• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Defenisi Dividen dan Kebijakan Dividen - Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan, Investment Opportunity Set (IOS) dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sektor Perta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Defenisi Dividen dan Kebijakan Dividen - Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan, Investment Opportunity Set (IOS) dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sektor Perta"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Defenisi Dividen dan Kebijakan Dividen

Palepu et al (2004) dalam penelitian Lestanti (2007:9) dan Atthar (2012:22) “mendefinisikan dividen sebagai cara perusahaan untuk memberikan timbal balik kepada pemegang saham dari kelebihan kas atas kegiatan operasional dan investasi”. Ross et al (2005:606) di dalam Atthar (2012:22) “Dividend is a payment made out of a firm’s earnings to its owners, in the form of either cash or stock.” Dalam penelitian Andriyani (2008:15) dividen adalah distribusi, yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Walaupun perusahaan dapat membagikan dividen dalam bentuk saham ataupun bentuk lainnya, akan tetapi para pemegang saham lebih menginginkan dividen dibagikan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) karena akan mengurangi ketidakpastian atas investasi yang mereka lakukan.

(2)

dividen pada akhir tahun atau akan ditahan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Menurut Ang (1997) dalam penelitian Andriyani (2008:15) kebijakan dividen didasarkan pada rentang pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi yang lain. Secara umum tidak ada aturan umum yang secara universal dapat diterapkan pada keputusan pemegang saham dan manajemen tentang dividen. Hal terbaik yang dapat dikatakan adalah bahwa nilai dividen tergantung pada lingkungan pengambil keputusan. Oleh karena lingkungan tersebut berubah sewaktu-waktu, seorang manajer dihadapkan dengan tidak relevannya dividen pada waktu tertentu dan dalam waktu tertentu menjadi sesuatu yang utama atau penting (Ang, 1997 dalam Andriyani, 2008:15).

Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting bagi perusahaan yang sudah go public dari beberapa kebijakan keuangan perusahaan. Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Per Share (DPS) merupakan alat untuk menganalisis dan menghitung kebijakan dividen perusahaan. Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai proksi dari kebijakan dividen.

2.1.2 Jenis-Jenis Dividen

Menurut Kieso et al (2005:358), ada beberapa jenis kebijakan dividen

(3)

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Merupakan bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.

2. Dividen Harta (Property Dividend)

Merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa (carrying value), jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan.

3. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend)

Suatu pembagian yang merupakan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan peluang bagi investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.

4. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki shareholders. Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap menggunakan aktiva bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.

2.1.3 Teori-Teori Mengenai Kebijakan Dividen

Ada beberapa macam teori tentang kebijakan deviden. Berikut ini diuraikan teori tentang kebijakan deviden dari berbagai sumber :

1. Residual Dividend Theory

(4)

Van Horne (2001:299), berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return, maka investor lebih senang jika perusahaan menahan kas dari pada memberikannya sebagai dividen. Begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut, Keown, Martin, Petty dan Scott Jr. (2010:208), memberikan kesimpulan bahwa pada teori ini, kebijakan dividen perusahaan dipengaruhi oleh:

a. Kesempatan investasi perusahaan, b. Campuran struktur modal, dan

c. Ketersediaan dari modal yang dihasilkan sendiri atau internal (internally generated capital)

(5)

2. Clientele Effect Theory

Menurut Keown, Martin, Petty dan Scott Jr. (2010:210), teori mengenai clientele effect menjelaskan bahwa setiap investor memiliki pemikiran serta preferensi yang berbeda-beda atas return dalam investasi saham. Investor baik secara individu maupun institusional yang memiliki kebutuhan yang mendesak akan dana lancar lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan pembayaran dividen (kas) yang tinggi. Sedangkan bagi investor lainnya, terutama bagi pihak-pihak yang ingin menghindari pajak, akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen yang rendah namun dengan capital gain yang besar.

(6)

3. Bird In The Hand Theory

Menurut Keown, Martin, dan Scott Jr. (2003) dalam penelitian Lestanti (2007:11) dan T. Abdu Syahri Atthar (2012:27), bird in the hand theory merupakan teori yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan capital gain. Karena dividen dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain.

4. Signaling Theory

Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai earnings power. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada signaling theory.

(7)

(2003) dalam Atthar (2012:28) yang memusatkan perhatian pada hubungan antara sinyal dan pergerakan harga saham, bahwa penggunaan dividen sebagai sinyal akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen (harga saham meningkat) dan negatif terhadap pemotongan dividen (penurunan harga saham).

Dalam Signaling theory ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar.

5. Tax Preference Theory

(8)

Berdasarkan teori tax preference, investor mungkin menyetujui menahan laba dari pada menerima pembagian dividen karena alasan yang berkaitan dengan pajak. Perlakuan yang menguntungkan dari capital gain melebihi dividen akan mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.

Selain dari beberapa teori tersebut di atas, terdapat beberapa teori lain yang terkait dengan dividen dalam penelitian Estika Maulida Priyo (2013:20-22), yaitu :

1. Pecking Order Theory

Menurut Myers (1984) dalam Priyo (2013:20), pecking order theory menyatakan bahwa Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan memiliki sumber dana internal yang berlimpah dan asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan.

(9)

2. Agency Cost Theory

Teori Keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Priyo (2013:21) bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan konflik diantara keduannya. Hal ini lebih disebabkan antara lain karena manajer lebih cenderung untuk berusaha mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan salah satu sebab adanya suatu konflik Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan pengawasan, pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun mekanisme tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). 3. Free Cash Flow Hipotesis

(10)

2.1.4 Bentuk Kebijakan dalam Pembayaran Dividen

Ada empat bentuk kebijakan pembayaran dividen (Riyanto, 2000 dalam Priyo, 2013:17), yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil.

Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahun relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan baik, perusahaan akan membagikan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Jika kondisi memburuk, maka yang dibayarkan hanya dividen minimalnya saja.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan.

Jika kebijakan ini yang dipakai oleh perusahaan, ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel.

Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen yang besarnya disesuaikan dengan posisi dan kebijakan finansial perusahaan setiap tahunnya.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa setiap perusahaan pasti memiliki bentuk kebijakan yang berbeda dalam melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Dimana bentuk kebijakan dalam pembayaran dividen tersebut tergantung dengan kondisi keuangan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan serta kebijakan finansial yang ditetapkan di dalam perusahaan.

(11)

keseimbangan antara dividen saat ini dan pertambahan di masa yang akan datang yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Prosentase laba yang dibayarkan sabagai dividen akan berfluktuasi dari satu periode ke periode lainnya seiring dengan jumlah peluang yang diterima perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen maka diharapkan perusahaan tersebut akan memiliki nilai yang tinggi di mata investor. Selain itu dengan pembayaran dividen yang terus menerus, perusahaan mampu menghadapi gejolak perekonomian dan mampu memberikan hasil kepada para pemegang saham.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Horne dan Wachowicz (1998:501), beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah :

1. Aturan-aturan Hukum

Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apa pun kepada para pemegang saham biasa perusahaan. Aturan-aturan hukum tersebut berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebaangkrutan) dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.

2. Kebutuhan pendanaan perusahaan

Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber dan penggunaan dana yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan dibutuhkan. Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, makam semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

4. Kemampuan untuk meminjam

(12)

keuangan. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitassnya untuk meminjam, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

5. Batasan-batasan dalam kontrak utang

Syarat perjanjian utang sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut diteentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang.

6. Pengendalian

Dalam hal ini, apabila perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari agar dapat membiayai berbagai peluang investasi melalui penjualan saham. Hal tersebut dapat mengakibatkan pihak yang memiliki kendali atas perusahaan dapat terdilusi jika pemegang saham tidak dapat memesan saham tambahan.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa setiap perusahaan harus memperhatikan beberapa faktor di atas sebelum perusahaan mengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan dividen. Faktor-faktor di atas perlu diperhatikan agar perusahaan tidak salah untuk mengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan dividen karena kesalahan dalam menetapkan kebijakan dividen tentunya akan dapat merugikan para pemegang saham dan perusahaan itu sendiri.

2.1.6 Return On Asset ( ROA )

(13)

keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula perusahaan tersebut dalam hal penggunaan aset.

Return on asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa pada suatu periode total asset yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan begitu pula sebaliknya apabila ROA negatif berarti total asset yang digunakan tidak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Tinggi-rendahnya return on asset (ROA) sebuah perusahaan tentu saja mempengaruhi kebijakan dividen yang akan diambil.

Nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan/ laba bersih dengan melalui penggunaan aset yang dimiliki dengan persentase yang relatif tinggi. Semakin tinggi nilai ROA mengindikasikan bahwa perusahaan memperoleh jumlah keuntungan/ laba bersih yang tinggi pula. Menurut Hanafi (2004:375) “perusahaan yang mempunyai aliran arus kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen”. Hal tersebut menunjukkan bahwa return on asset mempunyai pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (2010:148) return on asset dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

ROA =Earning After Tax (net income)

(14)

2.1.7 Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang dimana hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham atau investor. Leverage dapat dikatakan sebagai pinjaman sehingga suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak aktiva dibandingkan yang disediakan pemegang saham melalui investasi mereka.

Ada beberapa pengukuran dalam menghitung rasio leverage yaitu : 1. Rasio hutang terhadap aktiva (debt to asset ratio/DAR)

Rasio hutang terhadap aktiva dihitung dengan membagi total hutang terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur jumlah aktiva yang didanai dengan hutang. Rumus untuk menghitung debt to asset ratio yaitu:

𝑑𝑒𝑏𝑡𝑡𝑜𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡

Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri adalah 35% (Kasmir, 2008: 157). Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Perusahaan akan dikatakan baik jika perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva dibawah rata-rata industri.

2. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER)

(15)

𝑑𝑒𝑏𝑡𝑡𝑜𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas untuk industri adalah 80% (Kasmir, 2008: 159). Perusahaan akan dikatakan baik jika perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas dibawah rata-rata industri.

3. Rasio kelipatan pembayaran bunga (time interest earned ratio)

Rasio kelipatan pembayaran bunga dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini digunakan untuk menunjukkkan kemampuan laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga. Rumus untuk menghitung kelipatan pembayaran bunga yaitu:

kelipatan pembayaran bunga =laba sebelum bunga dan pajak beban bunga

Kelipatan pembayaran bunga untuk industri adalah 10 kali (Kasmir, 2008:162).

(16)

semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) akan semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman), maka hal tersebut akan mengakibatkan hak para pemegang saham atas dividen perusahaan juga semakin berkurang.

Chang dan Rhee (1990) dalam Rachmad (2013:39) juga menunjukkan bahwa tingkat hutang yang lebih rendah mengikuti pembayaran dividen perusahaan yang lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila perusahaan mempunyai tingkat hutang yang tinggi akan diikuti dengan pembayaran dividen perusaahaan yang lebih rendah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR) mempunyai hubungan yang negatif dengan kebijakan dividen perusahaan.

2.1.8 Ukuran perusahaan (firm size)

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001 dalam Estika Maulida Priyo, 2013:26).

(17)

dikarenakan perusahaan yang lebih besar memiliki potensi yang lebih besar pula untuk menang dalam persaingan yang terjadi dan bertahan dalam dunia industri apabila dibandingkan dengan sebuah perusahaan yang berukuran kecil atau perusahaan yang baru berdiri.

Perusahaan besar memiliki akses yang mudah untuk dapat masuk ke dalam pasar modal untuk mendapatkan suntikan dana sehingga hal teersebut berpengaruh terhadap pembayaran dividen perusahaan. Bagi perusahaan besar yang memiliki banyak aset cenderung akan membayar dividen dalam jumlah yang besar yang bertujuan untuk menjaga reputasi di kalangan investor. Dalam Anggi Noor Rachmad (2013:41) selain menggunakan natural logaritma of sales,proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset atau natural log capitalization. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan rumus :

Ukuran perusahaan = Ln of Total Asset

2.1.9 Investment Opportunity Set (IOS)

(18)

proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).

Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan adalah rasio Market to Book Value of Equity (MVEBVE) yang mencerminkan bahwa pasar menilai return dari ekuitasnya. Adanya perberdaan antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas menunjukkan investasi perusahaan.

Rasio MVEBVE dipilih dalam penelitian ini kerena merupakan rasio yang paling valid dan paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan. Selain itu, ratio ini diyakini memiliki hubungan yang konsisten dengan pertumbuhan perusahaan yang nyata dari perusahaan (Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Pasaribu, 2012:41). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

𝑀𝑉𝐸𝐵𝑉𝐸 =𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒𝑜𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 x share closing price

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Dapat dikatakan perusahaan yang memiliki kesempatan investasi atau investment opportunity set yang tinggi di masa depan akan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Tingkat pertumbuhan yang tinggi di asosiasikan dengan penurunan dividen (Rozeff, 1982 dalam Budi Mulyono, 2009 ).

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi diharapkan memiliki

kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan,

(19)

Dengan menurunkan jumlah pembayaran dividen akan membuat perusahaan

memiliki sumber dana internal yang cukup untuk keperluan investasi yang akan

dilakukan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa investment opportunity

set (IOS) perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

2.1.10 Free Cash Flow

Menurut Brigham dan Houston (2007:109) free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan melakuka investasi dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Free Cash Flow adalah sebagai kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan net present value positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan (Jensen dalam Rosdini, 2009 dan Priyo, 2013:51).

(20)

mengeluarkan saham untuk menambah modal, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan per saham dari perusahaan tersebut.

Banyaknya kas yang dimiliki perusahaan juga mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham melalui pengurangan hutang, peningkatan dividen atau pembelian saham kembali. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa free cash flow memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Dalam Pasaribu (2013:40) free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus , yaitu:

𝐹𝐶𝐹 =CFO−( 𝑁𝐶𝐸+𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒𝑖𝑛𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Berikut adalah uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu.

(21)

secara simultan variabel size, roa dan leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2. Niken Tyas Lestanti (2007) dengan judul analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Hutang, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen

Perusahaan. Terdapat 4 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang

terdiri dari satu variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR), serta 3

variabel independen yaitu return on common equity (ROCE), debt to equity

ratio (DER), dan current ratio (CURR). Disimpulkan bahwa dari tiga

hipotesis yang diuji, didapatkan hasil ROCE memiliki hubungan yang positif

dan signifikan dengan DPR. Selain itu DER terbukti memiliki hubungan

pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan CURR tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR.

3. Maria Andriyani (2008) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Investment Opportunity Set (IOS), dan Profitability Terhadap Kebijakan Dividen. Terdapat 6 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu kebijakan dividen dan 5 variabel independen yaitu Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Investment

Opportunity Set (IOS), dan Profitability (Studi Empiris pada perusahaan

Automotive di Bursa Efek IndonesiaPeriode Tahun 2004-2006).

(22)

4. Estika Maulida Priyo (2013) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Return On Asset , Debt To Equity Ratio, Firm Size, Growth dan Free Cash Flow Terhadap Devidend Payout Ratio (Studi EmpirisPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2011). Terdapat 6 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu Dividend Payout Ratio (DPR) dan 5 variabel independen yaitu Return On Asset , Debt To Equity Ratio, Firm Size, Growth dan Free Cash Flow. Hasil uji t statistik menunjukan bahwa variabel Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan Firm Size berpengaruh

positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel

Free Cash Flow (FCF) berpengaruh negatif, Return on Asset (ROA) dan

Growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR). Hasil uji F menyatakan bahwa semua variabel dalam penelitian ini

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

(23)

kepemilikan institusional dan kepemilikan saham minoritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.

6. Vithoaruna Samarthagani (2013) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Return On Asset, Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011. Dimana terdapat lima variabel dalam penelitian ini yang terdiri satu variabel independen yaitu dividend payout ratio dan empat variabel independen yaitu current ratio, total asset turnover, return on asset, debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CR dan variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel TATO dan variabel DER

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Secara simultan CR,

TATO, ROA dan DER berpengaruh signifikan terhadap DPR.

7. Budi Mulyono (2009) dengan judul penelitian Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size, dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2007). Dimana terdapat lima variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu kebijakan dividen dan empat variabel independen yaitu debt to equity ratio, insider ownership, size, dan investment opportunity set. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER dan Ln IOS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap DPR, sementara variabel Ln Insider

(24)

Sedangkan, secara bersama-sama DER, Ln Insider, Size, Ln IOS terbukti

signifikan berpengaruh terhadap DPR.

8. Boanyah et al (2013) dengan judul penelitian Determinants of dividend payout policy of some selected manufacturing firms listed on the Ghana Stock Exchange. Dimana terdapat delapan variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu kebijakan dividen dan tujuh variabel independen yaitu profitability, cash flow, sales growth, last year dividend per share, size, liquidity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan sementara last year dividend per share memiliki pengaruh negatif dividen, sedangkan variabel lain ( sales growth, cash flow, liquidity dan EPS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Ikhtisar hasil penelitian terdahulu di atas tercantum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

(25)

Lanjutan tabel 2.1

(26)
(27)

Lanjutan tabel 2.1 Yang Listed Di Bursa Efek

7. Budi Mulyono (2009)

(28)

Lanjutan tabel 2.1 firms listed on the Ghana (cash flow, sale growth,

liquidity,dan EPS) tidak berpengaruh signifikan

Sumber: Tesis dan Skripsi yang di-download

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011:33) kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

(29)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return on asset merupakan rasio antara laba bersih dibagi dengan total aset. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dibagi dengan total aset. Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan yang akan menentukan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen, apakah jumlah dividen yang akan dibagikan akan ditambah, dikurangi, atau sama seperti periode sebelumnya. Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR).

Investment

( X4)

Return on Asset

(X1)

Leverage

(X2)

Ukuran perusahaan

(X3) Kebijakan dividen (DPR)

( Y)

Free cash flow

(X5)

H1 (+)

H2 (-)

H3 (+)

H4 (-)

H6 H5 (+)

(30)

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Erlina (2008:49) menyatakan “Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Preposisi merupakan ungkapan atau penyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Ada pengaruh positif ROA terhadap kebijakan dividen.

H2: Ada pengaruh negatif leverage perusahaan terhadap kebijakan dividen.

H3: Ada pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

H4: Ada pengaruh negatif IOS perusahaan terhadap kebijakan dividen. H5: Ada pengaruh positif free cash flow perusahaan terhadap kebijakan

dividen

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai

Purwokerto, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

Pendekatan yang digunakan pada optimasi formula gel antiacne adalah penggunaan metode simplex lattice design dari 2 komponen yang diaplikasikan untuk menguji potensi antibakteri

Masukan email yang belum pernah guna untuk daftar Shopee sebelum ni kemudian dia akan bagi tahu email verification dah di hantar ke email yang anda masukan sila cek...

a. Se%ara terperin%i, enis3enis men%apai stan"ar kompetensi &ang telah "itentukan.. Dalam menentukan %akupan atau ruang lingkup materi pem*elaaran harus

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

Efektivitas kerja pegawai adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan, artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau

Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan