BAB II
TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA
A. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara
Peran pengangkutan khusunya sektor penerbangan tentu tidak terlepas dari
sektor ekonomi yang mana pembangunan memerlukan jasa berupa angkutan yang
cukup dan memadai. Apabila tidak ada pengangkutan sebagai suatu sarana
penunjang maka tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam
usaha pengembangan ekonomi di suatu negara. Bagaimanapun tingkatan
perkembangan ekonomi di suatu negara dalam hal menyusun sistem transportasi
nasional atau menetapkan policy transportasi nasional harus menentukan lebih
dahulu tujuan apa saja yang memerlukan jasa angkutan dalam sistem transportasi
nasional.
Tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan dalam rangka pengembangan
ekonomi ialah:
1. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata
antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerah-daerah.7
2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan
para konsumen, industri dan pemerintah.
3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta
men-supply pasaran dalam negeri.
4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi
masyarakat.
7
Pengangkutan ataupun transportasi memegang peran yang cukup penting
atas tujuan pengembangan ekonomi tersebut. Selain itu terdapat juga
tujuan-tujuan yang sifatnya non ekonomis, seperti untuk menaikkan integritas bangsa
serta memperkuat ketahanan nasional. Jadi terlihat bahwa tujuan ekonomis dan
non ekonomis tidak selalu dapat sejalan menuju arah yang sama. Misalkan saja
kebijakan transportasi ditujukan untuk peningkatan integritas bangsa, dapat
berbeda dengan kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi.8
Diselenggarakannya pengangkutan dalam hal ini penerbangan dibangun
berdasarkan beberapa asas dan tujuan, yakni terdapat dalam UURI No. 1 Tahun
2009 Tentang Penerbangan Pasal 2 dan 3 antara lain adalah:
Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas:
a). Manfaat;
b). Usaha bersama dan kekeluargaan;
c). Adil dan merata;
d). Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
e). Kepentingan umum;
f). Keterpaduan;
g). Tegaknya hukum;
h). Kemandirian;
i). Keterbukaan dan anti monopoli;
j). Berwawasan lingkungan hidup;
k). Kedaulatan negara;
8
l). Kebangsaan; dan
m). Kenusantaraan.
Tujuan diselenggarakannya penerbangan antara lain:
1). Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib,teratur, selamat,
aman, nyaman, dengan harga yang wajar,dan menghindari praktek
persaingan usaha yang tidak sehat;
2). Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara
dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomian nasional;
3). Membina jiwa kedirgantaraan;
4). Menjunjung kedaulatan negara;
5). Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri
angkutan udara nasional;
6). Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
7). Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara;
8). Meningkatkan ketahanan nasional;
9). Mempererat hubungan antarbangsa.
Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan yaitu memperlancar
kegiatan perekonomian nasional, hal ini terkait dengan hubungan antara
a. Dengan tidak tersedianya transportasi masyarakat tidak akan mengecam
keuntungan dari produksi.
b. Oleh karena itu, harus diusahakan pemanfaatan alat angkut seefektif
serta seefisien mungkin.
c. Dengan efektif dan efisien pengelolaan moda transportasi akan
memberikan dampak makro dan mikro terhadap Pembangunan Ekonomi.9
Pengangkutan udara salah satunya berdasarkan asas manfaat, ini
berhubungan dengan transportasi dalam kehidupan masyarakat. Yang berarti
transportasi udara ini bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi
dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.
Setelah itu, barang jadi yang telah diproduksi dijual oleh produsen kepada
masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran.
Dalam rangka mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi sudah pasti
diperlukan jasa transportasi yang salah satunya ialah transportasi udara.10
B. Subjek dan Objek Pengangkutan Udara
Perkembangan hidup manusia dari zaman dahulu hingga saat ini dapat
terlihat dari sisi pengangkutannya, pada zaman dahulu kegiatan pengangkutan
tidak begitu vital seperti sekarang ini. Saat ini pengangkutan begitu penting
peranannya dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, mulai dari anak-anak
yang pergi ke sekolah sampai orang tuanya yang pergi ke kantor untuk bekerja.
Aktivitas seperti itu biasanya menggunakan transportasi sebagai sarana untuk
9Ibid,
hal 13 10
bepergian, berdasarkan itu peranan pengangkutan tepat apabila disebut penting
dalam kehidupan masyarakat pada waktu sekarang ini.
Pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai
benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan dalam
rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.11
Dalam buku M.N. Nasution pengangkutan didefinisikan sebagai
pemindahan barang dan manusia dari tempat asal menuju tempat tujuannya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengangkutan tersebut merupakan gerakan
dari tempat asal, dimana kegiatan angkutan itu dimulai, ke tempat tujuan, dan ke
mana kegiatan pengangkutan diakhiri.12 Selanjutnya, menurut penulis
pengangkutan adalah suatu kegiatan orang, penumpang maupun barang yang
mempunyai tempat tujuan dengan menggunakan sebuah sarana yang dapat
bergerak menuju tempat tujuan tersebut.
Pengangkutan sebagai salah satu sektor perhubungan memiliki keterkaitan
dengan ilmu hukum sebagai suatu ilmu yang dipelajari oleh penulis. Lalu,
pengangkutan tersebut pun memerlukan suatu peraturan untuk mengatur segala
kegiatannya. Untuk itu akan sedikit diuraikan mengenai definisi hukum
pengangkutan itu sendiri. Dimulai dari arti ilmu hukum, menurut Stone ilmu
hukum adalah penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-norma, cita-cita
dan teknik-teknik hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
berbagai disiplin di luar hukum yang mutakhir.13 Selanjutnya pengertian dari
11
Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, Medan, USU Press, 2006, hal 20.
12
M.N. Nasution, Op,Cit., hal 3. 13
hukum menurut E. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah
atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya
ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan
dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.14
Maka dari itu, hukum pengangkutan merupakan ketentuan yang mengatur
tentang segala aktivitas pengangkutan yang wajib ditaati bagi setiap yang terlibat
di dalam aktivitas itu. Menurut Sution Usman Adji, dkk hukum pengangkutan
adalah sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan
yang dituju, sementara pihak lainnya (pengirim-penerima; pengirim atau
penerima; penumpang) mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran
biaya tertentu dalam rangka pengangkutan tersebut.15
Sektor perhubungan selaku sektor penunjang mempunyai peranan yang
cukup penting dalam keberhasilan program pembangunan nasional, perhubungan
memerlukan suatu sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat melayani
distribusi produksi pertanian, industri, pemindahan tenaga kerja, penyebaran dan
pemerataan penduduk, menghubungi kota besar maupun kecil serta daerah-daerah
pedesaan yang terpencil sekalipun. Pihak pemerintah kemudian mempercayakan
penyediaan jasa angkutan udara yang sangat diperlukan oleh masyarakat kepada
pihak perhubungan udara. Dalam rangka melayani dan menanggapi permintaan
14
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000, hal 21. 15
akan jasa angkutan udara, maka diperlukan suatu sistem penyelenggaraan
angkutan udara, baik domestik maupun internasional.16
Pengertian angkutan udara menurut Pasal 1 angka 13 UU Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat
udara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satu perjalanan
atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar
udara. Penumpang biasanya mendominasi untuk diangkut melalui angkutan udara,
sementara itu barang-barang yang sifatnya segar, relatif ringan dan bernilai tinggi
juga diangkut oleh jasa angkutan udara. Dalam hal kegiatannya, angkutan udara
tersebut memerlukan suatu sarana yakni airport ataupun airways. Pengertian dari
airways ini adalah suatu jalan yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang
melalui ruang udara atau angkasa sepanjang mana pesawat terbang dijalankan
untuk bergerak atau terbang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Sedangkan
airport atau bandar udara yakni suatu tempat yang digunakan untuk keperluan
landing dan take off bagi pesawat-pesawat terbang atau tempat yang dipergunakan
secara teratur untuk menerima serta menerbangkan penumpang maupun, muatan
barang yang diangkut oleh pesawat tersebut lewat udara.17
Subjek di dalam proses berkegiatan angkutan udara ini adalah pihak-pihak
yang terlibat dalam rangka penyelenggaraan angkutan udara. Sementara yang
menjadi objeknya adalah proses penyelenggaraan pengangkutan udara itu sendiri.
Berdasarkan pendapat H.M.N Purwosutjipto, pihak-pihak dalam pengangkutan
terbagi atas pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang
16
K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa,Bandung,Penerbit Alumni,1987, hal 59.
17
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang
dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sementara itu
kebalikan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan
dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.
Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa, subjek hukum pengangkutan adalah
pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak
dalam perjanjian pengangkutan. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus
badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan. Berikut adalah
penjelasan dari beberapa subjek dalam pengangkutan:18
1). Pengangkut(Carrier)
Pada perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah disepakati. Pada
perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yaitu pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan.
2). Pengirim ( Consigner)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi
pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar
18
pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan
pengangkutan barang dari pengangkut.
3). Penumpang ( Passanger )
Penumpang merupakan pihak yang berhak untuk memperoleh pelayanan
jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif angkutan
sesuai yang ditetapkan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang
mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam
perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut.
4). Penerima ( Consignee )
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal
pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun
terkadang pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima
barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima
mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.
Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam
perjanjian pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang
berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan
sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong
juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun kriteria penerima menurut
perjanjian, yaitu :
1. Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang;
2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;
5). Ekspeditur
Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa
Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum
pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim
atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur tersebut berfungsi sebagai
pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim.
6). Agen Perjalanan ( Travel Agent)
Agen perjalanan biasanya dikenal dalam perjanjian pengangkutan
penumpang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan
karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu
perusahaan pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen
(wakil) dalam perjanjian keagenan (agency agreement) yang bertindak untuk dan
atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan
usahanya mencarikan penumpang bagi perusahaan pengangkutan, dalam hal
pembahasan skripsi ini yaitu pesawat udara.
Kesalahan dalam penanganan reservasi berpotensi menimbulkan
terjadinya ketidaknyamanan ataupun terjadinya complain dari penumpang yang
akhirnya berdampak pada citra perusahaan sehingga berpeluang hilangnya
pendapatan perusahaan penerbangan. Mengenai yang menjadi tanggung jawab
dari Agen Perjalanan sebagai kode etik dalam penanganan reservasi adalah
sebagai berikut:19
19
a). Mematuhi ketentuan yang berlaku untuk setiap pemesanan baru (new
booking), pembatalan maupun perubahan.
b). Booking hanya boleh dilakukan atas permintaan penumpang.
c). Jika telah dilengkapi sarana online computer (automated), harus tunduk
pada ketentuan yang tertera dalam perjanjian penggunaan automated
system tersebut.
d). Tiket atau dokumen berharga lainnya harus dikeluarkan sesuai dengan
status reservasi yang telah dimiliki.
e). Tidak diperbolehkan mengeluarkan tiket dengan status confirmed,
sebelum mendapat konfirmasi dari perusahaan penerbangan.
f). Untuk permintaan group, diberikan time limit untuk pemberian
nama-nama penumpang serta waktu pembelian tiket.
Masuk ke pembahasan mengenai objek pengangkutan, pengertian dari
objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran yang
dimaksud dalam hal ini pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut,
dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang muatan, alat
pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum
pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak secara
benar, adil, dan bermanfaat. Berikut adalah penjelasan mengenai objek-objek
pengangkutan:
1. Barang Muatan (Cargo): Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang
termasuk juga hewan. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan,
yaitu :
1). Barang berbahaya (bahan-bahan peledak);
2). Barang tidak berbahaya;
3). Barang cair (minuman);
4). Barang berharga;
5). Barang curah (beras, semen,minyak mentah); dan
6). Barang khusus.
Dari jenisnya, barang muatan dapat dibedakan sebagai berikut, yakni :
a). General cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara membungkus
dan mengepaknya dalam bentuk unit-unit kecil.
b). Bulk cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara
menempatkannya ke dalam kapal atau tanki.
c). Homogeneous cargo, adalah barang dalam jumlah besar yang dimuat
dengan cara membungkus dan mengepaknya.
2. Alat pengangkut ( Carrier)
Pengangkut berarti pengusaha yang menjalankan perusahaan
pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat
pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas
rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkut di darat
disebut kendaraan bermotor yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut di
perairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Sedangkan alat pengangkut
nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan
pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang bertindak untuk kepentingan dan
atas nama pengangkut.
3. Biaya pengangkutan (Charge/Expense)
Tarif adalah salah satu yang menjadi objek dari pengangkutan, pemerintah
menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuan
masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan tarif tersebut,
perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum, perusahaan laut niaga,
dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi kepada kelangsungan
dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan serta perluasan jaringan angkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cost of services atau ongkos menghasilkan jasa
yaitu:
1. Jarak yang harus ditempuh dari tempat asal ke tempat tujuannya;
2. Volume dan berat daripada muatan barang yang diangkut;
3. Risiko dan bahaya dalam pengangkutan, berhubung karena sifat barang
yang diangkut, sehingga diperlukan alat-alat service yang spesial; dan
4. Ongkos-ongkos khusus yang harus dikeluarkan berhubung karena berat
dan ukuran barang yang diangkut yang ”luar biasa” sifatnya.20
20
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengangkutan Udara
Pada dasarnya hukum ditujukan untuk mengatur hubungan antar anggota
masyarakat yang menimbulkan ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan
antara individu dengan masyarakat. Ikatan tersebut menimbulkan hak dan
kewajiban. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum adalah
manusia (persoon). Maka dari itu, manusia oleh hukum diakui sebagai pendukung
hak dan kewajiban. Manusia sebenarnya mempunyai hak serta kewajiban untuk
melakukan suatu tindakan ataupun peristiwa hukum. Sebagai contoh yaitu
mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, dan memberikan hibah.
Begitupun dalam hal pengangkutan udara, yakni pihak pengangkut sebagai
penyedia jasa dan pihak penumpang sebagai pengguna jasa, masing-masing
memiliki hak dan kewajiban.21
Berikut adalah hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang pada
pengangkutan udara:22
1. Hak Pengangkut
Berdasarkan Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 yang menjadi hak dari
pengangkut, yaitu sebagai berikut:
a) Dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan, Setiap pengangkut barang berhak untuk
meminta kepada pengirim untuk membuat dan memberikan surat yang
dinamakan "surat muatan udara". Setiap pengirim berhak untuk meminta
kepada pengangkut agar menerima surat tersebut.
21
Chainur Arrasjid, Op.Cit., hal 120. 22
b) Pasal 9 menyebutkan, Bila ada beberapa barang, pengangkut berhak
meminta kepada pengirim untuk membuat beberapa surat muatan udara.
c) Selanjutnya Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak
untuk menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus
dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib
menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan
kerugian yang berhak. Dan pada ayat (2) Pengangkut wajib
memberitahukan kepada pengirim, dan dalam hal ada penyitaan, juga
kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas
beban yang berhak tentang penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.
Selain dari hak-hak yang diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara
yang telah disebutkan, masih ada hak-hak yang lain dari pengangkut seperti hak
untuk menolak pelaksanaan atau mengangkut penumpang yang tidak jelas
identitasnya. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam tiket pesawat yang
menyatakan bahwa hak pengangkut untuk menyerahkan penyelenggaraan atau
pelaksanaan perjanjian angkutan kepada perusahaan penerbangan lain, serta
mengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disepakati.23
2. Kewajiban Pengangkut
Pada umumnya kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan
barang atau penumpang beserta bagasinya dan menjaganya dengan
sebaik-baiknya hingga sampai ke tempat tujuan. Namun demikian, di dalam Ordonansi
23
Pengangkutan Udara 1939 disebutkan kewajiban pengangkut dalam angkutan
udara, diantaranya ialah:24
a) Pasal 8 ayat (3), Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara
segera setelah barang-barang diterimanya.
b) Pasal 16 ayat (2), Bila barang sudah tiba di pelabuhan udara tujuan,
pengangkut berkewajiban untuk memberitahu kepada penerima barang,
kecuali bila ada Perjanjian sebaliknya.
c) Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak untuk
menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya,
atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib menyimpan
barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang
berhak.
d) Pasal 17 ayat (2), Pengangkut wajib memberitahukan kepada pengirim,
dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya
dengan telegram atau telepon, atas beban yang berhak tentang
penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.
3. Hak Penumpang
Pihak penumpang dalam perjanjian angkutan udara pada dasarnya
mempunyai suatu hak untuk diangkut ke tempat tujuan dengan pesawat udara
dalam perjanjian angkutan udara yang telah disepakati. Berdasarkan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4, hak Penumpang sebagai pengguna jasa
yang berarti dapat disebut sebagai konsumen antara lain:
24
a). Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa.
b). Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan.
c). Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
d). Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan.
e). Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f). Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g). Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h). Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
i). Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
4. Kewajiban Penumpang
Kewajiban-kewajiban Penumpang sebagai salah satu pihak yang termasuk dalam
a) Membayar uang angkutan sebagai timbal balik atas jasa yang telah
digunakan.
b) Mematuhi petunjuk-petunjuk dari pengangkut udara atau dari
pegawai-pegawainya yang berwenang untuk itu.
c) Menunjukan tiket kepada pegawai-pegawai pengangkut udara setiap saat
apabila diminta.
d) Tunduk kepada peraturan-peraturan pengangkut udara mengenai
syarat-syarat umum perjanjian angkutan muatan udara yang disetujuinya.
e) Memberitahukan kepada pengangkut udara tentang barang-barang
berbahaya atau barang-barang terlarang yang dibawa naik sebagai bagasi
tercatat atau sebagai bagasi tangan,termasuk pula barang-barang terlarang
yang ada pada dirinya.25
Sementara itu berdasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 5 kewajiban
Penumpang sebagai konsumen jasa angkutan udara adalah:
1). Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2). Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3). Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4). Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
25
D. Manfaat serta fungsi jasa angkutan udara
Setiap proses kegiatan dalam pengangkutan udara ini pada dasarnya
mempunyai fungsi dan manfaat bagi segala aspek kehidupan manusia. Dalam
rangka mendukung mobilitas barang dan orang sebagai pengguna jasa angkutan
udara, maka peran pengangkutan udara dituntut agar menjadi suatu sistem yang
baik dan terpadu.
Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan terhadap angkutan adalah bagian
yang integral. Peningkatan kehidupan masyarakat yang tumbuh dan berkembang
menuntut kemajuan sistem angkutan untuk dapat menyediakan kebutuhan
masyarakat yang semakin tinggi mobilitasnya. Transportasi ataupun perangkutan
itu bukanlah suatu tujuan melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Selanjutnya,
kegiatan orang-orang berkaitan dengan produksi barang serta jasa untuk
mencukupi kebutuhan yang bermacam-macam mengharuskan untuk penggunaan
transportasi itu sendiri. Maka dari itu dapat dilihat beberapa manfaat dari
perangkutan yakni:26
1. Manfaat dari segi ekonomi
Transaksi ekonomi masayarakat, sangat erat hubungannya dengan
produksi, dan distribusi. Dan kegiatan tersebut akan membutuhkan sarana
perangkutan (transportasi), dengan sarana transportasi bahan baku untuk
keperluan produksi akan dibawa ke tempat produksinya. Kemudian calon pembeli
atau konsumen pun akan datang ke pasar dengan menggunakan transportasi pula.
26
Selanjutnya, manfaat transportasi dalam pertukaran barang menimbulkan berbagai
pengaruh, di antaranya ialah:
(a) Pada umumnya pertukaran barang adalah transaksi dagang antara dua
kelompok yaitu penjual dan pembeli. Tanpa keberadaan pengangkutan,
kedua kelompok ini bersama-sama hanya dalam satu kelompok kecil
sehingga keuntungan perdagangan akan terbatas.
(b) Persediaan barang yang berbeda-beda di pasar dapat untuk disamakan
(c) Perpindahan barang dari satu tempat yang persediaan barangnya banyak ke
tempat yang langka akan barang tersebut akan menyamakan harga barang
yang bersangkutan.
(d) Dengan luasnya wilayah persediaan barang tersebut, persaingan para
penjual meningkat dan harga dapat bertahan dalam suatu tingkatan yang
wajar atau semestinya.
(e) Pertukaran barang yang dilakukan oleh kelompok masyarakat
menimbulkan komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat hubungan
perdagangan, dan
(f) Diseragamkannya harga-harga barang di berbagai tempat.27
2. Manfaat dari segi sosial
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain, tidak jarang keberadaan antara satu kelompok dengan kelompok
masyarakat yang lainnya berada dalam jarak yang cukup jauh, sehingga
memerlukan suatu sarana untuk dapat menuju ke tempat jauh itu.
27
Keberadaan transportasi sangat membantu untuk kepentingan-kepentingan
sosial dalam rangka memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya yaitu:
1. Pelayanan perorangan atau kelompok
2. Pertukaran dan penyampaian informasi
3. Perjalanan untuk liburan
4. Sebagai sarana untuk menyambung silaturrahmi.28
Setelah mencermati beberapa uraian diatas bahwa pengangkutan ini kaya
akan manfaat, jika mengkaitkannya dalam dunia perdagangan kegiatan
pengangkutan adalah suatu proses dipindahkannya barang dari produsen ke agen
atau grosir yang kemudian diteruskan kepada konsumen yang membelinya.
Sementara itu dalam hal pengangkutan orang, proses pengangkutan digunakan
untuk memindahkan penumpang dari suatu tempat menuju ke tempat tujuan.
Maka dari itu karena jasa pengangkutan barang dan penumpang memungkinkan
untuk bergerak dari tempat asalnya ke tempat yang menjadi tujuan akhirnya.29
Menurut analisis penulis, selain dari uraian diatas manfaat dari
pengangkutan khususnya pengangkutan udara ini dapat pula untuk meningkatkan
nilai dari suatu barang. Misalkan saja sepatu buatan Indonesia yang di ekspor ke
luar negeri seperti negara Singapura, pada umumnya nilai dari sepatu tersebut
menjadi lebih tinggi karena mempunyai kualitas ekspor dimana yang membelinya
kemungkinan adalah orang-orang luar negeri yang bukan orang Indonesia.
Apabila membahas mengenai fungsi dari jasa angkutan udara, menurut
prinsipnya ada beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai,
28
Ibid, hal 10. 29
yakni dengan melaksanakan penerbangan yang aman (safety), melaksanakan
penerbangan yang tertib dan teratur (regularity), melaksanakan penerbangan yang
nyaman (comfortable), serta melaksanakan penerbangan yang ekonomis.
a) Melaksanakan penerbangan yang aman (safety)
Faktor keselamatan merupakan di atas segala-galanya dimana perusahaan
penerbangan harus mengutamakan hal itu dalam rangka pengoperasian pesawat
dari suatu rute ke rute lain. Semua yang terlibat dalam penerbangan baik itu
penumpang, awak pesawat, dan barang-barang harus sungguh diperhatikan akan
keselamatannya. Maka dari itu, kepercayaan akan didapatkan oleh perusahaan
penerbangan tersebut dari masyarakat sebagai pengguna jasa.30
Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan penerbangan sebagai
penunjang keselamatan pesawat yang akan dioperasikan antara lain:
1. Pesawat tersebut harus memenuhi syarat, seperti laik terbang, yang
dibuktikan dengan certificate of airworthiness dari pihak yang berwenang.
2. Release sheet oleh dinas teknik perusahaan tersebut (crew qualified).
3. Membuat rencana penerbangan, yang mencakup arah penerbangan ke
mana, bahan bakar yang dibawa, ketinggian terbang, dan lain-lainnya.
4. Air traffic control yang baik pada stasiun bandar udara tertentu.
5. Adanya peta-peta dan navigation bag yang lengkap.
b) Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity)
Jadwal penerbangan menjadi salah satu hal yang penting dalam
pengoperasian pesawat udara karena hal tersebut harus dilaksanakan sesuai yang
30
telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang para
penumpang inginkan, itu sangat dibutuhkan demi menjamin kepuasan penumpang
dan citra perusahaan penerbangan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat
terjaga dan dipertahankan.31
c) Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortability)
Comfortability ini dimaksudkan agar penumpang mendapatkan
kenyamanan selama penerbangan, tentunya ini menjadi tugas perusahaan
penerbangan untuk mewujudkannya. Maka, pelayanan terbaik haruslah didapat
oleh penumpang, pelayanan tersebut maksudnya ialah pada saat calon penumpang
mengadakan hubungan dengan perusahaan penerbangan sampai penumpang tiba
di tempat yang ditujunya. Apabila hal tersebut terus dipertahankan, secara
otomatis penumpang akan merasa puas terhadap pelayanan dari perusahaan
penerbangan tersebut.
d) Melaksanakan penerbangan yang ekonomis (economy for company)
Jika safety dan passenger comfort telah terpenuhi serta berjalan dengan
baik, selanjutnya tiba saatnya bagi perusahaan penerbangan untuk menikmati hasil
dari pengoperasian pesawat terbang yang telah dijalankan. Di samping telah
melakukan penghematan-penghematan biaya di segala aspek dan bidang serta
hasil penjualan yang tinggi, maka perbandingan di antara revenue dan cost akan
lebih terlihat. Semaksimal mungkin keuntungan akan dicapai dan efisiensi
perusahaan akan terus meningkat sehingga asas kontiunitas bisa untuk
dipertahankan. Dengan begitu, perusahaan dapat melakukan ekspansi atau
31
semacam perluasan, pembaruan armada dan memaksimalkan frekuensi
penerbangan, di dalam maupun luar negeri. Dengan dijalankannya keempat fungsi
jasa angkutan tersebut secara efektif maka daya saing suatu perusahaan
penerbangan dapat bertambah serta dapat pula meningkatkan pendapatan
perusahaan penerbangan.32
E. Pelaksanaan Pengangkutan udara
Melihat perkembangan angkutan udara di Indonesia, hal tersebut tidak
terpisahkan daripada sejarahnya, seperti sejarah angkutan Belanda yang pada saat
itu masih menduduki Indonesia. Setelah Perang Dunia I, negara-negara di Eropa
yang termasuk di dalamnya Belanda berlomba-lomba untuk menghubungkan
daerah jajahan mereka dengan negerinya. (mother country). Dalam
menghubungkan negerinya dengan daerah jajahan, Belanda mengadakan
penerbangan pertama ke Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1924, yang dilakukan
oleh Kapten penerbang yang bernama A.N.G. Thomassen. Penerbangan itu
mendarat di Cililitan, yang namanya sekarang adalah Halim Perdana Kusuma
International Airport. Pada tanggal 24 November 1924 Thomassen mendarat
dengan menggunakan pesawat terbang jenis Fokker 7b. Sementara itu,
penerbangan komersial pertama dilakukan oleh KLM (Koninklijke Luchtvaart
Maatschappij) yang kembali ke Belanda tanggal 23 Juli 1927. Perusahaan
tersebut bertugas untuk menghubungkan Netherlands dan East Indies (Indonesia)
sebagai angkutan udara internasional. Dalam hal angkutan dalam negeri East
32
Indies (Indonesia) sebuah perusahaan penerbangan “The Royal Air Transportation
Company” diberikan suatu kepercayaan untuk mendirikan “Koninklijke
Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij” (KNILM) yang diberikan hak
monopoli untuk melakukan angkutan udara di Indonesia (Hindia Belanda)33
Pasca kemerdekaan Indonesia Direktorat Penerbangan Sipil, seksi
Angkutan Udara Angkatan Udara Republik Indonesia, yang diketuai A.R
Soehoed, mengirimkan R1001 “Seulawah’ ke Calcutta, India. Pengiriman
tersebut dalam tujuan untuk overhaul dan menambah tangki bensin agar
penerbangan lebih jauh dapat dilakukan. Dikarenakan peristiwa perang saat itu,
pesawat tersebut tidak memungkinkan untuk kembali ke Indonesia, sehingga
pesawat itu diterbangkan ke birma agar beroperasi di sana. Operasi penerbangan
yang dilaksanakan di Birma, adalah penerbangan niaga dengan konsesi
penerbangan carter. Penerbangan tersebut merupakan angkutan udara komersial
yang pertama dilakukan oleh bangsa Indonesia.34
Mengenai pelaksanaan angkutan udara, apabila terkait dengan persetujuan
penerbangan dapat merujuk pada peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor SKEP/195/IX/2008, yang mengatur ketenutan bahwa setiap persetujuan
terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang dilaksanakan di luar
persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak berjadwal, atau
angkutan udara bukan niaga, atau penerbangan lintas wilayah udara Indonesia
oleh pesawat udara asing atau pendaratan teknis bukan untuk tujuan komersial
pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum untuk ke dan dari
33
K.Martono, 1987, Op.Cit., hal 60. 34
luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30
tempat duduk, persetujuan terbang itu hanya berlaku untuk 1 kali penerbangan,
sedangkan persetujuan terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang
dilaksanakan di luar persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak
berjadwal, atau angkutan udara bukan niaga atau penerbangan lintas wilayah
udara Indonesia oleh pesawat udara asing, atau pendaratan teknis bukan untuk
tujuan komersial pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum
untuk ke dan dari luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas
maksimum 30 tempat duduk diberikan untuk lebih dari 1 kali penerbangan dengan
jangka waktu 30 hari kalender terhitung sejak tanggal persetujuan terbang itu
diberikan.35
Berdasarkan Pasal II Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor
SKEP/251/XII/2008, setiap pemegang persetujuan terbang harus memberikan
laporan atas pelaksanaan persetujuan terbang kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Udara, Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang
sekarang bernama Dinas Perhubungan, Kepala Kantor Administrator Bandar
Udara atau Kepala Bandar Udara secara periodik setiap tanggal 10 bulan yang
berikutnya dengan memuat keterangan tanggal pelaksanaan penerbangan, jenis
dan tipe pesawat udara, nomor penerbangan (dikecualikan bagi kegiatan angkutan
udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga), rute penerbangan, nomor izin
persetujuan terbang, penumpang yang diangkut ataupun berat barang yang
diangkut serta keterangan atau remarks sesuai dengan tujuan penerbangan.
35
Apabila terdapat perusahaan angkutan udara niaga dan pemegang izin kegiatan
angkutan udara bukan niaga yang tidak patuh terhadap ketentuan seperti tidak
memberikan laporan diancam dengan hukuman sanksi administratif yang berupa
penolakan penyelesaian permohonan persetujuan terbang yang diajukan untuk
jangka waktu 30 hari.36
Beberapa ketentuan yang mengatur kegiatan pelaksanaan angkutan udara
ini diantaranya :
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan.
(2) Luchtverkeersverordening (S. 1936 – 426), peraturan ini mengatur lalu
lintas udara, contohnya: tentang penerangan, tanda-tanda dan
isyarat-isyarat yang harus dipergunakan dalam penerbangan dan lain-lain.
(3) Verordening Toezicht Luchtvart (S. 1936 – 425), yang adalah suatu
peraturan pengawasan atas penerbangan dan mengatur antara lain
pengawasan atas personal penerbangan, syarat jasmani, surat tanda
kecakapan sebagai ahli mesin dan ahli radio serta pengawasan atas materil
(penerbangan).
(4) Luchtvaart quarantaine Ordonantie (S. 1939 – 149, jo. S. 1939 – 150),
antara lain mengatur persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
pencegahan disebarkannya penyakit menular oleh penumpang-penumpang
pesawat terbang.
36
(5) Luchtverveor ordonnantie (S. 1939 – 100), yakni Ordonansi
Pengangkutan Udara, mengatur mengenai pengangkutan penumpang,
bagasi penumpang dan pengangkutan barang serta pertanggungjawaban
pengangkutan udara.37 Serta peraturan-peraturan lain yang terkait dengan
peraturan-peraturan yang telah disebutkan di atas.
Sistem pengawasan lalu lintas udara menjadi suatu hal yang cukup penting
dalam pelaksanaan angkutan udara Federal Aviation Administration (FAA)
sebagai otoritas penerbangan nasional dari Amerika Serikat telah menentukan
bahwa untuk pengawasan lalu lintas udara sebagai pembantu navigasi di dalam
kegiatan penerbangan menggunakan beberapa pemakaian peralatan yaitu:
- Radio signal stations (sinyal stasiun-stasiun radio)
- Radar
- Instrument landing systems
- Air route traffic control centers
- Airport traffic controls towers (menara-menara pengawas lalu lintas udara)
- Continous weather reporting (pengamatan cuaca)
- Peraturan –peraturan untuk faslitas-fasilitas penerbangan.
Di dalam dunia penerbangan lalu lintas udaranya didasarkan ke dalam 2
tipe, antara lain:
a). Penerbangan VFR (Visual Flight Rules), adalah penerbangan yang
dilaksankan jika cuaca benar-benar baik sehingga 100% penerbangan
37
dilakukan secara visuil (karena dapat melihat dan dilihat). Dalam hal
tanggung jawab berada pada sang pilot. 38
b). Penerbangan IFR (Instrument Flight Rules), adalah penerbangan yang
dilaksanakan apabila keadaan tidak memungkinkan jika penerbangan
dilakukan dengan visual saja, contohnya: cuaca buruk (kabut) dan lalu
lintas udara sedang ramai. Dalam hal tanggung jawabnya berada pada
petugas-petugas dari Air Traffic Control untuk memerintahkan pilot
mengatur pesawatnya dalam route penerbangan serta ketinggian yang
diperlukan.39
Dalam hal pelaksanaan angkutan udara yang memuat barang khusus dan
berbahaya ketentuannya diatur dalam Pasal 136 sampai dengan Pasal 139 UURI
Nomor 1 Tahun 2009. Berdasarkan Pasal 136 UU tentang Penerbangan No. 1
Tahun 2009, angkutan barang khusus seperti hewan, ikan, tanaman, buah-buahan,
sayur-mayur, daging, peralatan olahraga, alat musik, dan barang berbahaya wajib
memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan. Barang yang
dikategorikan khusus karena sifat, jenis dan ukurannya memerlukan penanganan
khusus, sedangkan barang berbahaya dapat berbentuk bahan cair, bahan padat,
ataupun bahan berbentuk gas yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan
jiwa, dan harta benda, serta keselamatan dan keamanan penerbangan.40
Dikarenakan jumlah maskapai penerbangan di Indonesia semakin
meninggi jumlahnya, oleh karena itu perusahaan Ground Handling sebagai
38
Achmad Zainuddin, Selintas Pelabuhan Udara, Yogyakarta, Penerbit Ananda, 1983, hal 29.
39Ibid, hal 30. 40
penyedia jasa dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanannya
kepada penumpang, pesawat dan crewnya. Sebagai bagian dari pelaksanaan
kegiatan angkutan udara perusahaan Ground Handling menyediakan dua bentuk
pelayanan kepada penumpang yaitu Pre Flight Service dan Post Flight Service.
Pre flight service adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi,
kargo, pos dan pesawat sebelum keberangkatan (di bandara asal), sedangkan post
flight adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi, kargo, mail dan
pesawat setelah penerbangan (di bandara tujuan).
Prosedur Pelayanan Check In
Pelayanan check in counter adalah proses lanjutan dari pelayanan
ticketing, dimana penumpang melakukan proses pelaporan keberangkatannya di
Bandar Udara yang meliputi pelaporan penumpang dan bagasinya.
Standar pelaksanaan pekerjaan check in counter antara lain sebagai berikut:
1. Petugas harus siap ditempat check in counter dua jam sebelum schedule
time departure (STD).
2. Memastikan pintu boarding dan posisi parkir pesawat.
3. Menyelesaikan check in enam puluh detik per penumpang per petugas
check in.
4. Kualitas layanan cepat, akurat, ramah dan empati.
5. Sarana dan prasarana kerja dalam kondisi lengkap, terawat dan siap pakai.
Proses Pelaporan Penumpang (Check in)
Pelaporan penumpang dilaksanakan oleh petugas maskapai penerbangan
(operator) pada meja pelaporan keberangkatan yang berada di masing-masing
Check in counter, meliputi:
a). Pengecekan daftar penumpang (sistem komputerisasi atau manual), sesuai
dengan daftar reservasi (PNL/Passenger Name List)
b). Pemberian Boarding Pass, yaitu bukti sah bagi setiap penumpang untuk
memasuki pesawat terbang, yang berisi informasi mengenai nama penumpang,
nomor penerbangan, nomor tempat duduk, tujuan, jam keberangkatan, nomor
pintu keberangkatan (gate).
c). Dalam proses kelancaran pelayanan bagasi penumpang, setelah penimbangan
barang secara akurat maka dilakukan labeling dengan cara identifikasi dengan
pemberian label barang, yang terdiri dari:
1). Identification tag, yaitu label untuk ditempel/dilekatkan pada barang
berisi informasi mengenai bandara tujuan, nomor seri dan berat barang.
2). Claim tag, yaitu potongan yang diberikan kepada penumpang sebagai
tanda bukti pengambilan di bandara tujuan, berisi informasi nomor seri bagasi
dan berat bagasi penumpang. Untuk barang yang mudah rusak biasanya
digunakan label limited release dan penumpang diharuskan menandatangani
label, yang dimana apabila terjadi kerusakan terhadap barang tersebut maka pihak
airlines tidak bertanggung jawab.
Pemindahan barang/bagasi penumpang dari check in counter ke baggage
menggunakan kereta barang. Dan untuk pengiriman barang tanpa orang dikirim
lewat kargo.41 Prosedur kedatangan penumpang lebih singkat prosesnya jika
dibandingkan dengan prosedur keberangkatan penumpang, petugas di bagian
kedatangan pesawat/penumpang haruslah mengetahui waktu kedatangan pesawat
(estimated time arrival), sehingga mereka dapat mempersiapkan diri.
Petugas-petugas tersebut harus mengetahui apakah terdapat penumpang yang transit, yang
transfer, dan yang turun di kota tersebut. Penumpang yang transit diberikan transit
card. Sementara itu, penumpang yang transfer akan segera dibantu sehubungan
dengan tempat duduk, bagasi dan lain sebagainya. Bagi penumpang yang turun di
kota tersebut akan dibimbing ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan
visa, kemudian ke tempat pengambilan bagasi. Apabila urusan bagasi telah
selesai, para penumpang dipersilakan menuju ke pemeriksaan pabean (jalur hijau
dan jalur merah), lalu ke luar bandara. Jika terdapat bagasi yang belum ditemukan
atau hilang ataupun mungkin ada yang rusak, penumpang yang bersangkutan akan
diajak ke bagian Lost and Found. Berdasarkan uraian tersebut, bisa digambarkan
bahwa kegiatan kedatangan penumpang lebih singkat dan simple yaitu lebih
khusus kepada mendampingi dan memberikan petunjuk serta informasi kepada
para penumpang ketika tiba maupun mendarat di bandara serta di mana tempat
pengambilan bagasi penumpang (baggage claim area).42
41
http://globegreen.blog.com/2010/01/11/prosedur-pelayanan-preflight-service-dan-post-flight-service/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.
42