• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan pendahuluan oksigenasi LAPORAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan pendahuluan oksigenasi LAPORAN P"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

S E L A S A , 2 8 A G U S T U S 2 0 1 2

laporan pendahuluan oksigenasi

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN OKSIGENASI

PADA PASIEN OBSTRUKSI DIPSNEU

DI RUANG KENANGA RSUD GOETHENG TARUNADIBRATA

PURBALINGGA

Oleh:

Anggriyana Tri Widianti, S.Kep.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2012

A.

PENDAHULUAN

1.

Latar belakang

Oksigen (O

2

) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme,

untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini

diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.

Penyampaian O

2

ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler

dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O

2

ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam

proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien

dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan

hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.

(2)

alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami

indikasi pemberian O

2

, metode pemberian O

2

dan bahaya-bahaya pemberian O

2.

2.

Tujuan

Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat :

a.

Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi

b.

Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi

c.

Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi

d.

Melakukan evaluasi kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

e.

Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

II.

TINJAUAN TEORI

1.

Pengertian Terapi Oksigenasi

Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme

untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh

dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan

oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan

terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil

menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium ( Mutaqqin, 2005 )

Tujuan terapi oksigenasi :

1.

Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.

2.

Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.

3.

Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.

2.

Etiologi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut

NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,

nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan

muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis

kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

3.

Faktor predisposisi

Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :

1.

Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi,

kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia

jaringan perifer.

(3)

4.

Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin karena

belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran

pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan

dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.

5.

Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang berat

menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik metabolisme

tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk

penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).

4.

Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi

(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila

pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan

tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.

Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan

ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan

pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,

afterload

,

preload

, dan kontraktilitas

miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

5.

Tanda dan Gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.

Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan

nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi

tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter

anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala

adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,

kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit

abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,

abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

6.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan

oksigenasi yaitu:

a.

EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan

posisi listrik jantung.

b.

Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik.

Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan

kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.

(4)

7.

Gangguan pertukaran gas

Pathway

8.

Indikasi Terapi

Oksigen.

Muttaqin (2005)

menyatakan

bahwa

indikasi utama pemberian terapi O

2

sebagai berikut :

a.

Klien dengan kadar O

2

arteri rendah dari hasil analisa gas darah

b.

Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia

melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan

pernafasan

(5)

9.

Metoda pemberian terapi oksigen

Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:

a. Sistem aliran rendah

Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005).

Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a.

Kateter nasal

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O

2

stabil, klien

bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai

sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O

2

lebih dari

45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi

lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat

menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah

tersumbat

(Harahap, 2005)

.

gambar kateter nasal

b.

Kanul nasal

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O

2

stabil dengan

volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien

bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak dapat

memberikan konsentrasi O

2

lebih dari 44%, suplai O

2

berkurang bila klien bernafas lewat

(6)

Gambar kanul nasal

c.

Sungkup muka sederhana

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi O

2

yang

diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan

melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi

aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O

2

kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO

2

jika aliran rendah

(Harahap, 2005)

.

Gambar sungkup muka sederhana

d.

Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi O

2

lebih tinggi

dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat

memberikan O

2

konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan

penumpukan CO

2

, kantong O

2

bisa terlipat

(Harahap, 2005)

.

e.

Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi O

2

yang

(7)

Gambar

Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

b. Sistem aliran tinggi

Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini ± 4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).

Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2(Harahap, 2005).

Kerugian

Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah.

10.

Pengkajian

Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :

1.

Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan

Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya faktor risiko

sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.

2.

Pola metabolik-nutrisi

Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru

menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.

3.

Pola eliminasi

Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih (perubahan

warna, jumlah, ferkuensi)

4.

Aktivitas-latihan

(8)

5.

Pola istirahat-tidur

Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.

6.

Pola persepsi-kognitif

Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,

penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.

7.

Pola konsep diri-persepsi diri

Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok

sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).

8.

Pola hubungan dan peran

Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan merokok sehingga

mengganggu oksigenasi seseorang.

9.

Pola reproduksi-seksual

Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji

10.

Pola toleransi koping-stress

Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi.

11.

Keyakinan dan nilai

Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau larangan

minuman tertentu dalam agama pasien.

a.

Riwayat Kesehatan

2)

Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.

3)

Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.

4)

Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.

b.

Pemeriksaan fisik

1)

Kesadaran: kesadaran menurun

2)

TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi

3)

Head to toe

a)

Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia),

konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau endokarditis)

b)

Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut

c)

Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung

d)

Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri, suara

nafas tidak normal.

e)

Pola pernafasan: pernafasan normal (

apneu

), pernafasan cepat (

tacypnea

), pernafasan lambat

(

bradypnea

)

c.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan

pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

11.

Diagnosa

(9)

1.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2.

Gangguan pertukaran gas

3.

Ketidakefektifan pola nafas

12.

Rencana asuhan keperawatan (kriteria hasil, intervensi, rasional)

DIAGNOSA

KRITERIA HASIL

TUJUAN

INTERVENSI

respiratori: pertukaran gas dengan

indikator:

pressure]

dan irama jantung)

segera sebelum, selama dan

b.

Identifikasi kebutuhan klien akan

(10)

Gangguan

gas darah arteri (AGD), dengan

tepat

e.

Monitor kualitas dari nadi

f.

Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera

Utara Volume 1

Muttaqin. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby. Philadelphia

McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA

(12)

Jumat, 07 Desember 2012

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR

1. Pengertian

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika)

. Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses

metabolisme sel.Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagitubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perludilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

 Stuktur Sistem Pernafasan

a. Sistem Pernafasan Atas

Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan.

Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan�makanan. Faring terdiri atas

nasofaring, orofaring dan laryngopharynk yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman dan pathogen yang masuk bersama udara.

Laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan yang bisa� disebut jakun. Selain berperan

sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalannafas bagian bawah dari air dan makanan yang masuk.

b. Sistem Pernafasan Bawah

Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.

Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin� kartilago yang menghubungkan laring

(13)

Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasah oleh satu bronkus. Jaringan-jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi torakal dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru.

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu:

a. Pernapasan eksternal

Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuhSecara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :

1. Ventilasi pulmoner

Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

Pertukaran gas alveolar

Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan

dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.

2. Transpor oksigen dan karbon dioksida

Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

b. Pernapasan internal

Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

3. Etiologi

a. Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia

2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada

Obstruksi saluran pernafasan bagian atas

3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen(O2)

4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll

5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.

b. Faktor Perilaku

1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang

2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.

3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner

(14)

penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pernafasan. 5. Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat.

4. Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan

1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya

konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.

3. Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.

5. Faktor-faktor Yang Berhubungan

 Patologi

1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)

2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa

3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis)

4. Depresi SSP / Trauma kepala

5. Cedera serebrovaskuler (stroke)

 Maturasional

1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok 3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok

4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas dan stress yang mengakibatkan penyakit

jantung dan paru-paru

5. Dewasa tua, adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi menurun.

 Situasional (Personal, Lingkungan)

1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma

nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.

2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah 3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.

(15)

 MAYOR

• Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)

• Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)

• Dispnea pada usahan napas

• Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas • Peningkatan laju metabolik

• Batuk tak efektif atau tidak ada batuk

 MINOR

• Ortopnea

• Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi

• Pernafasan sukar / berhati-hati

• Bunyi nafas abnormal

• Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal

• Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut, condong ke depan • Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama

• penurunan isi oksigen

• Peningkatan kegelisahan

• Ketakutan

• Penurunan volume tidal

• Peningkatan frekuensi jantung

(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 – 387)

7. Manifestasi Klinik

- suara napas tidak normal.

- perubahan jumlah pernapasan.

- batuk disertai dahak.

- Penggunaan otot tambahan pernapasan.

- Dispnea.

- Penurunan haluaran urin.

- Penurunan ekspansi paru.

- Takhipnea

2.2. RENCANA KEPERAWATAN

a. Riwayat Keperawatan

1. Masalah keperawatan yang pernah dialami

- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.

- Pernah mengalami batuk dengan sputum.

- Pernah mengalami nyeri dada.

- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.

2. Riwayat penyakit pernapasan

- apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?

- bagaimana frekuensi setiap kejadian.Riwayat kardiovaskuler

(16)

3. Gaya hidup - merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

b. Pemeriksaan Fisik

- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)

- Penurunan turgor (dehidrasi)

- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)

- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.

- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan)

- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)

- Cara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction)

- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)

(17)

- Kaji faktor penyebab.

- Kurangi atau hilangkan faktor penyebab.

- Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.

- Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk.

- Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.

- Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika ada kontraindikasi)

- Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat.

5. Kolaborasi

1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri danpenggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.

2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyii napas, pola napas,analisa gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)

3) Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankankesiembangan asam-basa

4) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis

5) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan

6) Berikan bronkodilator, aerosol, nebulasi

6. Rasional

- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronchitis.

- Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas.

- Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan

paru menjadi lebih besar.

- Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar. - Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.

- Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.

-Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan.

-Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaksasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.) Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis.

(18)

2.) Proses pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, apabila faktor-faktor tersebut terganggu, maka proses pernapasan juga akan terganggu.

3.) Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,yaitu ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas.

4.) Dalam menangani pasien yang mengalami masalah pernapasan, perawat dapatmelakukan perencanaan keperawata dengan terlebih dahulu meninjau faktor baik objektif maupun subjektif.

5.) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat dapat melakukan kolaborasidengan tenaga medis lain sehingga penanganan terhadap pasien lebih efektif.

3.2 Kritik dan Saran

Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC

NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC. Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier. Fundamental of Nursing

(19)

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI 1. PENGERTIAN

a. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Tarwoto dan Wartonah, 2006).

b. Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel ( Carpeniti-Moyet, 2006).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa oksigen adalah suatu komponen gas yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel.

2. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah antara lain:

A. FAKTOR FISIOLOGI

a. Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).

b. Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.

c. Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan darah

menurun.

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dll.

e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan, obesitas ).

B. FAKTOR PERKEMBANGAN

a. Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.

b. Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.

c. Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.

d. Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,

dan stres.

e. Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteoriklerosis

dan ekspansi paru menurun. C. FAKTOR PERILAKU

a. Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.

b. Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.

d. Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun

mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernafasan.

D. FAKTOR LINKUNGAN

a. Tempat kerja ( polusi ).

b. Suhu lingkungan.

(20)

3. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI

a. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif.

b. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan.

c. GANGGUAN PERTUKARAN GAS

Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan jalannya gas ( oksigen dan karbon dioksida ) yang aktual antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler.

4. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:

Penurunan kesadaran

Hipoksia

Disorientasi

Gelisah dan cemas

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU

Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.

PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.

OKSIMETRI

Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler

PEMERIKSAAN SINAR X DADA

Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.

BRONKOSKOPI

Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.

ENDOSKOPI

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.

FLUOROSKOPI

Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.

CT-SCAN

(21)

6. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

a. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pemantauan Hemodinamika

Pengobatan bronkodilator

Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:

nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.

Penggunaan ventilator mekanik

Fisoterapi dada

b. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Pembersihan jalan nafas

Latihan batuk efektif

Pengisafan lender

Jalan nafas buatan

b. Pola Nafas Tidak Efektif

Atur posisi pasien ( semi fowler )

Pemberian oksigen

Teknik bernafas dan relaksasi

c. Gangguan Pertukaran Gas

Atur posisi pasien ( posisi fowler )

Pemberian oksigen

Pengisapan lender

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI A. PENGKAJIAN

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

a. Data Subjektif

Pasien mengeluh sesak saat bernafas

Pasien mengeluh batuk tertahan

Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas

Pasien merasa ada suara nafas tambahan

b. Data Objektif

Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal

Terdapat bunyi nafas tambahan

Pasien tampak bernafas dengan mulut

Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung

Pasien tampak susah untuk batuk

2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

(22)

Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal

Pasien mengatakan berat saat bernafas

b. Data Objektif

Irama nafas pasien tidak teratur

Orthopnea

Pernafasan disritmik

Letargi

3. GANGGUAN PERNAFASAN GAS

a. Data Subjektif

Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala

Pasien mengeluh susah tidur

Pasien merasa lelah

Pasien merasa gelisah

b. Data Objektif

Pasien tampak pucat

Pasien tampak gelisah

Perubahan pada nadi

Pasien tampak lelah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan:

Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.

Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif

 Sumbatan jalan nafas karena benda asing

b. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan:

Lemahnya otot pernafasan

Penurunan ekspansi paru

c. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan:

Perubahan suplai oksigen

Obstruksi saluran nafas

Adanya penumpukan cairan dalam paru

Edema paru

C. PERENCANAAN

Dx 1: bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan: bersihan jalan nafas efektif Kreteria hasil:

Menunjukkan jalan nafas bersih

Suara nafas normal tanpa suara tambahan

Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

(23)

Dx 2: pola

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

Tidak ada gejala distres pernafasan

D. IMPLEME

NTASI

INTERVENSI RASIONAL

Auskultasi dada untuk karakter

bunyi nafas dan adanya secret. Pantau TTV

Terapi inhalasi dan latihan

pernafasan dalam dan batuk efektif

Catat adanya derajat dispnea,

geliasah, distres pernafasan, dan penggunaan otot bantu

Kolaborasi humidikasi tambahan

( nebulizer ) dan terapi oksigen

Pernafasan mengi, rochi,

wheezing menunjukkan tertahannya secret obstruksi jalan nafas

Untuk memudahkan pernafasan

dan membantu mengeluarkan secret

Kelembapan mempermudah

pengeluaran dan mencegah pembentukan mucus tebal pada bronkus dan membantu termasuk penggunaan otot bantu

Tinggikan kepala dan bantu

mengubah posisi. Ambulasi pasien sesegera mungkin

Berikan HE tentang gaya hidup

sehat, teknik bernafas, dan relaksasi

Delegatif dalam pemberian

pengobatan

Kecepatan pernafasan

meningkatkan dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman nafas bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

Catat frekuensi, kedalaman, dan

(24)

Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan

Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan

merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan

Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas

kesehatan yang berwenang

Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan

atas keputusan bersama. E. EVALUASI

1. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam

Menunjukkan jalan nafas paten

Tidak ada suara nafas tambahan

Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

2. Dx 2:

Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas yang normal

Tidak ada gejala distres pernafasan

3. Dx 3:

Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jatingan

Tidak ada gejala distres pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:

EGC.

Doenges, Marilynn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta: EGC.

Gambar

gambar  kateter nasal

Referensi

Dokumen terkait

Mengauskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan.. adanya bunyi

Pada tindakan keperawatan hari sabtu tanggal 7 april 2012 jam 08.30 mengobservasi pola nafas Tn.A didapatkan data obyektif klien bernafas tidak menggunakan otot

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus yang ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas, klien

Tampak retraksi dinding dada kanan lebih rendah dari kiri Tampak pernapasan cuping hidung Tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan Suara napas tambahan whezing

Frekuensi pernapasan reguller. Pola pernapasan normal,tidak menggunakan otot bantu nafas, cuping.. Pengembangan dada Normal Kulit lembab/ tidak sianosis. Berikan posisi yang

Frekuensi pernapasan reguller. Pola pernapasan normal,tidak menggunakan otot bantu nafas, cuping.. Pengembangan dada Normal Kulit lembab/ tidak sianosis. Berikan posisi yang

Diagnosis 1: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan upaya nafas: kelemahan otot pernafasan tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu 1 Jam 20.20 WIB mengatur posisi

Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut : 1 Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma 2 Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas 3