• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengemba. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengemba. pdf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata

Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih

Yustisia Kristiana 1, Reagan Brian 2, dan Stephanie Theodora Mulyono 3

ABSTRACT: Desa Wisata Pasir Eurih is located in Pasir Eurih Village, District Taman Sari, Bogor and since 2012 the village area was introduced as a desa wisata. Desa Wisata Pasir Eurih has a natural and cultural attraction that could attract tourists. Tourism activity in Desa Wisata Pasir Eurih designed to allow tourists to feel directly the natural potential and interact with people. Problems encountered in the development of tourism are local community do not have an understanding of the development of community-based rural tourism; lack of cooperation between the local community with external parties for community-based rural tourism development; unavailability of tour packages that collaborate between attraction and tourist activity and lack of local community skills in terms of conducting tours so that tourists who come less get tourist information and travel experience. This can be an obstacle in promoting Desa Wisata Pasir Eurih as a tourism product. Community service is performed in an effort to increase community empowerment group which is a group administrator of the Desa Wisata Pasir Eurih. The purpose of this activity is to (1) improve the quality of tourism human resources, (2) develop service standards and (3) improving the welfare of society. Method of activities carried out in the form of counseling, training, and mentoring. Participants can take part in activities with well. The results of this work show there is the acquisition of knowledge about the management of community-based rural tourism, tour packages, travel brochures and tour guiding techniques. Empowering communities through rural tourism is expected to contribute to the economy, either directly or indirectly to the local community, and increased social life.

Keywords: community empowerment, rural tourism, tour package, tour guiding

ABSTRAK: Desa Wisata Pasir Eurih berada di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari,

Kabupaten Bogor dan sejak tahun 2012 kawasan desa ini dijadikan desa wisata. Desa Wisata Pasir Eurih memiliki daya tarik wisata alam maupun budaya yang mampu menarik wisatawan. Aktivitas wisata di Desa Wisata Pasir Eurih dirancang agar wisatawan dapat merasakan langsung potensi alam dan berinteraksi dengan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih antara lain masyarakat belum memiliki pemahaman tentang pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat; belum adanya kerja sama antara masyarakat desa dengan pihak eksternal untuk pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat; belum tersedianya paket wisata yang mengkolaborasikan antara daya tarik wisata dan aktivitas wisata dan kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pemanduan wisata sehingga wisatawan yang datang kurang mendapatkan informasi wisata dan pengalaman berwisata. Hal ini dapat menjadi kendala dalam memasarkan Desa Wisata Pasir Eurih sebagai produk wisata. Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan adalah dalam upaya peningkatan pemberdayaan kelompok masyarakat yang merupakan kelompok pengelola Desa Wisata Pasir Eurih. Tujuan dari kegiatan ini antara lain adalah untuk (1) meningkatkan kualitas SDM pariwisata, (2) mengembangkan standar layanan dan (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode kegiatan dilakukan dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan. Kelompok pengelola Desa Wisata Pasir Eurih dapat mengikuti dengan baik kegiatan yang diselenggarakan.

(2)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

Hasil dari kegiatan ini menunjukkan terdapat penguasaan pengetahuan tentang pengelolaan desa wisata yang berbasis masyarakat, pembuatan paket dan brosur wisata serta penguasaan teknik pemanduan wisata. Pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat setempat, dan peningkatan kehidupan sosial.

Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat, desa wisata, paket wisata, pemanduan wisata

Pendahuluan

Lokasi Desa Wisata Pasir Eurih berada di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor dan sejak tahun 2012 kawasan desa ini dijadikan desa wisata. Desa wisata Pasir Eurih memiliki daya tarik wisata alam maupun budaya yang mampu menarik wisatawan. Daya tarik wisata alam yang dimiliki antara lain air terjun Curug Nangka, agrowisata ulat sutra, jamur, markisa dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sedangkan daya tarik wisata budayanya adalah kesenian tradisional, upacara adat, kerajinan alas kaki (sepatu dan sandal), kerajinan atap dari daun aren serta situs peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran

Kesenian tradisional Sunda yang dimiliki antara lain rengkong (goyang padi), reog, tari Jaipong, angklung, angklung gubrag, kecapi suling dan calung. Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang lahir dari budaya masyarakatnya yang terkenal agraris. Nama rengkong diambil dari nama alat yang dahulu digunakan untuk memanggul beras. Rengkong terbuat dari bambu jenis gombong yang panjangnya sekitar 2 meter, kemudian dikaitkan dengan tali injuk yang sudah diikatkan setandan beras. Bambu akan menghasilkan suara yang unik hasil dari pergesekan tali injuk dengan bambu. Suara tersebut akan terdengar menarik dan meriah jika rengkong yang dimainkan lebih dari satu. Kesenian khas lainnya adalah reog Sunda yang merupakan perpaduan antara musik, tari dan kritik sosial tanpa ada unsur magis. Kesenian reog menggunakan dogdog (gendang) yang ditabuh, diiringi oleh gerak tari yang lucu dan lawak oleh para pemainnya. Biasanya disampaikan dengan pesan-pesan sosial dan keagamaan. Selain itu kesenian yang menjadi ikon dari masyarakat Sunda adalah tari Jaipong. Pada awal kemunculannya, tari Jaipong disebut dengan Ketuk Tilu karena tarian ini memang dikembangkan dari tari Ketuk Tilu.

(3)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

Penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan, antara lain sebagai berikut (Hadiwijoyo, 2012):

1. Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan

menggunakan berbagai jenis alat transportasi;

2. Memiliki obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal,

dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata;

3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya; 4. Keamanan di desa tersebut terjamin;

5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai; 6. Beriklim sejuk atau dingin;

7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat

luas.

Bila melihat persyaratan di atas, Desa Pasir Eurih tepat untuk ditetapkan sebagai desa wisata. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, salah satu usaha pariwisata adalah kawasan pariwisata. Usaha kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Suatu kawasan wisata dapat meliputi lebih dari sebuah desa dengan satu obyek utama. Jadi, desa merupakan unit terkecil pengembangan suatu kawasan. Pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih sebagai daerah tujuan wisata dilakukan dengan pendekatan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholders

pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat. Community

based tourism adalah pariwisata yang menitikberatkan keberlanjutan lingkungan, sosial,

dan budaya dalam satu kemasan. Hal ini dikelola dan dimiliki oleh masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran wisawatan dan belajar tentang cara hidup masyarakat lokal (Suansri, 2003). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat bertujuan untuk:

1. Memberdayakan masyarakat;

2. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

pariwisata agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial budaya dari pembangunan pariwisata;

3. Memberikan kesempatan yang seimbang kepada semua anggota masyarakat.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan ini digunakan untuk mendorong terbentuknya kemitraan diantara para pihak (stakeholders) terkait tersebut. Dalam hal tersebut masyarakat setempat harus disadarkan atas potensi yang dimiliki sehingga mempunyai rasa ikut memiliki (sense of belonging) terhadap beraneka sumber daya alam dan budaya sebagai aset pembangunan pariwisata (Dengnoy, 2003).

Menurut Cooper et al. (1998), terdapat empat komponen utama yang harus dimiliki oleh produk wisata,yaitu:

1. Attractions

(4)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

2. Amenities

Amenities adalah segala fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan di tempat tujuan. Fasilitas penunjang ini seperti akomodasi, restoran dan toko

souvenir.

3. Accesibility

Kemudahan wisatawan dalam mencapai lokasi wisata memengaruhi kesuksesan dari produk wisata tersebut.

4. Ancillary Services

Ancillary services merupakan jasa tambahan yang menyediakan layanan

termasuk didalamnya adalah pemandu wisata, jasa kurir, agen periklanan, konsultan, penyediaan training dan edukasi, pemasaran, dan koordinasi aktivitas.

Keempat komponen tersebut secara ideal harus dimiliki dan disediakan di kawasan wisata. Persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Pasir Eurih saat ini adalah:

1. Masyarakat belum memiliki pemahaman tentang pengembangan desa wisata

yang berbasis masyarakat;

2. Belum adanya kerja sama antara masyarakat dengan pihak eksternal untuk pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat;

3. Belum tersedianya paket wisata yang mengkolaborasikan antara daya tarik wisata dan aktivitas wisata;

4. Kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pemanduan wisata sehingga wisatawan yang datang kurang mendapatkan informasi wisata dan pengalaman berwisata.

Implikasi dari pemasalahan tersebut adalah kurangnya tingkat kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan lokal. Dengan kegiatan penyuluhan tentang pengelolaan desa wisata yang berbasis masyarakat, pelatihan pembuatan paket kegiatan wisata yang menarik, pelatihan pemanduan serta pendampingan dari pihak yang berkompeten, diharapkan dapat menambah pemasukan dari sektor finansial bagi masyarakat setempat sehingga kesejahteraan masyarakat juga lebih meningkat.

Mitra dalam kegiatan PkM ini adalah Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih. Persoalan khusus yang dihadapi oleh mitra adalah belum adanya instansi yang mengarahkan maupun tenaga swadaya yang memberikan bimbingan dalam pengembangan desa wisata yang berbasis kepada masyarakat. Oleh karena itu Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Jurusan Manajemen Usaha Wisata melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih.

(5)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya Metode

Materi yang diberikan dalam kegiatan PkM antara lain tentang pengelolaan desa wisata, pembuatan paket dan brosur wisata serta teknik pemanduan wisata. Penyuluhan tentang pengelolaan desa wisata diawali dengan penyampaian materi tentang terminologi yang terkait dengan desa wisata dan tren pengembangan desa wisata di Indonesia. Desa wisata erat dengan istilah rural tourism. Rural tourism merupakan kegiatan wisata dengan motivasi menikmati pengalaman hidup di pedesaan, terlibat dengan masyarakat, mempelajari cara hidup masyarakat, dan menikmati warisan peninggalan unik yang ada di desa tersebut (Gorman, 2005). Aktivitas menyerupai rural tourism di Indonesia adalah sepadan dengan wisata perdesaan, dengan aktivitas melihat keindahan alam, menyaksikan atraksi seni budaya, cara hidup masyarakat lokal. Tren wisata desa yang berkembang di Indonesia ditandai oleh tumbuhnya minat melakukan wisata berkarakter

nature-based tourism (wisata berbasis alam) dan menikmati pengalaman wisata

perdesaan (Sastrayuda, 2010), dan munculnya desa wisata (village tourism). Desa yang membuka diri sebagai desa wisata tidak saja memiliki keindahan alam, tetapi banyak juga memiliki daya tarik budaya, baik yang tangible maupun yang intangible. Materi lainnya yang disampaikan adalah tentang pengembangan dan pengelolaan desa wisata yang berbasis masyarakat dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Materi pelatihan tentang pembuatan paket wisata berisi tentang quotation dalam penyusunan paket wisata dan pola perjalanan wisata. Paket wisata merupakan suatu perjalanan wisata dengan satu atau beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari beberapa, minimal dua, fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan wisata (Nuriata, 2014). Dalam menyusun paket wisata dapat memperhatikan bentuk pola perjalanan. Bentuk pola perjalanan menurut Lau dan McKercher (2006) dapat dibagi menjadi:

1. Single Point

Pergerakan yang menuju hanya satu titik destinasi tanpa mengunjungi titik destinasi lain dan kembali ke tempat asal menggunakan rute yang sama.

2. Base Site

Pola pergerakan yang menyerupai sebaran sinar dengan satu titik pusat. Wisatawan memulai perjalanan dari tempat asal dan menuju ke tujuan utama, dan dilanjutkan melakukan kunjungan ke tujuan sekunder dalam wilayah tertentu.

3. Stopover

Pergerakan yang menuju satu titik destinasi utama dimana mengunjungi titik destinasi lain (sekunder) dalam proses pergerakannya.

4. Chaining Loop

Pergerakan dengan tipe memutar seperti cincin yang menghubungkan dua atau lebih titik destinasi dan tidak terjadi pengulangan rute.

5. Destination Region Loop

(6)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

tujuan utama dan tempat asal berangkat. Ini merupakan kombinasi dari pola single point dan chaining loop.

6. Complex Neighbourhood

Merupakan kombinasi dua atau lebih pola-pola yang telah disebutkan di atas.

Pelatihan pemanduan wisata diisi dengan penyampaian materi tentang teknik pemanduan. Pengertian pemandu wisata atau pramuwisata menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM.82/PW.102/MPPT-88 Tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata, adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Tugas pemandu wisata adalah:

1. Mengantar wisatawan, baik rombongan maupun perorangan yang

mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia;

2. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan obyek wisata serta memberikan penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi dan fasilitas wisata lainnya;

3. Memberikan petunjuk tentang obyek wisata.

4. Membantu pengurusan barang bawaan wisatawan;

5. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan,

kehilangan atau musibah lainnya.

Metode pelaksanaan kegiatan dibuat dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan

No. Kriteria Keberhasilan

(7)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

No. Kriteria Keberhasilan

Indikator Bentuk Kegiatan a. Fasilitator b. Bidang Keahlian

3 Penguasaan teknik pemanduan wisata

Peserta memahami tentang:

a. Teknik pemanduan wisata

Pelatihan dan pendampingan tentang pemanduan wisata:

a. Diskusi b. Praktik c. Kunjungan

lapangan

a. Stephanie Theodora M. b. Pemanduan

wisata

Sumber: Hasil olahan data (2016)

Kegiatan pelatihan bukan saja dilakukan sesi diskusi tetapi juga mempraktikkan secara langsung materi yang telah disampaikan.

Gambar 1. Praktik Pemanduan

Selain itu pelatihan dilengkapi dengan kunjungan lapangan. Hal ini dimaksudkan agar mitra dapat mengumpulkan informasi yang tepat saat melakukan kunjungan lapangan.

(8)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya Hasil dan Pembahasan

Pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat setempat, dan peningkatan kehidupan sosial. Selain masyarakat setempat memperoleh manfaat dari kedatangan wisatawan, masyarakat dapat sekaligus menjaga dan mempertahankan budaya lokal serta pelestarian alam di wilayahnya, karena hal itulah yang menjadi modal utama masyarakat lokal. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Skema Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih

PRA

(Participatory Rural Appraisal)

PkM Kelompok Pengelola Desa Wisata:

1.Penyuluhan 2.Pelatihan 3.Pendampingan

Luaran

1.Pemahaman tentang desa wisata berbasis masyarakat

2.Paket wisata

3.Penguasaan teknik pemanduan wisata Permasalahan

1.Masyarakat belum memiliki pemahaman tentang pengembangan desa wisata yang berbasis masyakarat; 2.Belum adanya kerja sama antara masyarakat dengan

pihak eksternal untuk pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat;

3.Belum tersedianya paket wisata yang

mengkolaborasikan antara daya tarik wisata dan aktivitas wisata;

4.Kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pemanduan wisata sehingga wisatawan yang datang kurang mendapatkan informasi wisata dan pengalaman berwisata.

(9)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

Program ini merupakan program yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program, maka dilakukan pendekatan PRA (participatory rural appraisal). PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. PRA dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan masyarakat tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers, 1996). Konsep dasar PRA adalah pendekatan yang penekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan.

Dalam pelaksanaannya, program ini mengacu pada pola sinergis antara tenaga ahli dari Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan dengan Pemerintah Desa Pasir Eurih dan Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih. Program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerja sama yang kolaboratif dalam dimensi mutualis antara perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah desa setempat, khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih yang pada akhirnya dapat memberikan dampak bagi seluruh masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan secara partisipatif kiranya sesuai dan dapat dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Simpulan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan di Desa Wisata Pasir Eurih telah berjalan dengan baik. Pelatihan ini mendapat respon positif dari Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih. Hal ini terlihat dari antusiasme dalam mengikuti seluruh kegiatan. Kelompok Pengelola Desa Wisata Pasir Eurih sebagai mitra dari kegiatan ini mendapatkan pengetahuan mengenai pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat, pembuatan paket wisata dan pemanduan wisata yang dapat diaplikasikan untuk pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih. Pendampingan secara berkelanjutan dilakukan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan dalam perwujudan pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih. Pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat setempat, dan peningkatan kehidupan sosial. Selain masyarakat setempat memperoleh manfaat dari kedatangan wisatawan, masyarakat dapat sekaligus menjaga dan mempertahankan budaya lokal serta pelestarian alam di wilayahnya, karena hal itulah yang menjadi modal utama masyarakat lokal.

Daftar Pustaka

Chambers, R. (1996). PRA (Participatory Rural Appraisal) memahami desa secara partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

(10)

Sub Tema: Ekonomi, Sosial, & Budaya

Dengnoy, J. (2003). Community based tourism: the sustainability challenge (A case study

of responsible ecological social tours project). Thailand: REST Project.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Profil Desa Wisata Pasir Eurih (2014).

Gorman, K. (2005). Cooperative Marketing Structures in Rural Tourism: the Irish Case.

Rural Tourism and Sustainable Business. Channel View Publications, Clevedon, United Kingdom.

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. (2012). Perencanaan pariwisata berbasis masyarakat (sebuah

pendekatan konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM.82/PW.102/MPPT-88 Tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata, 17 September 1988.

Lau, G. dan McKercher, B. (2006). Understanding Tourist Movement Patterns in A

Destination: A GIS Approach. Hongkong. Retrieved from

http://www.scribd.com/doc/20752930/Understanding-Tourist-Movement-Patterns

Nuriata (2014). Perencanaan dan pelaksanaan perjalanan wisata: konsep dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Sastrayuda, Gumelar S. (2010). Handout mata kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Suansri, Potjana (2003). Community Based Tourism Handbook. Thailand: REST Project. Undang-Undang Republik Indonesia 2009 No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Gambar

Tabel 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan Indikator Bentuk Kegiatan
Gambar 1.  Praktik Pemanduan
Gambar 3 berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Artinya sebelum Arief Muhammad datang di Kampung Pulo sudah terlebih dulu ada yang menempati yaitu orang-orang beragama hindu yang tentu saja banyak karena tak mungkin

Kejang pasca stroke dan epilepsi pasca stroke merupakan penyebab Kejang pasca stroke dan epilepsi pasca stroke merupakan penyebab tersering dari sebagian besar

indikator EBT= 2,8 – 4,8 EBT tidak dapat digunakan sebagai indikator pd titrasi ion logam Ca dengan EDTA. titik

a) Instansi hendaknya mempertahankan sistem mutasi pegawai dan program remunerasi yang telah diberikan kepada pegawai KPP Madya Malang, sehingga berdasarkan

Dalam hal ini, penulis beranggapan bahwa banyak sekali manfaat bersepeda bagi tubuh kita yang diantaranya adalah kondisi fisiologis yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan

Menggunakan teknik eksplorasi literatur dengan data yang diperoleh dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan teori kewirausahaan sosial, Hasil penelitian menunjukkan

[r]

Skripsi adalah studi akhir yang merupakan salah satu tugas akhir yang diwajibkan pada mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma