SURYA
1
Vol.02, No XV Agustus 2013PERBEDAAN
HOTFLUSH
SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TERAPI AIR
HANGAT PADA IBU
MENOPAUSE
DI DUSUN BANJARWATI DESA BANJARWATI
KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Umi Kholifah, Sulistiyowati
…………...……….…… …… . .….ABSTRAK…… …...………. …… …… . .….
Hotflush merupakan masalah yang sering timbul ketika seseorang wanita berada di masa menopause. Dari survei awal didapatkan hampir 70% wanita menopause mengalami Hotflush. Masalah pada penelitian ini adalah masih banyaknya ibu menopause yang mengalami Hotflush.
Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperiment , dengan One Group Pretest-Postest Design. Populasinya adalah ibu menopause yang mengalami Hotflush di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan pada Maret 2013 dan besar sampel 48 responden dengan tekhnik Consecutive sampling .Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Hotflush. Data penelitian ini diambil melalui wawancara tentang rasa panas atau Hotflush yang dirasakan sebelum dan sesudah diberikan terapi air hangat selama 7 hari pada pagi hari. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat kemaknaan α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sebelum perlakuan hampir setengahnya wanita menopause mengalami Hotflush sedang yaitu sebanyak 20 responden atau 41,7% dan sesudah perlakuan sebagian besar dari responden sudah tidak mengalami Hotflush sesudah diberikan terapi air hangat yaitu sebanyak 25 responden atau 52,1%. Terdapat perbedaan Hotflush sebelum dan sesudah diberikan terapi air hangat pada ibu menopause, nilai p 0,000.
Melihat hasil penelitian ini maka dianjurkan untuk para ibu menopause yang mengalami Hotflush mencoba terapi air hangat untuk mengurangi Hotflush tersebut.
Kata kunci : Hotflush, Menopause, Air hangat
PENDAHULUAN. …… . … … .
Siklus kehidupan wanita terbagi atas tiga masa yakni pra pubertas, pubertas, dan menopause. Memasuki masa menopause merupakan proses alamiah yang berarti seseorang tersebut telah melalui dua masa transisi yaitu masa transisi dari pra pubertas menjadi pubertas dan pubertas menjadi menopause. Tiga masa ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa menopause berarti reproduksi seorang wanita akan mengalami kemunduran ( Wahyudi Nugroho, 2008).
Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun,
tepatnya umur antara 40-55 tahun. Kondisi ini merupakan suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur seorang wanita, dikatakan menopause bila siklus menstruasinya telah berhenti selama 1 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Eny Kusmiran , 2011).
SURYA
2
Vol.02, No XV Agustus 2013 durasi hotflush beragam antara wanita yangsatu dengan wanita yang lain. Hot flush yang terjadi dimalam hari sering menimbulkan keringat yang berlebih dan hal ini dapat berlangsung setiap malam sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan keringat yang berlebih ini yang menganggu kenyamanan seseorang untuk beristirahat maka sering sekali wanita yang mengalami hot flush tidak bisa tidur atau insomnia (Andrews Gilly, 2009).
Diperkirakan pada tahun 2030, jumlah perempuan di dunia yang memasuki masa menopause mencapai 1,2 milyar orang. Saat ini Indonesia baru mempunyai 14 juta orang menopause. Menurut pandangan penduduk Indonesia tahun 1995-2008 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk perempuan berusia diatas 50 tahun adalah 15,9 juta orang dan pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan menopause (BKKBN, 2006). Di Jawa Timur jumlah wanita menopause telah mencapai 30 juta jiwa yang merupakan angka tinggi (Azinar,2009). Untuk Kabupaten Lamongan jumlah ibu menopause 436.092 (67,42%) dari 834.132 jiwa (DinKes Kab. Lamongan). Fakta lapangan menemukan bahwa 75% wanita yang mengalami menopause akan merasakan masalah hot flush yang sering diikuti dengan kenaikan suhu tubuh secara tiba-tiba sedangkan sekitar 25% lainnya tidak mempermasalahkan (Achadiat, 2003). Menurut penelitian yang sudah ada menyatakan bahwa dari 30 ibu menopause 22 diantaranya mengalami hotflush (Dina Indriyanti, 2010).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2013 di Desa Banjarwati kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, didapatkan 10 ibu menopause diantaranya 7 (70%) ibu mengalami gangguan seperti perasaan panas malam hari serta kulit kemerahan, sedangkan 3 (30%) ibu menopause tidak mengalami gangguan apapun. Dari data diatas maka masalah penelitian ini adalah masih banyaknya ibu menopause yang mengalami hotflush.
Faktor yang memicu hotflush ini diantaranya stress, cuaca panas,dan maknan
berbumbu tajam. Stress dapat menyebabkan kelenjar hipothalamus melepaskan hormon adrenalin dan kortisol melalui kelenjar adrenal sehingga menyebabkan reaksi metabolisme tertentu salah satunya adlaha peningkatan suhu, kemudian cuaca panas juga memicu hotflush karena cuaca akan meningkatkan suhu tubuh yang berujung pada keluarnya keringat, selain itu makanan berbumbu tajam juga bisa karena makanan yang berbumbu tajam mengandung panas dan dapat diserap oleh aliran darah dan dibawa keseluruh tubuh, walaupun sebagian besar timbul tanpa faktor pemicu apapun (Anna Glassier, 2005).
Penyebab dan mekanisme fisiologis pasti yang mendasari masih belum jelas, tetapi diduga neurotransmiter hipotalamik berubah akibat kehilangan umpan balik negatif dari estrogen. Penurunan fluktuasi konsentrasi estradiol dan peningkatan noreepinefrin menstimulasi pusat termoregulasi di hipothalamus dan memicu vasodilatasi kulit berkeringat disertai meningkatnya suhu kulit sampai sebanyak 5˚C (Anna Glassier, 2005).
Dampak dari kondisi ini secara psikis akan tergangggu seperti gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, perubahan alam perasaan, bahkan gejala fisik seperti sakit kepala dan kelemahan (Andrews Gilly, 2009).
SURYA
3
Vol.02, No XV Agustus 2013 Karena banyaknya ibu menopauseyang mengalami hotflush maka penulis terdorong untuk mengadakan studi penelitian pokok permasalahan “Perbedaan Hotflush Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi air Hangat pada Ibu Menopause“
METODE .PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah Study Pre-Eksperimen (One Group Pratest-Postest Design) yaitu rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dialkuakn observasi pertama atau pretest yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen atau Program (Soekidjo Notoadmodjo, 2005)
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan Hotflush sebelum dan sesudah diberikan terapi air hangat pada ibu Menopause di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
HASIL.PENELITIAN … 1. Data Umum
1). Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Umur Frek. Prosentase (%) 1.
2.
48-55 tahun 56-60 tahun
10 38
20,8 79,2
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 1. tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruhnhya (79,2%) responden berusia 56-60 tahun yaitu sebanyak 38 responden.
2). Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%) 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Ibu Rumah Tangga Petani Pedagang Swasta Wiraswasta PNS
7
8 13 10 4 6
14,6
16,7 27,1 20,8 8,3 12,5
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa hampir setengahnya (27,1%) dari responden bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 13 responden dan sebagian kecil (8,3%) responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 4 responden.
3). Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) 1.
2. 3. 4.
SD SMP SMA
PT/SARJANA
4 10 20 14
8,3 20,8 41,7 29,2
Jumlah 48 100
SURYA
4
Vol.02, No XV Agustus 2013 4) Distribusi Responden BerdasarkanPendamping Saat dirumah
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendamping Saat Dirumah Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Pendamping Dirumah
Frekuensi Prosentase (%)
Berdasarkan tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah (33,3%) dari 48 responden yang mendampinginya saat dirumah adalah suami, anak dan cucu yaitu sebanyak 16 responden dan sebagian kecil (4,2%) responden yang mendampingi saat dirumah adalah lainnya (keponakan) yaitu sebanyak 2 responden.
2. Data Khusus
1). Hotflush Sebelum Pemberian Terapi Air Hangat
Tabel 5. Nilai Hotflush Pada Wanita Menopause Sebelum Diberikan Terapi Air Hangat Pada Ibu Menopause Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Klasifikasi Hotflush
Jumlah Prosentase (%)
Hotflush Ringan
Hotflush Sedang
Hotflush Berat
0
Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 48 responden hampir setengahnya (41,7%) wanita menopause mengalami Hotflush sedang sebelum diberikan terapi air hangat yaitu sebanyak 20 responden dan sebagian kecil (22,9%)
mengalami Hotflush Berat yaitu sebanyak 11 responden.
2). Hotflush Sesudah Pemberian Terapi Air Hangat
Tabel 6. Nilai Hotflush Pada Wanita Menopause Sesudah Diberikan Terapi Air Hangat Pada Ibu Menopause Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Klasifikasi Hotflush
Jumlah Prosentase (%)
Hotflush Ringan
Hotflush Sedang
Hotflush Berat
25
Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 48 responden sebagian besar (52,1%) dari responden sudah tidak mengalami Hotflush sesudah diberikan terapi air hangat yaitu sebanyak 25 responden dan sebagian kecil (12,5%) masih mengalami Hotflush Ringan yaitu sebanyak 6 responden.
2). Perbedaan Hotflush Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Air Hangat Tabel 7. Nilai Hotflush Pada Wanita Menopause Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Air Hangat Pada Ibu Menopause Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2013
No Hotflush
Sebelum
Hotflush Sesudah
SURYA
5
Vol.02, No XV Agustus 2013 Berdasarkan tabel 7 tersebut di atasdapat disimpulkan bahwa dari 20 responden sebelum perlakuan mengalami Hotflush sedang, sebagian besar (70%) tidak mengalami Hotflush sesudah perlakuan yaitu sebanyak 14 responden. Dan dari 11 responden sebelum perlakuan mengalami Hotflush berat , sebagian besar (63,6%) tidak mengalami Hotflush sesudah perlakuan yaitu sebanyak 7 responden.
Hasil dari uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan SPSS 16,0 yang sebelumnya dilakukan uji Kolmogorove Smirnove yang bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari data normal atau tidak didapatkan bahwasanya nilai Z= -3,515 dan p 0,000 dimana p < 0,05, sehingga H1 diterima yang artinya terdapat perbedan Hotflush sebelum dan sesudah diberikan terapi air hangat pada wanita menopause di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Jadi, jika diberikan terapi air hangat Hotflush akan mengalami penurunan dan jika tidak diberikan terapi air hangat kemungkinan Hotflush akan mengalami peningkatan.
PEMBAHASAN DAN SARAN. … 1) Hotflush Pada wanita Menopause
Sebelum Pemberian Terapi Air Hangat Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 48 Ibu Menopause hampir setengahnya (41,7%) mengalami Hotflush sedang sebelum diberikan terapi air hangat . Menurut Fitria Istanti (2006) mengatakan Hotflush sedang merupakan dampak dari penurunan hormone yang mana perasaan panas ini dirasakan pada daerah muka, tubuh bagian atas (dada dan leher). Hotflush sedang banyak terjadi pada ibu Menopause karena saat menstruasi terhenti rasa panas yang dialami sering berawal mulai dari wajah,leher,dada, dan tubuh bagian atas yang mana bagian-bagian tersebut tergolong dalam Hotflush sedang. Kemungkinan Hotflush tersebut dipengaruhi oleh faktor usia dan pekerjaan wanita menopause.
Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (79,2%) wanita menopause yang mengalami Hotflush berusia 56-60 tahun yaitu sebanyak 38 ibu menopause .Usia 56-60 tahun merupakan usia memasuki masa menopause yang mana pada usia tersebut terjadi perubahan dan keluhan psikologis dan fisik sangat menonjol dikarenakan terhentinya menstruasi salah satunya keluhan rasa panas atau Hotflush. Menurut Andrews Gilly (2009) menyatakan Hotflush bisa dipicu akibat menurunnya estrogen serta peningkatan FSH yang menyebabkan melebarnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan semburan rasa panas atau Hotflush .
SURYA
6
Vol.02, No XV Agustus 2013 2) Hotflush Pada wanita MenopauseSesudah Pemberian Terapi Air Hangat Di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 48 ibu menopause sebagian besar 952,1%) sudah tidak mengalami Hotflush sesudah diberikan terapi air hangat. Terapi air hangat sangat baik karena bisa menimbulkan efek relaksasi sehingga bisa mengurangi Hotflush. Menurut Potter Patricia A (2005) menyatakan air hangat bisa mengurangi panas akibat penurunan hormone serta mengurangi keringat malam akibat vasodilatasi. Kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pendamping saat dirumah.
Berdasarkan tabel 3 hampir setengahnya (41,7%) ibu menopause tingkat pendidikannya adalah SMA yaitu sebanyak 20 ibu menopause . SMA merupakan pendidikan yang cukup untuk seseorang mudah dalam memahami dan menerima informasi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga seseorang tersebut akan lebih mudah diberi informasi guna penanganan Hotflush. Menurut Herman (2009). Menytatakan seseorang yang berpendidikan lebih tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima informasi tentang upaya yang dapat dilakukan dalam penanganan Hotflush. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang berpendidikan lebih rendah kemungkinan akan lebih sulit untuk menerima informasi, selain itu seseorang yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk dimotivasi dalam melakukan hal yang baru demi kesehatan.
Faktor selanjutnya yang
mempengaruhi Hotflush sesudah pemberian
terapi yaitu pendamping saat
dirumah .Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar (33,3%) ibu menopause yang mendampinginya saat dirumah adalah suami, anak, dan cucu yaitu sebanyak 16 ibu menopause . Hotflush tidak akan dirasakan pada malam hari ketika wanita menopause tidur dalam perasaan bahagia dengan adanya perhatian dari orang-orang sekitar. Menurut
Herawati Mansyur (2009) menyatakan ketika seseorang menjadi dewasa dan pada waktunya mereka harus menikah orang tua tentunya akan merasa senang karena kewajibannya telah selesai dalam mengasuh anak, tetapi dalam kesenangan itu ada perasaan kehilangan dan dengan adanya pendamping saat dirumah inilah yang menjadi pengobat lara untuk mengobati stress yang bisa menjadikan Hotflush yang mempengaruhi ketidaknyamanan ibu pada masa menopause.
3) Perbedaan Hotflush Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi air hangat Pada Wanita Menopause Di Dususn Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten lamongan.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan hasil dari uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan SPSS 16,0 didapatkan nilai p 0,000 dimana p < 0.05, dan nilai Z -3,515 sehingga H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan Hotflush sebelum dam sesudah diberikan terapi air hangat pada wanita menopause di Dususn Banjarwati Desa banjarwati Kecamatan paciran kabupaten lamongan. Jadi, semakin berat Hotflush yang dirasakan ibu menopause sebelum diberikan terapi maka semakin berkurang Hotflush tersebut sesudah diberikan terapi air hangat di Dususn Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan,
SURYA
7
Vol.02, No XV Agustus 2013 panas juga bisa meningkatkan relaksasi danmengurangi panas akibat penurunan hormon serta mengurangi keringat malam akibat vasodilatasi dibawah kulit. Meningkatkan pengiriman, pergerakan nutrisi dan pembuangan zat sisa dari jaringan tertentu (Potter Patricia A, 2005).
Kesimpulannya terapi air hangat dapat mengurangi Hotflush dengan efek panas yang ditimbulkan dari terapi air hangat tersebut yang mampu menjadikan relaksasi tanpa perlu dikhawatirkan dampak yang akan terjadi pada tubuh asalkan air hangat yang digunakan sesuai dengan teori yaitu tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
KESIMPULAN DAN SARAN. …
1. Simpulan
1) Hampir setengah wanita menopause di Dusun Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan mengalami Hotflush sedang sebelum diberikan terapi air hangat . 2) Sebagian besar wanita menopause di
Dususn Banjarwati Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sudah tidak mengalami Hotflush sesudah diberikan terapi air hangat.
3) Terdapat perbedaan Hotflush pada wanita menopause sebelum dan sesudah diberikan terapi air hangat di Dususn Banjarwati desa Banjarwati Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan .
2. Saran
Merupakan sumbangan ilmu bagi pengetahuan khususnya dalam hal manfaat pemberian terapi air hangat pada ibu menopause yang mengalami Hotflush dan sebagai sarana pembanding bagi ilmu pengetahuan dalam memperkaya khasanah informasi masalah tersebut.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pengaruh pemberian terapi air hangat pada ibu menopause yang mengalami Hotflush serta menambah kemampuan penulis dalam membuat penelitian.
Jangan takut untuk mencoba hal yang baru dalam terapi penyembuhan suatu
keluhan dengan menggunakan sesuatu yang alamiah serta tidak membawa dampak buruk untuk tubuh khususnya menurunkan Hotflush yang sering dialami ibu menopause yaitu dengan terapi air hangat selain murah, praktis juga mudah untuk diterapkan.
DAFTARPUSTAKA . .
Achadiat . 2003 . Hotflush pada Menopause . http.//www.menopauseku.com diakses pada tanggal 3 Febuari 2013
Ahmad Watik P . 2010. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali Baziad. 2003 . Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat.
http//www.diskes.jabarprov.go.id. diakses pada taggal 3 februari 2013
Andrews Gilly . 2009 . Buku Ajar Kesehatan Reproduksi wanita . Jakarta : EGC
Angila. 2010. Indra manusia menopause. http.//www.menopauseku.com. diakses pada tanggal 3 februari 2013
Anna Glassier . 2005 . Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta : EGC
Azinar .2009. Menopause JawaTimur. http.//www.menopausejatim.co.id. diakses pada tanggal 3 februari 2013
Bambang . Terapi Mandi Air Hangat . www.//http.mandiairhangatnyaman .co.id. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2013
BKKBN.2006.Jumlah menopause di Indonesia. http.//www.BKKBN doc.menopause.com. Diakses pada tanggal 3 Februari 2009
SURYA
8
Vol.02, No XV Agustus 2013 Citra Anditha .2012.Hormone menopausedan akibatnya.
http.//www.ibumeno
pauseindonesia.com. Diakses pada tanggal 3 februari 2013.
Deborah . 2006 . patofisiologi menopause . http//www.indonesiapintar.
com/pdfbab1. Diakses pada tanggal 3 februari 2013
Din.Kes. Kab. Lamongan . 2011 . Jumlah Ibu Menopause di lamongan . http.//www.menopauselamongan. co.id. diakses pada tanggal 3 Februari 2013
Dina Indriyanti , 2010 . Menopause , http//www.kabarindonesia.com. diakses pada tanggal 3 februari 2013
Eny Kusmiran . 2011 . Kesehatan Reproduksi Femaja dan Wanita . Jakarta : Salemba Medika
Farida Siswoyo . 2007 . Perbedaan Hotflush sebelum dan sesudah pemberian TSH (Terapi Sulih Hormone) Pada ibu Menopause di Desa Sirian Lumajang . SKRIPSI Fakultas Farmasi UMM.
Fitria Istanti . 2006. Klasifikasi hotflush. http.//hotflushibumenopause.ci.id. diakses pada tanggal 3 februari 2013
Herawati Mansur . 2009 . Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan . Jakarta : Salemba Medika
Herman Sudarwanto . 2009 . Hotflush dan Menopause. http.//menopause.com. diakses pada tanggal 21 Juli 2013
Hidayat, A . Aziz Alimul . 2007 . metodelogi Penenlitian Kebidanan dan Tekhnik Analisa Data . Jakarta:Salemba Medika
Ida Ayu Chandranita Manuaba . 2010 . ilmu
Kebidanan penyakit,
kandungan,dan KB untuk pendidikan Bidan . Jakarta:EGC
Irawati . 2004 .Tinjauan Psikologi Masalah Menopause dan Andropause. www.usu.ac.id/files/artikel.
Diakses pada tanggal 3 februari 2013.
Lailiyanah .2010. Gizi Kesehatan Reproduksi . Jakarta : EGC
Musrifatul M dan Aziz Alimul . 2006 . Konsep Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: EGC
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian Cetakan Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia
Nursalam.(2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A . 2005 . Buku Ajar Fundamental
Keperawatan:Konsep , Proses , dan Praktik . Jakarta : EGC
Prasetyo, Bambang. 2006. Metode Penelitian Kuntitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sinclair Constance . 2009 . Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC
Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sugiono . 2010 . Metodelogi Penelitian Kualitatif Dan Kuantittatif . Jakarta: EGC