• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monotheisme dalam Al Quran dan Bible

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Monotheisme dalam Al Quran dan Bible"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENURUT AL-QUR`AN DAN ALKITAB

A. PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk spiritual. Manusia selalu berusaha secara langsung maupun tidak langsung, untuk mencari sesuatu yang disembah sebagai pengabdiannya kepada pengaruh yang timbul dari luar kemampuan manusia dan pengaruh itu memberikan dampak dalam kehidupannya. Karen Armstrong mengatakan bahwa manusia sebagai homo sapiens juga merupakan homo religius. Mereka mulai membuat dewa-dewa sebagai bentuk dari pengaruh alam. Mereka menciptakan agama saat mereka juga memulai menciptakan seni.1

Hal ini juga dapat ditemukan dalam hukum tiga tahap Auguste Comte

(Laws of Three Stages) mengenai tahap perkembangan kehidupan manusia.

Manusia memulai masa teologi, dimana manusia yang masih belum mengerti gejala-gejala yang ada di alam, maka mereka membuat anggapan-anggapan tentang suatu hal yang membuat gejala-gejala tersebut terjadi, sehingga muncul mitos-mitos tentang dewa-dewa.2

Selanjutnya, pada abad pertama masehi, muncul agama yang dibawa oleh Yesus. Agama tersebut dalam perjalanannya disebut sebagai cikal bakal munculnya agama Kristen di dunia. Lalu pada abad ke-7 masehi, muncul agama Islam yang dikumandangkan oleh Muhammad. Dengan kaitannya antara dua

1 Karen Amstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan Yang Dilakukan Oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, Dan Islam Selama 4.000 Tahun (Bandung: Mizan, 2002), hal. 20.

(2)

agama tersebut dan Tuhan yang menjadi sesuatu yang disembah, maka penulis ingin menjelaskan bagaimana pandangan antar kedua agama tersebut terhadap Tuhan.

B. DEFINISI TUHAN

Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, Tuhan diartikan sebagai sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan lain sebagainya.3 Adapun kata “Allah” diartikan sebagai nama Tuhan dalam bahasa Arab; pencipta alam semesta Yang Mahasempurna; Tuhan yang Maha Esa yang disembah oleh yang beriman.4 Sedangkan “Kristus” diartikan sebagai Yesus Sang Mesias (Yesus sang Juru Selamat).5

Menurut Karen Armstrong, kata “Tuhan” (God) mencakup banyak makna,

maka “Tuhan” sebagai sebuah kata yang umum digunakan manusia untuk

menunjukkan sesuatu yang bernama “Tuhan”. Kata ini pada awalnya adalah kata

objektif, sebelum dibumbuhi dengan tambahan kata, yaitu Tuhan “dari suatu

kelompok agama”. Maka makna Tuhan juga akan berubah tergantung dengan

kelompok mana yang dimaksud.6

C. SEJARAH KONSEP MONOTHEISME TUHAN DALAM AJARAN

KRISTEN DAN ISLAM

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), ed. 4, hal. 1493.

(3)

Dalam sejarah gereja, dikemukakan bahwa di awal tahun Masehi, para pengikut Yesus diburu dan dianiaya oleh penguasa saat itu, sampai akhirnya diberikan kebebasan oleh Kaisar Konstantin (280-335 M). Pada masa kebebasan itu muncul berbagai paham yang saling bertentang khususnya berkenaan dengan ketuhanan. Di antara kelompok yang paling sengit pertentangannya adalah Arius (256-336 M) dan Athanasius (193-373 M). Arius mengajarkan bahwa anak Allah (Yesus) adalah makhluk Tuhan yang tertinggi derajatnya. Oleh karena ia adalah makhluk, maka Yesus tidak kekal. Namun Yesus dijadikan seperti manusia yang lain, sebagai pengajar dan teladan kebenaran di Bumi yang taat pada Allah. Sementara Athanasius menyatakan bahwa Anak Allah adalah sejajar dengan Allah Bapa. Dengan demikian Anak Allah adalah Tuhan juga. Masing-masing pendapat menganggap pendapat yang lain adalah sesat dan bid’ah.7

Dalam buku “Sejarah Tuhan” karangan Karen Armstrong, dijelaskan panjang lebar tentang sejarah lahirnya Trinitas dalam agama Kristen. Akan tetapi, berbeda dengan penjelasannya terhadap Keesaan Tuhan dalam agama Islam, ia memulai sejarah perkembangan teologi Kristen 300 tahun lebih sejak Yesus disalib dan dinyatakan meninggal, sampai pada perdebatan para ahli teolognya di abad ke-5 masehi.

Sekitar tahun 320 M, pencarian teologis mulai memasuki gereja-gereja di Mesir, Siria, dan Asia Kecil. Para masyarakat di daerah itu berdiskusi untuk membahas persoalan-persoalan di agama Kristen; tentang Tuhan yang sejati hanya sang Bapa dan sang Anak tidak abadi dan dia mendapat kehidupan dan

(4)

wujud dari sang Bapa; tentang sang Anak yang muncul tiba-tiba dari ketiadaan tanpa seorang ayah; tentang segala sesuatu yang diciptakan sedangkan Tuhan yang tidak diciptakan; atau tentang sang Bapa yang lebih agung dari sang Anak. Kontroversi ini disulut oleh Arius, seorang pemuka gereja dari Aleksandria. Dia melemparkan sebuah tantangan kepada uskupnya, Aleksander, yang tidak mungkin tantangan itu diabaikan, akan tetapi lebih terasa sulit untuk dijawab, yaitu bagaimana mungkin Yesus Kristus menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Tuhan Bapa? Arius tidak menyangkal akan ketuhanan Yesus, akan tetapi berpendapat bahwa apabila meyakini Yesus itu bersifat ilahiah secara hakikinya maka itu bukan keyakinan, tapi penghujatan.

Arius telah melemparkan persoalan yang vital menyangkut hakekat Tuhan. Arius dan Athanasius, seorang asistennya, segera menyadari bahwa ini adalah hal teologis semata. Arius telah meramu gagasannya ke dalam bentuk yang populer, sehingga kaum awam masyarakat pun memperdebatkan itu tersebut dengan tidak kalah panasnya dibandingkan dengan uskup mereka. Kontroversi ini memanas sehingga Kaisar Konstantin turun tangan dan memerintahkan untuk diadakannya sebuah sinode8 di Nicaea, kawasan Turki Modern.9

Umat Kristiani mengetahui bahwa Yesus Kristus telah menyelamatkan mereka melalui kematian dan kebangkitannya. Mereka telah diselamatkan dari kebinasaan dan pada suatu masa akan ikut dalam eksistensi Tuhan, yang mana

8 Sinode adalah rapat (sidang) pemimpin agama Kristen, atau badan pengurus tertinggi di gereja Protestan, lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , hal. 1314.

(5)

Tuhan itu Ada dan Hidup dengan sendirinya. Lalu timbul pertanyaan bagaimana cara Yesus melakukan hal itu? Apakah Kristus, sang Firman, tergolong ke dalam alam suci atau tergolong ke dalam tatanan makhluk ciptaan Tuhan yang rapuh.

Arius dan Athanasius meletakkan argumennya dalam posisi yang berseberangan, Arius mengatakan bahwa Yesus ada dalam tatanan makhluk, sedangkan Athanasius mengatakan bahwa Yesus ada dalam alam suci.

Arius berusaha untuk meletakkan perbedaan esensial antara Tuhan yang unik dengan semua makhluk ciptaan-Nya. Arius mempersenjatai argumennya dengan dengan dalil-dalil dari Alkitab untuk mendukung klaimnya tersebut, yaitu bahwa Yesus Kristus sang Firman tidak lain adalah hanya makhluk seperti manusia. Logos merupakan instrumen yang digunakan Tuhan untuk membuat segala ciptaan menjadi ada. Oleh karena itu, logos berbeda dari wujud lain, dan memiliki status yang sangat tinggi, logos itu adalah Yesus. Namun, karena logos

itu diciptakan oleh Tuhan, maka logos berbeda secara esensial dari Tuhan itu sendiri. Namun demikian, menurut Arius, Yesus bukanlah Tuhan dalam hakekatnya, akan tetapi Yesus diangkat Tuhan ke status ilahiah.

Yesus berbeda dengan manusia, karena dalam penciptaannya, Yesus

diciptakan secara langsung sedangkan manusia di dunia ini diciptakan “melalui”

Yesus. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa Yesus dianugerahkan kesucian oleh Tuhan sejak semula, sebelum dunia diciptakan, akan tetapi kesucian itu adalah hadiah dari Tuhan, bukan berasal dari dirinya sendiri.

Adapun sebutan Yesus Kristus untuk Tuhan, yaitu “Bapa”-nya, maka hal

(6)

sebenarnya. Kebapakan pada dasarnya menyiratkan eksistensi yang lebih dahulu

ada dan menunjukkan superioritas terhadap si “Anak”.

Arius sangat percaya bahwa umat Kristiani telah diselamatkan dan dijadikan suci, mereka ikut memiliki hakekat ilahi dari Yesus Kristus. Hal ini terjadi karena Yesus telah merintiskan sebuah jalan bagi manusia. Dia telah menjalani kehidupan seorang manusia yang sempurna, dia telah mematuhi Allah bahkan hingga kematiannya di kayu salib. Andaikata Yesus bukan seorang manusia, maka tidak ada harapan bagi umat Kristiani, tidak ada yang bisa diteladani dari hidupnya sebagai manusia, jika dia memang adalah Tuhan secara hakikinya. Dengan meneladani Yesus Kristus, makhluk yang sempurna, maka

umat Kristiani juga bisa menjadi “makhluk ciptaan Allah dengan kesempurnaan

yang tidak dapat diubah dan tidak dapat berubah”.

Namun, Athanasius memiliki pandangan yang kurang optimis terhadap kapasitas manusia di hadapan Tuhan. Dia memandang bahwa kemanusiaan secara alamiahnya merupakan sesuatu yang rapuh. Manusia berasal dari ketiadaan dan akan kembali ke dalam ketiadaan, jika manusia itu berdosa. Hanya dengan cara turut serta dalam Tuhan, melalui logos-Nya, maka manusia bisa terhindar dari ketiadaan, karena hanya Tuhan saja yang merupakan wujud sempurna. Jika logos

(7)

dikatakan oleh Athanasius, Firman Tuhan dibuat menjadi manusia biasa dengan tujuan agar umat Kristiani bisa menjadi suci atau kudus. 10

Ketika para uskup berumpul di Nicaea pada 20 Mei 325 M, sedikit sekali yang mendukung pandangan Athanasius tentang Yesus. Kebanyakannya berpegang pada posisi menengah antara Athanasius dan Arius. Meskipun demikian, Athanasius mendesakkan teologinya kepada para delegasi uskup, dan di bawah ancaman Kaisar, hanya Arius dan dua orang sahabatnya yang berani menolak untuk menyetujui kredo11 Athanasius. Dengan ini maka creatio ex nihilo

pun menjadi doktrin resmi Kristen untuk pertama kalinya, menegaskan bahwa Yesus Kristus bukan sekadar makhluk atau aeon, yaitu ialah Sang Pencipta dan Penebus dosa itu. Kemudian dalam sejarahnya, hal ini akan terus berlanjut menjadi perdebatan yang tidak usai, bahkan sampai pada saat ini, yang mana umat Kristiani, bisa dibilang, terbagi dua bagian, yaitu Kristen Protestan, dan Kristen Katolik.12

Adapun saat Karen Armstrong menjelaskan keesaan Tuhan dalam Islam, ia memulai dari semenjak nabi Muhammad lahir di dunia, dengan segala bentuk kondisi sosial dan budaya masyarakat pada saat itu sampai dengan perkembangan paham teologi (Kalam) di dunia Islam pada abad ke-13 masehi. 13

10 Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, hal. 155-158.

11 Kredo adalah pernyataan kepercayaan (keyakinan), atau dasar tuntunan hidup, lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , hal. 740.

(8)

Karen Armstrong mengatakan, bahwa sebagaimana dalam agama Yahudi dan Kristen, Tuhan yang transenden juga merupakan kehadiran imanen14 yang dapat ditemukan di dunia. Seorang muslim dapat menanamkan rasa kehadiran ilahi ini melalui cara-cara yang sangat mirip dengan yang ditemukan oleh kedua agama yang lebih tua itu. Muslim yang menegakkan kesalehan berdasarkan pada teladan nabi Muhammad, maka hal itu adalah usaha yang dilakukan untuk menghadirkan ilahi ini. Pada awalnya, mereka yang menjalankan ibadah berdasarkan teladan nabi Muhammad disebut dengan Ahl Al-adīts, kaum Salaf, atau kaum tradisionis.

Di atas segalanya, kaum tradisionis mengajarkan bahwa Al-Qur`an adalah sebuah realitas abadi, seperti halnya Taurat dan Logos dalam Kristen, yang dalam beberapa hal menyangkut Tuhan itu sendiri. Kaum Muslim mulai memperdebatkan sifat Al-Qur`an, dalam pengertian yang seperti apa naskah berbahasa Arab itu menjadi Firman Tuhan? Sebagian Muslim memandang bahwa pengagungan Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berlebihan seperti halnya kelompok Kristen yang tidak bisa menerima gagasan bahwa Yesus adalah inkarnasi logos -Nya. Kemudian sebagaimana diketahui oleh para pembaca, bahwa aliran-aliran teologi akan muncul dan menimbulkan pertikaian yang pelik di kalangan umat Muslim, sampai pada abad ke-14 masehi.15

14 Imanen adalah berada dalam kesadaran atau di akal budi (pikiran), lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , hal. 526.

(9)

D. TRINITAS DAN MONOTEISME

1. Doktrin Trinitas dan Monoteisme dalam Alkitab

Doktrin ini hanya dikenal dalam teologi Kristen, sehingga sangat sulit jika harus menjelaskan trinitas dari luar konteks kekristenan atau dengan paradigma non-kristiani. Hasyim Muhammad mengatakan, dengan mengutip Loraine Boettner, bahwa menjelaskan Trinitas dengan kacamata Kristiani itu ibarat melihat matahari di tengah hari.16 Dalam Kristen sendiri, doktrin ini dikenal sebagai doktrin yang unik dan kontroversial. Dalam sejarah munculnya Trinitas, tercatat banyak perselisihan dan pertikaian yang bersumber dari doktrin ini.

Kata trinitas berasal dari bahasa Latin, tres dan unus, yang berarti tiga dan esa, tunggal, atau satu. Jadi arti Trinitas adalah tiga dalam satu. Dalam teologi Kristen, hanya ada satu Allah, tetapi dalam satu hakekat Allah tersebut terdapat tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan namun berbeda dalam pribadi. Tiga pribadi tersebut memiliki sifat dasar atau esensi yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Dengan kata lain, tidak boleh ada penekanan pada salah satu keesaan atau ketigaan Allah, karena penekanan tersebut akan menimbulkan hal ekstrim yang akan menghilangkan esensi Trinitas. Oleh karena itu, teolog Kristen harus menyeimbangkan rumus Trinitas tersebut secara seimbang.

Dalam iman Kristen, Trinitas atau Tritunggal tidak dapat dijelaskan dengan pendekatan apapun selain menatakan bahwa kebenaran Trinitas adalah wahyu Allah, berasal dari Allah dan tentang Allah yang Esa. Oleh sebab itu,

(10)

trinitas ini hanya dapat dijelaskan oleh Allah sendiri, akan sangat sulit dijelaskan oleh apa pun dan siapa pun. Berbicara tentang Allah, maka harus disadari bahwa Allah bukan hal yang empiris akan tetapi sesuatu yang transendental.

Penulis menemukan ayat-ayat yang menyatakan dan mengindikasikan bahwa Allah itu Esa, akan tetapi ada pula ayat yang menyatakan secara tidak langsung bahwa Allah itu dalam tiga pribadi. Ayat tersebut adalah antara lain

a. Ayat tentang Keesaan Tuhan

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah

melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah

terang.” Lalu terang itu jadi. (Kejadian 1: 1-3).17

Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan

Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit. (Kejadian 19: 24).18

Beginilah firman Tuhan, Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam:

“Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah

selain dari pada-Ku! (Yesaya 44: 6).19

Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain.

(Yesaya 45: 6).20

Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku. (Yesaya 46: 9).21

Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi Tuhan, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kudan dan

orang-orang berkuda. (Hosea 1: 7).22

17 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), Perjanjian Lama, Kejadian 1, hal. 1.

(11)

Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari

umat Israel.” (Matius 15: 24).23

Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel,

Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. (Markus 12: 29).24

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar

perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari

dalam maut ke dalam hidup. (Yohanes 5: 24).25

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang

mengutus Aku. (Yohanes 5: 30).26

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Alah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau

utus. (Yohanes 17: 3).27

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku

yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3: 17).29

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Matius 28: 19).30

“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup,

melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3: 36).31

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya

dalam roh dan kebenaran. (Yohanes 4: 24).32

23

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 15, hal. 26. 24

(12)

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh

Kudus menyertai kamu sekalian. (2 Korintus 13: 13).33

Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai

sejahtera makin melimpah atas kamu. (1 Petrus 1: 2).34

Doktrin trinitas belum berhenti sampai di sini, yaitu dengan adanya tiga pribadi Tuhan, akan tetapi berakhir pada kesatuan dari tiga pribadi Ilahi dalam hakekat Allah. Ayat-ayat yang menyebutkan kesatuan tersebut antara lain

Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan

engkau.” (Yohanes 4: 26).35

Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu

sendiri. (Yohanes 14: 11).36

Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan

berita pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5: 19).37

Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan

ke-Allahan. (Kolose 2: 9).38

Keilahian Kristus merupakan fondasi yang menjadi dasar kekokohan iman Kristiani. Begitu juga dengan pengakuan Roh Kudus sebagai pribadi Allah yang ketiga. Dalam Perjanjian baru dikatakan bahwa Yesus memiliki nama Ilahi, memiliki sifat Ilahi, melakukan tindakan-tindakan Ilahi, dan tidak menolak dikatakan sebagai yang Ilahi. Sedangkan keilahian Roh Kudus juga dibuktikan

32 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Baru, Yohanes 4, hal. 154.

(13)

dengan nama-nama Ilahi, sifat-sifat Ilahi, melakukan tindakan-tindakan Ilahi, dan disejajarkan dengan Ilahi.39

Menurut Hasyim Muhammad, Meski banyak ungkapan yang disinyalir sebagai bukti keilahian Yesus dan Roh Kudus, namun tidak ditemukan ungkapan

dalam Alkitab yang secara langsung mengatakan bahwa “Allah adalah Yesus”

atau “Allah adalah Roh Kudus”, yang ditemukan hanya “Tuhan ada dalam diri

Yesus”. Ketuhanan Bapa dengan Ketuhanan Yesus itu dibedakan dalam iman

Kristiani. Hubungan Yesus dengan Allah Bapa bahkan lebih dipahami sebagai hubungan ketaatan, pengutusan, dan kepercayaan.40

2. Doktrin Monoteisme dalam Al-Qur`an

Umat Islam meyakini bahwa Tuhan yaitu Allah swt hanya satu-satunya Tuhan dan akan terus menjadi satu-satunya Tuhan. Paham yang disebut monoteisme ini telah terakar di diri Umat Islam dari semenjak umat Islam memeluk agama Islam. Sebagai dasar bagi agama Islam, Islam memiliki aturan dasar yang melandasi segala bentuk keyakinan di diri umatnya, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam. Dalam Rukun Iman, terdapat enam pancang kepercayaan yang harus diimani, yaitu percaya kepada Allah sebagai tuhan yang Satu, percaya kepada Malaikat, percaya pada Kitab-kitab yang diturunkan Allah, percaya kepada para utusan Allah, nabi dan rasul-Nya, percaya adanya hari Akhir, dan percaya kepada ketentuan Allah yang diberikan kepada manusia, atau disebut juga

Qada` dan Qadar. Keimanan-keimanan itu termanifestasi dalam bentuk

(14)

ajaran agama Islam yang harus senantiasa dilaksanakan sebagai kebutuhan dan kewajiban bagi umat Muslim, yaitu rukun Islam.

Rukun Islam, seperti yang diketahui, ada lima bentuk ajaran, yaitu mengucapkan dua kalimat sumpah (syahādatain) bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya dan tidak ada tuhan yang lain selain dia dan Muhammad adalah utusan Allah bagi manusia, melaksanakan shalat atau ibadah dalam lima waktu setiap harinya, berpuasa pada bulan Ramadhan, yaitu salah satu bulan di tahun perhitungan agama Islam, membayarkan zakat hartanya, dan kelima adalah melaksanakan haji bagi yang mampu, yakni ritual pelaksanaan sejumlah ibadah di Arab Saudi.

Semua ajaran tersebut termaktub dan terkanonisasi dalam Qur`an Al-Karim, kitab yang menjadi pedoman dalam agama Islam. Dengan kaitannya dengan definisi dan apa yang dimaksud dengan Tuhan dalam agama Islam, maka berikut penulis memaparkan beberapa ayat dalam Al-Qur`an yang memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang Tuhan tersebut.

ُي ِاالا ُ َْ الا َ ُ ا ِ َ َاِ َ ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ َ

Artinya: Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan

selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2):

163).41

ِا َ ْاَا ْ ُاْ ُ َلا انَ ِاَ ٌ ِا َ ٌ َاِ َ ُ َا َ ْ ُ َ ْ ََ ِاَ ِ ِ ْ ُ َنلُ ِاَ ِا ال ِِا ٌ َ َ َنَ

Artinya: Dan (Al-Qur`an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang

yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrāhim (14): 52).42

41 Kementerian Agama RI, Al-Qur`an Tajwid dan Terjemahnya , (Bandung: Sygma, 2014), hal. 24.

(15)

َو ُِ ْ َ ْ ُ ْيُ َ ٌ َلِ ْلُ ْيُ َُ ُ َُ ِ َلِآا ِ َو ُلِ ْ َُ َ ِناا َ ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ

Artinya: Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah),

dan mereka adalah orang yang sombong. (QS. Al-Na l (16): 22).43

ِو ُ َ ْ َ َا ا ِ َ ٌ ِا َ ٌ َاِ َ ُ َا ِ ِْ ََلَْا ِْ ََ ِ ُنِ ا ََ ُاا َا َ َ

Artinya: Dan Allah berfirman, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan;

hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa. Maka hendaklah kepada -Ku saja

kamu takut.” (QS. Al-Na l (16): 51).44

ْلَ ْ ََ ْ ََ ِ ِِ َ َء َقِا ُجْلََ َو َ ْ َ َ ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ َا َ اََِ ىَا ُ ْيُ ُ َْثِ ٌلَشَ َنَ َا ِ ْلُ

ً َاَ ِ ِِ َ ِ َد َ ِ ِ ْكِلْشُ َ ًِِ َص َ َع

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya, aku ini hanya

seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa

sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang

siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maa hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukandengan sesuatu

pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahf (18): 110).45

َو ُ ِ ْ ُ ْيُ َْنَ ْلَ ََ ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ َا َ اََِ ىَا ُ َا ِ ْلُ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sungguh, apa yang diwahyukan

kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah

kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?” (QS. Al-Anbiyā` (21): 108).46

ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ َ ِم َ َْنَا ِةَ ََِ ْ ِ ْيُ ََ َزَ َ ىَ َع ِاا َيْس ُلُ ْنَ ِا ً َ ْلَ َلْ َ َج ٍةا ُ ِِلُ ِاَ

َ ِ ِ ْ ُ ْا ِلِِشَ َ ُ ِ ْسَ ُ َ ََ

Artinya: Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang

yang tunduk patuh (kepada Allah). (QS. Al- ajj (22): 34).47

ٌلْ َ َ ُه ُلِفْغََ ْس َ ِ ْ َاِ ُ ِقَ ْس َ ٌ ِا َ ٌ َاِ ْيُ َُ ِ َا َ اََِ ىَا ُ ْيُ ُ َْثِ ٌلَشَ َنَ َا ِ ْلُ

(16)

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia

seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada -Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang menyekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan

zakat dan mereka yang ingkar terhadap kehidupan akhirat. (QS.

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah

tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula

diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS.

Al-Ikhlāsh (112): 1-4).49

Al-Qur`an hanya mengakui satu Tuhan dan menolak adanya pribadi-pribadi Tuhan sebagaimana dipahami umat Kristiani. Firman Allah surah Al-Nisā` ayat 171

agamamu,50 dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali

yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu, adalah utusan

Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya51 yang disampaikan-Nya

dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari

ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan

cukuplah Allah sebagai pelindung. (QS. Al-Nisā` (4): 171).52

48 Kementerian Agama RI, Al-Qur`an Tajwid dan Terjemahnya , hal. 447. 49 Kementerian Agama RI, Al-Qur`an Tajwid dan Terjemahnya , hal. 604.

50 Janganlah kamu mengatakan Nabi Isa As itu tuhan, sebagaimana dikatakan oleh orang Nasrani.

(17)

Ayat di atas secara tegas menolak anggapan bahwa Yesus adalah salah satu dari tiga pribadi Tuhan, melainkan hanya seorang rasul. Terdapat beberapa ayat dalam Alkitab yang juga menyatakan secara tersirat bahwa Yesus adalah seorang rasul. Ayat-ayat tersebut penulis sisipkan di atas dalam ayat-ayat tentang keesaan Tuhan.

E. KESIMPULAN

Penulis berkesimpulan bahwa Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, memiliki banyak ayat yang mendukung Keesaan Tuhan dan Trinitas Tuhan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa memerlukan pandangan dari agama Kristen sendiri untuk dapat memahami ayat-ayat tersebut dan menginterpretasikannya sehingga dapat dipahami. Awal mula perdebatan akan esensi Tuhan itu adalah perdebatan yang terjadi antara Arius dan Athanasius pada abah ke-4 masehi.

Agama Islam pun sempat mempersoalkan hal Ketuhanan ini mulai pada abad ke-8 sampat pada abad ke-14. Agama Islam berusaha sampai akhir, yaitu bagaimana memahami dan menjelaskan bahwa Tuhan itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen. Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan Yang Dilakukan Oleh

Orang-Orang Yahudi, Kristen, Dan Islam Selama 4.000 Tahun. Bandung:

Mizan. 2002.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. ed. 4.

Kementerian Agama RI. Al-Qur`an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: Sygma. 2014.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. 2014.

Muhammad, Hasyim. Kristologi Qur`ani: Telaah Kontekstual Doktrin

Kekristenan dalam Al-Qur`an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. ed.

Revisi.

Rubenstein, Richard E. Kala Yesus Jadi Tuhan: Pergulatan untuk Menegaskan

Kekristenan pada Masa Akhir Romawi. diterjemahkan dari When Jesus

Become God: The Struggle to Define Christianity during the Last Days of Rome. Jakarta: Serambi. 2006.

Wibisono, Koento. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pemekaran yang terjadi di koridor bypass BIL-Batujai sebagai usaha untuk lebih maju dan berkembang

2 Ap Apak akah ah gu guru ru pe pemb mbim imbi bing ng me memi mili liki ki perhitungan jam kegiatan pelayanan perhitungan jam kegiatan pelayanan konseling di sekolah ekivalen

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan yang penulis lakukan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi atau keterangan yang relevan dengan pemasalahan yang

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu dalam jurnal yang berkaitan dengan inovasi teknologi, persepsi kredibilitas, dan manfaat yang dirasakan terhadap

Penelitian ini mengadopsi model didalam teori UTAUT 2 guna mendapatkan informasi mengenai: (1) mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel predikor laten

NURUL ILMI. Kesesakan, Iritabilitas, Agresivitas dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Dibimbing oleh EUIS