JAMINAN
ADMINISTRA
SI NEGARA
Dasar Masalah
Hukum administrasi sebagai hukum publik memiliki aspek materiil maupun formil.
Aspek materiil hukum administrasi terdiri dari norma atau kaidah-kaidah yang mengatur tentang jabatan, tugas, dan wewenang jabatan dan resiko tindakan jabatan, dalam arti mengatur tentang bagaimana seharusnya dan seyogyanya pejabat (ambrager) menjalankan kekuasaan pemerintahan. Ketika tugas dan wewenang jabatan dimaksud dijalankan
bertentangan dengan norma atau kaidah hukum yang
ditetapkan, maka akan timbul konflik hukum yang disebut sengketa administrasi. Konflik hukum ini sebagai akibat dan resiko tindakan administasi, sehingga melekat
Di lihat dari konsep hukum administrasi sebagai
bagian dari hukum publik dan sebagai
instrumen yuridis (yuridische instrumenten), diperlukan seperangkat lembaga atau badan yang berfungsi untuk menegakkan hukum administrasi dari aspek materiil.
Lembaga atau Badan dimaksud adalah
peradilan administrasi yang dalam kepustakaan hukum Perancis disebut “Tribunal
Fungsi Peradilan Adm:
Peradilan administrasi berfungsi
memberi pengayoman dan menyelesaikan sengketa
administrasi yang terjadi antara warga Negara (burger) dengan pemerintah. Oleh karena itu,
peradilan administrasi sebagai
badan yang mencegah terjadinya tindakan melawan hukum oleh
pemerintah atau penguasa
Berfungsinya peradilan administrasi ketika
terjadi sengketa administrasi yang timbul akibat tindakan hukum administrasi
(pemerintah) yang bertentangan dengan hukum administrasi secara materiil, artinya peradilan administrasi menegakkan terhadap akibat tindakan administrasi yang
bertentangan dengan hukum materiil, sedangkan prosedur dan syarat dalam menjalankan peradilan administrasi
Hukum materiil dan hukum formil ini
berkaitan erat dan tidak dapat
dipisahkan, bahkan dapat dikatakan “peradilan tanpa hukum materiil
akan lumpuh, sebaliknya peradilan tanpa hukum formil akan liar (dapat bertindak semaunya) sebab tidak
Istilah Peradilan Adm di
Indo
Istilah yang digunakan dalam ranah
administrasi negara di Indonesia
adalah Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Ada 4 macam peradilan di Indonesia:
1. Peradilan Umum 2. Peradilan Agama 3. Peradilan Militer
Makna Peradilan
Administrasi
Secara teoritis penggunaan istilah “peradilan
administrasi” ini lebih tepat daripada istilah “peradilan tata usaha negara”.
Peradilan administrasi mengandung makna dan
cakupan lebih luas daripada istilah Peradilan Tata Usaha Negara. Karena tata usaha hanya
bersangkut-paut dengan surat menyurat.
Tata usaha ini diambil dari istilah administrasi
Di dalam pengertian yang sempit ini
pengertian administrasi sama
dengan pengertian tata usaha dan kegiatan, sedangkan kegiatan
ketata-usahaan itu hanya
merupakan sebagian dari kegiatan administrasi. Kata administrasi
Ciri Peradilan Adm
Negara
1. yang memutuskan adalah hakim;
2. penelitian terbatas pada “rechtsmatigheid”
keputusan Administrasi;
3. hanya dapat meniadakan keputusan
Administrasi, atau bila perlu memberi hukuman berupa uang (denda administratif), tetapi tidak membuat putusan lain yang menggantikan
keputusan administrasi yang pertama;
4. terikat pada mempertimbangkan pada
fakta-fakta dan keadaan, pada saat diambilnya keputusan administrasi dan atas itu
Tingkatan Peradilan Adm
Negara
Ada Tiga Tingkatan Peradilan:
1. Peradilan Tata Usaha Negara
(Peradilan Tingkat Pertama).
2. Peradilan Tinggi Tata Usaha Negara
(Peradilan Tingkat Banding).
Landasan Yuridis
Berdasarkan pasal 47
undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yang
diubah menjadi UU NO. 9 Tahun 2004 tentang PTUN menyebutkan bahwa “peradilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha Negara. Rumusan tersebut menjadi tugas dan wewenang secara umum dari semua tingkatan peradilan
Kompetensi PTUN
Peradilan administrasi/PTUN hanya untuk
memeriksa dan memutus sengketa
administrasi atau sengketa Tata Usaha Negara, di luar itu peradilan administrasi tidak berwenang.
Keputusan yang ditetapkan oleh
Konsekwensi Gugatan
dikabulkan:
Di dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam
putusan Pengadilan tersebut dapat ditetapkan
kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Tata Usaha Negara, berupa:
1. pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan; atau
2. pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan, dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang baru; atau
3. penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara dalam hal
Unsur-Unsur Keputusan
Unsur-unsur Keputusan Administrasi atau Keputusan Tata Usaha Negara, antara lain:
1. penetapan bersifat tertulis;
2. dikeluarkan oleh badan atau pejabat administrasi (tata usaha negara);
3. merupakan tindakan hukum administrasi (tata usaha negara);
4. bersifat konkret dan individual; 5. final;
PTUN juga dapat memberikan keputusan yang bersifat negatif yang memiliki derajat hukum yang sama dengan keputusan yang bersifat konkret, yakni keputusan yang dikeluarkan secara tertulis.
Pemaknaan bersikap diam atau tidak mengeluarkan atas permohonan keputusan dianggap sebagai tindakan hukum mengeluarkan keputusan penolakan dimaksud,
Contoh:
Ada ketentuan mensyaratkan, apabila akan
membangun rumah harus memiliki Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Ada seseorang warga akan membangun rumah dan
mengajukan ijin kepada pemerintah, akan tetapi telah lewat 4 bulan terhitung sejak permohonan diajukan, pemerintah tidak mengeluarkan atau tidak menjawab tentang permohonan ijin
KEPUTUSAN ADMINSTRASI NEGARA Atau
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA Sebagai perbuatan para aparatur
pemerintahan dapat digugat dan menjadi sengketa yang ditangani,
diadili, diputuskan oleh
Keputusan administrasi yang tidak masuk kategori obyek sengketa administrasi, antara lain :
1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;
2. Keputusan TUN yang merupakan keputusan yang bersifat umum; 3. Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan;
4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana.
5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Keputusan TUN mengenai tata usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;
Penjelasan 1:
Keputusan Tata Usaha Negara yang
merupakan perbuatan hukum
perdata, umpamanya keputusan yang menyangkut keputusan
masalah jual beli tanah, tukar guling, atau jual beli barang yang dilakukan antara instansi pemerintah dan
Penjelasan 2:
Keputusan Tata Usaha Negara yang
merupakan pengaturan yang bersifat umum, ialah pengaturan yang
memuat norma-norma hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan yang kekuatan berlakunya mengikat setiap orang, misalnya : peraturan gubernur, Peraturan Menteri,
Penjelasan 3:
Keputusan Tata Usaha Negara yang
masih memerlukan persetujuan, ialah keputusan yang untuk dapat berlaku masih memerlukan
persetujuan instansi atasan atau instansi lain. Misalnya: Keputusan Komisi Kode Etik Polri tentang
Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat/ Pemberhentian Dengan Hormat (PTDH/PDH) terhadap
Penjelasan 4:
Keputusan Tata Usaha Negara yang
dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang hukum Acara Pidana atau peraturan Kitab Undang-undang hukum
Acara Pidana atau perundang-undangan lain yang bersikap hukum pidana, ialah
umpamanya dalam perkara lalu-lintas, dimana terdakwa dipidana dengan suatu
Penjelasan 5:
Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan
atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, umpamanya keputusan Direktur Jenderal Agraria yang
mengeluarkan sertifikat tanah atas nama
seseorang yang didasarkan atas pertimbangan putusan pengadilan perdata yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap yang
menjelaskan, bahwa tanah sengketa tersebut merupakan tanah Negara dan tidak berstatus
Penjelasan 6:
Keputusan Tata Usaha Negara mengenai
tata usaha Negara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ialah yang bersangkut paut dengan keputusan badan atau pejabat di lingkungan Angkatan Bersenjata RI (TNI), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer, bahwa tentang penyelesaian
Penjelasan 7:
Keputusan panitia pemilihan, baik di pusat
maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan umum. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 134 Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, yang menyebutkan bahwa, “Di dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasal 104, diperiksa dan diputuskan untuk tingkat pertama dan terakhir oleh Mahkamah Konstitusi”. Jadi
Landasan Yuridis
Pengecualian diatas:
Dikecualikan dalam pasal 2
undang No 5 Tahun 1986 jo Undang-undang No. 9 Tahun 2004 tentang PTUN
Dikategorikan bukan sebagai
keputusan Tata Usaha Negara dan bukan menjadi obyek sengketa
administrasi, sehingga dalam
memeriksa dan memutus sengketa tidak masuk pada kompetensi