisi debet
atau kridit dan pada akhirnya dapat memasukkan transaksi-tansaksi tersebut ke
dalam kolom-kolom jurnal khusus. Pembelajaran Akuntansi sangat cocok bila
diterapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui pembelajaraan
kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa akan memiliki keterampilan bekerjasama,
selain itu juga diharapkan akan timbul keterampilanketerampilan bersosialisasi,
keterampilan berbagi, keterampilan berperan serta dalam kelompok dan
keterampilan pembangun identitas kelompok dan rasa kesetiakawanan antar
anggota.
Keterampilan bersosialisasi, dalam hal ini melibatkan suatu perilaku yang
menjadikan sebuah hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang
bekerjasama dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, tanpa
mempersoalkan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tiap-tiap individu.
Sedangkan keterampilan berbagi, meliputi hal berbagi waktu dan bahan. Hal ini
akan mencegah kemungkinan siswa untuk merasa dirinya menjadi bos atas siswa
lainnya, berbicara tanpa henti dan mengerjakan sendiri seluruh pekerjaan
kelompoknya.
Keterampilan berbagi pada nantinya mengarahkan siswa untuk menguasai
keterampilan berperan serta dalam kelompok. Keterampilan berperan serta dalam
kelompok bertujuan melatih agar sejumlah siswa tidak mendominasi kegiatan
kelompoknya, sedangkan sebagian siswa lainnya bersikap pasif. Langkah yang
diajarkan dalam kelompok kooperatif tipe STAD adalah menyakinkan agar
siswa-siswa yang pemalu dimasukkan dalam kelompok yang terdiri dari siswa-siswa yang
mempunyai keterampilan sosial yang baik, sehingga diharapkan mereka nantinya
mampu belajar menampilkan tanggungjawab yang sama dalam melaksanakan
tugas dan akan membentuk identitas kelompok yang tangguh dan rasa
kesetiakawanan antar anggota.
Penguasaan keterampilan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
seperti keterampilan bekerjasama, bersosialisasi, berbagi, berperan serta aktif
dalam kelompok dan membengun investigasi kelompok dan rasa kesetiakawanan
anggota harus selalu dipupuk untuk dapat meningkatkan keberhasilan
pembelajaran Akuntansi. Penguasaaan keterampilan tersebut, akan mendorong
setiap anggota kelompok untuk saling bergantung satu dengan yang lainnya
melalui tugas-tugas kelompoknya, sehingga setiap butir soal dalam pokok bahasan
Akuntansi dapat dipecahkan secara bersama-sama.
Seluruh keberhasilan ataupun kegagalan anggota kelompok adalah
tanggungjawab bersama seluruh anggota kelompok. Seluruh anggota kelompok
dituntut dapat saling bahu membahu membantu bila ada anggota kelompoknya
yang belum mengerti tentang pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan
dagang seperti bagaimana cara menganalisis setiap transaksi yang terjadi, belum
mampu membedakan setiap sisi debet dan kridit dan mengalami kesulitan dalam
memasukkan setiap transaksi ke kolom-kolom jurnal khusus.
Salah satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam proses belajar adalah
motivasi belajar siswa. Motivasi sebagai factor inner (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari, menagrahkan perbuatan belajar. Motivsi dapat
menentukan baik tidaknya dalam pencapaian tujuan sehingga semakin besar
motivasi semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya
akan semakin giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah giat membaca
buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk menyelesaikan masalah.
Sebalinya meeka yang motivasinya lemah tampak tidak acuh, mudah putus asa,
perhatian tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu teman, dan sering
meninggalkan pelajaran sehingga banyak mengalami kesulitan belajar.
Skema 2 : Kerangka Berpikir
l Pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Motivasi belajar tinggi
Hasil Belajar
(Nilai)
1.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk di uji adalah :
1.7.1. Terdapat perbedaaan antara rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rata-rata
hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional
1.7.2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi
tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. 1.7.3. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang yang
memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe
1.7.4. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang memiliki
motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional.
1.7.5. Terdapat interaksi antara penggunaan model dan motivasi terhadap hasil
belajar siswa.