JURNAL
EFEKTIFITAS KETENTUAN PENGGUNAAN JALAN SELAIN UNTUK KEGIATAN LALU LINTAS DI MASYARAKAT BERDASARKAN UU NO 22 TAHUN
2009 PASAL 128 & 129 (Studi Di Daerah Saptorenggo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang)
Ervian Dwi Agung Prasetyo1
(eervianeda@gmail.com)
Abstrak
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur yang penting, dalam
penjelasan umum UU No 38 Tahun 2004 yang menjelaskan bahwa jalan merupakan
prasarana transportasi yang mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan rakyat. Jalan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat itu dapat dipakai
untuk kegiatan yang selain kegiatan lalu lintas, dalam pasal 127-130 UU No 22 tahun tentang
lalu lintas dan angkutan umum dalam ketentuan itu mengatur tentang penggunaan jalan selain
untuk lalu lintas. Sekarang ini sudah banyak yang menggunakan jalan sebagai lokasi suatu
kegiatan, baik dengan alasan kegiatan pribadi ataupun umum. Untuk itu jika ada suatu
kegiatan yang menggunakan jalan hingga jalan itu kita harus memastikan apakah hal itu telah
sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu
lintas. Penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas diperbolehkan asal memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan undang. Dan apabila seorang yang menggunakan jalan
selain untuk kegiatan lalu lintas dapat dikenakan sangsi pidana atau tidak, tentunya berdasar
UU yang ketentuannya mengatur tentang penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas.
Kata Kunci: tinjauan empiris, penggunaan jalan selain untuk lalu lintas, izin.
Abstract
Road as one of the transport infrastructure is an important element, in general
explanation of Law No. 38 of 2004, which explains that the road transport infrastructure has
an important role in the economic, social, cultural, environmental, political, defense and
security, as well as used the best interests for the people. The road is said to benefit the
people that can be used for activities other than traffic activity, in section 127-130 of Law No.
22 of 2009 about traffic and public transport in the provisions governing the use of the road
in addition to traffic. Now there are many who use the street as the location of an activity,
either by reason of private and public activities. For that if there is an activity that uses the
road until the road we have to make sure whether it was in accordance with the provisions
regulating the use of road traffic in addition to the activities. The use of road traffic in
addition to the activities allowed origin meets the requirements that have been determined
reserved. And if anyone who uses the road traffic in addition to the activities may be subject
to criminal sanctions or not, of course, based on the provisions of Law regulates the use of
road traffic in addition to the activities.
Keywords: empirical review, in addition to the use of road traffic, permission.
Pendahuluan
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur yang penting, dalam
prasarana transportasi yang mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan rakyat. Jalan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat itu dapat dipakai
untuk kegiatan yang selain kegiatan lalu lintas, dalam pasal 127-130 UU No 22 tahun tentang
lalu lintas dan angkutan umum dalam ketentuan itu mengatur tentang penggunaan jalan selain
untuk lalu lintas. Sekarang ini sudah banyak yang menggunakan jalan sebagai lokasi suatu
kegiatan, baik dengan alasan kegiatan pribadi ataupun umum. Untuk itu jika ada suatu
kegiatan yang menggunakan jalan hingga jalan itu kita harus memastikan apakah hal itu telah
sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu
lintas. Penggunaan jalan sering kali mengorbankan kepentingan umum yaitu pengguna jalan
lain dan mementingkan kepentingan pribadi. Penggunaan jalan umum sebagai lokasi suatu
kegiatan itu diperbolehkan oleh UU dengan syarat dan ketentuan.
Kebanyakan orang yang menggunakan jalan untuk mengadakan suatu kegiatan selain
untuk kegiatan lalu lintas itu dengan alasan kepentingan pribadi misalnya acara perkawinan
dan hajatan lain, acara keagamaan yang sering diadakan di daerah kabupaten, kota dan desa
sudah biasa dilaksanakan di jalan-jalan umum. Yaitu dengan menutup jalan sebagian atau
sepenuhnya, sehingga sedikit banyak menggangggu pengguna jalan yang akan melintasi jalan
umum tersebut. Walaupun saat ini sudah banyak penyedia sewa gedung yang dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan termasuk acara resepsi bagi masyarakat yang tidak
mempunyai lahan atau tempat untuk mengadakan suatu resepsi. Tetapi masih banyak
masyarakat yang mengadakan acara hajatan atau resepsi dengan menggunakan jalan umum
untuk dijadikan tempat acara tersebut. Fenomena menutup jalan untuk acara hajatan seakan
menjadi tren dan terkadang tanpa beban secara psikologis, tanpa perasaan merasa bersalah
kepada pengguna jalan umum lainnya, dan mereka berprinsip jalan di depan rumahnya adalah
Penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas yang mengakibatkan penutupan
jalan untuk kepentingan pribadi seperti hajatan atau resepsi pernikahan hanya diizinkan untuk
jalan kota / kabupaten dan jalan desa Di sini jelaslah bahwa penutupan jalan untuk
kepentingan pribadi seperti resepsi pernikahan hanya mungkin diizinkan pada jalan
kota/kabupaten dan jalan desa. Mengenai pelaksanaan pengalihan lalu lintas akibat penutupan
jalan tersebut harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas sementara. Dan mengajukan
permohonan izin penggunaan jalan diluar peruntukannya. Pemberian izin tersebut setelah
pihak yang berkepentingan mengajukan permohonan terlebih dahulu ke Kepolisian setempat.
Setelah mendapatkan izin selanjutnya pihak Kepolisian akan menempatkan personilnya di
jalan yang dialihkan sementara tersebut. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang yang
menggunakan jalan dengan alasan atau kepentingan pribadi jalan nasional atau jalan provinsi,
yang seharusnya hanya boleh dilakukan di jalan kota atau kabupaten dan jalan desa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan adapun rumusan
masalahnya adalah Apakah masyarakat yang menggunakan jalan selain kegiatan lalu lintas
telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 22 tahun 2009, dan apakah
masyarakat yang menggunakan jalan selain kegiatan lalu lintas yang tidak sesuai dengan
ketentuan UU Nomor 22 tahun 2009 dapat dipidana.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum
yuridis empiris. Dan menggunakan pendekatan Sosiologis Yuridis. Hal ini disebabkan
penelitian penulis dititikberatkan pada studi terhadap interaksi antara hukum dengan
fenomena-fenomena sosial secara empiris dalam kehidupan masyarakat. Jenis dan Sumber
Bahan Data, Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data yaitu Descriptive Analitic Method
(Metode Analisa Deskriptif), yaitu data yang diperoleh dari penelitian lapangan dijabarkan
(dideskripsikan) untuk dikaitkan dengan rumusan masalah yang ada sehingga pembahasan
Pembahasan
Lokasi yang ditetapkan penulis untuk penelitian yang telah dilaksanakan adalah desa
saptorenggo di kecamatan Pakis kabupaten Malang. Salah satu jalan yang ada di desa
saptorenggo sebagai lokasi penelitian karena jalan desa itu sering ditutup atau sering
digunakan sebagai lokasi suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat. Pengertian jalan desa
berdasarkan pasal Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2012 tentang Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan Selain
Untuk Kegiatan Lalu Lintas 14 ayat 5 Jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf e merupakan Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006
Tentang Jalan. Pengertian Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pasal 127 UU Nomor 22 Tahun 2009 menerangkan (1) Penggunaan jalan untuk
penyelenggaraan kegiatan di luar fungsinya dapat dilakukan pada jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa. (2) Penggunaan jalan nasional dan jalan
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diizinkan untuk kepentingan umum yang
bersifat nasional. (3) Penggunaan jalan kabupaten/kota dan jalan desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diizinkan untuk kepentingan umum yang bersifat nasional, daerah,
dan/atau kepentingan pribadi. Dari pasal itu menjelaskan bahwa jalan umum itu dapat
digunakan selain untuk kegiatan lalu lintas berdasarkan nilai kepentingannya, misal pada
jalan nasional dan jalan provinsi dapat diizinkan hanya untuk kepentingan umum yang
bersifat Nasional, sedangkan jalan kabupaten/kota dan jalan desa dapat diizinkan selain untuk
kepentingan umjum yang bersifat nasional tetapi juga untuk kepentingan daerah serta untuk
Mengenai syarat-syarat untuk dapat menggunakan jalan untuk selain kegiatan lalu
lintas, dalam Pasal 128 UU No 22 Tahun 2009 menerangkan (1) Penggunaan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat 1 yang mengakibatkan penutupan Jalan dapat
diizinkan jika ada jalan alternatif. (2) Pengalihan arus Lalu Lintas ke jalan alternatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sementara.
(3) Izin penggunaan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat (2) dan ayat (3)
diberikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal ini menjelaskan izin
penggunanaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas dapat diberikan apabila ada jalan
alternatif dan pengalihan jalan untuk menuju jalan aternatif harus dinyatakan dengan
rambu-rambu lalu lintas sementara, serta izin hanya dapat diberikan oleh kepolisian Negara republik
Indonesia. Dari hasil wawancara dengan ketua Rt desa saptorenggo “Selama ini jika ada
pihak yang ingin menggunakan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas sehinga akan menutup
jalan sebagian atau seluruhnya, apakah selalu meminta izin terlebih dahulu kepada bapak?
Kalau menurut saya menutup jalan itu harus lapor terlebih dahulu melapor kepada saya,
karena menutup jalan itu merupakan akses jalan umum jadi ketika ada orang yang menutup
jalan itu harus lapor ke RT, terus lapor ke polisi terus ada jalan alternatif lain sehingga tidak
menghambat jalan itu.”2 Dari jawaban itu, ketua RT saptorenggo tahu bahwa dalam
menggunakan jalan untuk suatu kegiatan tertentu harus ada jalan alternatif lain serta harus
ada izin dari pihak kepolisian
Dari hasil penelitian lapang di desa saptorenggo penulis mendapati bahwa sebagian
besar yang bertanggung jawab terhadap penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas
adalah sipenyelenggara suatu kegiatan dijalan itu sendiri serta perangkat keamanan desa.
Berdasarkan Pasal 129 UU No 22 Tahun 2009 menerangkan Pengguna Jalan di luar fungsi
Jalan bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan. (2) Pejabat yang memberikan
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (3) bertanggung jawab menempatkan
petugas pada ruas Jalan untuk menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bahwa dalam pasal ini menjelaskan bahwa pihak-pihak
yang bertanggung jawab terhadap penggunanaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas adalah
pihak yang menyelenggarakan suatu kegiatan dengan menggunakan jalan nasional, jalan
kabupaten/kota ataupun jalan desa baik yang bersifat nasional, daerah, dan bersifat pribadi.
Serta pihak kepolisian yang bertanggung jawab untuk menempatkan petugas pada ruas Jalan
untuk menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang penggunaan
jalan selain untuk kegiatan lalu lintas yaitu pasal 127-130 tidak ada peraturan yang secara
tegas mengatur mengenai sangsi pidana bagi sipenyelenggara suatu kegiatan yang
menggunakan jalan diluar fungsinya yang tidak memenuhi syarat dan tidak mempunyai izin
dari POLRI
Penutup
Masyarakat yang menggunakan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas yang
menggunakan jalan desa dengan alasan pribadi masih belum sepenuhnya telah memenuhi isi
atau sesuai dengan ketentuan pasal 127-130 UU Nomor 22 Tahun 2009 yang engatur tentang
penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas, hal ini sudah ditanyakan kepada sampel
yang telah menggunakan jalan sebagai lokasi untuk menyelenggarakan acara
Masyarakat yang menggunakan jalan selain kegiatan lalu lintas yang tidak sesuai
dengan ketentuan UU Nomor 22 Tahun 2009 dapat dipidana atau tidak. Mengenai hal ini
penulis berkesimpulan bahwa masyarakat yang menggunakan jalan selain untuk kegiatan lalu
mengenal asas legalitas yang pada intinya suatu perbuatan tidak dapat dipidana sebelum ada
peraturan yang mengatur sebelumnya.
Masyarakat harus sadar bahwa hukum itu harus dipatuhi dan dilaksanakan. Serta perlu
adanya pengawasan dari pihak kepolisian sebagai komponen penegak hukum untuk terus
menegakkan hukum. Terutama mengenai Penggunaan jalan umum untuk selain kegiatan lalu
lintas dan perlu adanya adanya perhatian dari para ahli-ahli hukum untuk melakukan
penemuan hukum dengan mengkaji suatu gejala sosial atau perbuatan masyarakat yang dapat
merugikan kepentingan sosial umum dengan kajian-kajian hukum.
Daftar Pustaka
1. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum.