PEMBAHASAN
KONSEP MASYARAKAT DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM OLEH
TRI WISUDANI DAMANIK
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
WISUDANIDAMANIK12@GMAIL.COM
A. Pengertian Al-Umma.
Di dalam buku karangan Haris Hermawan dijelaskan bahwa masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah umma berasal dari kata „amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniatkeras („azima).Pengertian sepertiiniterdiriatas tiga artiyaitu “gerakan” dan “tujuan” serta “ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata „amma itu pada mulannya mencakup arti“kemajuan” maka tentunya memperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri atas empat arti yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan. Menurutal-Asfihanikata ummat diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama, baik perhimpunannya secara terpaksa atau kehendak mereka sendiri. Kata umat dalam Al-Qur‟an disebut sebanyak 52 kali dalam bentuk tunggal Al-Damighani yang merinci Sembilan pengertian yaitu kata panjang, kaum, pemimpin, generasi silam, umat Islam, orang-orang kafir, dan seluruh umat manusia.1
Dalam buku karangan Al Rasyidin kata masyarakat selalu dideskripsikan sebagai individu-individu manusia yang memiliki kesamaan, baik dalam karakteristik maupun tujuan. Boleh jadi pengertian tersebut diambil dari kosa kata Arabya itu Syaraka yang bisa berarti persekutuan, syirkah atau syarika yang bermakna persekutuan, persrikatan, perkumpulan, atau perhimpunan.2
1
Haris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama
Republik Indonesia, 2009), hlm. 50.
2
B. Unsur-Unsur Pembentuk Masyarakat.
Menurut Ali Syariati ada empat unsur yang membentuk masyarakat yaitu sebagai berikut: 1. Berhimpun nya sejumlah individu
2. Semua individu tersebut sepakat akan adanya tujuan yang sama
3. Setiap individu dalam kumpulan tersebut saling membantu dalam pencapaian tujuan yang sama
4. Adanya kepemimpinan yang sama yang disepakati secara bersama.3
C. Karakteristik Masyarakat Muslim.
Didalam buku karangan Al Rasyidin dipaparkan bahwa karakteristik masyarakat Muslim adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat yang sepenuhnya dilandasi oleh keimanan yang kokoh. Keimanan itu berfungsi sebagai pendorong sekaligus penyeimbang dalam segala proses kemajuan yang terjadi dalam masyarakat. Disamping itu, dengan keimanannya , masyarakat tersebut akan kemuliaan dan ketinggian.
2. Masyarakat dimana masing-masing anggotanya bekerjasama untuk saling memerintahkan kepada yang ma‟ruf atau segala bentuk kebaikan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
3. Masyarakat yang anggotanya senantiasa berikhtiar untuk mencegah setiap kemungkaran, yaitu segala bentuk pelanggaran terhadap yang ma‟ruf.
4. Masyarakat yang anggotanya menjadikan musyawarah sebagai salah satu pilar penyangga kehidupan masyarakat.
5. Masyarakat yang menegakkan nilai-nilai keadilan, sebagai bahagian dari yang ma‟ruf. 6. Masyarakat dimana didalamnya tercipta persaudaraan sesamawarga masyarakat.
Persaudaraan tersebut bukan hanya sebatas sesame Muslim, tetapi mencakup Ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah „ubudiyyah (persaudaraan dalam ketundukan kepada Allah),
3
Ukhuwah wathahiyyah wa al-nasab (persaudaraan sebangsa dan seketurunan), ukhuwah fidin al-Islam (persaudaraan antar sesame Muslim).4
D. Peran Masyarakat Muslim Terhadap Pendidikan Islam.
Dalam filsafat pendidikan Islam, masyarakat dituntut untuk berpikir dan bertindak secara bijak. Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya dialam semesta, baik sebagai syahid Allah, „abd Allah, maupun khalifah Allah. Dalam kontek sini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana manusia untuk dijadikah bersyahadah akan keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah penunaian fungsi sebagai makhluk seperti ibadah dan pelaksanaan tugas-tugas sebagai khalifah. Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi pendidikan. Yakni tempat dimana manusi di didik, dibina, dilatih dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya. Karena alam ini bukan hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib, maka sebagai wilayah satu di objek telaah pendidikan Islam tidak hanya berkaitan dengan gejala-gejala yang dapat diamati, tetapi juga mencakup segala sesuatu yang tidak dapat diamati. Melalui proses pendidikan dialam semesta inilah, kelak Allah akan menilai siapa diantara hamba-Nya yang mampu meraih prestasi terbaik. Pendidikan Islam berfungsi mengarahkan para pendidik
dalam membina generasi penerus yang mandiri, cerdas, dan berkepribadian.5
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Haris. , 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Al Rasyidin. 2008. Falsafah pendidikan Islam. Bandung: Cita pustaka Media Perintis.
Napitupulu, Dedi Sahputra. 2017. Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Tazkiya: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.VI, No.1.
4
Ibid,hlm,35-36.
5