• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Chapter I (739.7Kb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Chapter I (739.7Kb)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Kebijakan dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu kajian yang

menarik di dalam ilmu politik, konsep mengenai kebijakan publik lebih

ditekankan pada studi-studi mengenai pemerintahan. Kebijakan publik sebagai

proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh negara dengan

mempertimbangkan beberapa aspek, kebijakan publik sebagai sebuah kebijakan

atau keputusan yang dibuat oleh pihak berwenang yang boleh jadi melibatkan

stakeholders lain yang menyangkut tentang publik. Suatu kebijakan apabila telah

dibuat, maka harus diimplementasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia, serta

dievaluasikan agar dapat dijadikan sebagai mekanisme pengawasan terhadap

kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.1

Kebijakan Negara juga erat hubungannya dengan Militer dan Sipil,

Hubungan sipil-militer merupakan satu masalah yang sangat penting bagi suatu

bangsa. Hal ini disebabkan karena berpengaruh besar kepada ketahanan nasional

negara tersebut, yang mana salah satu gejala yang muncul dalam kehidupan

bernegara adalah ketika militer menjalankan dua fungsi yaitu militer dan

non-militer, militer sebagai stabilitas ketahanan nasional dan militer masuk ke ranah

politik praktis yang hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakstabilan sistem

politik.2

Hubungan militer dan sipil merupakan suatu permasalahan klasik di

beberapa negara, terutama di negara yang rapuh dimana kondisi sosial, ekonomi

dan politiknya cenderung tidak stabil. Dalam keadaan pemerintahan sipil tidak

lagi mampu mengelola permasalahan negaranya, militer cenderung untuk masuk

dalam politik demi menstabilkan keadaan, militer berkewajiban melindungi

1

William N. Dunn. Analisa Kebijakan public. 2003. Yogyakarta : GUMP Hlm 132

2

(2)

pemerintah dari intervensi pihak mana saja. Di sini terlihat adanya ketergantungan

pemerintahan sipil terhadap pihak militer, pertanyaannya adalah apakah, kapan

dan dalam kondisi mana militer harus bertindak untuk mencegah terjadinya

konflik sosial..3

Kepatuhan militer terhadap otoritas sipil tersebut bukan karena gejala yang

alamiah. Kepatuhan tersebut justru ditimbulkan oleh kepemimpinan sipil terhadap

militer karena adanya legitimasi dan diakui oleh kedua belah pihak dalam batasan

yang wajar dan bisa ditolerir. Dan batasan itu disusun sesuai perilaku politik suatu

negara. Oleh karena itu, bisa diperkirakan ketika harapan terhadap sebuah

legitimasi atau otonomi rendah, hubungan sipil-militer akan terganggu dan

kepatuhan akan menjadi problematik. Secara teroritis, ketika rezim tidak ada,

lemah, atau tidak terpadu, maka hubungan sipil-militer tidak akan stabil dan

kontrol sipil terancam. Sebaliknya, jika muncul rezim kuat yang dibangun oleh

sipil akan melahirkan hubungan sipil-militer yang stabil dan kontrol sipil menjadi

kuat. Sebaliknya, meskipun rezim ciptaan militer juga bisa menciptakan hubungan

sipil-militer yang stabil tetapi kondisi tersebut bisa mengurangi kontrol sipil.

Campur tangan militer rupanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

modernisasi politik dibenua dan Negara manapun.

4

Hubungan Militer dan sipil tidak pernah bisa di lepaskan dalam otoritas

sebuah Negara, dalam hal ini saya menganalisis situasi yang terjadi di eropa pada

tahun 1920-an tepatnya setelah Perang Dunia I. dimana salah satu negara yang

mengalami krisis adalah Negara Italia, Italia kemudian mencoba membangun

negara di Eropa dengan jalan menghimpun kekuatan berpangaruh sosialis di

Italia. Italia percaya, para proletar bisa dibunuh dalam gerakan fascio. Inilah yang

menjadi cikal bakal gerakan fasis, yang lahir di saat perekonomian Italia

memburuk akibat perang, dan pengangguran merebak di mana-mana. Pada Maret

1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk kelompok

untuk bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat,

kriminal, dan preman. Penampilan mereka seram dan tiap hari terlibat perkelahian

3

Morris janowitz, Hubungan –hubungan sipil-militer,bima aksara: Jakarta,1985. Hal. 251.

4

(3)

di jalan-jalan. Setelah gagal pada Pemilu 1919, ia mengembangkan paham

kelompoknya, sehingga mulai mendapat pengaruh. Mereka, kaum fasis, menolak

parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik.

Dalam negara totaliter, kekerasan negara timbul akibat penguasa dalam

membuat peraturan atau hukum ditetapkan justru untuk memperluas kekuasaan,

tujuannya dominasi total atas manusia.5 Negara merupakan integrasi dari

kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara

adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur

hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala

kekuasaan dalam masyarakat.6 Tujuannya terletak pada pelanggengan dan

peningkatan sebuah komunitas yang secara fisik maupun psikis terdiri dari

makluk-makluk homogen. Pelanggengan ini terdiri atas makluk-makluk

homogeni. Pelanggengan ini terdiri atas semua eksistensi sebagai suatu ras dan

arena perkembangan bebas semua kekuatan yang terbengkalai dalam ras ini. Dari

mereka sebagian akan selalu melayani pelanggengan kehidupan spiritual, dan

hanya harapan yang tersisa yang mendukung spiritual lanjutan, sesungguhnya

yang satu selalu menciptakan prasyarat untuk yang lain.7

Kekuasaan yang menggunakan institusi militer dalam aktivitasnya identik

dengan kata fasisme, Setelah Perang Dunia 1 berakhir, muncul beberapa bangsa

yang tidak menyukai demokrasi liberal. Mereka anti-demokrasi, dan menonjolkan

kepentingan negara diatas segala-galanya. Demi kepentingan negara, bila perlu

kepentingan perseorangan harus dikorbankan. Umumnya istilah fasisme selalu

dikaitkan pada peristiwa masa lalu di Eropa, jauh dari kita dan bahkan jauh dari

bangsa dan tanah air kita. Pada hal fasisme sebagai suatu keyakinan dan sikap

hidup maupun pendirian politik sangat mungkin tumbuh subur dimana-mana

termasuk dirumah tangga kita bahkan dikepala kita. Fasisme merupakan sebuah

paham politik yang menjunjung kekuasaan absolut tanpa demokrasi, fasisme

sebagai gerakan politik berkembang dalam kehidupan politik di Eropa antara

5

Rieke Diah pitaloka, Kekerasan negara menular ke masyarakat, Galang press: Jakarta, 2004. hal. 17

6

Meriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta : Gramedia. 2007. hal. 47

7

(4)

tahun 1910 sampai 1945 satu hal yang menarik, ciri penting hampir semua

gerakan fasisme adalah mereka meletakan negara sebagai pengatur dan pusat

seluruh sejarah dan kehidupan. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat

fanatik dan juga otoriter sangat kuat. Pada awalnya, Mussolini mengembangkan

ideologi ini dalam rangka merestorasi kembali kekaisaran Romawi yang ingin

mengembalikan kejayaan masa lampau yang membuat Italia pernah menjadi suatu

kekuatan yang sangat besar.8

Mussolini memiliki keinginan mengembalikan kejayaan masa lampau

Italia pada Romawi kuno yang menguasai hampir seluruh daratan Eropa dengan

institusi militernya (Gladiator). Mussolini memanfaatkan situasi Eropa menjelang

PD II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I. Perang Dunia I adalah

Sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 1914-1918.

Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua

aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan

Kekuatan Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia). Pada Perang Dunia I

Italia mengalami kekalahan dan keterpurukan baik dari segi Ekonomi dan Militer,

inilah situasi yang terjadi di Italia yang dimanfaatkan Mussolini dengan

melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang dianggapnya gagal,

Mussolini kemudian mengambil alih jabatan.

Berakhirnya Perang Dunia I membawa kesulitan ekonomi, politik dan

perasaan meluas bahwa bangsa Italia akan mengalami keruntuhan. Rakyat

menderita secara material, adanya partai-partai yang beragam tidak mampu

mengatasi masalah-masalah bangsa. Tuntutan Italia terhadap Dalmatia dan

Albania minta supaya diakui tidak terwujud, karena wilayah itu penting bagi Italia

untuk mengawasi laut Adriatik. Pemerintah tidak mendapatkan lagi kepercayaan

dari rakyat karena tidak berhasil memperjuangkan kehendak orang banyak.

Keadaan negara sesudah perang sangat rawan kekurangan bahan makanan.

Bahan mentah mengalami kenaikan, anggaran belanja tidak seimbang

dengan pemasukan, juga adanya ancaman inflasi. Kaum buruh segera bertindak

8

(5)

mengambil alih pabrik dan mengeluarkan pemiliknya. Pemogokan terjadi di

mana-mana sehingga melumpuhkan industri dan jawatan pemerintah yang vital.

Kerusakan hebat timbul di daerah pertanian, kaum tani merampas tanah,

membakar rumah dan menghancurkan hasil panenan. Faktor yang mempengaruhi

kemiskinan ini adalah kebodohan dan rendahnya pendidikan dalam masyarakat,

pendidikan mengalami kemunduran hebat selama kekacauan Perang Dunia I.

Italia berkembang menjadi negara fasis dengan cara mengobarkan

semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia dengan

kebijakan yang dilakukan Benito Mussolini seperti Penguatan militer, Propaganda

Ultra-Nasionalisme, Penetapan sistem Ekonomi Koorporasi dan Kebijakan Italia

La Prima. Kebijakan yang dilakukan Mussolini ini dilakukan secara menyeluruh

dari Golongan muda sampai golongan tua. Berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik untuk meneliti tentang kebijakan Benito Mussolini tentang konsep

Pemerintahan yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaannya di Italia.

I.2. Perumusan Masalah

Mussolini yang merupakan salah satu tokoh fasisme dari Italia, yang pada

awal abad ke-XX ingin mengembalikan masa-masa kejayaan Italia dimasa lampau

dengan kekuatan Negara dan militer yang sangat kuat baik di eropa dan dunia.

Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Kebijakan apa yang

dilakukan Benito Mussolini pada masa pemerintahannya (1922-1943) ?“

I.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam

batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk

mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan

faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka

untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan

menghasilkan uraisan yang sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun

pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu :

(6)

2. Mengkaji tentang bagaimana kekuatan militer Italia tahun 1922-1943

3. Mengkaji tentang ekonomi Italia 1922-1943

I.4. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana ideology yang dipakai Mussolini di Italia tahun

1922-1943

2. Memahami bagaimana kekuatan militer Italia 1922-1943

3. Memahami bagaimana ekonomi di Italia 1922-1943

I.5. Signifikansi Penelitian

1. Penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah

proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru

bagi peneliti sendiri.

2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan

mampu memberikan kontribusi kepada lembaga – lembaga pengambil

kebijakan

3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu

pengetahuan dalam Ilmu Politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi

Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

I.6. Kerangka Teori

I.6.1. Teori Negara

Manusia dapat dikategorikan dalam berbagai kelompok. Pengelompokan

atas dasar jenis kelamin secara konvensional dikenali dengan kategori wanita dan

pria. Dari segi adat istiadat dan bahasa, dikenal berbagai kelompok suku bangsa,

seperti suku bangsa Jawa, Sunda, Arab, dan Rusia. Lalu berdasarkan ciri fisik

biologis, manusia dikelompokkan menjadi beberapa ras seperti Mongoloid, Eropa,

(7)

Esa, manusia berkelompok menjadi penganut agama Islam (sunni dan syiah),

Katolik, Kristen Protestan, Katolik Ortodoks, Yahudi, Hindu, Budddha, Shinto.

Berdasarkan juridis formal, manusia dikelompokkan dalam kategori warga negara

dan kategori warga negara asing.

Seluruh kategori diatas dipelajari dalam ilmu politik. Hal itu disebabkan

kategori tersebut sangat berkaitan denga konsep – konsep bangsa dan negara.

Ilmu politik memusatkan perhatian pada konsep bangsa dan negara karena semua

proses politik menyangkut bangsa dan negara. Apabila permasalahan bangsa

dibahas, dua konsep lain muncul ke permukaan, yaitu suku bangsa (ethnic group)

dan ras. Suku bangsa merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan

kesamaan ciri – ciri fisik biologis, seperti warna kulit, bentuk wajah (hidung dan

mata), bentuk rambut dan perawakan.

Suatu suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara seperti suku Arab

yang terkelompokkan menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Lalu, suatu ras

terdiri atas lebih dari satu negara bukan menjadi pertanyaan lagi karena tidak ada

satu ras di dunia yang memiliki satu negara saja. Ternyata ras bukan faktor yang

menentukan dalam pembentukan bangsa dan negara. Sebaliknya, suatu negara

dapat terdiri atas beberapa suku bangsa dan ras, seperti Indonesia dan Amerika

Serikat.

Negara juga bukanlah pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan

identitas kultural atau fisik biologis, negara menggambarkan adanya satu struktur

kekuasaan yang memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah terhadap

keelompok masyarakat yang tinggal dalam wilayah yang jelas batas – batasnya.

Jadi, negara merupakan pengelompokan masyarakat atas dasar kesamaan struktur

kekuasaan yang memerintahnya. Suatu negara yang memiliki berbagai suku

bangsa dan ras berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas

kultural yang baru pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan

mampu mencapai tujuan.

Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya

(8)

negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian

bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa dalam bangsa-negara

mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang

lebih luas dari pada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam

suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam

bangsa-negara. Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell

merumuskan pengertian bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa

merupakan komunitas politik yang dibayangkan (imagined political community)

dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.9

Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa

yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain.

Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang

penduduknya ratusan juta jiwa mempunyai batas wilayah yang relatif jelas.

Dibayangkan sebgai berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara

yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya,

disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas dari adanya

kesenjangan dan penindasan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu

sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah

yang menyebabkan berjuta – juta orang bersedia mati bagi komunitas yang

dibayangkan itu.

Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses

pembentukan bangsa-negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya

suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara

tersendiri. Setelah bangsa-negara ini terbentuk, kemudian rezim politik

(konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan dan sesuai dengan pilihan rezim politik

itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam

kehidupan bangsa-negara. Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya

negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan

penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

9

(9)

Pada tingkat perkembangan tertentu, munculnya kesadaran politik di

kalangan satu atau beberapa kelompok suku bangsa untuk berpartisipasi dalam

proses politik akan membawa mereka kepada pertanyaan yang lebih mendasar.

Pertanyaan ini berkaitan dengan pilihan rezim politik. Hal itu dipertanyakan

setelah melalui proses politisasi yang secukupnya.10

Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah – masalah bentuk pertisipasi

politik dan rezim politik disepakati jawabannya. Namun, pada proses politisasi

yang dilakukan, secara memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok

suku bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin

disebabkan oleh ketidaksetujuan mereka terhadap pillihan bentuk-bentuk

partisipasi politik dan rezim politik. Dalam situasi ini, mungkin terdapat satu atau

lebih kelompok etnis yang menghendaki suatu negara sendiri atau mungkin

menghendaki bentuk kompromi seperti daerah istimewa dengan hak – hak dan

kewenangan khusus.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain

itu, manusia juga merupakan makhluk politik yang mempunyai naluri utnuk

berkuasa. Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai

tempat berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari

tindakan individu, kelompok, atau masyarakat maupun penguasa yang kuat

(otoriter) karena manusia dengan manusia yang lainnya memiliki sifat seperti

serigala (homo homini lupus). Kata negara sendiri berasal dari bahasa Inggris

(state), bahasa Belanda (staat), bahasa Perancis (etat) yang sebenarnya kesemua

kata itu berasal dari bahasa Latin (status atau statum) yang berarti keadaan yang

tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap;

dimana makna luas dari kata tersebut juga bisa diartikan sebagai kedudukan

persekutuan hidup manusia.11

Asal mula negara pada zaman Yunani kuno yaitu dari keluarga, menjadi

kelompok, lalu menjadi desa dan akhirnya menjadi polis ( kota ). Tujuan mereka

10

Ibid., Ramlan Surbakti, hal. 54

11

(10)

berkelompok adalah untuk meminta perlindungan atau bisa dikatakan saling

tolong menolong ( sifat manusia yang homo homini lopus ), jadi pada waktu itu

negara merupakan sebuah kota atau city state. Bentuk negara pada zaman Yunani

kuno adalah city state. Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata

merupakan suatu keharusan yang bersifat objektif, yang asal mulanya berpangkal

pada pekerti manusia. Sedang tugas negara adalah menciptakan hukum yang

harus dilakukan para pemimpin atau para penguasa yang dipilih secara saksama

oleh rakyat.

Pada zaman Yunani kuno dapat dilaksanakan suatu sistem pemerintahan

negara yang bersifat demokratis karena:

1. Negara Yunani pada waktu itu masih kecil yaitu berupa polis atau

City State.

2. Persoalan di dalam negara dahulu tidaklah seruwet dan berbelit-belit

seperti sekarang ini, lagipula jumlah warga negaranya masih sedikit.

3. Setiap warga negara ( kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan

budak-budak belian ) adalah negara minded, dan selalu memikirkan

tentang penguasa negara, cara memerintah dan sebagainya.12

Menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan

keinginan manusia yang beraneka macam, menyebabkan mereka harus bekerja

sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiap-tiap orang itu mempunyai tugas

sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama.

Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau negara. Plato

mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui atau

mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat mengetahui

atau mencapai idea yang sesunguhnya itu hanyalah ahli-ahli filsafat saja.

Maka dari itu pimpinan negara atau pemerintahan negara sebaiknya harus

dipegang oleh ahli-ahli filsafat saja. Untuk hakekat negara, Plato mengatakan

bahwa luas negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,

12

(11)

mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan di dalam negara itu karena

pada hakekatnya negara itu adalah suatu keluarga yang besar. Kemudian, Menurut

Aristoteles negara itu merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk mencapai

kebaikan yang tertinggi yaitu kesempunaan diri manusia sebagai anggota dari

negara. Menurut Aristoteles negara terjadi karena penggabungan

keluarga-keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok itu bergabung lagi

hingga menjadi desa dan desa ini bergabung lagi demikian seterusnya hingga

timbul negara yang sifatnya masih merupakan suatu kota atau polis. Menurut

Aristoteles tujuan negara adalah kesempurnaan diri manusia sebagai anggota

masyarakat sebab kebahagiaan manusia tergantung daripada kebahagiaan

masyarakat.13

Bahwa negara merupakan lembaga yang sangat defenitif memastikan

aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan,

kedaulatan adalah ciri utama negara. yang dimaksud ialah bahwa tidak ada pihak,

baik di dalam dan diluar negeri yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau

melakukan sesuatu. Kedulatan adalah hal yang mutlak, tertinggi, tak terbatas

namun dalam kenyataan tidak ada negara sama sekali berdaulat.14 Kekuasaan

kedaulatan merupakan atribut kehendak umum, dibuat untuk berlaku umum oleh

tujuan yang bersifat umum oleh tujuan yang bersifat umum, dikehendaki oleh

semua orang. Kekuasaan kedaulatan mempertahankan dan menciptakan susunan

berbagai pelembagaan dan paksaan hanya merupakan salah satu karakteristiknya,

tetapi sedikitnya jika paksaan esensi daripada kekuasaan kedaulatan, ia

merupakan sifat khusus dan faktor pembanding. Pada negara saja, dalam segi

kedaulatannya, terletak hak penentu untuk yang menggunakan kekerasan.15

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras akan berupaya

keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pulak hal

ini dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan, proses

terbentuknya negara modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu

13

14

Frans magnis suseno, Etika Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 2003, hal.175

15

(12)

bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa. Bangsa dalam

bangsa-negara mencakup jumlah masyarakat (berbagai suku,bangsa dan ras) yang lebih

luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku

bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam

bangsa-negara.16

Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu

sovereignty yang dalam bahasa Italia disebut sovranus. Istilah-istilah itu

diturunkan dari kata Latin superanus yang berarti tertinggi. Kedaulatan berarti

kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak dibawah kekuasaan lain.

Dimana letak kekuasaan tertinggi pada suatu negara bermacam-macam pada

berbagai negara, terkadang hanya sebagai slogan, tetapi terkadang memang diikuti

secara konsekuen. Ada negara yang menganggap bahwa kedaulatan ditangan

rakyat, artinya suara rakyat banyak benar-benar didengar keluhannya dan

penderitaannya, menurut mereka inilah contoh negara demokrasi, dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat.

Tetapi hal ini tampaknya hanya sekedar menutupi perilaku pemerintah

yang berkuasa. Negara-negara komunis sering mengatakan sebagai Negara

demokrasi, tetapi memaksakan kehendaknya demi partai tunggal dan sosialisme.

Negara liberal sering mengucapkan demokrasi, tetapi mereka

menyebarluaskannya melalui pemaksaan. Padahal mereka sendiri dulunya adalah

negara penjajah. Oleh karena itu, bila ada yang mengatakan bahwa kedaulatan di

tangan rakyat maka yang membuktikannya adalah sejauh mana

pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya, baik langsung maupun

melalui perwakilan pada badan legislatif.17

Konsep Negara tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang kekuasaan,

karena kekuasaan adalah fungsi dari keberadaan sebuah negara. Kekuasaan

sendiri bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok

16

Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo : Jakarta, 2010. hal.52

17

(13)

untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan

keinginan pelaku.

Kekuasaan merupakan konsep penerangan yang diterapkan sama

mudahnya kepada gejala fisik dan kepada unsur manusia. Kekuasaan merupakan

kata umum dalam perbendaharaan kata-kata kebanyakan orang dan sangat sering

digunakan untuk menerangkan latar sebab-sebab yang terdapat dibalik gejala.

Kekuasaan merupakan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan

masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya

terhadap tindakan-tinakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan

tertentu. Kemampuan potensial dari seseorang/kelompok orang untuk

mempengaruhi yang lain dalam sistem yang ada. Kekuasaan sebagai kemampuan

untuk mempengaruhi individu-individu lain untuk mempengaruhi pembuatan

keputusan kolektif.

Seseorang memiliki kekuasaan atas orang lain yang berarti bahwa orang

pertama dapat membuat orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh

orang pertama,dan orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh

orang pertama, dan orang kedua tidak bisa memilih tindakan lain. Kekuasaan

adalah kemampuan yang mungkin untuk memaksa orang lain.18

Kekuasaan sangat berkaitan erat dengan wewenang bedanya antara

kekuasaan dengan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang

adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang

mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Oleh karena

itu, kekuasaan sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan

kemasyarakatan. Kekuasaan dapat menciptakan kelas-kelas sosial di masyarakat,

adapun yang menciptakan kelas-kelas sosial dan ketimpangan kekuasaan adalah

pembagian kerja dalam kegiatan produksi dan hubungan sosial dalam produksi.

Akan tetapi walaupun selalu ada, kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua

anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul

18

(14)

makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak

lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan mencakup

kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan

yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan

pihak-pihak lainnya. Pada hakekatnya kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan

yang simetris dan asimetris. Hubungan Simetris berkaitan dengan hubungan

persahabatan, hubungan sehari-hari dan hubungan yang bersifat ambivalen,

sedangkan hubungan asimetris berkaitan dengan popularitas, peniruan, mengikuti

perintah, tunduk pada pemimpin formal atau informal.

Dalam kenyataan terdapat lebih banyak hubungan asimetris daripada

hubungan simetris, oleh karena hubungan simetris merupakan tujuan ideal yang

jarang tercapai. Penguasa akan lebih banyak menggunakan paksaan serta kekuatan

militer didalam melaksanakan kekuasaanya yang tujuan utamanya adalah untuk

menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka tunduk kepada

kemauan penguasa atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai

penguasa. Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat dengan

jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat, penguasa dapat melaksanakan

peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya dengan

dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Penguasa dan pemerintah berusaha untuk

membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dengan

meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang

telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah. Penguasa dan

Pemerintah membuat hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan meberi

sanksi yang tegas pada pelanggarnya.

Dengan cara menyesuaikan tradisi, pemegang kekuasaan dengan tradisi

yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan

dengan lebih lancar. Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya

mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang bertujuan

untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan

(15)

wewenang.19

Kekuasaan adalah suatu yang dimiliki oleh orang-orang atau

kelompok-kelompok sosial. Seperti halnya uang, kekuasaan dapat digunakan untuk berbagai

tujuan yang berlainan dan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain. Kekuasaan juga

merupakan kekuatan-kekuatan yang dapat diusahakan atau yang dapat

dihilangkan keseimbangannya antara pihak-pihak yang memegang kekuasaaan,

atau yang dapat hilang keseimbangannya. Kekuasaan berbeda dari satu ke situasi

lainnya. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa

dengan yang dikuasai; atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki

kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan fihak lain yang menerima pengaruh

ini, dengan rela atau karena terpaksa.

Walaupun kekuasaan itu senantiasa ada dalam setiap masyarakat,

namun bukan berarti bahwa kekuasaan dapat dibagi rata para semua anggota

masyarakat; dengan ketidakmerataan ini justru kemudian timbul makna pokok

dari kekuasaan, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

agar menurut pada kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

20

Para penguasa biasanya mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu

seperti di bidang politik, ekonomi, militer dan Media. Kekuasaan yang dipegang

seorang ahli politik misalnya, adalah terutama mencakup di bidang politik saja.

Keadaan semacam demikian, yaitu apabila penguasa hanya menguasai

bidang-bidang tertentu, menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk digulingkan. Oleh

sebab itu seorang penguasa seharusnya dapat pula menguasai bidang-bidang lain,

selain dari kemampuannya dalam bidang tertentu. Apabila dia merasa tidak

sanggup untuk menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat, maka

seyogyanya dia mendekati pihak-pihak lain yang ahli dan mengajak mereka untuk

membentuk the rulling class tersendiri.

Sumber kekuasan ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda

(ekonomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status sosial, popularitas prbadi,

dan massa yang terorganisasi. Senjata tradisional, senjata konvensioanal, senjata

19

tanggal 19 Agustus 2013 pukul 11. 37 Wib

20

(16)

modern, penjara, kerja paksa, teknologi dan aparat yang menggunakan senjata –

senjata ini merupakan sejumlah contoh sarana paksaan fisik. Pada masyarakat

maju, senjata modern seperti nuklir dan misil tidak digunakan untuk

mempengaruhi proses politik dalam negeri. Di negara itu, senjata modern

berfungsi sebagai penangkal (deterrent) dan sumber pengaruh (leverage) dalam

percaturan politik internasioal. Dalam negara – negara berkembang, senjata

konvensional tidak hanya digunakan untuk mempertahankan kedaulatan dari

penetrasi luar, tetapi juga untuk mematahkan oposisi dan kelompok yang

dianggap menentang kekuasaan dengan alas an demi ketertiban dan kestabilan

(internal war).21

Melihat hal-hal tersebut di atas, maka suatu kecenderungan bahwa

kekuasaan itu bersifat kumulatif, artinya bertumpuk atau berkumpul dalam suatu

tangan penguasa atau sekelompok orang-orang, merupakan hal yang wajar dalam

berbagai masyarakat. Dan apabila dalam salah satu bidang kehidupan terdapat

orang kuat yang berkuasa, maka timbul suatu pusat kekuasaan; untuk

mengimbangi keadaan ini, masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat

kekuasaan lainnya, yang disebut sebagai oposisi, perkara sehat atau tidaknya

oposisi ini, merupakan soal lain. Konkurensi terhadap kekuasaan yang pada suatu

saat memegang tampuk pemerintahan, akan selalu ada. Apakah konkurensi itu

diberlakukan secara bebas atau terbatas, semuanya tergantung dari struktur

masyarakat.

Apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, maka biasanya

orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah

pengikut-pengikutnya. Bedanya kekuasaan dengan wewenang (authority atau

legalized power) wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau

sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari

masyarakat; karena memerlukan pengakuan dari masyarakat itu, maka dalam

masyarakat yang sudah kompleks susunannya mengenal pembagian kerja yang

terperinci, wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-hal yang diliputnya,

waktunya, dan cara menggunakan kekuasaan itu.

21

(17)

Dalam setiap hubungan antara manusia maupun antar kelompok sosial,

selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang; Kekuasaan,

dalam istilah umum disebut sebagai power, diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang

kekuasaan tersebut, kekuasaan itu juga mencakup baik suatu kemampuan untuk

memerintah. Menurut Max Weber bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari

seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan

kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menterapkannya terhadap

tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

Kekuasaan tersebut mempunyai berbagai bentuk dengan

bermacam-macam sumber; hak milik kebendaan, kedudukan, birokrasi, disamping misalnya

suatu kemampuan khsusus dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tertentu

ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu, merupakan

sumber-sumber kekuasaan. Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam

hubungan-hubungan sosial maupun oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi umumnya

kekuasaan tertinggi ada pada organisasi yang disebut dengan “Negara”, secara

resmi negara itu mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, kalau

perlu dengan paksaan; juga negaralah yang membagi-bagikan

kekuasaan-kekuasaan yang lebih rendah derajatnya., bentuk inilah yang disebut sebagai

kedaulatan (sovereignity). Kedaulatan biasanya hanya dijalankan oleh segolongan

kecil dari masyarakat yang menamakan dirinya sebagai the rulling class, yang

mana merupakan gejala yang umum ada pada masyarakat .

Kekuasaan suatu negara tidak bisa lepas dari kebijakan-kebijakan yang

diambil oleh Pemerintah dimana birokrasi pemerintah adalah bagian dari proses

dan kegiatan politik. Pada setiap gugusan masyarakat yang membentuk suatu tata

kepemerintahan tidak bisa dilepaskan dari aspek politik ini. Politik sebagaimana

kita ketahui bersama terdiri dari orang-orang yang berperilaku dan bertindak yang

diorganisasikan secara politik oleh kelompok-kelompok kepentingan dan

(18)

melaksanakan suatu kebijakan tindakan yang bisa mengangkat kepentingannya

dan mengesampingkan kepentingan kelompok yang lain.22

Kebijakan diartikannya sebagai tugas intelektual pembuatan keputusan

yang meliputi berbagai hal yaitu penjelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai

dari suatu kebijakan yang telah dibuat, penguraian kecenderungan untuk memilih

beberapa tujuan yang sesuai dengan keadaan, pengembangan dampak dan kinerja

kebijakan di masa depan, serta melakukan penelitian dan evaluasi. Istilah

kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang dibedakan dari kata wisdom yang

berarti kebijaksanaan atau kearifan. Kebijakan merupakan pernyataan umum

perilaku daripada organisasi. Kebijakan Publik adalah pola ketergantungan yang

kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk

keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor

pemerintah. Kebijakan publik yang dimaksud dibuat oleh badan atau kantor

pemerintah. Suatu kebijakan apabila telah dibuat, maka harus diimplementasikan

untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber

daya finansial dan manusia, serta dievaluasikan agar dapat dijadikan sebagai

mekanisme pengawasan terhadap kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan

kebijakan itu sendiri.23

Persiapan proses implementasi kebijakan agar suatu kebijakan dapat

mewujudkan tujuan yang diinginkan harus mendayagunakan sumber yang ada,

melibatkan orang atau sekelompok orang dalam implementasi,

menginterprestasikan kebijakan, program yang dilaksanakan harus direncanakan

dengan manajemen yang baik, dan menyediakan layanan dan manfaat pada

masyarakat mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis.

Faktor-faktor tersebut adalah kondisi lingkungan. Lingkungan sangat

mempengaruhi implementasi kebijakan, lingkungan tersebut mencakup

lingkungan sosio cultural serta keterlibatan penerima program dan hubungan antar

organisasi. Implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan

22

Miftah Thoha. Birokrasi dan Politik Di Indonesia. 2003. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada. Hlm 27

23

(19)

instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program. Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya,

baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia

(non human resources) dan karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.

Maksudnya adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi dimana semua itu akan mempengaruhi

implementasi suatu program .24

Dalam pembuatan kebijakan publik, bukannya tanpa maksud dan tujuan,

maksud dan tujuan dari kebijakan publik adalah untuk memecahkan masalah atau

mencari solusi alternatif dari masalah yang menjadi isu bersama yang berkembang

di masyarakat. Oleh karena itu tidak semua masalah yang berkembang di

masyarakat bisa melahirkan satu kebijakan publik, hanya masalah publik yang

dapat menggerakkan orang banyak untuk ikut memikirkan dan mencari solusi

yang bisa menghasilkan suatu kebijakan publik serta kebijakan publik pastinya

tidak akan memberikan kepuasan kepada seluruh masyarakat, akan tetapi pasti

masih ada masyarakat yang merasa tidak puas terhadap suatu kebijakan publik

yang dibuat, hanya saja persentase antara masyarakat yang merasa puas dan tidak

puas haruslah jauh lebih banyak masyarakat yang merasa puas daripada yang

tidak puas.

Kebijakan publik menjadi salah satu hasil dari perdebatan panjang yang

terjadi di ranah negara dengan aktor-aktor yang mempunyai berbagai macam

kepentingan. Dengan demikian, kebijakan publik tidak hanya dipelajari sebagai

proses pembuatan kebijakan, tetapi juga dinamika yang terjadi ketika kebijakan

tersebut dibuat dan diimplementasikan. Tulisan ini selanjutnya akan membahas

atau berisi tentang review dari sebuah buku mengenai kebijakan publik. Dengan

demikian, maka tulisan ini akan sedikit menceritakan ulang isi dari bagian buku

tersebut yang selanjutnya akan dianalisis mengenai kelebihan dan kekurangan dari

buku tersebut.

24

(20)

Pasca perang dunia kedua, ilmuwan sosial (khususnya politik) mencoba

untuk mencari sebuah fokus baru mengenai studi politik yaitu mengenai hubungan

negara dan masyarakat (warga negara). Sebelumnya, studi politik hanya berkutat

pada institusi pemerintahan yang selanjutnya disebut sebagai negara. Selanjutnya,

studi politik terus mengalami perkembangan dari fokus studinya yang berupa

negara. Studi tersebut tidak hanya melihat negara sebagai aktor tunggal dan netral,

tetapi juga di dalamnya terdapat kontestasi, khususnya ketika menentukan sebuah

kebijakan. Selanjutnya, studi tersebut berkembang pada tahun 1970-an, khususnya

setelah terbitnya tulisan Harold D.Laswell tentang Policy Science. Selanjutnya,

yang disebut sebagai Policy Science menurut Laswell, fokus atau kajian ilmu

politik tidak hanya selalu melihat struktur pemerintahan atau kebiasaan aktor

politik yang ada, tetapi juga mengenai sesuatu yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah. Pendekatan tersebut selanjutnya fokus pada kebijakan publik atau

proses pembuatan kebijakan publik.

Proses lain dari policy cycle yaitu berupa agenda setting, policy

formulation, decision making, policy implementation, and policy evaluation.

Keuntungan yang didapatkan dalam model seperti ini adalah proses pembuatan

kebijakan lebih mudah dimengerti karena dari hal yang sebenarnya kompleks bisa

dipilah-pilah menjadi beberapa tahapan. Selain itu, proses pembuatan kebijakan

juga tidak hanya dilakukan pemerintah tetapi juga aktor-aktor lain yang berada di

luar pemerintah. Meskipun proses tersebut terlihat ideal, pada praktiknya hasil

dari proses tersebut bisa dibatalkan atau tidak sama persis dengan sesuatu yang

telah disepakati atau diputuskan. Dari hal tersebut, diperlukan model yang lebih

jelas mengenai kejelasan dari aktor-aktor yang terlibat dan institusi yang ikut

dalam proses pembuatan kebijakan, serta faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.

I.6.2. Teori Ideologi

Istilah ideologi dicetuskan oleh filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy

(21)

benar menuju masa depan. Jadi semula ideologi adalah ilmu seperti juga biologi,

psikologi, fisika dan lain-lain, dari ilmu atau kajian ideologi bergeser menjadi

paham, doktrin, atau keimanan.25

Ideologi merupakan sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan

bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order

masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan

bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan. Teori

komunis Karl Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan

marxisme, dianggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan

lengkap pada abad 20. Contoh ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme,

komunisme, komunitarianisme, konservatisme, neoliberalisme, demokrasi kristen,

fasisme, monarkisme, nasionalisme, nazisme, liberalisme, libertarianisme,

sosialisme, dan demokrat sosial.

Kepopuleran ideologi berkat pengaruh dari "moral entrepreneurs", yang

bertindak dengan tujuan mereka sendiri. Ideologi politik adalah badan dari ideal,

prinsip, doktrin, mitologi atau simbol dari gerakan sosial, institusi, kelas, atau

grup besar yang memiliki tujuan politik dan budaya yang sama. Merupakan dasar

dari pemikiran politik yang menggambarkan suatu partai politik dan

kebijakannya.

Dalam ilmu politik, berkembang banyak ideologi diantaranya adalah,

kapitalisme, liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan

konflik itu melahirkan kemajuan ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang

makin berkembang maju dan melahirkan berbagai paradigma baru. Berikut ini

akan dipaparkan beberapa ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.

1. Kapitalisme

Kapitalisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik

perorangan atau milik sekelompok kecil masyarakat sebagai alat penggerak

25

(22)

kesejahteraan manusia. Bapak ideologi kapitalisme adalah Adam Smith dengan

Teorinya the Wealth Of Nations, yaitu kemakmuran bangsa-bangsa akan tercapai

melalui ekonomi persaingan bebas, artinya ekonomi yang bebas dari campur

tangan negara. Kapitalisme adalah sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah

asumsi bahwa manusia secara individu adalah makhluk yang tidak boleh

dilanggar kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk pada batasan-batasan sosial .

2. Liberalisme

Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah sebagai

makhluk individu yang bebas. Manusia dalam perspektif libreralisme sebagai

pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari manusia lainnya. Manusia

sebagai individu memliki potensi dan senantiasa berjuang untuk kepentingan

dirinya sendiri.26

3. Sosialisme

Sosialisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik

bersama seluruh masyarakat atau milik negara sebagai alat penggerak

kesejahteraan manusia. Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital

oleh negara adalah dewa diatas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia

harus dijadikan kapital bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan

hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah

diberikan.

4. Komunisme

Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari

kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international

yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari

Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Karl Marx merupakan pencetus

ideologi komunisme yang hingga saat ini masih dianut oleh beberapa negara di

26

(23)

dunia. Komunisme merupakan sebuah ideologi yang menganggap bahwa segala

sesuatu yang ada di dunia ini haruslah bersifat seimbang dalam artian apa yang

bisa dirasakan oleh seseorang harus juga bisa dirasakan oleh semua orang. Konsep

inilah yang akhirnya memunculkan prinsip “sama rata, sama rasa”.

Itulah sumbangsih Marx bagi ilmu politik, dimana ia mampu memberikan

sebuah ideologi baru bagi dunia, yang pada zaman keemasannya mampu

membawa pengaruh yang sang Karl Marx merupakan pencetus ideologi

komunisme yang hingga saat ini masih dianut oleh beberapa negara di dunia.

Komunisme merupakan sebuah ideologi yang menganggap bahwa segala sesuatu

yang ada di dunia ini haruslah bersifat seimbang dalam artian apa yang bisa

dirasakan oleh seseorang harus juga bisa dirasakan oleh semua orang. Konsep

inilah yang akhirnya memunculkan prinsip “sama rata, sama rasa”.27

Komunisme menganggap, adanya privatisasi hanya akan menguntungkan bagi

segelintir pihak dan akan sangat merugikan bagi banyak pihak. Dan pada akhirnya

pihak-pihak yang dirugikan itu akan bertindak untuk mencapai apa yang

dikehendakinya. Itulah yang dibaca oleh Karl Marx,sehingga ia mencetuskan ide

Komunisme dimana Marx menginginkan penghapusan sistem kapitalisme karena

akan menimbulkan konflik pada akhirnya. Dan prediksi Marx ternyata terbukti.

Berbagai pemberontakan revolusioner terjadi di berbagai belahan dunia yang

dilakukan oleh kaum buruh dan pekerja serta bahkan para petani dan rakyat

miskin yang menginginkan perubahan di negaranya. Tercatat beberapa kejadian

bersejarah di dunia yang didasarkan atas semangat revolusioner komunisme.

Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara

revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami

Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya

dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya,

barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu

sendiri. Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama

tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua

tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam

pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah

27

(24)

industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan

pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan

adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model

perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.28

5. Fasisme

Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah,

tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. setelah

Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula

Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk ideology, fasisme tetap ada.

Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo

Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perlu bertindak

keras agar “ditakuti” oleh rakyat. fasisme di Italia (Nazisme di Jerman), sebagai

sistem pemerintahan otoriter diktator memang berhasil menyelamatkan Italia pada

masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunisme. Walaupun begitu,

kenyataannya adalah bahwa fasisme telah menginjak-nginjak demokrasi dan hak

asasi.29

Menurut pandangan ahli filsafat Perancis Jacques Ellul dan Prof. Dr. Paut

Ricour, suatu ideologi memiliki peranan sebagai berikut, Sebagai jawaban atas

kebutuhan akan citra atau jati diri suatu kelompok sosial, komunitas, organisasi

atau bangsa untuk menjembatani founding fathers dan para generasi penerus.

Menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuang kelompok yang berpegang pada

ideologi tersebut. Sebagai suatu kode atau keyakinan para pendiri yang mengusai

mempengaruhi seluruh kegiatan sosial. Dampak negatifnya, orang akan terjebak

dalam kondisi yang disebut ''rerstang'' (Keadaan beku), di mana orang lain

berideologi sama akan dianggap kawan dan menganggap lawan terhadap orang

yang tidak memiliki ideologi yang sama.

28

Ernest mandel. Tesis-tesis pokok marxisme. Resist book. 2006. Hlm 5

29

(25)

Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi

basis dalam sistem kenegaraan, pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang

antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan

b. Oleh karena itu, ideologi mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,

pandangan hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,

dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan

kesediaan berkorban.30

Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada

abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang

Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya,

tetapi juga di negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat

sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan

dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar ketakutan.

Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu,

di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi

hukum-mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan

milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut. Lebih jauh lagi,

pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan,

dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga

sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi rakyatnya.

Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah

satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55

juta orang.31

Fasisme berasal dari bahasa italia ‘Fascio’ yang diambil dari bahasa latin

fasces, yang berarti seikat kayu. Dalam budaya romawi kuno, symbol seikat kayu

ini digunakan sebagai symbol kekuatan, artinya suatu kekuatan berasal dari ikatan

bermacam macam unsure yang menyatu. Namun fascio sekaligus merupakan

symbol dari pengabdian, loyalitas, pengakuan dan kepatuhan atas otoritas negara

30

Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital dan demokrasi, Yogyakarta, pustaka pelajar, 2003, hlm 50

31

(26)

sebagai sumber dari segala sumbe hukum, serta kepatuhan kepada pemerintah

dalam segala aspek nasional.32

Kondisi penting lainnya dalam pertumbuhan negara fasisme adalah

perkembangan industrialisasi. Munculnya negara industri, memunculkan

ketegangan sosial dan ekonomi. Jika liberalisme adalah penyelesaian ketegangan

dengan jalan damai yang mengakomodasi kepentingan yang ada, maka fasisme

mengingkari perbedaan kepentingan secara paksaan. Fasisme mendapat dukungan

pembiayaan dari industriawan dan tuan tanah, karena kedua kelompok ini

mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh bebas, yang dianggapnya

menghambat kemajuan proses produksi dalam industri. Sumber dukungan lain

bagi rezim fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka melihat

fasisme adalah sebuah sarana untuk mempertahankan prestise yang ada sekaligus

perlindungan politik.

Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, sebagaimana

fasisme Jerman, Italia dan Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi

rakyat.Meskipun fasisme bukan merupakan akibat langsung dari depresi ekonomi,

sebagaimana teori marxis, tetapi jelas kaum fasis memanfaatkan hal itu.

Banyaknya angka pengangguran akibat depresi, melahirkan kelompok yang

secara psikologis menganggap dirinya tidak berguna dan diabaikan.

Saat hal ini terjadi, maka fasisme bekerja dengan memulihkan harga diri

mereka, dengan menunjukkan bahwa mereka adalah ras unggul sehingga mereka

merasa dimiliki. Dengan modal inilah, maka fasisme juga memperoleh dukungan

dari rakyat lapisan bawah. Dengan demikian, fasisme bekerja pada setiap lapisan I

seperti: frustasi, kemarahan dan perasaan tak aman. Tak aneh, jika dalam

sejarahnya rezim fasis senantiasa mendapatkan dukungan masyarakat. Terutama

hal ini jelas terjadi di Italia yang mana Fasisme sangat didukung oleh kaum

kapitalisme dan Gereja.

Unsur-unsur fasisme sangat erat kaitannya dengan kondisi geopolitik suatu

negara dimana, geopolitik adalah usaha untuk memahami masalah kekuatan

nasioanal semata-mata dalam istilah Geografi, dan didalam proses merosot

menjadi metafafis politis yang diutarakan dalam jargon yang tidak berdasarkan

32

(27)

ilmu pengetahuan (pseudoscience). Nasionalisme berusaha menjelaskan kekuatan

nasional semata-mata atau paling tidak secara menonjol dalam arti karakter

nasional, dan dalam proses merosotnya menjadi metafisis politis dari rasisme

(rasism). Oleh karena itu lokasi geografis untuk geopolotik adalah faktor yang

menentukan kekuatan nasional, demikian pula keanggotaan dalam negara

menjadi faktor yang menentukan kekuatan nasional, demikian pula keanggotaan

dalam negara menjadi faktor utama dalam menentukan untuk nasionalisme.

Keanggotaan dalam suku bangsa dapat dirumuskan dalam istilah bahasa,ras, asal

usul yang sama,ras atau keputusan individu termasuk anggota sebuah bangsa.33

Secara sederhana seorang Nasionalis adalah seorang yang memiliki

kebanggan atas bangsanya, hingga terkadang sampai taraf memujannya, sedang

apa yang dimaksut bangsa disini adalah istilah kolektif yang mencakup negara

(sebuah sistem pemerintahan), masyarakat (sebuah kelompok ras yang distukan

oleh ikatan darah), serta budaya dan tradisi yang telah berkembang berabad-abad.

Artinya kemudian, nasionalisme adalah emosi, bentuk agresif dan patriotisme.34

Nasionalisme Fasisme sama sekali berbeda dari sekadar kecintaan pada

negara. Dalam nasionalisme agresif pada fasisme, seseorang mencita-citakan

bangsanya menguasai bangsa-bangsa lain, menghinakan mereka, dan tidak

menyesali timbulnya penderitaan hebat terhadap rakyatnya sendiri dalam

prosesnya. Selain itu, nasionalisme fasistik menggunakan peperangan,

pendudukan, pembantaian, dan pertumpahan darah sebagai alat untuk mencapai

tujuan-tujuan politis tersebut.

Sebagaimana halnya yang mereka lakukan untuk menguasai

bangsa-bangsa lain, rezim fasis juga menggunakan kekuatan dan penindasan terhadap

bangsa mereka sendiri. Dasar kebijakan sosial fasisme adalah pemaksaan gagasan,

dan keharusan rakyat menerimanya. Fasisme bertujuan membuat individu dan

masyarakat berpikir dan bertindak seragam. Untuk mencapai tujuan ini, fasisme

menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama semua metode propaganda.

Fasisme menyatakan siapa pun yang tidak mengikuti gagasan-gagasannya sebagai

musuh, bahkan sampai melakukan genocide (pemusnahan secara teratur terhadap

suatu golongan atau bangsa).

33

Hans J Morgenthau, Politik antar bangsa, Jakarta : yayasan pustaka obor Indonesia, 2010. Hal. 191.

34

(28)

I.7. Metodologi Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka

dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif

(melukisakan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan

data-data yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail

mengenai suatu gejala atau fenomena.35

Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat, seta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini

tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak

dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang

menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian

deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti

yang dilakukan pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk

membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.

36

I.7.1 Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Dasar dari

penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu

berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang

diinterpretasikan oleh setiap individu.

adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap

orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.

Aplikasi penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologis dari

penggunaan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa

”metodelogi kualitaif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

35

Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 42

36

(29)

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.37

I.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan

atau proses penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu

obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder yang merupakan data primer, dimana data yang diperoleh atau

dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan

kedua). Penulis menngunakan data sekunder kareana keterbatasan data-data

primer penulis dari orang pertama atau pelaku sejarah fasisme Italia. Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, laporan,

jurnal, film dan lain-lain.

I.7.3. Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini

melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas

tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

I.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk

mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab, yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

signifikansi penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan

sistematika penelitian.

BAB II : PROFIL DAN BIOGRAFY BENITO MUSSOLINI

37

(30)

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai

objek penelitian yaitu yang berhubungan dengan biography

Mussolini dan sejarah Italia.

BAB III : KEBIJAKAN MUSSOLINI DI ITALIA

Bab ini nantinya akan berisikan pemikiran Mussolini tentang

kebijakan yang dilakukan Mussolini selama masa

pemerintahaannya di Italia

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang

diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta

berisi kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi model juga dapat dilakukan dengan membandingkan hubungan perilaku model dengan pola yang diharapkan, dalam hal ini adalah hipotesis bahwa simpanan karbon

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang telah di tindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016

Perjanjian yang dilarang adalah suatu persetujuan yang tertulis atau lisan untuk mengikatkan dirinya yang dilakukan satu atau lebih pelaku usaha dengan satu atau

RANGKA DAN NO.. Tun Abdul Razak, samping Rs.. RANGKA DAN NO.. Tun Abdul Razak, samping Rs. RANGKA DAN NO. TUN ABDUL RAZAK NO.. Bunderan Samata)..

masih hidup selama 830 tahun. Sepanjang hidupnya, Mahalalel menjadi bapak dari beberapa anak laki-laki * 5:3 anak laki-lakinya Dalam bahasa Ibrani sudah jelas dari kisah

Sedangkan Model Law menyatakan bahwa apabila para pihak tidak tnemilih hukum, inaka badan arbitrase atau arbitrator harus mengacu kepada hukum yang ditentukan berdasarkan

Pada diagram sankey dapat dilihat besarnya daya loss, hanya 10,78% saja yang diubah menjadi energi listrik, loss daya photovoltaic adalah 89,22% yang tidak dapat

Dari pernyataan informan diatas dalam hal ini penulis menyimpilkan bahwa kendala yang menjadi penghambat pengadaan bahan pustaka di perpustakaan Madarasah Aliyah