• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ranto Sitohang Promosi PROMOSI KEPARIWIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ranto Sitohang Promosi PROMOSI KEPARIWIS"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PROMOSI KEPARIWISATAAN DAN PENINGKATAN

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN

( Studi Korelasional Tentang Efektivitas Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir )

SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Komunikasi

Diajukan Oleh

RANTO SITOHANG

040904050

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Promosi Kepariwisataan dan Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan (Studi Korelasional tentang Efektivitas Kampanye Visit

Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan

Mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan antara kampanye Visit

Indonesia Year 2008 terhadap peningkatkan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan asing/mancanegara yang berkunjung di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, yang berjumlah 12.008 orang pada tahun 2007. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro

Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah

sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling (Sampel Takterduga).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan rumus SPSS versi 15.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,761. Untuk melihat kuat

lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya adalah terdapat hubungan yang tinggi antara kampanye

Visit Indonesia Year 2008 dengan peningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Dalam hal ini, Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti media promosi

(3)

DAFTAR ISI

I.2 Perumusan Masalah ……….……

I.3 Pembatasan Masalah ……….……

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….

I.4.1 Tujuan Penelitian ……….……

I.4.2 Manfaat Penelitian ……….……

I.5 Kerangka Teori ……….……

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif ……… I.5.2 Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Wisatawan …… I.5.3 Program Visit Indonesia Year 2008 ………

I.5.4 Teori AIDDA ……….……

I.6 Kerangka Konsep ……….……

I.7 Model Teoritis ……….……

I.8 Variabel Operasional ……….……

I.9 Defenisi Operasional ……….……

I.10 Hipotesa ……….……

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif ………

II.1.1 Sifat Komunikasi ……….……

II.1.2 Tujuan Komunikasi ……….……

II.1.3 Fungsi Komunikasi ……….……

II.1.4 Teknik Komunikasi ……….……

II.2 Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Wisatawan ………

II.2.1 Jenis Pariwisata ……….……

II.2.2 Promosi Pariwisata dan Wisatawan ……… II.3 Prongram Visit Indonesia Year 2008 ………

II.3.1 Makna Logo Visit Indonesia Year 2008 …………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….……

III.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam ………

III.2 Metode Penelitian ……….……

III.3 Populasi dan Sampel ……….……

III.3.1 Populasi ……….……

(4)

III.3.3 Teknik Penarikan Sampel ……….

III.4 Teknik Pengumpulan Data ……….…

III. 5 Teknik Analisa Data ……….……

III.5.1 Analisis Tabel Tunggal ……….

III.5.3 Uji Hipotesa ……….……

III. 6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ………

III.6.1 Tahap Awal ……….……

III.6.2 Pengumpulan Data ……….……

III.7 Proses Pengolahan Data ……….……

BAB IV PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Tabel Tunggal ……….……

IV.1.1 Karakteristik Responden ……….…

IV.1.2 Kampanye Visit Indonesia Year 2008 ……… IV.1.3 Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan …………

IV.2 Analisis Tabel Silang ……….……

IV.3 Uji Hipotesis ……….……

IV.4 Pembahasan ……….……

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ……….……

V.2 Saran ……….……

DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Oprasional Variabel ... 24

Tabel 3.1 : Jumlah Hotel/Penginapan ... 68

Tabel 3.2 : Arus Kunjungan Wisatawan ke Samosir Tahun 2003 s/d 2007 ... 69

Tabel 3.3 : Arus Kunjungan Wisatawan ke Samosir Tahun 2007/Per Bulan ... 71

Tabel 4.7 : Tingkat Pengetahuan Responden tentang VIY 2008 ... 83

Tabel 4.8 : Media yang Digunakan Responden untuk Mengetahui Kampanye VIY 2008 ... 84

Tabel 4.9 : Tingkat Ketertarikan Responden terhadap Kampanye VIY 2008 ... 85

Tabel 4.10 : Ketepatan Pemilihan Tema “Celebrating 100 Years of National Awakening” dalam kampanye Visit Indonesia Year 2008 ... 86

Tabel 4.11 : Tingkat Keseringan Responden Menggunakan Materials Promotion Brochure ... 87

Tabel 4.12 : Tingkat Keseringan Responden Menggunakan Materials Promotion Tourism map ... 88

Tabel 4.13 : Tingkat Keseringan Responden Menggunakan Materials Promotion Guidebook ... 89

Tabel 4.14 : Tingkat Keseringan Responden Menggunakan Materials Promotion Exhibition ... 90

Tabel 4.15 : Tingkat Keseringan Responden Menggunakan Materials Promotion Internet ... 91

Tabel 4.16 : Kepercayaan Terhadap Isi Pesan dalam Materials Promotion ... 92

Tabel 4.17 : Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Desain Materials Promotion Brochure ... 93

Tabel 4.18 : Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Desain Materials Promotion Tourism ... 94

Tabel 4.19 : Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Desain Materials Promotion Guidebook ... 95

Tabel 4.20 : Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Desain Materials Promotion Exhibition ... 96

(6)

Promotion VIY 2008 ... 98 Tabel 4.23 : Tingkat Pengetahuan Responden

Terhadap Objek Wisata Indonesia Setelah Membaca

Materials Promotion ... 99 Tabel 4.24 : Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Responden Terhadap Informasi

Wisata Melalui Materials Promotion ... 100 Tabel 4.25 : Manfaat Informasi Wisata yang Disajikan dalam

Materials promotion VIY 2008 ... 102 Tabel 4.26 : Tingkat Kejelasan Pesan dalam

Materials Promotion Brochure ... 103 Tabel 4.27 : Tingkat Kejelasan Pesan dalam Materials

Promotion Tourism map ... 104 Tabel 4.28 : Tingkat Kejelasan Pesan dalam Materials

Promotion Guidebook ... 105 Tabel 4.29 : Tingkat Kejelasan Pesan dalam Materials

Promotion Exhibition ... 106 Tabel 4.30 : Tingkat Kejelasan Pesan dalam Materials

Promotion Internet ... 107 Tabel 4.31 : Pengertian Terhadap Maksud

Pesan yang Disampaikan ... 108 Tabel 4.32 : Nilai dari Pesan yang Disampaikan ...

109 Tabel 4.33 : Menarik Perhatian Responden

untuk Berwisata ... 110 Tabel 4.34 : Memunculkan Kebutuhan Responden

untuk Berwisata ... 111 Tabel 4.35 : Termotivasi untuk Mencari Informasi yang Dibutuhkan untuk

Berwisata ... 112 Tabel 4.36 : Memunculkan Keinginan yang Kuat

untuk Berwisata ... 114 Tabel 4.37 : Memutuskan untuk Berwisata ...

115 Tabel 4.38 : Melakukan Tindakan/Kunjungan Wisata ...

(7)

Tabel 4.39 : Berwisata ke Tuktuk Siadong Setelah Adanya Kampanye Visit Indonesia Year 2008 ...

118 Tabel 4.40 : Hubungan antara Ketertarikan Terhadap Kampanye Visit Indonesia

Year 2008 dengan Motivasi

Mencari Informasi Lain ... 120 Tabel 4.41 : Hubungan antara Kepercayaan Terhadap Isi Pesan dengan

Ketertarikan Akan Perhatian Terhadap Objek Wisata yang Ditawarkan ...

122 Tabel 4.42 : Hubungan antara Peningkatan Pengetahuan Terhadap Tuktuk

Siadong Setelah Menggunakan Materials Promotion dengan Melakukan Kunjungan Wisata ...

124 Tabel 4.43 : Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan Informasi dengan

Memunculkan Kebutuhan untuk Berwisata ... 126 Tabel 4.44 : Hubungan antara Kegunaan Materials Promotion dengan

Keputusan untuk Melakukan Kunjungan Wisata ...

128 Tabel 4.45 : Hubungan antara Pengertian Terhadap Maksud Pesan dalam

Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dengan Memunculkan Keinginan yang Kuat untuk Berwisata ...

130 Tabel 4.46 : Hasil Uji Korelasi Spearman dengan Menggunakan Piranti Lunak

SPSS versi 15.0 ... 132

Daftar Gambar

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia yang cukup pesat,

mengakibatkan kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan perjalanan.

Terlebih lagi perjalanan yang dilakukan bukan sekedar hiburan, akan tetapi

mempunyai tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar

terhadap pribadi, keluarga, maupun lingkungannya dalam dekade terakhir ini.

Adapun setiap perjalanan yang dilakukan tersebut tidak lain adalah karena

manusia ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang beraneka ragam.

Salah satunya adalah dengan mencari pengalaman wisata atau bersantai, yaitu

melarikan diri dari lingkungan yang sifatnya rutin dan stress, kemudian mencari

kesempatan megadakan rekreasi demi kepuasan batin yang diperoleh.

Menurut Dann (dalam Ross, 1998 : 31) ada dua faktor atau tahap dalam keputusan

untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong (faktor yang membuat kita

ingin bepergian) dan faktor penarik (faktor yang mempengaruhi ke mana kita akan

pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian). Jadi, terlihat bahwa manusia

menumbuhkan kebutuhan dalam dirinya untuk melakukan interaksi sosial yang

tidak ditemui di tempat tinggalnya sehingga ada kebutuhan untuk pergi jauh dari

lingkungan rumah.

Sedangkan Krippendorf mengemukakan alasan atau motif lainnya adalah karena

ulangan dari semua alasan yang ditampilkan dalam iklan dan yang diulang-ulang

(9)

Dengan penyampaian informasi yang diulang-ulang tersebut maka calon

wisatawan secara lebih rinci mengetahui tentang daya tarik yang dimiliki oleh

suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu. Dengan perkataan lain bahwa tidak

mungkin suatu DTW dikenal dan dapat dikunjungi jika tidak dipromosikan

kepada khalayak.

Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Kekayaan yang bukan semata-mata

karena potensi sumber daya alam berlimpah, melainkan juga aneka ragam

adat-istiadat, budaya, dan keindahan alamnya. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik di daratan

maupun di udara atau perairan.

Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang amat penting bagi

pengembangan kepariwisataan. Bila potensi berupa keanekaragaman hayati,

keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam

yang spesifik, peninggalan sejarah dan budaya itu dimanfaatkan secara optimal,

rakyat Indonesia tidak akan terpuruk seperti sekarang ini.

Pemerintah seyogianya meletakkan sektor pariwisata bersama-sama potensi

sumber daya alam lain yang menjadi andalan ekspor pada baris depan basis

ekonomi. Tujuannya, menggenjot roda perekonomian yang sangat bermanfaat

bagi peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Namun, harapan itu

belum juga menjadi kenyataan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Indonesia malah anjlok 13 persen selama Oktober 2006, jika

(10)

tahun 2007 dengan total wisatawan mancanegara sebanyak 5,5 juta orang.

(http:

Baru-baru ini, pemerintah Indonesia menggalakkan program pariwisata yang

dinamakan Visit Indonesia Year 2008. Secara garis besar, program ini bertujuan

untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar berkunjung ke

tempat-tempat wisata di Indonesia. Melalui program ini, pemerintah berharap

dapat memajukan Indonesia melalui sektor pariwisata dan promosi budaya.

Bahkan pemerintah Indonesia sendiri menargetkan akan menarik sekitar 7 juta

wisatawan tahun 2008 ini.

Berbagai kegiatan dan promosi pun dilakukan. Filosofi yang mendasari kampanye

ini adalah memikat orang luar sebanyak mungkin untuk datang ke Indonesia.

Karena itu, Indonesia harus mendandani diri. Benefit-nya jelas, semakin banyak

orang luar datang ke Indonesia, semakin banyak pula dolar (devisa) yang mengalir

ke sini. Karena itu, kehidupan masyarakat akan semakin membaik. Hal ini terkait

dengan kemajuan pariwisata suatu daerah, semakin maju industri kepariwisataan

di daerah masing-masing, maka akan semakin sejahtera kehidupan masyarakatnya

khususnya yang menggantungkan kehidupannya dari sektor pariwisata.

Menyambut Visit Indonesia Year 2008 yang bertepatan dengan momen 100 Tahun

Kebangkitan Nasional, pemerintah menyiapkan 100 kegiatan wisata di

daerah-daerah yang menjadi Daerah Tujuan Wisata Utama (DTU) Indonesia, diantaranya

Bali, Yogyakarta, Sumbar, Sulsel, NTB, Sumut, Sumsel, Kepri, Kaltim dan Papua

(10 besar destinasi unggulan Indonesia).(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(11)

Dengan ditetapkannya Sumatera Utara menjadi 10 destinasi unggulan, maka

diharapkan kepada para stakeholder pariwisata di Sumut agar semakin serius

membangun dunia pariwisata dengan menggelar berbagai kegiatan (tahun ini

dengan menggelar Pesta Danau Toba). Sebab saat ini, sektor pariwisata sudah

semakin membaik dengan indikator semakin meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara (Wisman) berkunjung ke Sumut dari tahun ke tahun. Hal ini mulai

menunjukkan hasil dengan semakin meningkatnya angka kunjungan wisatawan

asing yang berkunjung ke Sumatera Utara khususnya Samosir.(Dinas Pariwisata,

Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

(

)

Target kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) Sumut pada tahun 2008

sebanyak 163.000 orang, sementara jumlah kunjungan Wisman dari berbagai

negara ke Sumut pada semester pertama 2008 sebanyak 145.000 orang (artinya

tinggal 18.000 wisman lagi untuk memenuhi target), sementara masih ada sekitar

satu semester lagi untuk mengejar jumlah wisman yang lebih banyak. Sumut

pernah mengalami kejayaan dimana jumlah wisatawan mencapai jutaan orang,

tapi pada tahun 1997 terjadi krisis moneter, situasi tidak kondusif sehingga

mengakibatkan sektor pariwisata terpuruk dan itu ditandai dengan jumlah Wisman

yang hanya mencapai 40.000 orang.

http:

Pemerintah agaknya menyadari pula keterbatasan pariwisata yang memerlukan

dukungan dana yang tak sedikit. Itu pula sebabnya hingga Kementerian Budaya

dan Pariwisata Indonesia menggalakkan sebuah program dalam membangkitkan

(12)

Visit Indonesia Year diterjemahkan atau dikategorikan sebagai wilayah kerja

pariwisata. Dan, kalau berbicara tentang pariwisata, suka atau tidak, kita

sesungguhnya hanya berbicara tentang Bali. Padahal, Bali pada dasarnya tidak

memerlukan lagi kampanye apa pun tentang dirinya dan oleh dirinya. Bali, pada

namanya, telah termaktub sebagai pesona pikatan. Bali, dalam dirinya, telah

terbentuk energi yang menggiurkan.

Karena itu, Visit Indonesia Year, harus diorientasikan pada kampanye tentang

Indonesia. Bukan kampanye tentang Bali. Harus juga diubah dari inward looking

menjadi outward looking. Tidak sekadar mendandani Bali dan Lombok di dalam

negeri, tetapi harus mendandani Indonesia di luar negeri.

Salah satu kelemahan mendasar yang sampai sekarang terjadi adalah Indonesia

tenggelam dari pusat kesadaran global di tengah kampanye gencar tentang Visit

Indonesia. Karena kita hanya berteriak di dalam negeri tentang Indonesia.

Teriakan Indonesia tidak cukup kuat terdengar di luar negeri.

Indonesia tidak kalah cerdas soal menemukan slogan-slogan marketing.

Kekalahan Indonesia justru pada kelemahan berteriak di dunia tentang Indonesia.

Promosi Indonesia selama ini hanya menempuh jalur diplomatik. Tetapi duta-duta

kita tidak semuanya pintar dan gemar promosi. Yang diperlukan justru promosi

oleh segenap stakeholder Indonesia, baik swasta, maupun individu. Karena itu,

pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Pernakah Anda melihat promosi Indonesia

di CNN, National Geographic Channel, dan pusat-pusat perhatian dan mobilitas

dunia, seperti di penerbangan-penerbangan internasional atau pusat-pusat

(13)

Harus diakui, Indonesia agak terlambat dan terkesan kurang peduli dalam

melakukan promosi serta pelestarian terhadap budaya dan pariwisata. Langkah

kita ini sudah didahului oleh negara tetangga, Malaysia dengan Malaysia Truly

Asia-nya, jauh sebelum program Visit Indonesia 2008 dicanangkan. Bahkan

Indonesia terkesan ikut-ikutan karena tahun sebelumnya (2007), Malaysia muncul

dengan program sejenis yaitu Visit Malaysia 2007. Malaysia waktu itu

menganggarkan dana sebesar US$80 juta atau sekitar Rp 800 miliar dengan target

wisman 17 juta orang (jauh dibandingkan Indonesia yang hanya US$15 juta

dengan target wisman 7 juta orang).

Selama ini, pemasukan devisa negara yang paling banyak dari sektor pariwisata

berasal dari pulau Bali yang terkenal akan kebudayaannya yang menarik dan

tempat-tempat eksotisnya. Jumlahnya juga jauh di atas devisa yang dihasilkan

objek wisata lain, seakan-akan objek wisata potensial di Indonesia hanya Bali.

Seharusnya Indonesia jangan cuma bergantung pada Bali saja untuk bidang

pariwisata. Akibatnya orang-orang luar tidak begitu mengenal tempat-tempat

menarik lain yang ada di Indonesia karena yang mereka tahu hanyalah Bali.

Padahal banyak sekali objek wisata yang menarik di Indonesia, salah satunya

adalah Samosir dengan Danau Toba yang mengelilinginya.

Sebagai kabupaten baru (terbentuk sejak Januari 2003), Samosir dengan

keunggulan objek wisatanya di seputaran Danau Toba, mulai berbenah. Unsur

pemerintah bersama masyarakatnya, bertekad mewujudka n Samosir menjadi

Kabupaten Pariwisata tahun 2010. Karenanya, pemerintah bersama seluruh

elemen masyarakat baik di bona pasogit (kampung halaman) maupun di

(14)

guna merealisasikan tekad Samosir menjadi kabupaten terdepan di Sumut, melalui

pengembangan sektor pariwisata, yakni mewujudkan Samosir menjadi Kabupaten

Pariwisata 2010, yang program kerjanya dijabarkan dalam 4 strategi, yakni

Peningkatan Aksesibilitas, Pembenahan Objek Wisata, mewujudkan Keamanan

dan Kenyamanan, serta mendorong masyarakat sebagai pelayan bagi

wisatawan.(http://www.silaban.net/2007/05/27/samosir-berbenah-2007

Tuktuk merupakan kawasan yang sangat tenang, sejuk, dan cocok untuk

bersantai.Pemandangan Danau Toba dari semenanjung ini cukup memukau.

Pantainya relatif bersih dan menjadi persinggahan bagi turis yang ingin

berkeliling Samosir. Penduduk Tuktuk sangat familiar terhadap wisatawan,

apalagi turis asing. Mereka menjaga lingkungan sekitar tetap bersih, membangun

rumah-rumah yang beberapa di antaranya berciri khas Batak. Di Tuktuk terdapat )

Salah satu objek wisata unggulan Samosir adalah daerah Tuktuk Siadong, yang

berada di Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir. Kawasan Tuktuk

merupakan pusat pariwisata di Kabupaten Samosir.

Tuktuk adalah semenanjung kecil di Pulau Samosir yang menjorok ke Danau

Toba. Daerah ini sejak tahun 1960 berkembang menjadi lokasi wisata dan penuh

dengan tempat penginapan, café, bar, warung, dan rumah makan. Dari sebanyak

79 buah penginapan dan hotel di Samosir, mayoritas atau sebanyak 72 buah

penginapan/hotel berada di kawasan Tuktuk dan sekitarnya (Simanindo) dengan

jumlah kamar lebih dari dua ribu (2.000 kamar), sisanya 5 penginapan/hotel di

Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir), 1 penginapan/hotel di Kecamatan Onan

Ronggu dan 1 penginapan/hotel di Kecamatan Palipi.(Dinas Pariwisata, Seni dan

(15)

beberapa toko yang menjual suvenir khas Batak, rental mobil, sepeda motor,

sepeda, dan travel biro. Harga-harga yang ditawarkan relatif tidak mahal, yang

terasa mahal hanyalah makanan dan minuman.

(http://www.kampungwisata.tuktuksamosir/profil/tuktuk).

Dua tahun lebih program tersebut berjalan, dengan target menjadi kabupaten

pariwisata tahun 2010 mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini

ditandai dengan adanya peningkatan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke

Samosir. Tahun 2004, jumlah wisatawan mencapai 26.734 orang (wisatawan

nusantara sebanyak 14.200 orang sementara wisatawan mancanegara sebanyak

12.334 orang), disusul 28.285 orang (16.217 wisnu/12.068 wisman) pada tahun

2005 dan 28.864 orang (17.242 wisnu/11.622 wisman) di tahun berikutnya (tahun

2006). Sementara, untuk tahun 2007 mencapai 29.688 orang (17.680

wisnu/12.008 wisman). (Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir)

Pengembangan kualitas dan kuantitas objek pariwisata, ketangguhan kinerja

pemasaran, sikap mental masyarakat, dan kebijakan pemerintah yang kondusif

akan menentukan kemajuan pariwisata Indonesia. Lewat kepariwisataan, selain

kesejahteraan rakyat terangkat, martabat bangsa di antara pergaulan

bangsa-bangsa akan semakin tinggi.

Meskipun program Visit Indonesia Year 2008 ini masih memiliki kekurangan

disana-sini, namun ini adalah sebuah langkah maju untuk melestarikan dan

mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia ke mancanegara. Dan yang

perlu kita ingat, keberhasilan dalam sektor budaya dan pariwisata Indonesia tidak

dapat dicapai secara instan. Program-program budaya dan pariwisata seperti ini

(16)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti sejauhmana efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam

meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk

Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten Samosir.

Yang menjadi objek penelitian ini adalah para wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke daerah Tuktuk Siadong. Hal ini disebabkan karena program Visit

Indonesia Year lebih digalakkan untuk menggaet wisatawan mancanegara untuk

berkunjung ke Indonesia, tanpa mengabaikan wisatawan lokal. Selain itu,

berdasarkan pengamatan penulis dan data dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Samosir, kunjungan wisatawan mancanegara dengan nusantara di daerah Tuktuk

Siadong tidak jauh berbeda.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

“Sejauhmanakah efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 berpengaruh

dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata

Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo-Kabupaten Samosir ?”.

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas, terarah

(17)

a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau

menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

b. Penelitian ini hanya membahas mengenai efektivitas kampanye Visit

Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan

Simanindo - Kabupaten Samosir.

c. Penelitian ini hanya terbatas pada wisatawan yang berkunjung di

Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo -

Kabupaten Samosir

d. Wisatawan yang dimaksud di sini adalah wisatawan

asing/mancanegara

e. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2008.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

4.1 Tujuan Penelitian

a. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya

Dinas Pariwisata Indonesia dan Kabupaten Samosir dalam menggalakkan

Kampanye Visit Indonesia Year 2008.

2. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas kampanye Visit Indonesia Year

2008 dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah

Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten

(18)

3. Untuk mengetahui sejauhmanakah hubungan antara promosi

kepariwisataan dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

4.2 Manfaat Penelitian

a. Secar akademik, penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan kepada

FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka

memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan

penelitian ini.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu

kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk

menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Menurut Singarimbun (1995 : 47), teori merupakan serangkaian asumsi, defenisi

dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya kerangka teori akan

mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah penelitian. Untuk itu perlu

disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan

(19)

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi

dan komunikasi efektif, pariwisata, promosi pariwisata, Visit Indonesia Year 2008

dan Teori AIDDA.

5.1Komunikasi dan Komunikasi Efektif

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada kelompok

lain untuk memberitahu atau untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku orang

lain baik secara langsung, yakni secara lisan, maupun secara tidak langsung

melalui media.

Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bertujuan bersifat

informative dan persuasive. Komunikasi persuasive (persuasive communication)

lebih sulit dari komunikasi informative (informative communicaation), karena

memang tidak mudah untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang atau

sejumlah orang. (Effendy, 2000 : 5)

Menurut Carl I. Hovland (dalam Lubis, 2005: 9) dalam karyanya “Social

Communication”, menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang

menyampaikan rangsangan (biasanya dengan lambang, kata/gambar) guna

merubah sikap dan tingkah laku orang lain. Sifat komunikasi ada dua, yaitu:

a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)

Komunikasi tatap muka dipakai apabila kita mengharapkan efek perubahan

tingkah laku dari komunikan secara langsung. Dengan saling berpandangan,

komunikator dapat melihat dan menilai proses komunikasi, apakah komunikan

memperhatikan dan mengerti akan informasi yang disampaikan oleh komunikator

(20)

b. Komunikasi bermedia (mediated communication)

Komunikasi bermedia pada umumnya banyak digunakan untuk komunikasi

informative karena tidak begitu ampuh dalam merubah tingkah laku orang lain.

Namun, tergantung pada situasi, kondisi dan efek yang diharapkan. Media mana

yang dipakai, apakah surat kabar, majalah, tv, radio, film, siapa sasaran yang

dituju, efek apa yang diharapkan, isi yang dikomunikasikan dan sebagainya (Carl

I. Hovland (dalam Lubis, 2005: 9)).

Sebagai model verbal awal dalam komunikasi dikemukakan oleh Harold

D.Laswell. formula ini umumnya digunakan untuk mengkaji masalah atau

menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi. Formula ini

mengindikasikan bahwa lebih dari satu saluran bisa membawa sebuah pesan dan

memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting komunikasi .

Meskipun sangat sederhana, formula ini telah membantu mengorganisasikan dan

memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Selain dapat

menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell

menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian

komunikasi.

Laswell menyatakan jalan terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah

menjawab pertanyaan sebagai berikut: “who says what in which channel to whom

and with what effect?”.

Jika dikaitkan dengan penelitian, maka hubungan dengan Formula Laswell :

Who (Komunikator) : Pemerintah Indonesia (Kementerian

Pariwisata dan Dinas Pariwisata

(21)

Says What (pesan) : Kampanye Visit Indonesia Year 2008

berupa iklan paket wisata dan informasi

mengenai objek wisata di Indonesia

In Which Channel (media) : Media

massa, bahan-bahan promosi dan

pameran ke Luar Negeri

To Whom (Komunikan) :

Masyarakat Pariwisata Internasional

yang menjadi target wisatawan

Indonesia

With What Effect : Merangsang

Wisatawan untuk berkunjung ke

Indonesia

5.2Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Wisatawan

Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai segala kegiatan dalam

masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000 :2).

Pengertian pariwisata secara etimologi terdiri dari dua suku kata yaitu pari

dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar. Wisata berarti

perjalanan, bepergian. Maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang

dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1995 : 105).

E. Guyer Freuler mengartikan pariwisata dalam artian modern.

Menurutnya pariwisata merupakan fenomena dari zaman sekarang

yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,

(22)

alam dan pada khususnya disebkan oleh bertambahnya pergaulan

berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari

perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta

penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan (Yoeti, 1995 : 70).

Institute of Touism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain)

ditahun 1976 mendefenisikan pariwisata sebagai berikut :

Kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek

ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja

sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di

tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai

maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata. Bergeraknya

(bepergiannya)orang-orang tersebut dapat dilukiskan dengan banyak

orang-orang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka

untuk sementara waktu ke tempat lain dengan tujuan benar-benar

sebagai seorang konsumen dan sama sekali tanpa tujuan mencari

nafkah (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000 : 5).

Menurut Lunberg (1997), pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya

kembali kemasa lampau (tahun 1811), atau sebelumnya, dan defenisinya terus

berubah. Istilah tourism atau kepariwisataan mencakup orang-orang yang

melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan-perusahaan yang

(23)

Pariwisata tidak akan berkembang apabila orang lain enggan berkunjung

karena buta dengan informasi-informasi mengenai pariwisata tersebut, oleh sebab

itu diperlukan berbagai promosi-promosi pariwisata.

Pada hakekatnya promosi adalah salah satu kegiatan dalam pemasaran

(Yoeti, 1995 : 51).

Dengan demikian untuk melaksanakan kegiatan promosi perlu adaya

komunikasi pemasaran. Maka komunikasi pemasaran merupakan komunikasi

yang dilakukan oleh perusahaan/lembaga baik secara tatap muka maupun

bermedia dalam rangka upaya meningkatkan penjualan jasa atau hasil produksi

(Effendi, 2002 : 216).

Sedangkan promosi itu sendiri adalah usaha untuk memperbesar daya tarik

objek wisata terhadap calon wisatawan. Wisatawan dan kebutuhannya tidak

digarap akan tetapi produk wisatanya yang lebih disesuaikan dengan permintaan

wisatawan (Soekadijo, 2000 : 4).

Promosi ke luar negeri diperlukan untuk memberitahukan,

menginformasikan objek-objek dan atraksi wisata yang ada. Sehingga untuk

mengadakan promosi yang tepat harus disadari bahwa yang dipromosikan ke

pangsa pasar wisata sering bukan produk yang sudah jadi, akan tetapi sering

hanya komponen-komponennya seperti akomodasi, objek dan atraksi wisata.

Dengan disebarluaskannya alat-alat promosi di luar negeri maka diharapkan

orang-orang asing akan terangsang untuk melakukan kunjungan ke Indonesia,

(24)

Promosi di dalam negeri pun tidak kalah pentingnya, sasarannya adalah

wisatawan mancanegara yang sudah berkunjung ke Indonesia termasuk Tuktuk -

Samosir, tetapi kedatangan mereka tidak diatur oleh suatu biro pejalanan.

Menurut Soekadijo (2000 : 241) promosi objek wisata dapat dibedakan

atas dua, yaitu:

1. Promosi langsung adalah promosi yang ditujukan langsung kepada

mereka yang dianggap wisatawan aktual dan potensial.

2. Promosi tidak langsung adalah promosi yang ditujukan kepada

orang-orang yang dianggap berpengaruh atas pengambilan keputusan calon

wisatawan dan juga pada biro perjalanan yang ada di luar negeri. Jadi

dalam hal ini seperti joint promotion.

Semua klasifikasi pariwisata tersebut tidak akan ada tanpa adanya

wisatawan, begitu pula semua kegiatan kepariwisataan dianggap gagal jika tidak

dapat mendatangkan wisatawan. Sebaliknya begitu ada wisatawan yang

mengunjungi objek-objek pariwisata dan memanfaatkan jasa-jasa yang ada pada

pariwisata, maka semua kegiatan itu mendapat arti kepariwisataan dan lahirlah

berbagai jenis dan macam pariwisata.

Defenisi wisatawan menurut Norval (dalam Yoeti, 1995 : 112) adalah

setiap orang yang datang dari suatu negara yang alasannya bukan untuk menetap

atau bekerja di situ secara teratur, dan yang di negara dimana ia tinggal untuk

sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat.

Selanjutnya untuk kepentingan promosi objek wisata, G.A.Schmoll (dalam

(25)

individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang

dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur yang tertarik pada perjalanan

umum dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah

pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan

wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.

Menurut World Tourism Organization (WTO) dan International Union of

Office Travel Organization (IUOTO), (dalam Soekadijo, 2000 : 14) juga

menyebutkan motif-motif apa yang menyebabkan orang itu harus disebut

wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :

1. Orang yang mengadakan perjalalan untuk bersenang-senang

(pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi

pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik,

keagamaan, atletik dan sebagainya).

3. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

4. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar, juga kalau ia

tinggal 1x24 jam.

5.3Program Visit Indonesia Year 2008

Program Visit Indonesia Year 2008 merupakan sebuah program

promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan RI. Pemerintah Indonesia menetapkan

tahun 2008 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan

(26)

Nasional. Melalui program ini, pemerintah berharap dapat memajukan Indonesia

melalui sektor pariwisata dan promosi budaya.

Secara garis besar, program Visit Indonesia Year 2008 bertujuan untuk

menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar berkunjung ke

tempat-tempat wisata di Indonesia. Melalui program ini, pemerintah Indonesia

menargetkan akan menarik sekitar 7 juta wisatawan mancanegara tahun 2008 ini,

dengan pemasukan devisa negara berkisar antara US$ 6,4 miliar – US$ 7 miliar.

Untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah telah meyiapkan berbagai

program mulai dari pembenahan infrastruktur wisata, promosi ke berbagai negara

di dunia (dengan menganggarkan dana sebesar US$15 juta atau sekitar Rp 150

miliar dari total dana Rp 260 miliar untuk VIY 2008), serta mempersiapkan lebih

dari 100 even pariwisata berskala internasional yang tersebar di berbagai daerah

untuk menyambut kedatangan wisman (wisatawan mancanegara) di Indonesia.

Memanfaatkan momen 100 Tahun Kebangkitan Nasional, pemerintah

menyiapkan 100 kegiatan wisata di daerah-daerah yang menjadi Daerah Tujuan

Wisata Utama (DTU) Indonesia, diantaranya Bali, Yogyakarta, Sumbar, Sulsel,

NTB, Sumut, Sumsel, Kepri, Kaltim dan Papua (dalam 10 besar tujuan wisata

Indonesia), termasuk di dalamnya Pesta Danau Toba di Parapat dan Festival

Mejuah-juah di Brastagi yang keduanya berada di Sumatera Utara.

5.4Teori AIDDA

Adapun model komunikasi yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah

Teori AIDDA. Effendi (2005 : 304), menjelaskan bahwa pendekatan yang disebut

(27)

penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA yang merupakan

akronim dari

A Attention : Perhatian

I Interest : Minat

D Desire : Hasrat

D Decision : Keputusan

A Action : Tindakan

Hal ini berarti bahwa komunikator dalam melakukan kegiatan harus dimulai

dengan menumbuhkan perhatian. Berdasarkan formula AIDDA tersebut,

komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian, dapat

dilakukan dengan gaya bicara dan kata-kata yang merangsang khalayak. Apabila

perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kemudian menyusul upaya menumbuhkan

minat, dalam hal ini komunikator harus mengenal siapa komunikan yang

dihadapinya.

Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan

ajakan, bujukan atau rayuan komunikator. Disini imbauan emosional perlu

ditampilkan oleh komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan dapat

mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, dapat digambarkan bahwa kampanye Visit Indonesia Year

2008 merupakan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan kepada

komunikan (khalayak sasaran) yaitu masyarakat Internasional dengan tujuan

untuk menarik perhatian yang diharapkan dapat memunculkan minat, hasrat atau

keinginan, keputusan serta tindakan langsung untuk mengunjungi objek wisata

(28)

Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh kampanye Visit Indonesia Year

2008 kepada masyarakat Internasional adalah melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Perhatian (attention) ; yaitu kampanye Visit Indonesia Year 2008

memberikan suguhan dalam berbagai media (cetak maupun

elektronik), yang menarik perhatian dengan menampilkan gambar serta

visual berbagai objek wisata di Indonesia beserta kegiatan-kegiatan

yang ada di dalammya. Dengan menampilkan objek wisata dalam

kemasan audiovisual maka akan kelihatan lebih menarik.

2. Minat (interest) ; yaitu dengan adanya perhatian khalayak kepada

kampanye Visit Indonesia Year 2008, maka diharapkan perhatian

tersebut akan memunculkan minat atau ketertarikan terhadap

objek-objek wisata di Indonesia. Hal ini akan terjadi apabila kemasan dalam

kampanye Visit Indonesia Year 2008 ini menggunakan kata-kata atau

kalimat yang dapat merangsang serta menimbulkan rasa ingin tahu

lebih jauh.

3. Keinginan (desire) ; keinginan untuk merasakan, menikmati, memakai

dan menyaksikan langsung harus dapat dibangkitkan yaitu dengan

menimbulkan ketertarikan terhadap objek wisata indonesia untuk

menjadikannya menjadi kebutuhan khalayak.

4. Keputusan (decision) ; pada tahap ini, ketertarikan itu telah berhasil

diciptakan menjadi sebuah kebutuhan. Khalayak harus dapat

diyakinkan agar dapat mengambil keputusan untuk dapat langsung

menikmati dengan mengunjungi berbagai Daerah Tujuan Wisata

(29)

5. Kegiatan (action) ; tahapan ini merupakan tahap akhir yang akan

dilakukan oleh khalayak setelah melalui tahap perhatian, minat,

keinginan, dan keputusan. Kampanye Visit Indonesia Year 2008 harus

dibuat dengan kemasan yang menarik perhatian agar khalayak

bergerak dan melakukan respon yang sesuai dengan yang diaharapkan

yakni dengan tidakan atau kegiatan mengunjungi berbagai Daerah

Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia.

6. Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun,

1995:49).

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan

kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis

(Nawawi, 1995:40).

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi

munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah promosi pariwisata berupa kampanye Visit

Indonesia Year 2008.

(30)

Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi

atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah peningkatan jumlah kunjugan wisatawan asing.

3. Variabel Antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat

diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1995:58).

Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi

sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dala kerangka konsep,

maka dibentuk menjadi suatu model teoritis, yaitu :

Variabel Bebas (X)

Kampanye Visit Indonesia Year 2008

Variabel Terikat (Y)

(31)

8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat

operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam

penelitian, yakni sebagai berikut:

Tabel 1 Oprasional Variabel

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional

1 Variabel Bebas (X)

Kampanye Visit Indonesia

Year (VIY) 2008

a. Bahasa dan Pemilihan Kata

b. Isi Pesan Kampanye VIY

c. Pola dan Bentuk Kampanye VIY

d. Media Kampanye VIY

e. Frekuensi Kampanye VIY

2 Variabel Terikat (Y)

Peningkatan Jumlah

Kunjungan Wisatawan

Asing

a. Perhatian

b. Minat

c. Hasrat

d. Keputusan

e. Tindakan

Variabel Antara (Z)

(32)

3 Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Pekerjaan

d. Asal Negara

9. Definisi Variabel Operasional

Menurut Singarimbun (1995 : 46), defenisi operasional adalah unsur penelitian

yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Kampanye Visit Indonesia Year 2008)

a. Bahasa dan Pemilihan Kata, yaitu sistem daripada lambang yang

berupa bunyi yang dipakai untuk melahirkan pikiran dan perasaan

yang berfungsi sebagai identitas suatu bangsa. Pemilihan kata-kata

maksudnya adalah seleksi terhadap kata-kata yang akan digunakan

dalam menyampaikan maksud dari kampanye Visit Indonesia Year

2008 tersebut.

b. Isi Pesan Kampanye VIY, adalah stimulus/rangsangan yang diberikan

oleh suatu sumber (kampanye Visit Indonesia Year 2008) yang akan

direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya. Isi

pesannya yaitu menggambarkan keindahan dan keramahtamahan

bangsa Indonesia dalam mengundang dan menyambut masyarakat

(33)

c. Pola dan Bentuk Kegiatan Kampanye VIY, yaitu format dalam

menampilkan suatu program. Dalam hal ini, kampanye Visit Indonesia

Year 2008 menyuguhkan berbagai atraksi menarik kepada khalayak

internasional dalam berbagai format baik visual maupun audiovisual,

yang memuat tempat-tempat wisata menarik di Indonesia. Selain itu

juga disuguhkan kekayaan dan keberagaman dalam alam dan budaya

Indonesia. Kampanye ini juga dilakukan secara langsung dengan

mengadakan pameran-pameran di berbagai negara di dunia.

d. Media Kampanye VIY, yaitu saluran atau channel yang digunakan

sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan. Dalam hal

ini, media yang digunakan dalam menyampaikan kampanye Visit

Indonesia Year 2008 adalah dengan menggunakan media cetak dan

elektronik (contohnya, iklan di surat kabar global, TV, internet, dan

lain sebagainya) serta pameran langsung di berbagai negara.

e. Frekuensi Kampanye VIY, yaitu intensitas atau seberapa sering

kampanye Visit Indonesia Year 2008 dilakukan, misalnya seberapa

sering kampanye tersebut dimuat di media-media.

2. Variabel Terikat (Peningkatan Jumlah Wisatawan Mancanegara)

a. Perhatian, yaitu atensi yang diberikan oleh responden terhadap

program Visit Indonesia Year 2008 yang dikampanyekan ke berbagai

negara di dunia, sehingga mereka merasa tertarik untuk berkunjung.

b. Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat atau ketertarikan terhadap

(34)

setelah melihat dan menyaksikan program tersebut. Dalam diri

responden akan terdapat suatu pengertian tersendiri akan makna

program tersebut.

c. Hasrat, yaitu suatu keinginan atau dorongan untuk lebih dapat

menyaksikan, menikmati dan memakai secara langsung objek yang

dilihat dan disaksikan dalam kampanye Visit Indonesia Year 2008

tersebut. Keinginan yang kuat untuk bergabung dan terlibat secara

emosional dalam program Visit Indonesia Year 2008 ini dinyatakan

dalam hasrat untuk berkunjung langsung ke berbagai objek wisata di

indonesia.

d. Keputusan, yaitu suatu keinginan yang telah ditetapkan oleh

responden untuk berkunjung atau tidak terhadap berbagai objek wisata

yang ada di wilayah Indonesia, sesuai dengan yang disaksikan oleh

responden.

e. Tindakan, yaitu suatu perbuatan atau respon berupa tindakan langsung

yaitu dengan berkunjung ke berbagai wilayah/objek wisata yang ada

di Indonesia khususnya Tuktuk dan Danau Toba.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Usia, yaitu tingkatan umur dari responden.

b. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan

sampel atau responden.

c. Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan yang menjadi sumber kehidupan

(35)

d. Asal Negara, yaitu identitas kebangsaan yang menjadi unsur pembeda

dan pengenal di dunia pergaulan internasional.

10. Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan

karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa

adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan

atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1995:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara promosi pariwisata melalui

kampanye Visit Indonesia Year 2008 terhadap peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk

Siadong, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

Ha : Terdapat hubungan antara promosi pariwisata melalui

kampanye Visit Indonesia Year 2008 terhadap peningkatan

jumlah wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong,

(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari

bahasa Latin communicatio dan perkataan ini bersumber dari kata communis. Arti

communis disini adalah sama, dalam arti, sama makna yaitu sama makna

mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang

terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain

kepadanya, maka komuniaksi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara

kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara

mereka bersifat komunikatif (Effendy 2004 : 3 – 4).

Sementara secara paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada

yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media

massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film maupun media non massa,

misalnya surat, telepon dll. Jadi komunikasi dalam pengertian ini mengandung

tujuan karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar

perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada

komunikan yang djadikan sasaran. Jadi, komunikasi itu diartikan sebagai proses

penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberitahu atau untuk mengubah pendapat, sikap atau perilaku baik

(37)

itu tersimpul tujuan, komunikasi itu adlah memberitahu atau mengubah pendapat

(opinion), sikap (attitude), atau perilaku (behaviour).

Dari pegertian tersebut, tampak sejumlah komponen atau unsur yang dicakup

yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi (effendy 2004 : 30)

Komponen itu adalah :

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan b. Pesan : pernyataan yang didukung lambang c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung penyampaian pesan e. Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan

II. 1. 1. Sifat Komuniasi

Ditinjau dari sifatnya, komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Komunikasi Verbal (verbal Communication)

a. Komunikasi lisan (Oral Communication) b. Komunikasi Tulisan (Written Communication) 2. Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Communication)

a. Komunikasi Tubuh (Body Communication) b. Komunikasi Gambar (Picture Communication) c. Dll

3. Komunikasi Tatap muka (Face to face Communication) 4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication)

II. 1. 2. Tujuan Komunikasi

a) Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) b) Mengubah sikap (to change attitude)

c) Mengubah perilaku (to change the behaviour) d) Mengubah masyarakat (to change the society)

II. 1. 3. Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

(38)

II. 1. 4. Teknik Komunikasi

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan oleh komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi :

a) Komunikasi informasi (Informative communication) b) Komunikasi persuasif (Persuasive communication) c) Komunikasi pervasif (Pervasive communication)

d) Komuniaksi koersif (Coersive communication) e) Komunikasi instruktif (Instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (Human communication)

Lalu apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif dan apa kriteria –

kriterianya?. Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil

menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dinilai

efektif bila rangsangan yang disampaikan dengan yang dimaksudkan oleh

pengirim atau sumber sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh

penerima. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila mencakup 5 kriteria

yaitu pemahaman, kesenagan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik

dan tindakan (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss 1996 : 22 – 23).

1. Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan

rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini,

komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang

cermat atas pesan yang disampaikannya.

Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah ketidakberhasilan menyampaikan

isi pesan secara cermat. Semakin banyak jumlah orang yang terlibat dalam

komunikasi, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa cermat pesan

diterima. Penggunaan sarana pendukung sangat membantu memperjelas materi

(39)

Dalam konteks organisasional, salah satu hasil yang terpenting adalah pemahaman

pesan secara cermat. Mustahil suatu perusahaan akan berfungsi dengan baik, bila

para pegawainya tidak memahami tugas yang harus mereka kerjakan. Untuk

mencapai hal ini, diperlukan pemahaman, baik atas petunjuk verbal dari atasan

maupun atas informasi yang disebarkan melalui memo perusahaan, buku

pedoman, media internal dan penjelasan lain yang merupakan kebijakan

perusahaan.

2. Kesenagan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu.

Komunikasi bisa juga dilakukan hanya sekedar berkomunikasi dengan orang lain

untuk menimbulkan kesejahteraan bersama. Komunikasi ini disebut komunikasi

fatik, misalnya menanyakan kabar atau sekedar menyapa. Komunikasi ramah

tamah ini merupakan cara yang sengaja dirancang agar orang – orang dapat

memperoleh kesenangan dari perjumpaan dan obrolan – obrolan tersebut. Tingkat

kesenangn dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap

oran yang berinteraksi dengan kita.

3. Mempengaruhi Sikap

Menurut Acuff, sepanjang sejarah belum pernah ada yang demikian besar

akan keahlian berunding secara internasioanal, yakni kemampuan para perunding

untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara positif dan konstruktif (Stewart L.

Tubbs dan Sylvia Moss 1996 : 25). Memahami dan menyetujui adalah dua hal

yang sangat berbeda. Ketika anda memahami seseorang, itu dapat saja berarti

anda dapat menyetujuinya, bahkan boleh jadi anda jauh lebih tidak setuju dari

(40)

Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan

sehari – hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang

lain, dan berusaha agar orang lain memhami ucapan kita. Dalam menentukan

tingkat keberhasilan, kita bisa saja gagal mengubah sikap orang lain, namun orang

tersebut tetap dapat memahami apa yang anda maksudkan. Dengan perkataan lain,

kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan

kegagalan dalam meningkatkan pemahaman.

4. Memperbaharui Hubungan

Keefektifan komunikasi secara keseluruhan tidak hanya sekedar

menyampaikan pesan dan dimengerti tetapi masih memerlukan suasana psikologis

yang positif dan penuh kepercayaan. Penyebab kegagalan komunikasi adalah

salah satunya muncul karena gangguan dalam hubungan inisiasi yang berasal dari

kesalahpahaman. Komunikasi juga dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan

antar pesona. Kadang – kadang, komunikas dilakukan bukan untuk

menyampaikan informasi atau mengubah sikap seseorang, tetapi hanya untuk

dipahami dalam pengertian untuk memperbaiki hubungan antar persona.

1. Tindakan

Banyak orang berpendapat, bahwa komunikasi apapun tidak ada gunanya bila

tidak memberi hasil sesuai dengan yang diinginkan. Tindakan menjadi penetu

utama bagi suatu proses komunikasi. Misalnya, ketika dosen memberikan tugas,

dosen tidak hanya menginginkan mahasiswanya menyukai tugas tersebut tetapi

juga ia ingin mahasiswanya mengerjakan tugas tersebut.

Mendorong orang lain untuk melakukan tidakan yang sesuai dengan yang kita

(41)

Terkadang, lebih mudah membuat orang menyukai olahraga daripada

membuatnya melakukan olahraga. Untuk lebih mudah membangkitkan tindakan

pada penerima pesan, hal – hal yang mungkin bisa dilakukan adalah :

memudahkan pemahaman penerima tentang apa yang anda harapkan, meyakinkan

penerima bahwa tujuan anda masuk akal dan mempertahankan hubungan yang

harmonis dengan penerima. Tindakan yang kita harapkan, tidak terjadi secara

otomatis, namun ada kemungkinan jika ketiga hal tersebut dilakukan.

Sementara menurut Wilbur Schramm, (Effendy 2002 : 41 – 42) terdapat

beberapa kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan

membangkitkan tanggapan yang kita hendaki atau disebut “the condition of

success in comminication”, yaitu :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan

2. Pesan harus menggunakan lambang – lambang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga

sama-sama mengerti

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada

saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Tidak mudah untuk melakukan komunikasi efektif. Ada banyak

hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut beberapa hambatannya :

(42)

Gangguan disini terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Gangguan Mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang

disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan bersifat fisik.

Sebagai contoh adalah bunyi mengaung pada pengeras suara atau

riuh hadirin bunyi kendaraan lewat ketika seseorang berpidato dalam

suatu pertemuan.

2. Gangguan Semantik (semantic noise)

Gangguan jenis ini berkaitan dengan pesan komunikasi yang

pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam

pesan melalui penggunaan bahasa. Semakin banyak kekacauan

mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada

komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik pesan.

Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang

sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang

sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang -orang yang

berlainan. Ini disebabkan dua jenis penertian mengenai kata-kata :

ada yang mempunyai pengertian denotatif dan ada yang konotatif.

Pengertian denotatif adalah pengertian perkataan yang lazim terdapat dalam

kamus yang secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan

kebudayaan yang sama.

Pengertian konotatif adalah pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan

(43)

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi

atau menghayati suatu pesan (Effendy 2002 : 47). Orang hanya akan

memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga

menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan

merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau

bertentangan dengan suatu kepentingan.

Motivasi Terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan

keinginan, kebutuhan dan kekurangan. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan

seseorang berbeda dengan orang lainnya dari waktu ke waktu dan dari tempat ke

tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian

juga intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar

kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang

bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang

tidak sesuai dengan motivasinya.

c) Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat

bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka

belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak

melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik

(44)

seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata

bagaimanapun, oleh karena seringkali prasangka itu sudah mencekam, maka

seseorang tak akan dapat berpikir secara objektif da segala apa yang dilihatnya

selalu akan dinilai secara negatif. Prasangka bukan saja terjadi terhadap suatu ras,

melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, kelompok dan lain-lain.

II. 2 Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Wisatawan

Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kali digunakan oleh mendiang Presiden

Soekarno dalam suatu percakapan sebagai padanan dari istilah asing tourism.

Pada dasarnya kegiatan yang tidak mendatangkan wisatawan maka semua

kegiatan itu dianggap gagal. Tanpa adanya wisatawan, semua kegiatan

pembangunan dan pemugaran objek-objek kebudayaan, pembangunan hotel,

persediaan angkutan, itu tidak memiliki makna kepariwisataan.

Menurut Institute of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di

tahun 1976 merumuskan : ”Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara

dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan

bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di

tempat-tempat tujuan tersebut: mencakup kegiatan untuk berbagai maksud, termasuk

kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi” (dalam Pendit, 1999 : 30).

A. J. Burkart dan S. Malik dalam bukunya yangb berjudul Tourism, Past, Present,

and Future, berbunyi “Pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan

dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka

biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan merekaselama tinggal di

(45)

Sedangkan menurut Profesor Salah Wahab (dalam Yoeti, 1995 : 107), Pariwisata

adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat

pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri

(di luar negeri) meliputi pendiaman dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara

atau suatu benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka

ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia bertempat tinggal.

Dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang mau tidak

mau harus ada dalam batasan suatu defenisi pariwisata. Faktor-faktor yang

dimaksud menurut Yoeti, (1995 : 109) antara lain :

1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain

3. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan

dengan pertamasyaan atau rekreasi

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di

tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di

tempat tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, beliau memberikan defenisi pariwisata

sebagai berikut :

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha atau bisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi

(46)

II.2.1 Jenis Pariwisata

Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit,

1994 : 41) :

a. Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan

untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,

kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan

seni mereka.

b. Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan

untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia

tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan

rohani.

c. Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil

bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

d. Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi

pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran

industri, pameran dagang dan sebagainya.

e. Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar

atau mahasiswa, atau orang=orang awam ke suatu kompleks atau daerah

perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan

atau penelitian.

f. Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan

(47)

g. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak

diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan

usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar

alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang

kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

h. Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu

dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan

perjalanan.

II.2.2 Promosi Pariwisata dan Wisatawan

Promosi merupakan kegiatan yang lebih banyak mencakup mendistribusikan

promotion materials, seperti film, slides, advertisement, brochures, booklets, leaflets, folders, melalui bermacam-macam saluran (channel) seperti: TV, radio,

majalah, bioskop, direct-mail baik pada “potential tourist”, yaitu sejumlah orang

yanag memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan pariwisata, karena

memiliki banyak uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempuanyai

waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan maupun “actual tourist”,

yaitu orang yang sedang melakukan perjalanan pariwisata ke suatu daerah tujuan

tertentu; dengan tujuan mentransfer informasi dan mempengaruhi calon-calon

wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Promosi pariwisata yang dimaksud di sini adalah kampanye dan propaganda

kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara

Gambar

Tabel 4.39 : Berwisata ke Tuktuk Siadong Setelah Adanya Kampanye Visit Indonesia Year 2008 ..............................................................
Tabel 3.2 Arus Kunjungan Wisatawan ke Samosir Tahun 2003 s/d 2007
Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari
Tabel 4.2 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria yang menjadi acuan dalam penentuan sukses atau tidak dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam satu siklus pada penelitian ini ada dua indikator, yaitu

Sesuai dengan bahan hukum primer tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Dalam Hal Pengetatan Pemberian Remisi Terhadap

2 Ahmad Nouvel pada tahun 2015 mengenai penentuan klasifikasi kendaraan roda empat dengan menggunakan metode K-Nearest Neighbor diperoleh kesimpulan bahwa metode K-Nearest

Perkembangan industri yang tidak diikuti pembangunan jalan maka akan menimbulkan kemacetan yang sangat parah, dari latar belakang yang ada peneliti mencoba melihat bagaimana

a) Peta umum atau peta rupabumi atau peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentang alam secara umum dipermukaan bum, dengan menggunakan skala

1. Terdapat banyak kelemahan di dalam penerapan strategi penjualan langsung. Pda saat permintaan DOC tinggi, perusahaan sering kekuraangan stok DOC.. dan sebaliknya pada saat

Dewi Setyorini, S.Psi, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan penulis dukungan dan motivasi baik dalam studi

Dalam perjalanan penulis dalam berkarya tak selalu mulus.Banyak pertentangan baik dari keluarga maupun lingkungan.Ibu yang menginginkan anak perempuannya bekerja dengan