LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 118/LATTAS/VI/2009
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PERUBAHAN
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan ukuran yang digunakan sebagai patokan untuk menghasilkan kinerja yang diinginkan dalam konteks dunia kerja. Ukuran tersebut menggambarkan kemampuan untuk menguasai dan menerapkan pengetahuan, keterampilan atau keahlian, sikap kerja dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan standar kerja yang ditentukan. Dengan demikian, kompetensi kerja selalu berkaitan dengan dunia kerja nyata dan hanya dapat dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan di tempat kerja secara berulang-ulang.
Salah satu tujuan penerapan kompetensi kerja adalah untuk menghasilkan luaran pekerjaan yang berupa produk atau jasa yang memenuhi standar. Oleh karena itu dalam mencapai luaran tersebut prosesnya senantiasa mengalami perbaikan dan peningkatan yang terus menerus (
continual improvement
). Hal itu juga dapat berdampak pada tuntutan pelaksanaan pekerjaan ditempat kerja. Kondisi tersebut menandakan bahwa, kompetensi kerja bersifat dinamis sehingga harus senantiasa sesuai dengan tuntutan dan kondisi nyata dunia kerja.B. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan dalam melakukan perubahan SKKNI.
Sedangkan tujuannya adalah agar setiap perubahan pada SKKNI dilaksanakan dengan mekanisme dan tatacara yang efektif sehingga hasilnya dapat diimplementasikan sesuai tuntutan kebutuhan kerja.
C. Ruang Lingkup
Pedoman perubahan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini meliputi persyaratan dan tatacara perubahan SKKNI.
D. Pengertian-Pengertian
Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan :
1. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Perubahan adalah kegiatan menyempurnakan sebagian atau keseluruhan dari isi standar kompetensi kerja karena kebutuhan atau ketidaksesuaian dengan tuntutan bidang pekerjaan, standar atau pedoman yang berlaku.
3. Ketidaksesuaian adalah adanya penyimpangan atau kesalahan dari standar atau pedoman yang berlaku.
4. Substansi SKKNI adalah informasi/data yang bersifat teknis substansial yang terkait dengan aktivitas kerja yang terdapat pada unit kompetensi.
5. Non Substansi SKKNI adalah informasi yang tidak terkait dengan aktivitas kerja yang terdapat pada unit kompetensi.
BAB II
PERSYARATAN DAN BENTUK PERUBAHAN SKKNI
A. Persyaratan Perubahan SKKNI
Seiring dengan persaingan yang semakin tajam karena perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan lingkungan yang begitu drastis pada setiap aspek kehidupan manusia, menuntut adanya ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan standar kompetensi, agar dapat memberikan pelayanan yang prima dan bernilai. Terkait dengan tuntutan tersebut, maka SKKNI juga memerlukan penyesuaian-penyesuaian sebagaimana perubahan yang terjadi.
Terhadap SKKNI yang telah ditetapkan, dapat dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan, sehingga SKKNI dapat diimplementasikan.
Tuntutan kebutuhan dimaksud dilakukan dalam upaya penyesuaian-penyesuaian yang terkait dengan:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Peningkatan kualitas jasa layanan dan/atau produk.
3. Adanya dampak negatif dari penerapan standar kompetensi. 4. Peningkatan efisiensi jasa dan/atau produk.
5. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP). 6. Regulasi atau pedoman
7. Standar kompetensi telah berusia 5 (lima) tahun dan/atau sesuai kesepakatan pemangku kepentingan.
8. Alasan lain yang relevan.
B.
Bentuk Perubahan SKKNIPerubahan SKKNI dapat dilakukan apabila terdapat : 1. Penambahan;
2. Penghapusan; dan/atau
Perubahan SKKNI dimaksud dapat berupa sebagian atau seluruh substansi dan/ atau non substansi, yang meliputi ketidaksesuaian karena adanya kesalahan atau perubahan pada lingkup standar yang bersangkutan.
1.
Sebagian atau seluruh substansi SKKNI a) Unit-unit kompetensi.Perubahan sebagaimana dimaksud diatas menyebabkan adanya perubahan pada isi dari : judul unit kompetensi, deskripsi unit kompetensi, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, batasan variabel, panduan penilaian dan/atau kompetensi kunci.
b) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Perubahan sebagaimana dimaksud diatas menyebabkan adanya perubahan pada : nama jabatan kualifikasi, jumlah unit kompetensi pada suatu level kualifikasi dan/atau level kualifikasinya.
c) Cluster
Perubahan sebagaimana dimaksud diatas menyebabkan adanya perubahan pada : nama jabatan/pekerjaan, jumlah unit kompetensi pada suatu paket/cluster, dan/atau level paket/cluster (jika ada).
2.
Sebagian atau seluruh non substansi SKKNI a) Format penulisanKetidaksesuaian format penulisan SKKNI karena adanya perubahan regulasi dan/atau pedoman yang mengakibatkan perubahan pada struktur penulisan SKKNI, format(
template
) dari unit kompetensi/KKNI/paket (cluster
) kompetensi atau kodifikasi.Contoh : Perubahan pada kodifikasi
Karena adanya perubahan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan kesepakatan
stakeholder
, mengakibatkan perubahan struktur kodifikasi pada unit-unit kompetensi .Contoh :
OTO • KR 10 • 001 • 01
Bidang SUB-Bidang/Group Nomor Unit Versi
menjadi
IND • TR 01 • 001 • 02
Bidang SUB-Bidang/Group Nomor Unit Versi
b) Editorial
Ketidaksesuaian karena adanya kesalahan editorial atau kesalahan ketik yang mengakibatkan perubahan makna yang fatal, termasuk kesalahan ketik yaitu kata, istilah, kalimat, dan/atau angka.
Contoh : Pada Kriteria Unjuk Kerja Tertulis :
... dilakukan melalui alat transportasi listrik berkapasitas 100 KV Seharusnya :
... dilakukan melalui alat transformasi listrik berkapasitas 1000 KV
c) Nomor Urut Kodefikasi Unit Kompetensi
Akibat perubahan pada unit kompetensi dapat berimplikasi pada perubahan nomor urut kodifikasi unit kompetensi. Agar nomor urut tersebut tetap memiliki ketelusuran terhadap SKKNI yang telah ditetapkan, maka penulisan nomor urut kodifikasi unit kompetensi dilakukan sebagai berikut :
1) Tidak Berubah
Nomor urut kodifikasi unit kompetensi tidak mengalami perubahan, jika unit kompetensi hanya mengalami penambahan atau pengurangan substansi unit kompetensi dan masih sesuai dengan persyaratan sebagai satu unit kompetensi.
2) Berubah
kompetensi yang dikembangkan masih tetap pada urutannya, sedangkan hasil pengembangannya atau penambahannya ditambahkan pada nomor urut urutan terakhir, tanpa melakukan penggeseran nomor urut kodefikasi unit dari SKKNI yang telah ditetapkan.
3) Pengosongan
Jika satu atau lebih unit kompetensi dihilangkan atau dicabut atau dihapuskan, maka namor urut kodifikasi unit kompetensinya tidak dapat digantikan oleh unit kompetensi yang lain, baik karena penambahan ataupun menggeserkan nomor urut kodifikasi unit sesudahnya untuk menempati posisi nomor urut kodifikasi unit kompetensi yang dihilangkan atau dicabut atau dihapuskan.
BAB III
MEKANISME PERUBAHAN SKKNI
A. Pengusulan Perubahan SKKNI
Untuk melakukan perubahan SKKNI revisi, harus diusulkan oleh:
1.
Instansi teknis pembina sektor2.
Instansi teknis lain yang berkepentingan 3. Pihak lain yang berkepentinganB. Informasi/data pendukung
Perubahan SKKNI yang diusulkan harus didukung informasi/data atau alasan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Dapat diandalkan 2. Sesuai kenyataan 3. Cermat
4. Mutakhir 5. Lengkap
6. Relevan dengan kebutuhan industri
C. Tim Perubahan SKKNI
Perubahan SKKNI dilakukan oleh suatu tim atau kelompok kerja yang dibentuk oleh Instansi teknis pembina sektor. Tim atau kelompok kerja adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dan pengalaman teknis yang sesuai dengan bidang SKKNI yang akan di ubah (jumlah tim disesuaikan dengan kebutuhan).
Susunan Tim Perubahan SKKNI terdiri atas:
1. Ketua 1 (satu) orang, dipilih dari industri, pakar atau asosiasi profesi yang relevan dan kompeten dibidangnya merangkap anggota.
2. Anggota, yang terdiri dari unsur industri, instansi teknis dan pakar atau asosiasi profesi yang relevan (jumlah disesuaikan dengan kebutuhan).
Tugas Tim Perubahan SKKNI:
2. Melakukan perubahan 3. Melakukan validasi
4. Menyampaikan hasil validasi kepada Instansi pembina teknis 5. Bersama BNSP melakukan verifikasi
Dalam melakukan analisis terhadap SKKNI yang akan di ubah, tim perubahan SKKNI mengkaji atau menelaah kembali setiap usulan dikaitkan dengan informasi/data pendukung sebagaimana telah disebutkan diatas dan alasan dilakukannya perubahan, untuk selanjutnya dilakukan perubahan dan dituangkan dalam lembar ketidaksesuaian sebagaimana formulir 1.
Hasil analisis dan perubahan tersebut dikoordinasikan dengan instansi teknis pembina sektor untuk dilakukan validasi dengan pihak pemangku kepentingan terkait seperti industri atau pengguna, kemudian hasilnya dituangkan dalam lembar validasi sebagaimana formulir 2.
Seluruh hasil validasi disusun kembali sebagaimana struktur penulisan SKKNI, dan oleh instansi pembina sektor disampaikan ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk diverifikasi sesuai skema sertifikasi yang dikembangkan oleh BNSP.
Jika hasil analisis dan usulan perubahan oleh tim yang telah dibentuk, hanya terkait dengan aspek non substansi seperti editorial, tata penulisan dan format penulisan tanpa merubah substansi yang termuat dalam unit kompetensi, maka tidak perlu dilakukan validasi, verifikasi dan konvensi. Instansi pembina sektor dapat langsung mengusulkan untuk penetapan hasil revisi ke Menteri Tenaga Kerja dan Transmigarsi, dengan melampirkan: 1. Bagian yang direvisi.
2. Lembar ketidaksesuaian
Khusus perubahan terhadap kodifikasi, instansi teknis pembina sektor terlebih dahulu mengkoordinasikannya dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau sebaliknya.
Karena kodifikasi merupakan bagian dari format (
template
) unit/KKNI/paket (cluster
) kompetensi, maka hasil revisinya dapat langsung diusulkan penetapannya oleh instansi/Departemen teknis pembina sektor, dengan melampirkan :1. Lembar ketidaksesuaian
D. Tatacara Perubahan SKKNI
Untuk melakukan perubahan SKKNI dilakukan dengan tatacara sebagai berikut :
1. Usulan perubahan disampaikan secara tertulis oleh pengusul (stakeholder) dan diajukan ke Instansi teknis pembina sektor.
2. Instansi teknis pembina sektor membentuk tim perubahan SKKNI dan menyampaikan usulan perubahan tersebut kepada tim yang telah dibentuk.
3. Tim perubahan SKKNI mengkaji setiap usulan dan hasilnya dituangkan kedalam daftar ketidaksesuaian.
4. Berdasarkan hasil analisis atau telaahan, tim melakukan perubahan SKKNI.
5. Tim berkoordinasi dengan instansi/departemen teknis pembina sektor untuk melakukan validasi guna mendapatkan kesesuaian dengan kebutuhan industri/sektor/bidang pekerjaan.
6. Rumusan hasil validasi disampaikan oleh instansi/departemen teknis pembina sektor ke BNSP untuk dilakukan verifikasi berdasarkan skema sertifikasi yang dikembangkan oleh BNSP.
7. Pelaksanaan verifikasi sebagaimana diatur dalam pedoman BNSP.
8. Hasil verifikasi BNSP sebagai bahan untuk melakukan konvensi oleh instansi/departemen teknis pembina sektor guna mendapatkan konsensus nasional. 9. Prosedur persetujuan /penetapan SKKNI, dilakukan melalui mekanisme konvensi
nasional, sebagaimana diatur dalam tatacara pelaksanaan konvensi nasional RSKKNI. 10. Jika perubahan SKKNI hanya terkait dengan aspek editorial, tata penulisan dan
Alur Proses Revisi SKKNI
Tim Revisi Hasil revisi SKKNI
Proses validasi SKKNI
Tim Revisi dan instansi pembina teknis
Hasil validasi SKKNI
Proses verifikasi SKKNI terhadap skema sertifikasi
BNSP dan Tim Revisi Hasil verifikasi SKKNI
Departemen Teknis dan Depnakertrans
Depnakertrans
E. Penetapan Hasil Revisi SKKNI
Hasil perubahan yang telah melalui mekanisme perubahan SKKNI ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dengan cara :
1. Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans).
Penyempurnaan Kepmenakertrans dilakukan apabila memenuhi salah satu kriteria yaitu :
a. Perubahan non substansi.
b. Perubahan kurang dari 50 % terhadap substansi.
dengan menerbitkan Kepmenakertrans perubahan atas penyempurnaan lampiran Kepmenakertrans yang lama. Hal ini mengandung arti bahwa Kepmenakertrans yang lama masih tetap berlaku, dan ditambah dengan Kepmenakertrans perubahan/penyempurnaan atas lampiran yang mengalami perubahan.
Contoh :
Jumlah unit kompetensi pada SKKNI Xxxx adalah 10 unit. Karena perkembangan teknologi dan efisiensi jasa pelayanan, maka 4 unit kompetensi harus dilakukan penyesuaian, tanpa merubah komposisi kualifikasi dan/atau
cluster
kompetensi.2. Pencabutan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) Pencabutan Kepmenakertrans dilakukan dengan menerbitkan Kepmenakertrans baru yang mencabut Kepmenakertrans lama, apabila memenuhi salah satu kriteria yaitu :
a. Sering mengalami perubahan, sehingga menyulitkan pengguna SKKNI yang bersangkutan;
b.
Perubahan lebih dari 50 % terhadap substansi/materi.Contoh :
BAB IV PENUTUP
Demikian pedoman ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam melakukan perubahan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) oleh pemangku kepentingan terkait.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2009 DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS,
MASRI HASYAR
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 118 /LATTAS/VI/2009
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA REVISI
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
DAFTAR FORMULIR
1. 2. 3.
4. 5.
Lembar Ketidaksesuaian Lembar Validasi
Daftar Perubahan Kodifikasi Unit Kompetensi/Kualifikasi/ Paket atau Cluster Kompetensi
Daftar Unit Kompetensi Terkini Contoh Perubahan Kodefikasi
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2009 DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS,
Formulir 1
LEMBAR KETIDAKSESUAIAN
SKKNI : ... Tim Perubahan
Ketua : ... Anggota : ...
Tanggal : ... s/d ...
NO. KETIDAKSESUAIAN TERTULIS ALASAN KETIDAKSESUAIAN ACUAN HASIL REVISI
1 Tata Penulisan (termasuk format SKKNI)
2 Substansi Unit Kompetensi
3 Kualifikasi
4 Cluster
..., ... 200..
Ketua Tim Perubahan SKKNI
(...) Catatan :
Formulir 2
LEMBAR VALIDASI
SKKNI : ... Tim Perubahan
Ketua : ... Anggota : ...
Tanggal : ... s/d ...
NO. KETIDAKSESUAIAN TERTULIS HASIL REVISI VALIDASI * KETERANGAN
1 Substansi Unit Kompetensi
2 Kualifikasi
3 Cluster
..., ... 200..
Yang Memvalidasi
(...)
Formulir 3
* Validasi oleh industri/sektor/bidang pekerjaan - Lembar validasi dapat diperbanyak sesuai kebutuhan - Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Lembar Validasi ini:
Notula hasil validasi Daftar hadir
Validasi
Nama yang Memvalidasi :... Jabatan : ... Industri/Sektor/Bidang : ...
Ketua Tim Perubahan SKKNI
DAFTAR PERUBAHAN KODIFIKASI (UNIT KOMPETENSI/
NO. SEBELUM REVISI SETELAH REVISI KET.
KODE (UNIT
* Coret yang tidak sesuai
- Lembar ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan
- Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Lembar ini :
Formulir 4
Daftar Unit Kompetensi Terkini
SKKNI ... (disesuaikan dengan nama SKKNI yang ditetapkan)
KOMPETENSI UMUM
No Kode Unit Judul Unit Kompetensi
1. XXX.YY01.001.01 Menerapkan ...
2. XXX.YY01.002.01 Melakukan ...
3. XXX.YY01.004.01 Melakukan ...
4. XXX.YY01.005.01 ... KOMPETENSI INTI 1. XXX.YY02.001.02 Merawat ...
2. XXX.YY 02.002.01
3. XXX.YY 02.003.01
4. XXX.YY 02.004.01
5. XXX.YY 02.005.01
6. XXX.YY 02.006.01
7. XXX.YY 02.007.01 Mengidentifikasi ...
8. XXX.YY 02.008.01 Menjaga ...
KOMPETENSI KHUSUS/PILIHAN 1. XXX.YY03.001.01
2. XXX.YY 03.002.01
3. XXX.YY 03.003.01
Kode unit : XXX.YY01.003.01 : Zsc Vcd Xsd dihapus/dicabut karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi
Kode unit : XXX.YY02.001.02 : Yqrst direvisi menjadi tiga unit kompetensi untuk meningkatkan layanan jasa. Hasi pengembangannya sebagaimana pada kode unit XXX.YY02.007.01 dan XXX.YY02.008.01
Contoh kode unit kompetensi sebelum perubahan
KODE UNIT : JAP.TA01.002.01
Setelah perubahan menjadi
KODE UNIT : JAP.TA01.002.02
Contoh kode kualifikasi Sebelum perubahan
Kode Pekerjaan :
Daftar unit kompetensi :
1. ... 2. ... 3. ...
Setelah perubahan menjadi Kode Pekerjaan :
Daftar unit kompetensi :
1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...
Perubahan, dengan penambahan jumlah unit kompetensi
K 74 12 1 1 1 1 III 01