• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN PROG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN PROG (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KREDIT PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) BERPERSPEKTIF GENDER

DI KABUPATEN TRENGGALEK

Oleh :

Harsuko Riniwati dan Pety Dwi Winarti

Pemerintah telah banyak mengeluarkan program untuk mengatasi kemiskinan masyarakat nelayan termasuk Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). PEMP mulai dijalankan tahun 2000, merupakan program unggulan DKP dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Semua program harusnya berdampak sama besar terhadap laki-laki dan perempuan. Bagaimana dampak PEMP terhadap laki-laki dan perempuan, maka perlu dilakukan evaluasi.

Tujuan penelitian untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program kredit PEMP dilihat dari aspek gender. Metode penelitian menggunakan analisis gender. Data diperoleh dari 25 nasabah laki-laki dan perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi dengan alat bantu kuaesioner yang berisi pertanyaan tentang persepsi laki-laki dan perempuan berkaitan dengan lima hirarkhi variabel pemberdayaan yaitu kesejahteraan, akses, partisipasi, penyadaran diri dan kontrol atau pengambilan keputusan. Analisa data menggunakan model pemberdayaan Longwe .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kuantitas jumlah perempuan yang dapat mengakses program PEMP lebih rendah (144) dibandingkan laki-laki (326). Persepsi laki-laki dan perempuan dilihat dari 5 variabel kesejahteraan, akses,partisipasi, penyadaran diri dan pengambilan keputusan secara rating scale bahwa perempuan merasa dampak yang lebih besar dibandingkan laki-laki pada variabel akses, partisipasi, penyadaran diri dan pengambilan keputusan. Variabel kesejahteraan, perempuan merasa lebih rendah dari laki-laki. Secara keseluruhan, laki-laki dan perempuan merasakan dampak yang besar pada kelima variabel pemberdayaan.

(2)

1. PENDAHULUAN

Berbagai kebijakan pemerintah yang berbentuk program pengentasan kemiskinan termasuk pengentasan kemiskinan kaum nelayan telah dikeluarkan oleh pemerintah, diantaranya dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). DKP mengeluarkan kebijakan untuk memberdayakan masyarakat perikanan sejak tahun 2000 yaitu berupa program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program ini merupakan program unggulan DKP dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Pemberdayaan (empowerment) adalah suatu proses yang memberikan otonomi dan pengambilan keputusan lebih besar kepada pekerja dalam segala faktor yang mempengaruhi hasil kerja. (Newstrom and Davis,1997). Indikator pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) menurut konsep Longwe dapat dilihat dari lima variabel, secara hirarkhis mulai paling dasar adalah kesejahteraan, akses, partisipasi, kesadaran kritis akan permasalahan yang dihadapi dan pengambilan keputusan. Definisi dan indikator konsep pemberdayaan Longwe tersebut jelas menunjukkan bahwa suatu program jika hanya berorientasi pada kesejahteraan maka program tersebut belum dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan pemberdayaan jika level lebih tinggi dari variabel kesejahteraan juga tercapai yaitu akses, partisipasi, kesadaran kritis dan tertinggi adalah jika SDM mempunyai tingkat tinggi dalam pengambilan keputusan terhadap sumberdaya. Program PEMP yang dikeluarkan oleh DKP sendiri bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur jaringan kewirausahaan, penguatan kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan serta diversifikasi usaha yang berkelanjutan (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, 2007).

Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan program PEMP, menunjukkan peningkatan keuntungan. Penelitian lain menunjukkan keberhasilan baru mencapai tidak lebih dari 30 %. Hasil penelitian Pratiwi (2008) tentang Program PEMP di Kedung Cowek Surabaya, dilihat dari keuntungan usaha para nasabah Swamitra Mina sebelum dan sesudah menerima kredit PEMP diperoleh adanya peningkatan keuntungan usaha rata-rata dari Rp 596.610,5 menjadi Rp 823.115,25 atau sebesar 27,51%. Penelitian Riniwati (2006) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif signifikan antara tingkat pemberdayaan SDM dengan kinerja. Jika keberhasilan program PEMP dalam meningkatkan kinerja tidak lebih dari 30 %, maka dapat dikatakan program PEMP pada daerah tersebut belum mampu memberdayakan.

Bagaimanakah kondisi program PEMP di pantai Prigi Trenggalek? Bagaimana persepsi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang mengakses program PEMP? Apakah menurut mereka PEMP sudah dirasakan meningkatkan kesejahteraan, akses, partisipasi, kesadaran kritis dan pengambilan keputusan terhadap sumberdaya dilihat dari perspektif gender? Untuk mengetahui semua ini, maka perlu dilakukan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Prosedur penyaluran dana program PEMP di Kabupaten Trenggalek

b. Persepsi masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan Program PEMP di Kabupaten Trenggalek.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pesisir Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Jawa timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jenis data primer dan sekunder. Data primer meliputi persepsi masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan Program PEMP di Kabupaten Trenggalek dan Dampak program PEMP di Kabupaten Trenggalek terhadap laki-laki dan perempuan. Data sekunder terkait dengan prosedur penyaluran dana program PEMP di Kabupaten Trenggalek. Teknik pengambilan data dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling, penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Menurut Amirin (1995) dalam Sarastiti (2005), bertujuan disini diartikan bahwa dalam penentuan sampel itu peneliti secara subjektif mengambil sampel dengan anggapan bahwa sampel yang diambil itu mencerminkan (representatif) bagi penelitiannya. Pada penelitian ini sampel yang diambil yaitu masyarakat penerima kredit PEMP yang berada di wilayah

Berdasarkan data dari koperasi Swamitra Mina Jwalita Trenggalek jumlah masyarakat pesisir penerima kredit PEMP per 15 April 2008 yaitu 470 yang terdiri dari 326 laki-laki dan 144 perempuan. Menurut Arikunto (1993) dalam penentuan jumlah sampel penelitian apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ditentukan 10% dari jumlah keseluruhan subjek yaitu sebesar 47 orang. Namun pada penelitian ini jumlah sample yang diambil yaitu sebanyak 50 orang yang terdiri dari 25 laki-laki dan 25 orang perempuan.

Analisis data menggunakan teknik analisis gender adalah pendekatan penelitian yang melihat permasalahan wanita secara utuh, baik sebagai sumber insani pembangunan maupun insan warga negara dalam berbagai aspek yang meliputi aspek fisik, kejiwaan, mental dan sosial ekonomi. Sedangkan orientasi gender adalah upaya untuk mengangkat nilai-nilai wanita sebagai mitra sejajar pria yang selaras, serasi dan seimbang dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun dalam pembangunan (Riniwati dan Harahap, 2002).

Untuk mencapai tujuan pertama digunakan analisis diskriptif kualitatif. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program PEMP di Kabupaten Trenggalek diukur melalui indikator pemberdayaan yaitu: kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, penguasaan dan kontrol. Untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan metode Longwe melalui kuisioner yang diberikan kepada responden. Dimana jawaban dari responden dinilai dengan metode rating scale. Menurut Riduwan (2002) rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pada penelitian ini disediakan kuisioner dimana responden menjawab pertanyaan dengan memilih dari lima jawaban yang telah disediakan dengan tingkatan/ rating scale sebagai berikut:

5 = Sangat Baik 4 = Baik

(4)

1 = Sangat Tidak Baik

Kuisioner disebar kepada 50 responden yang terdiri dari 25 laki-laki dan 25 perempuan. Jawaban dari responden kemudian ditabulasikan dengan data antara responden laki-laki dan perempuan terpisah yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai antara laki-laki dan perempuan.

Metode Longwe digunakan sebagai alat analisis, yaitu menganalisis proses pemampuan perempuan, bukan dalam arti kesejahteraan material. Tujuannya adalah untuk memahami lima butir kriteria analisis (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi aktif, penguasaan dan kontrol), sehingga dapat menginterpretasikan pembangunan perempuan sebagai suatu proses yang penting dan bagian intregal dari proses pembangunan serta untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam lima butir tersebut (Riniwati, 2002). Komponen dalam masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Komponen variabel pemberdayaan.

Variabel Komponen

1. Kesejahteraan Pangan, papan, sandang, pendapatan, layanan kesehatan, angka kematian, buta huruf, status gizi, kemampuan membaca, menulis, kemampuan berbahasa Indonesia, dll

2. Akses Tanah, lapangan, kredit, pelatihan, fasilitas pemasaran, teknologi dan lain-lain.

3. Penyadaran Isu dan kebutuhan perempuan, diskriminasi perempuan, kemampuan, menganalisis isu sejalan dengan hak dan

Penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi dan monitoring serta evaluasi dan lain-lain.

5. Kontrol Keseimbangan penguasaan terhadap faktor produksi dan distribusi manfaat tidak ada pihak pada posisi dominan atau sub ordinat, misal: L dan P mempunyai kontrol yang sama terhadap pendapatan.

Dalam rangka mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan dengan selain dengan metode rating scale juga menggunakan indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN). Dimana NTN dapat dirumuskan sebagai berikut :

NTN = Yt/Et Yt = YFt + YNFt Et = EFt + Ekt Dimana :

YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan (Rp) YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp) EFt = Totalpengeluaran nelayan untuk usaha perikanan (Rp)

EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan (Rp) t = periode waktu (bulan, tahun, dll)

(5)

alat untuk analisis jender atas suatu proyek pembangunan pada tingkat masyarakat. Alat ini digunakan untuk menentukan berbagai macam akibat suatu intervensi pembangunan pada wanita dan pria (Harsoyo, 1998).

Menurut Riniwati (2002) analisis ini dapat digunakan pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi proyek. Pada tahap perencanaan, alat ini digunakan untuk menentukan apakah proyek yang akan dilakukan diharapkan mempunyai dampak atau akibat pada gender sesuai dengan tujuannya misalnya meningkatkan KKG (keadilan dan kesetaraan gender). Pada tahap pelaksanaan, sangat berguna dalam mempertimbangkan apakah gender sudah dipakai dalam memperbaiki disain proyek yang sedang dilaksanakan. Pada tahap evaluasi sangat berguna untuk mengetahui akibat proyek secara lebih luas terhadap laki-laki dan perempuan. Pada penelitian ini matrik analisis gender digunakan pada tahap evaluasi proyek untuk mengetahui dampak program PEMP terhadap laki-laki dan perempuan. Analisis dilakukan pada sekelompok orang anggota masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan secara seimbang.

Metode ini juga menggunakan empat kategori analisis, yaitu:

a. Tenaga kerja, merujuk pada: tugas, tingkat ketrampilan, dan kapasitas tenaga kerja (misalnya berapa banyak orang diperlukan atau berapa banyak yang dapat dilakukan oleh setiap orang, dapatkah orang mengerjakan dengan tenaga kerja keluarganya sendiri atau harus mengupah tenaga kerja luar)

b. Waktu, merujuk pada perubahan lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan proyek.

c. Sumberdaya, merujuk pada perubahan dalam hal: Akses terhadap modal (pendapatan, tanah, kredit) sebagai konsekuensi dari adanya proyek dan sejauh mana kontrol terhadap terjadinya perubahan dalam sumberdaya (lebih besar atau lebih kecil) untuk semua tingkat analisis.

d. Faktor sosial budaya untuk setiap tingkat atau level analisis, merujuk pada perubahan dalam aspek sosial atas kehidupan sasaran proyek (perubahan dalam status dan peran gender) sebagai akibat dari adanya proyek. Tabel tingkat dan kategori analisis dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel . Tingkat dan kategori analisis pemberdayaan. Tk. Analisis tersebut tidak atau kurang bermanfaat dan sebaliknya.

(6)

PEMBAHASAN

Prosedur Penyaluran Program PEMP Prosedur Penjaminan Tunai Dana PEMP

DEP (Dana Ekonomi Produktif) untuk dana PEMP yang dijadikan sebagai penjaminan tunai dikelola dengan tahapan sebagai berikut:

1. DEP dibukukan pada rekening giro atas nama koperasi Jwalita untuk kemudian dijadikan jaminan kepada Bank BUKOPIN Cabang Malang. Bank BUKOPIN Cabang Malang memberikan kredit kepada koperasi minimal sebesar DEP yang dijaminkan.

2. Kredit yang diterima koperasi dari Bank BUKOPIN Cabang Malang dibukukan sebagai Modal Tidak Tetap (MTT) pada unit usaha simpan pinjam dan disalurkan kepada anggota atau calon anggota calon koperasi. Secara lebih jelas seperti terlihat pada gambar 4 berikut :

Bagan Mekanisme pencairan DEP.

Gambar. Bagan Mekanisme Operasional Kegiatan Penjaminan Tunai

Penyaluran kredit oleh Bank Pelaksana kepada koperasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penggunaan Kredit

Kredit yang diterima dari bank pelaksana kepada koperasi dibukukan sebagai MTT(Modal Tidak Tetap) dan dipergunakan untuk disalurkan kepada anggota dan calon anggota sebagai pinjaman sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan pemberian pinjaman diunit usaha simpan pinjam koperasi.

b. Jangka waktu Kredit

- Jangka waktu kredit dari Bank Pelaksana kepada koperasi maksimal 3 tahun

- Jangka waktu pinjaman kepada anggota dan calon anggota koperasi disesuaikan dengan kondisi dan jenis usaha.

c. Suku Bunga Kredit

- Tingkat suku bunga pinjaman dari Bank Pelaksana kepada koperasi maksimum sebesar 6% efektif pertahun

- Suku bunga pinjaman ditinjau secara berkala - Bunga pinjaman dibayar secara rutin setiap bulan

Bank Pelaksana

DKP Kab. / Kota

Koperasi LEPP M3 (Koperasi Jwalita)

Lembaga Keuangan Mikro

(7)

- Bunga pinjaman yang dibebankan kepada anggota dan calon anggota koperasi maksimal sama dengan suku bunga yang berlaku pada BPR atau Koperasi simpan pinjam di daerah setempat

- Penetapan bunga tersebut ditetapkan berdasarkan hasil keputusan musyawarah pemangku kepentingan terkait.

- Provisi kredit tidak dikenakan biaya d. Sanksi

- Apabila koperasi menunggak kewajiban pelunasan kredit selama tiga bulan berturut turut, maka Bank Pelaksana (BUKOPIN Cabang Malang) berhak mencairkan DEP atas nama koperasi yang dijadikan sebagai jaminan untuk digunakan sebagai pelunasan kredit.

- Apabila koperasi telah menunggak kewajibannya dan Bank Pelaksana telah mencairkan DEP yang dijadikan jaminan, maka hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi koperasi tersebut untuk tidak mendapatkan alokasi DEP pada Program PEMP tahun berikutnya maupun dana yang bersumber dari Bank Pelaksana atau lainnya.

- Apabila nasabah menunggak sampai pada waktu yang telah disepakati, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten / Kota.

Prosedur Kredit Untuk Nasabah PEMP

Prosedur pengajuan pinjaman di Swamitra Mina LEPP-M3 Jwalita adalah sebagai berikut:

- Mengisi formulir pengajuan

- Menyerahkan fotokopi KTP suami / istri

- Menyerahkan fotokopi jaminan (BPKB atau STNK) - Menyerahkan fotokopi kartu keluarga (KK)

- Menyerahkan fotokopi surat nikah - Menyerahkan fotokopi rekening listrik

- Menyerahkan surat keterangan dari desa setempat

Evaluasi Program PEMP di Kabupaten Trenggalek

Evaluasi program PEMP di Kabupaten Trenggalek dilihat dari persepsi masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan Program PEMP di Kabupaten Trenggalek. Analisis menggunakan kriteria pemberdayaan metode Longwe (kesejahteraan, akses, partisipasi dan kontrol atau pengambilan keputusan)

Program PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kabupaten Trenggalek telah menerima dana PEMP sejak tahun 2001. Sampai dengan tahun 2007 jumlah dana yang telah diterima Kabupaten Trenggalek dari dana APBN sebesar 2.503.031.500. Selain dana dari pusat, program PEMP ini mendapat dana dukungan dari Pemerintah daerah Kabupaten Trenggalek mulai tahun 2002 sampai dengan 2007 jumlah dana yang diberikan sebesar 1.048.647.000.

(8)

perintisan kelembagaan ekonomi masyarakat pesisir yang diharapkan mampu menjadi cikal bakal holding company yang akan memayungi aktivitas ekonomi masyarakat pesisir. Pada tahun 2001 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek memfasilitasi pembentukan LEPP M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina) di Munjungan yang menjadi pengelola Dana Ekonomi Produktif (DEP) yang dikucurkan melalui program PEMP. Selanjutnya pada dua tahun berturut-turut yakni pada tahun 2002 dan 2003 dibentuk Unit Simpan Pinjam (USP) untuk kawasan Panggul dan Prigi.

Periode kedua pada tahun 2004-2006 merupakan periode institusionalisasi, difokuskan pada revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi berbadan hukum koperasi. Pada awal periode kedua ini, yakni pada tahun 2004 dilakukan revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi koperasi dengan nama Koperasi Serba Usaha (KSU) LEPP-M3 Jwalita dengan Badan Hukum No. 1888.42/005/406.057/BH/IV/2004. Legalitas ini yang mendasari kemitraan antara KSU LEPP-M3 Jwalita dengan Bank BUKOPIN yang mempunyai program Swamitra Mina (Lembaga keuangan yang menyalurkan bantuan modal kepada nelayan, pembudidaya, pengolah dan pedagang ikan maupun masyarakat pesisir lainnya). Mengingat perkembangan dari USP Prigi yang cukup pesat maka untuk sementara sampai dengan tahun 2007 hanya USP Prigi watulimo yang bermitra dengan Bank BUKOPIN.

Periode ketiga merupakan periode diversifikasi usaha dimana LEPP-M3 diharapkan telah menjadi holding company. Pada tahun 2007 LEPP-M3 telah mempunyai beberapa unit usaha yakni selain Unit Simpan Pinjam, juga mendirikan kedai pesisir. Kedai pesisir ini melayani aneka kebutuhan nelayan dengan harga relatif sama dengan harga barang-barang di Ibukota Kabupaten. Kawasan Prigi dipilih sebagai lokasi pendirian Kedai Pesisr dengan pertimbangan daerah ini merupakan pusat aktivitas nelayan di Kabupaten Trenggalek sekaligus sebagai daerah wisata. Program kedai pesisir ini kedepannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM dengan pembentukan jaringan ritel yang menjangkau wilayah pesisir seluruh Indonesia.

Kedai pesisir didirikan melalui dana APBN dari kegiatan fasilitasi kedai pesisir senilai Rp 200 juta yang digunakan untuk (i) rehabilitasi bangunan untuk kedai pesisir yang sebelumnya merupakan Balai Penyuluhan Perikanan (BPP) Prigi, (ii) pengadaan komputer untuk kedai pesisir, (iii) pengadaan (belanja) barang yang dijual di kedai pesisir dan (iv) pelatihan tentang cara penataan outlet kedai, pengelolaan kedai dan cara negosiasi dengan suplier.

Kedai pesisir ini didesain seperti toko swalayan yang ada di Ibukota Kabupaten yang didukung dengan sistem komputerisasi. Tanggapan dari masyarakat Prigi terhadap kedai pesisir cukup bagus, hal ini terlihat pada jumlah pembeli yang berbelanja dikedai pesisir. Nilai penjualan harian kedai pesisir saat ini rata-rata mencapai Rp 3juta perhari. Lokasi kedai pesisir berada didekat loket pintu masuk kawasan wisata Pantai Prigi dan berada tepat didepan Hotel Prigi. Untuk kedepan kedai oesisir ini diharapkan bisa menjadi grosir yang mampu mensuplai semua kebutuhan masyarakat pesisir.

(9)

membangkitkan usaha di daerah pesisir. Meskipun LEPP-M3 bersaing dengan BPR maupun bank-bank komersil lainnya dalam mencari nasabah, namun nasabah dan tingkat pengembalian kredit cukup baik mengingat LEPP-M3 tidak hanya sekedar memberikan pinjaman namun juga jasa konsultasi dalam rangka pengembangan usaha.

Kesejahteraan

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan indikator yang paling tepat diukur melalui nilai tukar nelayan (NTN) yang mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan. Nilai tukar nelayan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan nelayan (Ustriyana,2008). Nilai tukar masyarakat Pesisir Pigi yang telah mengakses kredit PEMP NTNnya lebih dari 1. Hal tersebut berarti bahwa keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang.

Selain dengan melihat dari NTN untuk mengetahui kesejahteraan nelayan adalah dengan cara rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek. Nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek adalah sebesar 3,38. Menurut Riduwan (2002) tafsiran nilai dari rating scale adalah sebagai berikut:5 = Sangat Baik, 4 = Baik, 3 = Cukup baik, 2 = Kurang Baik, 1 = Sangat Tidak Baik.

Berdasarkan dari pembobotan nilai tersebut maka tingkat kesejahteraan nasabah laki-laki dapat dikatakan cukup sejahtera. Dalam hal ini yang dimaksud dengan cukup sejahtera ditunjukkan dengan kondisi:

1. Pendapatan yang diterima cukup untuk memenuhi kebutuhan primer

2. Kebutuhan akan pangan yang memenuhi standar kesehatan cukup tercukupi 3. Kebutuhan akan sandang yang layak cukup tercukupi

4. Kebutuhan akan papan atau tempat tinggal yang layak cukup layak 5. Pemenuhan pendidikan cukup tercukupi

6. Kebutuhan untuk rekreasi cukup terpenuhi

Nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek sebesar 3,83. Angka tersebut lebih besar dari pada nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah laki-laki. Angka 3,83 mengisyaratkan bahwa tingkat kesejahteraan perempuan masyarakat sasaran PEMP adalah dalam kategori sejahtera. Artinya bahwa pendapatan, sandang, pangan, papan, pendidikan, dan rekreasi dapat tercukupi.

(10)

Akses

Untuk variabel akses nilai rata-rata rating scale atas variabel akses pada nasabah laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek sebesar 3,55, perempuan sebesar 3,44. Akses laki-laki dan perempuan cukup tinggi. Akses laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, walaupun perbedaannya sedikit. Akses laki-laki dan perempuan terhadap modal (kredit PEMP), teknologi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan dapat terpenuhi dengan baik.

Kesadaran Kritis Akan permasalahan Yang dihadapi.

Nilai rata-rata rating scale atas variabel penyadaran pada nasabah laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,605. Nilai rata-rata rating scale atas variabel penyadaran pada nasabah perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 4,08. Hal tersebut berarti bahwa kaum perempuan yang mengakses kredit PEMP tingkat pemampuannya lebih tinggi. Dengan demikian keberhasilan program PEMP bagi perempuan khususnya di Trenggalek cukup berhasil.

Partisipasi

Nilai rata-rata rating scale atas variabel partisipasi pada nasabah laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,11 sedangkan nilai rata-rata rating scale atas variabel partisipasi pada nasabah perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,26. Partisipasi laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya cukup tinggi.

Penguasaan dan Kontrol

Nilai rata-rata rating scale atas variabel penguasaan dan kontrol pada nasabah laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek adalah sebesar 3,83, perempuan sebesar 3,86. Nilai tersebut menunjukkan adanya persamaan atau keseimbangan tingkat kontrol antara laki-laki maupun perempuan. Widaningrum (1998) mengatakan bahwa persamaan kontrol berarti suatu keseimbangan penguasaan antara perempuan dan laki-laki sehingga tidak ada satu fihakpun yang dipapankan pada posisi dominan atau subordinat.

(11)

Acara sosialisasi tersebut merupakan penyampaian materi berkaitan dengan program PEMP serta diskusi bersama para peserta. Adapun materi yang disampaikan meliputi:

a. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat dan program-program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Trenggalek yang disampaikan oleh Kepala BAPPEMAS (Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat) Kabupaten Trenggalek

b. Kebijakan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek Ir.H.Syuhada Abdullah, M.Si.

c. Perkembangan Program PEMP di Kabupaten Trenggalek yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Kegiatan PEMP Tahun Anggaran 2007 Ir. Didik Susanto, serta

d. Perkembangan KSU LEPP-M3 Jwalita yang disampaikan oleh Ketua KSU bapak Fattah Ismanu.

Dalam rangka keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Trenggalek dinnyatakan sebagai pemenang Otonomi Award 2007 yang diselenggarakan oleh Jawa Pos Institute of Pro Otonomy (JPIP) sebagai bentuk apresiasi kepada pemerintah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Terkait pemberdayaan masyarakat pesisir, Trenggalek memperoleh penghargaan untuk kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Dalam hal ini Kabupaten Trenggalek dinilai berhasil dalam menggerakkan perekonomian lokal (pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir) dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada baik dari luar yakni Dana Ekonomi Produktif (DEP) dari APBN maupun APBD yang dikelola baik oleh LEPP-M3 Jwalita untuk menggerakkan perekonomian lokal yang didukung oleh sumberdaya perikanan. Dampak Program PEMP Terhadap Laki-Laki dan Perempuan

Program PEMP merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Program PEMP ini secara umum bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan serta diversifikasi usaha yang berkelanjutan dan berbasis sumberdaya lokal.

Dampak program kredit PEMP terhadap usaha yang dikelola oleh laki-laki dan perempuan di Kabupaten Trenggalek secara kuantitatif dapat dihitung seberapa besar dampak positif dan negatif terhadap laki-laki dan perempuan. Dilihat dari tingkat analisis laki-laki dalam semua variabel tenaga, waktu, budaya, sumberdaya dan pendapatan terdapat 43 dampak. Hasil analisis dampak program PEMP terhadap kaum laki-laki tersebut terdiri dari 34 dampak positif dan 9 dampak negatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program PEMP 79,07% berdampak positif terhadap usaha yang dikelola oleh kaum laki-laki dan 20,93% berdampak negatif terhadap usaha yang dikelola oleh kaum laki-laki. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dampak positif program PEMP lebih besar daripada dampak negatif.

(12)

Dengan demikian program PEMP dapat dikatakan berhasil karena dampak positif lebih besar daripada dampak negatif.

Jika dibandingkan dampak positif PEMP antara laki-laki dan perempuan yaitu 79,07% dampak positif yang diterima laki-laki dan 87,5% dampak positif yang diterima perempuan, maka dampak positif lebih besar pada perempuan. Hal itu berati bahwa dampak positif lebih banyak dirasakan oleh perempuan daripada laki-laki. Namun demikian nilai persentase dampak positif yang diterima antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu besar sehingga kesenjangan dampak program PEMP antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu besar atau dapat dikatakan tidak terjadi kesenjangan.

Dari hasil analisis dampak program PEMP terhadap laki-laki dan perempuan menunjukkan lebih banyak dampak positif daripada negatif baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut berarti bahwa akibat dari program PEMP sesuai dengan yang diharapkan yaitu sesuai dengan tujuan dari program PEMP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Prosedur penyaluran dana program PEMP

 DEP (Dana Ekonomi Produktif) untuk dana PEMP yang dijadikan sebagai penjaminan tunai dikelola dengan tahapan sebagai berikut:

 DEP dibukukan pada rekening giro atas nama koperasi Jwalita untuk kemudian dijadikan jaminan kepada Bank BUKOPIN Cabang Malang. Bank BUKOPIN Cabang Malang memberikan kredit kepada koperasi minimal sebesar DEP yang dijaminkan.

(13)

Evaluasi tingkat keberhasilan program PEMP di Kabupaten Trenggalek

Tingkat keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di Kabupaten Trenggalek dilihat dari indikator pemberdayaan yaitu kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, penguasaan dan kontrol. Semua variabel menunjukkan bahwa keberhasilan program PEMP di Trenggalek baik untuk laki-laki dan perempuan cukup berhasil memberdayakan masyarakat. Dampak positif juga dirasakan oleh laki-laki dan perempuan. Dengan demikian program PEMP dalam pelaksanaannya di Trenggalek tidak ada kesenjangan jender, namun tingkat keberhasilannya perlu ditingkatkan karena semua rating csale dari masing-masing variabel masih dipersikan cukup oleh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan.

Saran

Agar pelaksanaan program PEMP dimasa yang akan datang dapat lebih baik maka penulis merekomendasikan beberapa saran, yaitu:

- Pelaksanaan dan rancangan Program PEMP dari tingkat pusat perlu dilakukan lebih awal sehingga pelaksanaan program ini di daerah dapat lebih cepat dan berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Seperti halnya pada saat pencairan dana PEMP bisa cair sesuai dengan tahun anggaran yang telah ditetapkan.

- Diperlukan peninjauan kembali antara jumlah ideal TPD (Tenaga Pendamping Desa) dengan luas wilayah dan jumlah kelompok yang harus didampingi sehingga kegiatan pendampingan secara langsung terhadap kelompok-kelompok masyarakat pesisir berjalan optimal.

- Diperlukan Konsultan Managemen Koperasi yang dilaksanakan oleh LSM atau Perguruan Tinggi untuk mendampingi koperasi pelaksana program agar dapat berjalan lebih baik lagi, transparan dan akuntable.

- Perlu diadakan pendampingan dan pembinaan dalam rangka penggunaan kredit modal kerja, untuk itu alangkah lebih baik jika klinik bisnis khususnya yang ada di wilayah Trenggalek segara dapat di bentuk.

- Pemilihan satu koperasi sebagai pelaksana program PEMP di wilayah Trenggalek patut untuk dipertahankan karena telah terbukti berhasil dan dapat dijadikan contoh bagi wilayah yang lain. Dengan pemilihan satu koperasi sebagai pelaksana program maka koperasi dapat belajar dari kegagalan pada awal-awal program untuk diperbaiki pada pelaksanaan tahun-tahun berikutnya.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai profil aktivitas masyarakat sebelum dan sesudah adanya program PEMP.

- Bidang perikanan mempunyai tingkat resiko yang cukup tinggi. Pihak koperasi tidak mau menerima kapal atau perahu sebagai agunan untuk itu perlu dibentuk Lembaga Penjamin kredit yang bertindak sebagai lembaga / perusahaan penjamin resiko atas tidak dilunasinya kredit yang diberikan oleh kreditur (koperasi) kepada debitur. Lembaga penjaminan kredit diperlukan apabila kredit tidak didukung dengan agunan yang memadai, atau dengan berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian kredit tersebut mempunyai tingkat risiko yang cukup tinggi.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. 2007. Kecamatan Watulimo Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen Kelautan Dan Perikanan 2006. http://www.LAKIP_DKP_2006. go.id. Diakses pada 09 Desember 2007 pukul 07.55

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. 2007. Pengelolaan Lingkungan Kelautan dan Perikanan Yang Berkelanjutan Di Kabupaten Trenggalek. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek.

Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. 2007. Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Tahun Anggaran 2007.

Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2005. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Lakukan Penyusunan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.

http://www.dkp.go.id/content.php?c=1731 diakses pada 09 Desemder 2007 pukul 08.05 WIB

Harsoyo. 1998. Metode Harvard (Dalam Pelatihan Teknik Analisis Jender). Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah mada Yogyakarta.

Harsoyo. 1998. Metode Matrik Analisis Jender (Dalam Pelatihan Teknik Analisis Jender). Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah mada Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu. 2001. Dasar – Dasar Perbankan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria. 2008.Gema Pria Online. Diakses pada 07 Januari 2008 pukul 20.30 WIB

http://www. Instrumentsonline.wordpress.com. 2008.. Kesetaraan Gender.. Diakses pada 07 Januari 2008 pukul 20.44 WIB.

Humas Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2005. Pengembangan Jaringan Ekonomi Masyarakat Pesisir : Upaya Mencapai Tujuan MDGs.

(15)

05:16WIB

Humas Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pemp Serap Hampir 600 Ribu Tenaga Kerja. http://www.dkp.go.id/content.php =3593 diakses pada 25 September 2007 pukul 05:21

Hutagalung, Saut P. 2006. Kesejahteraan Tetap Prioritas. http://www.dkp.go.id/ diakses pada 29 November 2007 pada pukul 05.31 WIB.

Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora. Bandung. Mayasari, Fitriyah. 2001. Skripsi Dampak Kebijakan Sub Sektor Perikanan Terhadap

Wanita Nelayan Di Desa Kedungcowek Kecamatan Kenjeran Kotamadya Surabaya Propinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.

Najwah, Nurun. 2005. Dilema Perempuan Dalam Lintas Agama dan Budaya. PSW UIN Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA. Yogyakarta

Newstrom, W John and Davis, Keith. 1997. Organizational Behaviour. Human Behaviour at Work. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Pratiwi, Anita Dwijus. 2008. Skripsi Peranan “Swamitra Mina Jaya” Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pesisir Melalui Kredit Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Di Kelurahan Kenjeran Kedungcowek Kecamatan Bulak Surabaya Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Prijono, Onny S dan Pranarka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan. Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Centre For Strategik And International Studies Jakarta.

Rahmawati, Devi. 2006. Skripsi Pengaruh Tingkat Pemberdayaan (Empowerment) Terhadap Kinerja Manajer Pada Perusahaan Pengolahan Komoditi Perikanan DiPropinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta.

Bandung.

Riniwati, Harsuko dan Harahap, Nuddin. 2002. Buku Ajar Kajian Gender (Buku I). Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.

Riniwati, Harsuko dan Sukesi, Keppi. 2003. Laporan Penelitian Kajian Pemberdayaan Perempuan Di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan. Pusat Penelitian Peran Wanita Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. Malang.

(16)

Perusahaan Perikanan Di Jawa Timur. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Ryo. 2007. November, Nilai Tukar Nelayan Naik 1,77%. http://www.jatim.go.id /news. Php?id=15832 Diakses Pada 16 januari 2008 Pada Pukul 08.18 Wib

Sarastiti, Niken Diah. 2005. Analisis Nilai Tukar Nelayan Payang Kecil Periode Bulan Juli-September 2005 (Studi Kasus Di Desa Kranji Kecamatan paciran Kabupaten Lamongan). Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.

Solihin, Akhmad; Karim, Muhammad; Suhana; Nugroho, Thomas. 2005. Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia (Bunga Rampai). Humaniora. Bandung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Suyatno, Thomas; Chalik, H.A; Sukada, Made; Ananda, Tinon Yunianti; Marala, Djuhaepah T. 1995. Dasar – Dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tim Penyusun Directorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2004. Pedoman Umum PEMP 2007. Departemen Kelautan Dan Perikanan,Directorat Jenderal Kelautan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Directorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.. Jakarta.

Tim Penyusun Pedoman Umum Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2007. Pedoman Umum PEMP 2007. Departemen Kelautan Dan Perikanan,Directorat Jenderal Kelautan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Directorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.. Jakarta.

Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Penerbit Paramadina. Jakarta Selatan.

Ustriyana, I Nyoman Gede. Model Dan Pengukuran Nilai Tukar Nelayan (Kasus Kabupaten Karangasem). www.ejournal.unud.ac.id/abstrak/(8)%20soca-ustriyana.doc diakses pada 16 Januari 2008 pukul 08.27 WIB.

Widhaningsih, wiwi dan Abadi, Moh Fairuz. Laporan Akhir Pendampingan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2007 Kabupaten Trenggalek.

(17)

Wijono, Wiloejo wirjo. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan. www.fiskal.depkeu.go.id/bkf/kajian/wiloejo-1

Gambar

Tabel 3. Komponen variabel pemberdayaan.
Gambar. Bagan Mekanisme Operasional Kegiatan Penjaminan Tunai

Referensi

Dokumen terkait

dapat mengakses pinjaman (kredit modal) berupa uang maupun saprodi, seperti pupuk, pestisida dan alat-alat perkebunan. Biasanya mereka akan

Syukur alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Asupan Kalsium

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi bagi Guru

1) Siapkan splinter yang mempunyai ukuran lubang kira-kira 1,5 kali ukuran butir agregat terbesar. 2) Isikan kedua penampung di bawah lubang pembagi. 3) Isikan contoh

Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak Badan hukum dikenakan PPN KMS dengan

4. Koiran ominaisuuksia luonnehtiva nimi 5. Esikuvan mukaan annettu nimi 8.. Kuten Lehman, olen katsonut yhdeksi nimenantoperusteeksi koiralla jo käytössä olleen valmiin

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi

Variabel komponen manajemen modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini dan berpengaruh paling negatif dan signifikan terhadap profitabilitas ( Gross Profit ) adalah variabel