• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perkem bangan Teknologi Informas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Perkem bangan Teknologi Informas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap

Perpustakaan dan Pustakawan

https://fpsi-uinjkt.academia.edu/EkaFitriana

Disusun Oleh :

Eka Fitriana – 11170251000081

IPI 2-C

Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(2)

A. Perkembangan Teknologi Informasi

Kemajuan Teknologi Informasi di dunia dimulai pada pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya telepon, alat pencatat telegram, mesin ketik, dan perangkat pengolahan data. Sejarah perkembangan TI pada dunia perpustakaan dimulai ketika penulisan dokumen khususnya di perpustakaan, yang masih menggunakan mesin ketik manual, berevolusi menjadi mesin ketik listrik yang dikenal dengan mesin ketik IBM. Kemudian komputer mulai muncul pada pertengahan abad 19 dan di Indonesia sekitar tahun 1970an. Pada waktu itu komputer digunakan secara Off-Line. Pada saat itu meskipun sudah ada perangkat-perangkat lunak untuk sistem sirkulasi, pengatalogan, atau pengolahan, belum dihubungkan dengan suatu sistem yang terpadu. Kemudian dengan meningkatnya kemajuan teknologi, penggunaan komputer secara off-line diganti dengan on-line yang dapat disambungkan ke berbagai jaringan di dunia dengan berbagai Web-Site. 1

B. Keberadaan Perpustakaan di Era Digital

Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini, mempermudah manusia dalam berbagai aktivitasnya hingga dalam kegiatan mencari informasi. Berbagai informasi atau berita dari seluruh belahan dunia dapat kita akses dalam genggaman tangan melalui handphone hanya dengan hitungan detik saja. Adanya search engine seperti Google, Mozilla firefox, benar-benar mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi. Bahkan bila kita bertanya kepada diri kita sendiri, ‘lebih sering mencari informasi lewat google atau datang langsung ke perpustakaan?’pastilah jawabannya adalah mencari lewat google, yang lebih praktis dan cepat. Google menggunakan sistem web crawler, dimana website-website di internet yang memiliki kata kunci yang sama dengan yang dicari, akan dijaring kemudian ditampilkan di halaman pencarian.2 Google akan

menampilkan hasil yang paling relevan dengan kata kunci, pada halaman awal.

Kemajuan teknologi informasi ini bagi sebagian orang, dipandang sebagai ancaman bagi perpustakaan. Ada yang menganggap bahwa peran perpustakaan sudah tidak dibutuhkan lagi karena segala informasi dapat dicari di internet, ada juga yang mengganggap perpustakaan kini hanyalah sebagai tempat mencari sumber informasi yang tidak dapat di akses / dicari melalui internet. Namun bagi penulis, kita sebagai pustakawan dapat melihat

1 (Suwanto, 2006)

(3)

hal ini dalam dua sisi. Yakni sebagai tantangan dan sebagai peluang. Karena tidak semua informasi dapat kita peroleh dari internet. McDougal Littell (2008), mengatakan bahwa internet adalah alat yang digunakan sebagai tambahan dalam mencari sumber-sumber penelitian tradisional. Internet bukanlah subtitusi bagi perpustakaan.3 Bahkan Joyce B.

Radcliff (2014) menyebutkan bahwa internet tidak dapat dijadikan subtitusi karena beberapa hal, diantaranya:

1. Tidak semua hal ada di internet. Bahkan hanya ada 8% saja jurnal yang ada di internet menurut ALA,

2. Internet tidak terorgansir. Kita dapat menemukan lebih dari satu website yang isinya sama untuk satu kata kunci. Sehingga membuang-buang waktu,

3. Tidak memiliki kontol kualitas karena merupakan sumber terbuka,

4. Sumber informasi sulit diidentifikasi,

5. Banyaknya informasi, menyulitkan pemustaka mencari informasi yang relevan4

Perpustakaan harus berbenah dalam hal pelayanan dan pengemasan informasi serta persebaran informasi ilmu pengetahuan. Tantangan bagi perpustakaan, adalah bagaimana caranya agar perpustakaan dapat dekat dengan pemustaka era digital, dan bagaimana perpustakaan sebagai tempat penyebarluasan informasi yang dapat diandalkan, tetap eksis di era digital ini. Serta bagaimana perpustakaan me-manage banyaknya informasi yang ada.5

Menurut penulis, hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui dulu bagaimana karakteristik pemustaka potensial pada saat ini yang dikenal sebagai “net generation”. Yakni generasi digital yang merupakan istilah bagi anak-anak yang lahir setelah tahun 1980an.6

Yang memiliki karakteristik;

1. Ingin mendapatkan informasi secara cepat,

2. Multitasking dengan proses berpikir yang parallel,

3. Berinteraksi secara real time serta menghasilkan konten.7

Hal yang dapat dilakukan perpustakaan diantaranya dengan mengembangkan website perpustakaan, sehingga pemustaka dapat mengakses koleksi bahan pustaka yang dimiliki

3 (“Unit 1 : Web Research Guide : Library vs. the Internet,” t.t.)

4 (“Library VS Internet,” t.t.)

5 (“TANTANGAN DAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN DI ERA DIGITAL | Jurnal Pustaka Ilmiah,”

t.t.) 6 Ibid

7 (“Layanan dan Peran Perpustakaan di Era Digital | Nuning Kurniasih - Academia.edu,”

(4)

perpustakaan dalam bentuk digital, kapanpun dan dimanapun. Bahkan untuk memperpanjang waktu peminjaman, juga dapat dilakukan secara online yang menghemat waktu pemustaka. Serta dapat menjadi laman pemberitahuan kegiatan apa saja yang diadakan oleh perpustakaan. Sistem otomasi dalam perpustakaan juga dibutuhkan agar dalam pelayanan dapat dilakukan dengan efesien. Selain itu, peng-upgradean kemampuan pustakawan diperlukan agar kegiatan di perpustakaan dapat berjalan dengan lancar.

Sedangkan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan salah satunya dengan melakukan resource sharing sumber informasi digital yang dimilikinya dengan menyediakan akses bagi perpustakaan lain ke koleksi digital miliknya dan sebaliknya. Sehingga peluang suatu perpustakaan untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustakanya semakin besar.8 Selain itu, konsep perpustakaan hibrida, dimana perpustakaan menyediakan koleksi

tercetak dan elektronik, dapat menunjang kebutuhan pemustaka. 9 C. Perkembangan Teknologi Informasi Terapan di Perpustakaan

Adanya teknologi yang membawa kemudahan bagi segala aktivitas dalam kehidupan manusia, dampaknya juga dapat kita rasakan di perpustakaan. Pengaplikasian teknologi informasi dalam perpustakaan diantaranya;

1. Library housekeeping (Perawatan /pengelolaan perpustakaan), contohnya pengaksesan katalog yang dikenal dengan nama OPAC (Online Public Akses Catalog). Kita cukup mengetikkan kata kunci berupa penulis atau judul buku yang dicari pada OPAC dan dalam

hitungan detik dapat kita ketahui dimana letak buku tersebut.

2. Information retrieval (temu kembali informasi / Penelusuran Informasi), yang menggunakan Pangkalan Data Lokal

3. General purpose software (Perangkat lunak untuk berbagai macam keperluan)

4. Library networking (Jaringan kerjasama perpustakaan)10. Seperti mengadakan ILL atau

Inter Library Loan atau yang dikenal dengan silang layan.

8 (“KPDI Jawab Tantangan Perpustakaan di Era Digital -,” 2014)

9 (“Eksistensi Perpustakaan Perguruan Tinggi Di Era Digital - Dinas Kearsipan dan

(5)

D. Peran Pustakawan di Era Digital

Perpustakaan tidak bisa berjalan tanpa adanya pustakawan. Bisa dikatakan, pustakawan adalah penentu keberhasilan perpustakaan. Ide, gagasan-gagasan, dan upaya yang dilakukan oleh seorang pustakawan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah perpustakaan. Di era digital ini, pustakawan memiliki peranan penting seperti yang diungkapkan oleh K. Nageswara dan KH Babu, yaitu :

1. Pustakawan sebagai Mediator Pencarian.Pustakawan harus menguasai sumber-sumber informasi di internet agar dapat membantu menelusuri informasi yang diperlukan pemustaka,

2. Pustakawan sebagai Fasilitator. Pustakawan harus mampu menguasai dan mengetahui cara mencari sumber informasi berbayar dan tidak berbayar,

3. Pustakawan sebagai Manajemen Pengetahuan. Pustakawan dapat merencanakan dan mengendalikan tindakan apa yang diperlukan untuk mengembangkan aset pengetahuan sesuai kebutuhan organisasinya,

4. Pustakawan sebagai Penyaring Informasi, menyaring informasi dan melakukan seleksi terhadap informasi agar sesuai dengan kebutuhan dan minat para penggunanya.11

Pustakawan di era digital, haruslah memiliki kualifikasi tertentu agar dapat menjalankan perannya sebagai consultant information. Dikutip dari Hashim dan Mochtar, kemampuan itu yakni kemampuan professional yang merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua pustakawan, dan kemampuan personal yang meliputi kemampuan soft skill.12 Respons terhadap berbagai perubahan teknologi dan lingkungan yang ada,

mengharuskan pustakawan membekali diri mereka dengan profesionalisme dan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Terlebih di era digital ini, pustakawan haruslah dapat membuat generasi muda tertarik mengunjungi perpustakaan (Nuning Kurniasih, 2015). Sehingga terciptalah perpustakaan masa kini, dengan pustakawan yang terampil dan ahli yang dapat membantu mewujudkan perpustakaan era digital.

11 (Rao & Babu, 2001)

(6)

Daftar Literatur

Eksistensi Perpustakaan Perguruan Tinggi Di Era Digital - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

Prov. Kep. Bangka Belitung. (t.t.). Diambil 30 Mei 2018, dari

http://bpad.babelprov

.go.id/perpus/artikel/263-eksistensi_perpustakaan_perguruan_tinggi_di_era_digital.html

Hashim L, Mokhtar WN (2012). Preparing new Era: Libraries and information professionals trends and issues. Int. J. Humanit. Soc. Sci. 2(7):151-156.

Hidayat, P. (2015). Bersaing dengan google: Bagaimana perpustakaan tetap unggul dalam

pencarian informasi. AL-MAKTABAH, 14(1).

KPDI Jawab Tantangan Perpustakaan di Era Digital -. (2014, Juni 12). Diambil 30 Mei 2018,

dari https://lib.ub.ac.id/berita/kpdi-jawab-tantangan-perpustakaan-di-era-digital/

Layanan dan Peran Perpustakaan di Era Digital | Nuning Kurniasih - Academia.edu. (t.t.).

Diambil 30 Mei 2018, dari

https://www.academia.edu/5900127/Layanan_dan_Peran_Perpustakaan_di_Era_Digit

al

Library VS Internet. (t.t.). Diambil 30 Mei 2018, dari

http://www.tnstate.edu/library/publicservices/library_vs_internet.aspx

Rao, K. N., & Babu, K. H. (2001). Role of Librarian in Internet and World Wide Web

Environment. Informing Science, 4. Diambil dari http://eprints.covenantuniversity.edu.ng/5038/

Suwanto, S. A. (2006). TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PERPUSTAKAAN DAN

PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI. Jurnal FKP2T, Volume 1, 22–26. TANTANGAN DAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN DI ERA DIGITAL | Jurnal Pustaka

Ilmiah. (t.t.). Diambil 30 Mei 2018, dari

(7)

Unit 1 : Web Research Guide : Library vs. the Internet. (t.t.). Diambil 30 Mei 2018, dari

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran SCL, mahasiswa khususnya angkatan 2014 dan 2015 juga lebih cenderung memberikan penilaian positif pada proses interaksi yang berarti mahasiswa selalu

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik Nomor 5 tahun 1960 tentang Pembuatan Reklame dan Mengadakan serta Penarikan Pajak Reklame yang disahkan oleh Presiden

Sebuah crusher gyrat!ry adalah salah satu jenis utama penghancur primer di Sebuah crusher gyrat!ry adalah salah satu jenis utama penghancur primer di tambang atau pabrik

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan tipe lahan gambut, komoditi lokal potensial di KHG Kahayan - Sebangau dapat dikembangkan melalui tiga model, yaitu model

1. Waktu penanganan surat menyurat a. Rata-rata total waktu penanganan satu surat masuk b. Rata-rata total waktu penanganan satu surat keluar 1. Ketepatan fungsi wawancara

SCA yang tidak secara fisik menangani produk UTZ: SCA ini harus mematuhi persyaratan yang berlaku dari Standar Rantai pengawasan (ChoC), walaupun bukan sebagai

digunakan untuk mengambil kesimpulan dari berbagai pendapat pakar tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu berkaitan tentang kedudukan advokat