• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Budaya Organisasi dan Persespsi Dukungan Organisasi terhadap Need for Achievement pada Polisi Wanita di Polda Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Budaya Organisasi dan Persespsi Dukungan Organisasi terhadap Need for Achievement pada Polisi Wanita di Polda Sumatera Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam

suatu organisasi, oleh karena itu sumber daya manusia harus dikelola dengan baik

untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi, ini merupakan salah satu fungsi

dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia.

Manajemen sumber daya manusia mengacu pada kebijakan-kebjakan,

praktik-praktik, serta sistem yang mempengaruhi perilaku, sikap dan kinerja karyawan

(Hollenbeck, Gerhart & Wright, 2010).

Kinerja atau perfomance adalah perilaku yang berhubungan dengan tujuan organisasi yang diukur pada setiap kompetensi individu (Landy & Conte, 2004).

Kinerja seorang karyawan dapat dinilai berdasarkan jumlah perkerjaan yang

diselesaikan dalam batas waktu tertentu. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja individu adalah need for achievement. Schuler (2010) menyebutkan need for achievement sangat penting dalam mempengaruhi dan menentukan kinerja.

Need for achievement menurut McCelland adalah keinginan untuk menonjol, untuk mencapai sesuatu yang berhubungan dengan sebuah satuan

standar tinggi, dan berjuang untuk sukses (dalam Robbin & Coulter, 2005).

Pendapat lain dari Daft (2008, Moore, Grabsch & Rotter, 2010) yang mengatakan

(2)

memenuhi standar yang tinggi untuk sukses, menguasai tugas yang sulit dan

berkompetisi dengan orang lain. Teori ini dikembangkan oleh David McCelland.

McCelland sendiri mengatakan bahwa need for achievement menggambarkan individu yang memiliki perhatian terhadap kemahiran, mengambil resiko yang

tinggi, dan merespon dengan baik feedback terhadap tugas-tugasnya (McClelland, 1987).

Ada perbedaan antara individu yang memiliki need for achievement yang tinggi dengan individu yang memiliki need for achievement yang rendah. Individu yang memiliki need for achievement yang tinggi akan mencari situasi dimana mereka dapat berkompetisi dengan beberapa standar, dan membuktikan

kesuksesan diri. Mereka cenderung menghindari kesuksesan yang didapat dengan

mudah. Mereka juga lebih memilih pekerjaan yang menawarkan tanggung jawab

personal untuk menemukan solusi untuk sebuah masalah, yang mana mereka bisa

menerima feedback yang jelas dan cepat terhadap kinerja mereka. Selain itu individu yang memiliki need for achievement yang tinggi lebih berorientasi terhadap masa depan dan tidak menunda penyelesaian tugas agar dapat mencapai

tujuan. Sebaliknya orang yang memiliki need for achievement yang rendah memiliki kecenderungan termotivasi untuk menghindari kesulitan. Mereka lebih

mencari tugas yang mudah, lebih suka menghindari kegagalan (Fieldman, 2003).

Individu yang memiliki need for achievement yang tinggi akan lebih cepat dalam mendapatkan promosi diawal karir mereka, hal ini dikarenakan mereka

akan lebih bersedia menyelesaikan tugas yang sulit agar lebih sukses

(3)

oleh pendapat Darolia, Kumari, Darolia (2010) yang mengatakan need for achievement sebagai suatu kontruksi yang luas yang berkaitan dengan kondisi dan proses yang menjelaskan gairah, arah dan besarnya usaha seseorang dalam

menjaga pekerjaannya. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan beberapa

perusahaan di dunia seperti di Amerika Serikat, China, Australia dan Singapura,

dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki manejer dengan skor need for achievement yang lebih tinggi memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat (Hodgetts & Luthan, 2003).

Need for achievement menurut McCelland dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini berfokus pada faktor eksternal yang

mempengaruhi need for achievement, salah satu faktor eksternal adalah organisasi. Organisasi menurut Robbert (1994; Torang, 2013) adalah suatu entitas

sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih dengan

batasan yang relatif terindentifikasi, yang berfungsi secara berkelanjutan untuk

mencapai seperangkat sasaran bersama. Robbin (1999) juga menambahkan setiap

organisasi memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda-beda satu sama

lain, inilah yang disebut dengan budaya organisasi. Schein (1990) mengatakan

budaya organisasi merupakan salah satu cara dalam mempengaruhi pola pikir

individu dalam membuat keputusan dan akhirnya mempengaruhi cara mereka

dalam berinteraksi, merasakan dan bertindak.

Brown (1998; Sokro, 2012) mengatakan ada hubungan antara budaya

(4)

memberikan karyawan pemahaman jelas dari tugas-tugas yang diberikan dan

berpengaruh terhadap perilaku anggotanya, termasuk motivasi berprestasi.

Budaya organisasi juga dapat mendorong need for achievement karyawan sehingga dapat mencapai tujuan organisasi (Sempane, Riege & Roodt, 2002).

Budaya organisasi memainkan peran yang penting dalam organisasi dengan cara

bagaimana menciptakan perasaan karyawan tentang pekerjaan mereka,

meningkatkan motivasi, komitmen dan kepuasan kerja. Organisasi dapat

menciptakan energi, yang mana energi tersebut menyebar keseluruh organisasi

dan menciptakan kesuksesan.

Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukan Boddy (2002) yang

mengatakan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh penting dan langsung

terhadap perilaku karyawan dari sebuah organisasi, ia percaya bahwa budaya

organisasi dapat mendorong karyawan untuk memberikan yang terbaik demi

tujuan organisasi atau dapat mencegah perilaku yang membahayakan bagi kinerja

organisasi. Karyawan juga cenderung akan mengembangkan dorongan untuk

berprestasi untuk mencapai sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh budaya

organisasi dimana mereka berada (Wibowo, 2013).

Selanjutnya faktor organisasi yang dapat mempengaruhi need for achievement adalah persepsi dukungan organisasi. Dukungan yang positif dari pimpinan dan segenap karyawan akan menciptakan situasi kerja yang kondusif.

Dengan mendapatkan dukungan tersebut kinerja karyawan akan terpacu untuk

(5)

sehingga mereka dapat saling mempercayai dan saling membantu (Nugraheny,

2009).

Persepsi dukungan organisasi adalah persepsi yang dimiliki karyawan

tentang organisasi, bagaimana organisasi menilai kontribusi mereka dan peduli

tentang kesejahteraan mereka. Perlakuan dari organisasi memiliki pengaruh yang

besar terhadap persepsi dan menciptakan kepatuhan karyawan kepada organisasi

(Eisenberger, Huntington, Hutchison, and Sowa, 1986). Di sisi lain persepsi

dukungan organisasi dapat meningkatkan usaha karyawan untuk mencapai tujuan

organisasi serta mempunyai pengaruh penting terhadap berbagai aspek dalam

perilaku organisasi (Eisenberger dkk 1986).

Suskind (2000) berpendapat bahwa dukungan organisasi dapat digunakan

untuk meningkatkan keinginan untuk berprestasi pada karyawan yang

berhubungan dengan pelanggan, sehingga dapat dikatakan variabel dukungan

organisasi dapat berpengaruh positif terhadap motivasi pekerja. Persepsi

dukungan organisasi adalah persepsi karyawan mengenai perhatian organisasi

untuk kesejahteraan mereka dan sejauh mana organisasi menilai kontribusi

mereka. Persepsi tersebut berhubungan dengan suatu kondisi dimana karyawana

merasa bahwa organisasi memberikan kompensasi secara adil terhadap usaha atau

kinerja mereka, membantu karyawan memenuhi kebutuhan, memberi pekerjaan

menarik dan memotivasi serta menciptakan kondisi kerja yang kondusif. Persepsi

dukungan organisasi tersebut mempengaruhi hubungan emosional karyawan

yang akan berdampak pada persepsi positif karyawan terhadap organisasi

(6)

tujuan organisasi. Oleh karena itu karyawan memiliki keinginan untuk berprestasi

ketika mereka merasakan dukungan dan kebijakan dari organisasi (Karami, 2012).

Xu (2007; Karami, 2012) mengatakan karyawan akan melibatkan diri

dalam pengambilan keputusan di dalam organisasi jika mereka menemukan

dukungan dari organisasi sebagai usaha organisasi untuk mengembangkan karir

mereka. Persepsi dukungan organisasi juga membawa kesempatan yang baik

untuk promosi dan pengembangan karir (Eisenberger. 1986). Hal ini disebabkan

karena persepsi dukungan organisasi membuat karyawan merasa terhubung

dengan organisasi dan anggota lainnya, dan akan membuat karyawan merasa

mandiri pada pekerjaan mereka, ini akan menjadi sumber yang besar untuk kinerja

mereka, sehingga membuat karyawan lebih kompeten (Mitchell, 2012).

Perbedaan secara jenis kelamin dalam need for achievement telah diteliti secara luas (Meece, Glienke & Burg, 2006). Penelitian yang dulu pernah

dilakukan oleh McCelland (1987) menunjukkan hasil bahwa wanita memiliki skor

need for achievement yang lebih rendah daripada pria, rendahnya need for achievement pada wanita ini disebabkan karena wanita terutama wanita karier memiliki penilaian dan dampak yang negatif dari pekerjaan yang mereka lakukan

terutama pekerjaan yang mencerminkan maskulinitas. Penelitian yang sama juga

pernah dilakukan oleh Horner (1974; Greene &DeBacker, 2004). Penelitian ini

(7)

Namun, beberapa penelitian pada dekade belakangan ini menunjukkan

hasil yang berbeda, perbedaan need for achievement pada wanita dan laki-laki perlahan menghilang (Riepe, 2010). Hal ini menurut Spence dan Helmreich

(1983; Riepe, 2010) diakibatkan oleh banyaknya keterlibatan wanita dalam

struktur organisasi. Perubahan fenomena ini sangat terlihat dibeberapa negara

seperti di Amerika Serikat, wanita telah mendapatkan pendidikan yang tinggi

sama dengan pria dan sukses di bidang pekerjaan yang biasanya di dominasi oleh

pria, seperti teknik, dokter, dan bidang lainnya. Tren ini pun terus berkembang

tidak hanya di Amerika Serikat, hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Dengan

perkembangan zaman dan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita yang

berminat memasuki dunia kerja untuk menunjukkan eksistensi dan keberadaannya

semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama

Agustus 2006 hingga Agustus 2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta

orang sedangkan pekerja pria hanya mengalami peningkatan sebesar 1,1 juta

orang. Hal ini terus meningkat dengan bertambahnya jumlah perempuan yang

berhasil dalam memperoleh pekerjaan dibandingkan dengan laki-laki pada tahun

2011, dimana perempuan berhasil mengisi 54,55% dari penempatan kerja

(International Labour Organization, 2013 ).

Di dalam lembaga birokrasi pemerintah, relasi atau hubungan kerja yang

tercipta masih menempatkan adanya dominasi pegawai laki-laki terhadap pegawai

perempuan. Jabatan-jabatan strategis dan penting di dalam lembaga birokrasi

pemerintah masih lebih banyak yang diduduki oleh pegawai laki-laki. Sebaliknya,

(8)

karir di birokrasi pemerintah. Pegawai perempuan cenderung lebih banyak

mendapatkan kendala dan hambatan untuk dapat menduduki jabatan-jabatan

strategis di birokrasi pemerintah dibandingkan dengan pegawai laki-laki (Badan

Kepegawaian Negara, 2011). Hal demikian juga terjadi pada instasi pemerintahan

seperti kepolisian. Polisi merupakan salah satu pilar dari bangunan kekuasaan

negara. Hal ini mengandung makna bahwa kehidupan dalam suatu negara tidak

dapat berjalan normal tanpa keberadaan polisi. Eksistensi lembaga kepolisian

dalam suatu negara memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan tugas

pemerintahan di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.

Polisi wanita sendiri merupakan bagian integral dari Polri hingga tidak

dapat terlepas dalam dinamika organisasi. Wanita di Indonesia memiliki

kesempatan untuk menjadi petugas polisi asalakan telah terpilih, lulus pendidikan

kepolisian, diangkat dengan keputusan presiden atau kapolri dan berdinas aktif

dalam penugasan kepolisian yang kemudian dikenal dengan sebutan polisi

waniata atau polisi wanita (Mabes Polri, 2002). Pertumbuhan jumlah polisi

wanita dipercaya dapat memberikan dampak yang positif bagi lembaga kepolisian

dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan perempuan (Rizal, 2010).

Secara umum polisi wanita memiliki tugas dan tanggung jawab yang

sama dengan polisi laki-laki seperti yang tercantum dalam UU kepolisian No.2

Tahun 2002 pasal 13, yaitu tugas pokok Polri adalah memilihara kemanan dan

keterliban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan,

(9)

Polri sendiri memiliki kebijakan mengeluarkan kebijakan tentang Sistem

Penilaian Kinerja Pegawai Negeri pada Polri dengan Sistem Manajemen Kinerja

yang diatur pada Peraturan Kapolri Nomor 16 tahun 2011. Peraturan Kapolri ini

adalah dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kinerja pegawai negeri

pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbasis kompetensi, maka

perlu diberikan penilaian berdasarkan standar kinerja secara objektif, transparan,

dan akuntabel guna mendorong prestasi, produktivitas, dedikasi, dan loyalitas

kerja. Adapun peraturan ini kemudian menjadi dasar bagi seluruh institusi

kepolisian mulai dari tingkat Mabes Polri sampai dengan Polsek dalam melakukan

penilaian kinerja personelnya (Setyowady, 2013).

Ada beberapa faktor yang digunakan dalam penentuan prestasi di bidang

kepolisian yang disebut sistem penilaian kinerja (SPK) yaitu performance yaitu keberhasilan atau pencapaian sasaran tugas dan jabatan. Faktor kedua adalah Job competence yaitu kemahiran atau penguasaan seseorang personil sesuai dengan tuntutan jabatannya. Faktor ketiga adalah kesedian untuk menampilkan perilaku

kerja yang menunjuang prestasi dan faktor yang terakhir adalah potensi untuk

berkembang iatu kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan dan diwujudkan

seorang personil. Faktor penilaian diatas akan digunakan untuk menilai kinerja

atau prestasi untuk setiap anggota polisi dan menjadi sebuah prediksi untuk setiap

anggota polisi untuk dikembangkan pada posisi yang lebih tinggi (Soetjipto,

2006).

Di dalam stuktur organisasi di lingkungan polri tidak dibedakan antara

(10)

polisi wanita dibentuk untuk membantu menangani masalah yang berkaitan

dengan perempuan dan anak-anak. Namun sekarang seiring dengan

berkembangnya organisasi kepolisian, penugasan polisi wanita tidak hanya

terbatas pada perempuan dan anak-anak saja, tetapi mencakup semua tugas-tugas

kepolisian baik dalam bidang operasional maupun non operasional, seperti fungsi

intelijen, reserse, lalu lintas, pembinaan personil, pengawasan kedokteran dan

kesehatan (Irhastini, 2011).

Peningkatan dukungan terhadap polisi wanita juga tetap diberikan yaitu

berupa kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan

berjenjang di kepolisian. Dukungan lainnya adalah adanya kebijakan dari Wakil

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Komjen Pol Oegroseno yang akan

menempatkan minimal dua polisi wanita di setiap polsek untuk memberdayakan

peran polisi wanita (Krisiandi, 2013 ).

Walaupun telah banyak dukungan organisasi terdahap polisi wanita dalam

mencapai karir, masih ditemukan kurangnya prestasi polisi wanita dibandingkan

dengan polisi pria. Di dalam struktur jabatan, posisi yang paling tinggi yang di

berikan kepada polisi wanita hanya tingkat kapolres dan kapolsek dan posisi ini

pada umumnya di pegang oleh polisi pria. Keberadaan Polisi wanita pada institusi

kepolisian belum dimaksimalkan. Diantaranya pada jabatan-jabatan strategis

seperti Kapolres, Kapolda, dan beberapa jabatan lainnya di Mabes Polri.

Indonesia Police Watch menilai jabatan-jabatan strategis yang bisa dipegang para polisi wanita antara lain Direktur Binmas, Deputi Logistik, Deputi

(11)

dijabat Polisi wanita . Sayangnya saat ini tidak ada satupun posisi Kapolda dijabat

Polisi wanita. Memang untuk tingkat Kombes ada beberapa posisi strategis dijabat

oleh Polisi wanita, seperti Kepala Pusat Pendidikan Intelijen Polri (Hadriani,

2013). Dari data di atas ternyata kesempatan polisi wanita untuk berkarier

dibidang kepolisian ternyata tetap dibatasi pada bidang tertentu saja dikarenakan

dasar stereotip dan persepsi yang dimiliki oleh intansi kepolisian. Polisi wanita

juga dalam perjalanan tugasnya masih didiskriminasikan, yaitu mulai dari proses

perekrutan, promosi jabatan, tugas yang diemban (Deguzman & Frank, 2004).

Bentuk diskriminasi yang dialami oleh polisi wanita disebabkan pencitraan yang

dimunculkan pada lembaga kepolisian yang dianggap sebagai pekerjaan yang

hanya sesuai diberikan kepada bagi laki-laki, dan akhirnya hanya perempuan yang

dapat menempatkan dirinya dan dapat bekerja seperti polisi laki-laki lainya yang

dapat bertahan di dalam instansi kepolisian. Dengan demikian, lembaga kepolisian

pun menjadi lembaga yang secara tradisional diperuntukkan bagi laki-laki,

sehingga akhirnya bila perempuan dipilih menjadi polisi tidak secara otomatis

diperlakukan secara objekif (Rizal, 2010).

Polri sendiri merupakan institusi negara untuk melindungi, mengayomi

dan melayani masyarakat sekaligus sebagai aparat penegak hukum yang dapat

dipercaya seperti yang tercantum dalam Tri Brata dan Catur Prasetya Berbakti

kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa

yaitu menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan

hukum negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

(12)

masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan

ketertiban.sedangkan is dari catur prasetya adalah Meniadakan segala bentuk

gangguan keamanan, Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan hak asasi

manusia, Menjamin kepastian berdasarkan hukum. Memelihara perasaan tentram

dan damai.oleh karena itu diharapkan setiap personil polisi baik wanita maupun

pria harus memegang prinsip yang tercantum dalam tri brata dan catur prasetya

sebagai pedoman dan petunjuk sikap maupun dalam bekerja dan menjadikannnya

sebagai budaya yang harus dipertahankan demi keselamatan masayarakat luas.

Penelitian ini dilakukan pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara. Polda

Sumatera Utara memiliki jumlah polisi wanita sebanyak 322 personil, terdiri dari

berbagai jenjang jabatan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk

mengetahui pengaruh budaya organisasi dan persepsi dukungan organisasi

terhadap need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh budaya organisasi dan persepsi dukungan organisasi

terhadap need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara, bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap need for achievement, bagaimana pengaruh persepsi organisasi terhadap need for achievement, bagaimana gambaran budaya organisasi polisi wanita di Polda Sumatera Utara, bagaimana gambaran

(13)

Utara, bagaimana gambaran need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Mengetahui pengaruh budaya organisasi dan persepsi terhadap dukungan

organisasi terhadap need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara.

2. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara.

3. Mengetahui pengaruh aspek budaya organisasi terhadap need for achievement

4. Bagaimana pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara.

5. Mengetahui pengaruh aspek pengaruh dukungan organisasi terhadap need for achievement

6. Bagaimana gambaran budaya organisasi di Polda Sumatera Utara.

7. Bagaimana gambaran persepsi dukungan organisasi pada polisi wanita di

Polda Sumatera Utara

(14)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris bagi

disiplin ilmu psikologi industri dan organisasi, terutama teori teori yang

berkaitan dengan budaya organisasi, persepsi dukungan organisasi dan

need for achievement

b. Memberikan sumbangan untuk memperkaya sumber kepustakaan dan

dijadikan sebagai bahan referensi teoritis dan empiris yang dapat jadi

penunjang untuk penelitian di masa yang akan datang serta meningkatkan

pemahaman mengenai bidang terkait.

2. Maafaat Praktis

a. Membantu intansi kepolisian untuk mengetahui pengaruh budaya

organisasi yang ada di dalam organisasi sehingga dapat meningkatkan

need for achievement pada polisi wanita di Polda Sumatera Utara. Selain itu dapat membantu instansi kepolisian untuk mengetahui apakah

dukungan yang telah diberikan pada Polisi Wanita dapat meningkatkan

need for achievement pada anggota polisi wanita di Polda Sumatera Utara b. Membantu memberikan gambaran tentang budaya organisasi, persepsi

(15)

E. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari

masalah yang menjadi objek penelitian. Landasan teori

yang diuraikan adalah mengenai need for achievement, budaya organisasi, persepsi dukungan organisasi, hubungan

budaya organisasi dengan need for achievement, dan hubungan antara persepsi dukungan organisasi. Bab ini juga

mengemukakan hipotesis penelitian yang menjelaskan

hubungan budaya organisasi dengan need for achievement

dan hubungan persepsi dukungan organisasi dengan need for achievement.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian,

definisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel

penelitian,metode pengambilan data, uji validitas, uji

reliabilitas, uji coba alat ukur, prosedur penelitian dan

(16)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum subjek penelitian,

uji asumsi, hasil penelitian yang disertai analisa data dan

pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban

permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil

penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran teoritis,

saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Holding BUMN baik induk perusahaan maupun anak perusahaan BUMN yang status

Hasil menunjukkan bahwa perubahan tekanan interface pre dan post pada kelompok kontrol cukup tinggi dan mengalami naik-turun yang bervariatif sehingga lebih berisiko mengalami

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Peramalan Jumlah Ekspor Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2018”. Terimakasih penulis sampaikan

Populasi penelitian yang digunakan adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di Jawa Tengah.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Convinience

Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penyusun

pendekatan kualitatif yang digunakan oleh peneliti, sehingga data yang.. dimunculkan hanya akan bebentuk kata-kata dan gambar

Hal ini menunjukkan bahwa subjek NWH termasuk dalam kedalam karakteristik tingkat berpikir kritis tingkat sedang, dibuktikan dengan subjek sudah mampu

Judul Tugas Akhir : Sistem Administrasi Usaha Rental Mobil pada Unit.. Usaha Rental Mobil Arlinta Surabaya Dosen Pembimbing 1 : Nur Cahyo Wibowo, S.kom, M.kom Dosen Pembimbing 2