• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA A. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA A. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pem"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA

A. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara

Peran pengangkutan khusunya sektor penerbangan tentu tidak terlepas dari

sektor ekonomi yang mana pembangunan memerlukan jasa berupa angkutan yang

cukup dan memadai. Apabila tidak ada pengangkutan sebagai suatu sarana

penunjang maka tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam

usaha pengembangan ekonomi di suatu negara. Bagaimanapun tingkatan

perkembangan ekonomi di suatu negara dalam hal menyusun sistem transportasi

nasional atau menetapkan policy transportasi nasional harus menentukan lebih

dahulu tujuan apa saja yang memerlukan jasa angkutan dalam sistem transportasi

nasional.

Tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan dalam rangka pengembangan

ekonomi ialah:

1. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata

antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerah-daerah.7

2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan

para konsumen, industri dan pemerintah.

3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta

men-supply pasaran dalam negeri.

4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi

masyarakat.

7

(2)

Pengangkutan ataupun transportasi memegang peran yang cukup penting

atas tujuan pengembangan ekonomi tersebut. Selain itu terdapat juga

tujuan-tujuan yang sifatnya non ekonomis, seperti untuk menaikkan integritas bangsa

serta memperkuat ketahanan nasional. Jadi terlihat bahwa tujuan ekonomis dan

non ekonomis tidak selalu dapat sejalan menuju arah yang sama. Misalkan saja

kebijakan transportasi ditujukan untuk peningkatan integritas bangsa, dapat

berbeda dengan kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi.8

Diselenggarakannya pengangkutan dalam hal ini penerbangan dibangun

berdasarkan beberapa asas dan tujuan, yakni terdapat dalam UURI No. 1 Tahun

2009 Tentang Penerbangan Pasal 2 dan 3 antara lain adalah:

Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas:

a). Manfaat;

b). Usaha bersama dan kekeluargaan;

c). Adil dan merata;

d). Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;

e). Kepentingan umum;

f). Keterpaduan;

g). Tegaknya hukum;

h). Kemandirian;

i). Keterbukaan dan anti monopoli;

j). Berwawasan lingkungan hidup;

k). Kedaulatan negara;

8

(3)

l). Kebangsaan; dan

m). Kenusantaraan.

Tujuan diselenggarakannya penerbangan antara lain:

1). Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib,teratur, selamat,

aman, nyaman, dengan harga yang wajar,dan menghindari praktek

persaingan usaha yang tidak sehat;

2). Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara

dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka

memperlancar kegiatan perekonomian nasional;

3). Membina jiwa kedirgantaraan;

4). Menjunjung kedaulatan negara;

5). Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri

angkutan udara nasional;

6). Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan

pembangunan nasional;

7). Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan

Wawasan Nusantara;

8). Meningkatkan ketahanan nasional;

9). Mempererat hubungan antarbangsa.

Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan yaitu memperlancar

kegiatan perekonomian nasional, hal ini terkait dengan hubungan antara

(4)

a. Dengan tidak tersedianya transportasi masyarakat tidak akan mengecam

keuntungan dari produksi.

b. Oleh karena itu, harus diusahakan pemanfaatan alat angkut seefektif

serta seefisien mungkin.

c. Dengan efektif dan efisien pengelolaan moda transportasi akan

memberikan dampak makro dan mikro terhadap Pembangunan Ekonomi.9

Pengangkutan udara salah satunya berdasarkan asas manfaat, ini

berhubungan dengan transportasi dalam kehidupan masyarakat. Yang berarti

transportasi udara ini bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi

dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.

Setelah itu, barang jadi yang telah diproduksi dijual oleh produsen kepada

masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran.

Dalam rangka mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi sudah pasti

diperlukan jasa transportasi yang salah satunya ialah transportasi udara.10

B. Subjek dan Objek Pengangkutan Udara

Perkembangan hidup manusia dari zaman dahulu hingga saat ini dapat

terlihat dari sisi pengangkutannya, pada zaman dahulu kegiatan pengangkutan

tidak begitu vital seperti sekarang ini. Saat ini pengangkutan begitu penting

peranannya dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, mulai dari anak-anak

yang pergi ke sekolah sampai orang tuanya yang pergi ke kantor untuk bekerja.

Aktivitas seperti itu biasanya menggunakan transportasi sebagai sarana untuk

9Ibid,

hal 13 10

(5)

bepergian, berdasarkan itu peranan pengangkutan tepat apabila disebut penting

dalam kehidupan masyarakat pada waktu sekarang ini.

Pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai

benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan dalam

rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.11

Dalam buku M.N. Nasution pengangkutan didefinisikan sebagai

pemindahan barang dan manusia dari tempat asal menuju tempat tujuannya.

Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengangkutan tersebut merupakan gerakan

dari tempat asal, dimana kegiatan angkutan itu dimulai, ke tempat tujuan, dan ke

mana kegiatan pengangkutan diakhiri.12 Selanjutnya, menurut penulis

pengangkutan adalah suatu kegiatan orang, penumpang maupun barang yang

mempunyai tempat tujuan dengan menggunakan sebuah sarana yang dapat

bergerak menuju tempat tujuan tersebut.

Pengangkutan sebagai salah satu sektor perhubungan memiliki keterkaitan

dengan ilmu hukum sebagai suatu ilmu yang dipelajari oleh penulis. Lalu,

pengangkutan tersebut pun memerlukan suatu peraturan untuk mengatur segala

kegiatannya. Untuk itu akan sedikit diuraikan mengenai definisi hukum

pengangkutan itu sendiri. Dimulai dari arti ilmu hukum, menurut Stone ilmu

hukum adalah penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-norma, cita-cita

dan teknik-teknik hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari

berbagai disiplin di luar hukum yang mutakhir.13 Selanjutnya pengertian dari

11

Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, Medan, USU Press, 2006, hal 20.

12

M.N. Nasution, Op,Cit., hal 3. 13

(6)

hukum menurut E. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah

atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya

ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan

dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.14

Maka dari itu, hukum pengangkutan merupakan ketentuan yang mengatur

tentang segala aktivitas pengangkutan yang wajib ditaati bagi setiap yang terlibat

di dalam aktivitas itu. Menurut Sution Usman Adji, dkk hukum pengangkutan

adalah sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan

yang dituju, sementara pihak lainnya (pengirim-penerima; pengirim atau

penerima; penumpang) mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran

biaya tertentu dalam rangka pengangkutan tersebut.15

Sektor perhubungan selaku sektor penunjang mempunyai peranan yang

cukup penting dalam keberhasilan program pembangunan nasional, perhubungan

memerlukan suatu sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat melayani

distribusi produksi pertanian, industri, pemindahan tenaga kerja, penyebaran dan

pemerataan penduduk, menghubungi kota besar maupun kecil serta daerah-daerah

pedesaan yang terpencil sekalipun. Pihak pemerintah kemudian mempercayakan

penyediaan jasa angkutan udara yang sangat diperlukan oleh masyarakat kepada

pihak perhubungan udara. Dalam rangka melayani dan menanggapi permintaan

14

Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000, hal 21. 15

(7)

akan jasa angkutan udara, maka diperlukan suatu sistem penyelenggaraan

angkutan udara, baik domestik maupun internasional.16

Pengertian angkutan udara menurut Pasal 1 angka 13 UU Nomor 1 Tahun

2009 tentang Penerbangan adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat

udara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satu perjalanan

atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar

udara. Penumpang biasanya mendominasi untuk diangkut melalui angkutan udara,

sementara itu barang-barang yang sifatnya segar, relatif ringan dan bernilai tinggi

juga diangkut oleh jasa angkutan udara. Dalam hal kegiatannya, angkutan udara

tersebut memerlukan suatu sarana yakni airport ataupun airways. Pengertian dari

airways ini adalah suatu jalan yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang

melalui ruang udara atau angkasa sepanjang mana pesawat terbang dijalankan

untuk bergerak atau terbang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Sedangkan

airport atau bandar udara yakni suatu tempat yang digunakan untuk keperluan

landing dan take off bagi pesawat-pesawat terbang atau tempat yang dipergunakan

secara teratur untuk menerima serta menerbangkan penumpang maupun, muatan

barang yang diangkut oleh pesawat tersebut lewat udara.17

Subjek di dalam proses berkegiatan angkutan udara ini adalah pihak-pihak

yang terlibat dalam rangka penyelenggaraan angkutan udara. Sementara yang

menjadi objeknya adalah proses penyelenggaraan pengangkutan udara itu sendiri.

Berdasarkan pendapat H.M.N Purwosutjipto, pihak-pihak dalam pengangkutan

terbagi atas pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang

16

K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa,Bandung,Penerbit Alumni,1987, hal 59.

17

(8)

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang

dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sementara itu

kebalikan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan

dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.

Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa, subjek hukum pengangkutan adalah

pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu

pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak

dalam perjanjian pengangkutan. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus

badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan. Berikut adalah

penjelasan dari beberapa subjek dalam pengangkutan:18

1). Pengangkut(Carrier)

Pada perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas

penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah disepakati. Pada

perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yaitu pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas

penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan.

2). Pengirim ( Consigner)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi

pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian

pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar

18

(9)

pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan

pengangkutan barang dari pengangkut.

3). Penumpang ( Passanger )

Penumpang merupakan pihak yang berhak untuk memperoleh pelayanan

jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif angkutan

sesuai yang ditetapkan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang

mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam

perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut.

4). Penerima ( Consignee )

Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal

pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun

terkadang pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima

barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima

mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.

Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam

perjanjian pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang

berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan

sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong

juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun kriteria penerima menurut

perjanjian, yaitu :

1. Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang;

2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;

(10)

5). Ekspeditur

Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa

Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum

pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim

atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur tersebut berfungsi sebagai

pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim.

6). Agen Perjalanan ( Travel Agent)

Agen perjalanan biasanya dikenal dalam perjanjian pengangkutan

penumpang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan

karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu

perusahaan pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen

(wakil) dalam perjanjian keagenan (agency agreement) yang bertindak untuk dan

atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan

usahanya mencarikan penumpang bagi perusahaan pengangkutan, dalam hal

pembahasan skripsi ini yaitu pesawat udara.

Kesalahan dalam penanganan reservasi berpotensi menimbulkan

terjadinya ketidaknyamanan ataupun terjadinya complain dari penumpang yang

akhirnya berdampak pada citra perusahaan sehingga berpeluang hilangnya

pendapatan perusahaan penerbangan. Mengenai yang menjadi tanggung jawab

dari Agen Perjalanan sebagai kode etik dalam penanganan reservasi adalah

sebagai berikut:19

19

(11)

a). Mematuhi ketentuan yang berlaku untuk setiap pemesanan baru (new

booking), pembatalan maupun perubahan.

b). Booking hanya boleh dilakukan atas permintaan penumpang.

c). Jika telah dilengkapi sarana online computer (automated), harus tunduk

pada ketentuan yang tertera dalam perjanjian penggunaan automated

system tersebut.

d). Tiket atau dokumen berharga lainnya harus dikeluarkan sesuai dengan

status reservasi yang telah dimiliki.

e). Tidak diperbolehkan mengeluarkan tiket dengan status confirmed,

sebelum mendapat konfirmasi dari perusahaan penerbangan.

f). Untuk permintaan group, diberikan time limit untuk pemberian

nama-nama penumpang serta waktu pembelian tiket.

Masuk ke pembahasan mengenai objek pengangkutan, pengertian dari

objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran yang

dimaksud dalam hal ini pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut,

dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang muatan, alat

pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum

pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak secara

benar, adil, dan bermanfaat. Berikut adalah penjelasan mengenai objek-objek

pengangkutan:

1. Barang Muatan (Cargo): Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang

(12)

termasuk juga hewan. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan,

yaitu :

1). Barang berbahaya (bahan-bahan peledak);

2). Barang tidak berbahaya;

3). Barang cair (minuman);

4). Barang berharga;

5). Barang curah (beras, semen,minyak mentah); dan

6). Barang khusus.

Dari jenisnya, barang muatan dapat dibedakan sebagai berikut, yakni :

a). General cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara membungkus

dan mengepaknya dalam bentuk unit-unit kecil.

b). Bulk cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara

menempatkannya ke dalam kapal atau tanki.

c). Homogeneous cargo, adalah barang dalam jumlah besar yang dimuat

dengan cara membungkus dan mengepaknya.

2. Alat pengangkut ( Carrier)

Pengangkut berarti pengusaha yang menjalankan perusahaan

pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat

pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas

rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkut di darat

disebut kendaraan bermotor yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut di

perairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Sedangkan alat pengangkut

(13)

nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan

pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang bertindak untuk kepentingan dan

atas nama pengangkut.

3. Biaya pengangkutan (Charge/Expense)

Tarif adalah salah satu yang menjadi objek dari pengangkutan, pemerintah

menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuan

masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan tarif tersebut,

perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum, perusahaan laut niaga,

dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi kepada kelangsungan

dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan serta perluasan jaringan angkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cost of services atau ongkos menghasilkan jasa

yaitu:

1. Jarak yang harus ditempuh dari tempat asal ke tempat tujuannya;

2. Volume dan berat daripada muatan barang yang diangkut;

3. Risiko dan bahaya dalam pengangkutan, berhubung karena sifat barang

yang diangkut, sehingga diperlukan alat-alat service yang spesial; dan

4. Ongkos-ongkos khusus yang harus dikeluarkan berhubung karena berat

dan ukuran barang yang diangkut yang ”luar biasa” sifatnya.20

20

(14)

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengangkutan Udara

Pada dasarnya hukum ditujukan untuk mengatur hubungan antar anggota

masyarakat yang menimbulkan ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan

antara individu dengan masyarakat. Ikatan tersebut menimbulkan hak dan

kewajiban. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum adalah

manusia (persoon). Maka dari itu, manusia oleh hukum diakui sebagai pendukung

hak dan kewajiban. Manusia sebenarnya mempunyai hak serta kewajiban untuk

melakukan suatu tindakan ataupun peristiwa hukum. Sebagai contoh yaitu

mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, dan memberikan hibah.

Begitupun dalam hal pengangkutan udara, yakni pihak pengangkut sebagai

penyedia jasa dan pihak penumpang sebagai pengguna jasa, masing-masing

memiliki hak dan kewajiban.21

Berikut adalah hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang pada

pengangkutan udara:22

1. Hak Pengangkut

Berdasarkan Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 yang menjadi hak dari

pengangkut, yaitu sebagai berikut:

a) Dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan, Setiap pengangkut barang berhak untuk

meminta kepada pengirim untuk membuat dan memberikan surat yang

dinamakan "surat muatan udara". Setiap pengirim berhak untuk meminta

kepada pengangkut agar menerima surat tersebut.

21

Chainur Arrasjid, Op.Cit., hal 120. 22

(15)

b) Pasal 9 menyebutkan, Bila ada beberapa barang, pengangkut berhak

meminta kepada pengirim untuk membuat beberapa surat muatan udara.

c) Selanjutnya Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak

untuk menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus

dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib

menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan

kerugian yang berhak. Dan pada ayat (2) Pengangkut wajib

memberitahukan kepada pengirim, dan dalam hal ada penyitaan, juga

kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas

beban yang berhak tentang penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.

Selain dari hak-hak yang diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara

yang telah disebutkan, masih ada hak-hak yang lain dari pengangkut seperti hak

untuk menolak pelaksanaan atau mengangkut penumpang yang tidak jelas

identitasnya. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam tiket pesawat yang

menyatakan bahwa hak pengangkut untuk menyerahkan penyelenggaraan atau

pelaksanaan perjanjian angkutan kepada perusahaan penerbangan lain, serta

mengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disepakati.23

2. Kewajiban Pengangkut

Pada umumnya kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan

barang atau penumpang beserta bagasinya dan menjaganya dengan

sebaik-baiknya hingga sampai ke tempat tujuan. Namun demikian, di dalam Ordonansi

23

(16)

Pengangkutan Udara 1939 disebutkan kewajiban pengangkut dalam angkutan

udara, diantaranya ialah:24

a) Pasal 8 ayat (3), Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara

segera setelah barang-barang diterimanya.

b) Pasal 16 ayat (2), Bila barang sudah tiba di pelabuhan udara tujuan,

pengangkut berkewajiban untuk memberitahu kepada penerima barang,

kecuali bila ada Perjanjian sebaliknya.

c) Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak untuk

menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya,

atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib menyimpan

barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang

berhak.

d) Pasal 17 ayat (2), Pengangkut wajib memberitahukan kepada pengirim,

dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya

dengan telegram atau telepon, atas beban yang berhak tentang

penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.

3. Hak Penumpang

Pihak penumpang dalam perjanjian angkutan udara pada dasarnya

mempunyai suatu hak untuk diangkut ke tempat tujuan dengan pesawat udara

dalam perjanjian angkutan udara yang telah disepakati. Berdasarkan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4, hak Penumpang sebagai pengguna jasa

yang berarti dapat disebut sebagai konsumen antara lain:

24

(17)

a). Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa.

b). Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan.

c). Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa.

d). Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan.

e). Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f). Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g). Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

h). Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya.

i). Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

4. Kewajiban Penumpang

Kewajiban-kewajiban Penumpang sebagai salah satu pihak yang termasuk dalam

(18)

a) Membayar uang angkutan sebagai timbal balik atas jasa yang telah

digunakan.

b) Mematuhi petunjuk-petunjuk dari pengangkut udara atau dari

pegawai-pegawainya yang berwenang untuk itu.

c) Menunjukan tiket kepada pegawai-pegawai pengangkut udara setiap saat

apabila diminta.

d) Tunduk kepada peraturan-peraturan pengangkut udara mengenai

syarat-syarat umum perjanjian angkutan muatan udara yang disetujuinya.

e) Memberitahukan kepada pengangkut udara tentang barang-barang

berbahaya atau barang-barang terlarang yang dibawa naik sebagai bagasi

tercatat atau sebagai bagasi tangan,termasuk pula barang-barang terlarang

yang ada pada dirinya.25

Sementara itu berdasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 5 kewajiban

Penumpang sebagai konsumen jasa angkutan udara adalah:

1). Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan

barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2). Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3). Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4). Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

25

(19)

D. Manfaat serta fungsi jasa angkutan udara

Setiap proses kegiatan dalam pengangkutan udara ini pada dasarnya

mempunyai fungsi dan manfaat bagi segala aspek kehidupan manusia. Dalam

rangka mendukung mobilitas barang dan orang sebagai pengguna jasa angkutan

udara, maka peran pengangkutan udara dituntut agar menjadi suatu sistem yang

baik dan terpadu.

Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan terhadap angkutan adalah bagian

yang integral. Peningkatan kehidupan masyarakat yang tumbuh dan berkembang

menuntut kemajuan sistem angkutan untuk dapat menyediakan kebutuhan

masyarakat yang semakin tinggi mobilitasnya. Transportasi ataupun perangkutan

itu bukanlah suatu tujuan melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Selanjutnya,

kegiatan orang-orang berkaitan dengan produksi barang serta jasa untuk

mencukupi kebutuhan yang bermacam-macam mengharuskan untuk penggunaan

transportasi itu sendiri. Maka dari itu dapat dilihat beberapa manfaat dari

perangkutan yakni:26

1. Manfaat dari segi ekonomi

Transaksi ekonomi masayarakat, sangat erat hubungannya dengan

produksi, dan distribusi. Dan kegiatan tersebut akan membutuhkan sarana

perangkutan (transportasi), dengan sarana transportasi bahan baku untuk

keperluan produksi akan dibawa ke tempat produksinya. Kemudian calon pembeli

atau konsumen pun akan datang ke pasar dengan menggunakan transportasi pula.

26

(20)

Selanjutnya, manfaat transportasi dalam pertukaran barang menimbulkan berbagai

pengaruh, di antaranya ialah:

(a) Pada umumnya pertukaran barang adalah transaksi dagang antara dua

kelompok yaitu penjual dan pembeli. Tanpa keberadaan pengangkutan,

kedua kelompok ini bersama-sama hanya dalam satu kelompok kecil

sehingga keuntungan perdagangan akan terbatas.

(b) Persediaan barang yang berbeda-beda di pasar dapat untuk disamakan

(c) Perpindahan barang dari satu tempat yang persediaan barangnya banyak ke

tempat yang langka akan barang tersebut akan menyamakan harga barang

yang bersangkutan.

(d) Dengan luasnya wilayah persediaan barang tersebut, persaingan para

penjual meningkat dan harga dapat bertahan dalam suatu tingkatan yang

wajar atau semestinya.

(e) Pertukaran barang yang dilakukan oleh kelompok masyarakat

menimbulkan komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat hubungan

perdagangan, dan

(f) Diseragamkannya harga-harga barang di berbagai tempat.27

2. Manfaat dari segi sosial

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi

satu sama lain, tidak jarang keberadaan antara satu kelompok dengan kelompok

masyarakat yang lainnya berada dalam jarak yang cukup jauh, sehingga

memerlukan suatu sarana untuk dapat menuju ke tempat jauh itu.

27

(21)

Keberadaan transportasi sangat membantu untuk kepentingan-kepentingan

sosial dalam rangka memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya yaitu:

1. Pelayanan perorangan atau kelompok

2. Pertukaran dan penyampaian informasi

3. Perjalanan untuk liburan

4. Sebagai sarana untuk menyambung silaturrahmi.28

Setelah mencermati beberapa uraian diatas bahwa pengangkutan ini kaya

akan manfaat, jika mengkaitkannya dalam dunia perdagangan kegiatan

pengangkutan adalah suatu proses dipindahkannya barang dari produsen ke agen

atau grosir yang kemudian diteruskan kepada konsumen yang membelinya.

Sementara itu dalam hal pengangkutan orang, proses pengangkutan digunakan

untuk memindahkan penumpang dari suatu tempat menuju ke tempat tujuan.

Maka dari itu karena jasa pengangkutan barang dan penumpang memungkinkan

untuk bergerak dari tempat asalnya ke tempat yang menjadi tujuan akhirnya.29

Menurut analisis penulis, selain dari uraian diatas manfaat dari

pengangkutan khususnya pengangkutan udara ini dapat pula untuk meningkatkan

nilai dari suatu barang. Misalkan saja sepatu buatan Indonesia yang di ekspor ke

luar negeri seperti negara Singapura, pada umumnya nilai dari sepatu tersebut

menjadi lebih tinggi karena mempunyai kualitas ekspor dimana yang membelinya

kemungkinan adalah orang-orang luar negeri yang bukan orang Indonesia.

Apabila membahas mengenai fungsi dari jasa angkutan udara, menurut

prinsipnya ada beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai,

28

Ibid, hal 10. 29

(22)

yakni dengan melaksanakan penerbangan yang aman (safety), melaksanakan

penerbangan yang tertib dan teratur (regularity), melaksanakan penerbangan yang

nyaman (comfortable), serta melaksanakan penerbangan yang ekonomis.

a) Melaksanakan penerbangan yang aman (safety)

Faktor keselamatan merupakan di atas segala-galanya dimana perusahaan

penerbangan harus mengutamakan hal itu dalam rangka pengoperasian pesawat

dari suatu rute ke rute lain. Semua yang terlibat dalam penerbangan baik itu

penumpang, awak pesawat, dan barang-barang harus sungguh diperhatikan akan

keselamatannya. Maka dari itu, kepercayaan akan didapatkan oleh perusahaan

penerbangan tersebut dari masyarakat sebagai pengguna jasa.30

Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan penerbangan sebagai

penunjang keselamatan pesawat yang akan dioperasikan antara lain:

1. Pesawat tersebut harus memenuhi syarat, seperti laik terbang, yang

dibuktikan dengan certificate of airworthiness dari pihak yang berwenang.

2. Release sheet oleh dinas teknik perusahaan tersebut (crew qualified).

3. Membuat rencana penerbangan, yang mencakup arah penerbangan ke

mana, bahan bakar yang dibawa, ketinggian terbang, dan lain-lainnya.

4. Air traffic control yang baik pada stasiun bandar udara tertentu.

5. Adanya peta-peta dan navigation bag yang lengkap.

b) Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity)

Jadwal penerbangan menjadi salah satu hal yang penting dalam

pengoperasian pesawat udara karena hal tersebut harus dilaksanakan sesuai yang

30

(23)

telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang para

penumpang inginkan, itu sangat dibutuhkan demi menjamin kepuasan penumpang

dan citra perusahaan penerbangan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat

terjaga dan dipertahankan.31

c) Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortability)

Comfortability ini dimaksudkan agar penumpang mendapatkan

kenyamanan selama penerbangan, tentunya ini menjadi tugas perusahaan

penerbangan untuk mewujudkannya. Maka, pelayanan terbaik haruslah didapat

oleh penumpang, pelayanan tersebut maksudnya ialah pada saat calon penumpang

mengadakan hubungan dengan perusahaan penerbangan sampai penumpang tiba

di tempat yang ditujunya. Apabila hal tersebut terus dipertahankan, secara

otomatis penumpang akan merasa puas terhadap pelayanan dari perusahaan

penerbangan tersebut.

d) Melaksanakan penerbangan yang ekonomis (economy for company)

Jika safety dan passenger comfort telah terpenuhi serta berjalan dengan

baik, selanjutnya tiba saatnya bagi perusahaan penerbangan untuk menikmati hasil

dari pengoperasian pesawat terbang yang telah dijalankan. Di samping telah

melakukan penghematan-penghematan biaya di segala aspek dan bidang serta

hasil penjualan yang tinggi, maka perbandingan di antara revenue dan cost akan

lebih terlihat. Semaksimal mungkin keuntungan akan dicapai dan efisiensi

perusahaan akan terus meningkat sehingga asas kontiunitas bisa untuk

dipertahankan. Dengan begitu, perusahaan dapat melakukan ekspansi atau

31

(24)

semacam perluasan, pembaruan armada dan memaksimalkan frekuensi

penerbangan, di dalam maupun luar negeri. Dengan dijalankannya keempat fungsi

jasa angkutan tersebut secara efektif maka daya saing suatu perusahaan

penerbangan dapat bertambah serta dapat pula meningkatkan pendapatan

perusahaan penerbangan.32

E. Pelaksanaan Pengangkutan udara

Melihat perkembangan angkutan udara di Indonesia, hal tersebut tidak

terpisahkan daripada sejarahnya, seperti sejarah angkutan Belanda yang pada saat

itu masih menduduki Indonesia. Setelah Perang Dunia I, negara-negara di Eropa

yang termasuk di dalamnya Belanda berlomba-lomba untuk menghubungkan

daerah jajahan mereka dengan negerinya. (mother country). Dalam

menghubungkan negerinya dengan daerah jajahan, Belanda mengadakan

penerbangan pertama ke Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1924, yang dilakukan

oleh Kapten penerbang yang bernama A.N.G. Thomassen. Penerbangan itu

mendarat di Cililitan, yang namanya sekarang adalah Halim Perdana Kusuma

International Airport. Pada tanggal 24 November 1924 Thomassen mendarat

dengan menggunakan pesawat terbang jenis Fokker 7b. Sementara itu,

penerbangan komersial pertama dilakukan oleh KLM (Koninklijke Luchtvaart

Maatschappij) yang kembali ke Belanda tanggal 23 Juli 1927. Perusahaan

tersebut bertugas untuk menghubungkan Netherlands dan East Indies (Indonesia)

sebagai angkutan udara internasional. Dalam hal angkutan dalam negeri East

32

(25)

Indies (Indonesia) sebuah perusahaan penerbangan “The Royal Air Transportation

Company” diberikan suatu kepercayaan untuk mendirikan “Koninklijke

Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij” (KNILM) yang diberikan hak

monopoli untuk melakukan angkutan udara di Indonesia (Hindia Belanda)33

Pasca kemerdekaan Indonesia Direktorat Penerbangan Sipil, seksi

Angkutan Udara Angkatan Udara Republik Indonesia, yang diketuai A.R

Soehoed, mengirimkan R1001 “Seulawah’ ke Calcutta, India. Pengiriman

tersebut dalam tujuan untuk overhaul dan menambah tangki bensin agar

penerbangan lebih jauh dapat dilakukan. Dikarenakan peristiwa perang saat itu,

pesawat tersebut tidak memungkinkan untuk kembali ke Indonesia, sehingga

pesawat itu diterbangkan ke birma agar beroperasi di sana. Operasi penerbangan

yang dilaksanakan di Birma, adalah penerbangan niaga dengan konsesi

penerbangan carter. Penerbangan tersebut merupakan angkutan udara komersial

yang pertama dilakukan oleh bangsa Indonesia.34

Mengenai pelaksanaan angkutan udara, apabila terkait dengan persetujuan

penerbangan dapat merujuk pada peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor SKEP/195/IX/2008, yang mengatur ketenutan bahwa setiap persetujuan

terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang dilaksanakan di luar

persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak berjadwal, atau

angkutan udara bukan niaga, atau penerbangan lintas wilayah udara Indonesia

oleh pesawat udara asing atau pendaratan teknis bukan untuk tujuan komersial

pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum untuk ke dan dari

33

K.Martono, 1987, Op.Cit., hal 60. 34

(26)

luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30

tempat duduk, persetujuan terbang itu hanya berlaku untuk 1 kali penerbangan,

sedangkan persetujuan terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang

dilaksanakan di luar persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak

berjadwal, atau angkutan udara bukan niaga atau penerbangan lintas wilayah

udara Indonesia oleh pesawat udara asing, atau pendaratan teknis bukan untuk

tujuan komersial pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum

untuk ke dan dari luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas

maksimum 30 tempat duduk diberikan untuk lebih dari 1 kali penerbangan dengan

jangka waktu 30 hari kalender terhitung sejak tanggal persetujuan terbang itu

diberikan.35

Berdasarkan Pasal II Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor

SKEP/251/XII/2008, setiap pemegang persetujuan terbang harus memberikan

laporan atas pelaksanaan persetujuan terbang kepada Direktur Jenderal

Perhubungan Udara, Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang

sekarang bernama Dinas Perhubungan, Kepala Kantor Administrator Bandar

Udara atau Kepala Bandar Udara secara periodik setiap tanggal 10 bulan yang

berikutnya dengan memuat keterangan tanggal pelaksanaan penerbangan, jenis

dan tipe pesawat udara, nomor penerbangan (dikecualikan bagi kegiatan angkutan

udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga), rute penerbangan, nomor izin

persetujuan terbang, penumpang yang diangkut ataupun berat barang yang

diangkut serta keterangan atau remarks sesuai dengan tujuan penerbangan.

35

(27)

Apabila terdapat perusahaan angkutan udara niaga dan pemegang izin kegiatan

angkutan udara bukan niaga yang tidak patuh terhadap ketentuan seperti tidak

memberikan laporan diancam dengan hukuman sanksi administratif yang berupa

penolakan penyelesaian permohonan persetujuan terbang yang diajukan untuk

jangka waktu 30 hari.36

Beberapa ketentuan yang mengatur kegiatan pelaksanaan angkutan udara

ini diantaranya :

(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan.

(2) Luchtverkeersverordening (S. 1936 – 426), peraturan ini mengatur lalu

lintas udara, contohnya: tentang penerangan, tanda-tanda dan

isyarat-isyarat yang harus dipergunakan dalam penerbangan dan lain-lain.

(3) Verordening Toezicht Luchtvart (S. 1936 – 425), yang adalah suatu

peraturan pengawasan atas penerbangan dan mengatur antara lain

pengawasan atas personal penerbangan, syarat jasmani, surat tanda

kecakapan sebagai ahli mesin dan ahli radio serta pengawasan atas materil

(penerbangan).

(4) Luchtvaart quarantaine Ordonantie (S. 1939 – 149, jo. S. 1939 – 150),

antara lain mengatur persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

pencegahan disebarkannya penyakit menular oleh penumpang-penumpang

pesawat terbang.

36

(28)

(5) Luchtverveor ordonnantie (S. 1939 – 100), yakni Ordonansi

Pengangkutan Udara, mengatur mengenai pengangkutan penumpang,

bagasi penumpang dan pengangkutan barang serta pertanggungjawaban

pengangkutan udara.37 Serta peraturan-peraturan lain yang terkait dengan

peraturan-peraturan yang telah disebutkan di atas.

Sistem pengawasan lalu lintas udara menjadi suatu hal yang cukup penting

dalam pelaksanaan angkutan udara Federal Aviation Administration (FAA)

sebagai otoritas penerbangan nasional dari Amerika Serikat telah menentukan

bahwa untuk pengawasan lalu lintas udara sebagai pembantu navigasi di dalam

kegiatan penerbangan menggunakan beberapa pemakaian peralatan yaitu:

- Radio signal stations (sinyal stasiun-stasiun radio)

- Radar

- Instrument landing systems

- Air route traffic control centers

- Airport traffic controls towers (menara-menara pengawas lalu lintas udara)

- Continous weather reporting (pengamatan cuaca)

- Peraturan –peraturan untuk faslitas-fasilitas penerbangan.

Di dalam dunia penerbangan lalu lintas udaranya didasarkan ke dalam 2

tipe, antara lain:

a). Penerbangan VFR (Visual Flight Rules), adalah penerbangan yang

dilaksankan jika cuaca benar-benar baik sehingga 100% penerbangan

37

(29)

dilakukan secara visuil (karena dapat melihat dan dilihat). Dalam hal

tanggung jawab berada pada sang pilot. 38

b). Penerbangan IFR (Instrument Flight Rules), adalah penerbangan yang

dilaksanakan apabila keadaan tidak memungkinkan jika penerbangan

dilakukan dengan visual saja, contohnya: cuaca buruk (kabut) dan lalu

lintas udara sedang ramai. Dalam hal tanggung jawabnya berada pada

petugas-petugas dari Air Traffic Control untuk memerintahkan pilot

mengatur pesawatnya dalam route penerbangan serta ketinggian yang

diperlukan.39

Dalam hal pelaksanaan angkutan udara yang memuat barang khusus dan

berbahaya ketentuannya diatur dalam Pasal 136 sampai dengan Pasal 139 UURI

Nomor 1 Tahun 2009. Berdasarkan Pasal 136 UU tentang Penerbangan No. 1

Tahun 2009, angkutan barang khusus seperti hewan, ikan, tanaman, buah-buahan,

sayur-mayur, daging, peralatan olahraga, alat musik, dan barang berbahaya wajib

memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan. Barang yang

dikategorikan khusus karena sifat, jenis dan ukurannya memerlukan penanganan

khusus, sedangkan barang berbahaya dapat berbentuk bahan cair, bahan padat,

ataupun bahan berbentuk gas yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan

jiwa, dan harta benda, serta keselamatan dan keamanan penerbangan.40

Dikarenakan jumlah maskapai penerbangan di Indonesia semakin

meninggi jumlahnya, oleh karena itu perusahaan Ground Handling sebagai

38

Achmad Zainuddin, Selintas Pelabuhan Udara, Yogyakarta, Penerbit Ananda, 1983, hal 29.

39Ibid, hal 30. 40

(30)

penyedia jasa dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanannya

kepada penumpang, pesawat dan crewnya. Sebagai bagian dari pelaksanaan

kegiatan angkutan udara perusahaan Ground Handling menyediakan dua bentuk

pelayanan kepada penumpang yaitu Pre Flight Service dan Post Flight Service.

Pre flight service adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi,

kargo, pos dan pesawat sebelum keberangkatan (di bandara asal), sedangkan post

flight adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi, kargo, mail dan

pesawat setelah penerbangan (di bandara tujuan).

Prosedur Pelayanan Check In

Pelayanan check in counter adalah proses lanjutan dari pelayanan

ticketing, dimana penumpang melakukan proses pelaporan keberangkatannya di

Bandar Udara yang meliputi pelaporan penumpang dan bagasinya.

Standar pelaksanaan pekerjaan check in counter antara lain sebagai berikut:

1. Petugas harus siap ditempat check in counter dua jam sebelum schedule

time departure (STD).

2. Memastikan pintu boarding dan posisi parkir pesawat.

3. Menyelesaikan check in enam puluh detik per penumpang per petugas

check in.

4. Kualitas layanan cepat, akurat, ramah dan empati.

5. Sarana dan prasarana kerja dalam kondisi lengkap, terawat dan siap pakai.

(31)

Proses Pelaporan Penumpang (Check in)

Pelaporan penumpang dilaksanakan oleh petugas maskapai penerbangan

(operator) pada meja pelaporan keberangkatan yang berada di masing-masing

Check in counter, meliputi:

a). Pengecekan daftar penumpang (sistem komputerisasi atau manual), sesuai

dengan daftar reservasi (PNL/Passenger Name List)

b). Pemberian Boarding Pass, yaitu bukti sah bagi setiap penumpang untuk

memasuki pesawat terbang, yang berisi informasi mengenai nama penumpang,

nomor penerbangan, nomor tempat duduk, tujuan, jam keberangkatan, nomor

pintu keberangkatan (gate).

c). Dalam proses kelancaran pelayanan bagasi penumpang, setelah penimbangan

barang secara akurat maka dilakukan labeling dengan cara identifikasi dengan

pemberian label barang, yang terdiri dari:

1). Identification tag, yaitu label untuk ditempel/dilekatkan pada barang

berisi informasi mengenai bandara tujuan, nomor seri dan berat barang.

2). Claim tag, yaitu potongan yang diberikan kepada penumpang sebagai

tanda bukti pengambilan di bandara tujuan, berisi informasi nomor seri bagasi

dan berat bagasi penumpang. Untuk barang yang mudah rusak biasanya

digunakan label limited release dan penumpang diharuskan menandatangani

label, yang dimana apabila terjadi kerusakan terhadap barang tersebut maka pihak

airlines tidak bertanggung jawab.

Pemindahan barang/bagasi penumpang dari check in counter ke baggage

(32)

menggunakan kereta barang. Dan untuk pengiriman barang tanpa orang dikirim

lewat kargo.41 Prosedur kedatangan penumpang lebih singkat prosesnya jika

dibandingkan dengan prosedur keberangkatan penumpang, petugas di bagian

kedatangan pesawat/penumpang haruslah mengetahui waktu kedatangan pesawat

(estimated time arrival), sehingga mereka dapat mempersiapkan diri.

Petugas-petugas tersebut harus mengetahui apakah terdapat penumpang yang transit, yang

transfer, dan yang turun di kota tersebut. Penumpang yang transit diberikan transit

card. Sementara itu, penumpang yang transfer akan segera dibantu sehubungan

dengan tempat duduk, bagasi dan lain sebagainya. Bagi penumpang yang turun di

kota tersebut akan dibimbing ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan

visa, kemudian ke tempat pengambilan bagasi. Apabila urusan bagasi telah

selesai, para penumpang dipersilakan menuju ke pemeriksaan pabean (jalur hijau

dan jalur merah), lalu ke luar bandara. Jika terdapat bagasi yang belum ditemukan

atau hilang ataupun mungkin ada yang rusak, penumpang yang bersangkutan akan

diajak ke bagian Lost and Found. Berdasarkan uraian tersebut, bisa digambarkan

bahwa kegiatan kedatangan penumpang lebih singkat dan simple yaitu lebih

khusus kepada mendampingi dan memberikan petunjuk serta informasi kepada

para penumpang ketika tiba maupun mendarat di bandara serta di mana tempat

pengambilan bagasi penumpang (baggage claim area).42

41

http://globegreen.blog.com/2010/01/11/prosedur-pelayanan-preflight-service-dan-post-flight-service/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.

42

Referensi

Dokumen terkait

(4) Urusan kepegawaian terhadap pegawai-pegawai Propinsi di lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, yang mengenai keahlian, ialah yang tidak khusus untuk tata-usaha,

The spatial and temporal growth in the actual and theoretical dry year demand for irrigation in England and Wales has been predicted, incorporating forecasts of changes in the

Saya sangat cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat.. berpikir mengenai

Pemberian nebulisasi hipertonik salin (NaCl 3%) lebih baik dibandingkan dengan normal salin (NaCl 0,9%) dapat mengurangi beratnya gejala pada bronkiolotis viral

Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menurunkan fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan inflamasi yang

asumsi klasik harus menggunakan data yang akan digunakan dalam

Perusahaan harus mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi persaingan bisnis dalam perusahaan, seperti ancaman pendatang baru apakah mudah atau sulit, bagaimana

Genetic Algorithm for Solving Location Problem in a Supply Chain Network with Inbound and Outbound Product Flows.. Suprayogi 1* , Senator Nur Bahagia 1 , Yudi