1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan pokok bangsa
Indonesia. Sampai saat ini beras merupakan bahan pangan yang hampir selalu
muncul dalam menu sehari-hari. Beras mengambil porsi terbesar dalam hidangan
dan merupakan sumber energi yang terbesar (Khumaidi, 2008). Padi merupakan
salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik.
Umumnya usaha tani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian
keluarga tani dan perekonomian pedesaan.
Produksi padi di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 70,61
juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 0,67 juta
ton(0,94 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan
terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,93 ribu hektar (0,48 persen) dan
penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,47 persen) (BPS, 2014).
Sejak awal tahun 2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan
produksi beras sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5%
per tahun hingga tahun 2009. Untuk mencapai target atau sasaran tersebut maka
diluncurkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan
mengimplementasikan 4 (empat) strategi yaitu (1) peningkatan produktivitas, (2)
perluasan areal, (3) pengamanan produksi, dan (4) kelembagaan dan pembiayaan
serta peningkatan koordinasi (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Menurut Sembiring (2008) keberhasilan peningkatan produksi padi lebih
banyak disumbangkan oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan
2
memberikan konstribusi sekitar 56,1%, sedangkan peningkatan luas panen dan
interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing 26,3% dan 17,5%
terhadap peningkatan produksi padi.
Peningkatan produksi beras Nasional diimplementasi di seluruh Indonesia,
termasuk Provinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah lumbung padi
Nasional.
Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2013 mampu mempertahankan
posisinya di lima besar lumbung beras Indonesia. Produksi padi Sumut pada 2013
sebesar 3.665.433 ton gabah kering giling yang setara 2.299.693 ton beras.
Dengan produksi tersebut maka Sumut telah mampu berswasembada beras
sebesar 122,50 persen. Atas dasar statistik jumlah penduduk Sumut 13.717.595
jiwa dengan produksi beras 2.299.693 ton maka Sumut surplus 422.440 ton atau
swasembada 122,50 persen karena kebutuhan beras per tahun 1.877.253 ton.
Sementara konsumsi beras masyarakat 136,85 kg per kapita per tahun
(BPS Sumatera Utara, 2013).
Beberapa daerah di Sumatera Utara sebagai daerah penghasil beras adalah
Kabupaten Simalungun, Serdang Berdagai, Langkat, Asahan, Tapanuli Selatan,
dan Tapanuli Utara yang cukup berperan sebagai penyumbang beras sehingga
Sumatera Utara mampu berswasembada.
Kabupaten Deli Serdang, merupakan salah satu daerah yang dominan
berperan dalam pembangunan ekonomi di Sumatera Utara diantaranya melalui
sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009
mencapai 4,08 persen. Sementara pada tahun 2010 sebesar 3,25 persen.
3
Serdang, kecualisektor pertanian yang turun sebesar 0,63%. Penurunan sektor
pertanian sebesar 0,63 persen ternyata berdampak pada penurunan laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dari 4,08 persen pada tahun 2010
menjadi 3,25 persen pada tahun 2011 (Analisis Sektoral Perkembangan Ekonomi
Kabupaten Deli Serdang tahun 2001 – 2012 dalam Hermanto, 2013).
Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara
yang memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar atau sekitar 36,27% dari luas
daerah Deli Serdang yang tercatat kurang lebih 249.772 hektar. Sebagai salah satu
daerah yang menjadi lumbung padi Sumatera Utara, untuk menjaga kondisi lahan
persawahan/ladang agar tetap berproduksi, serta meningkatkan produksi padi,
Pemkab Deli Serdang telah melakukan upaya perluasan lahan persawahan secara
bertahap dengan konsisten (BPS Deli Serdang, 2013). Namun dengan berbagai
keterbatasan daya dukung lahan dan teknologi di tingkat petani khususnya untuk
kawasan lahan irigasi maka perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi
padi yang ada pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras
pencapaian produksi padi yang maksimal.
Salah satu daerah yang dikembangkan saat ini di Kabupaten Deli Serdang
adalahJaringan Irigasi Daerah Irigasi (DI) Bandar Sidoras di Kecamatan Percut
Sei Tuan, dengan luas areal seluruhnya mencapai ± 3017 Ha. Sumber pengairan
irigasi ini memanfaatkan aliran air sungai Bandar Sidoras yang merupakan aliran
dari sungai Percut dengan mengandalkan bendung yang terbuat dari karet.
Dengan adanya suatu pengembangan jaringan irigasi di daerah Bandar Sidoras,
maka perlu diadakannya evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
4
Mawardi (2007) menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting
dalam bercocok tanam. Selain jenis tanaman, kebutuhan air bagi suatu tanaman
juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara
bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh dan
sebagainya. Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan
bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Cara
pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan varietas padi
yang ditanam.
Dengan demikian pengelolaan air irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diharapkan dapat meningkatkan
produksi padi sawah di daerah tersebut. Untuk itu perlu di kaji sudah sampai
seberapa besar produktivitas padi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang apabila di kaitkan dengan potensinya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi daerah
irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi
Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai kajian potensi produksi padi.
3. Bagi masyarakat untuk membantu petani dalam pengembangan produksi