• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS 2.1. Teori Self Esteem 2.1.1. Pengertian Self Esteem - Pengaruh Self Esteem dan Kecerdasan Emosi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Toko Grosir Eceran di Kawasan Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS 2.1. Teori Self Esteem 2.1.1. Pengertian Self Esteem - Pengaruh Self Esteem dan Kecerdasan Emosi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Toko Grosir Eceran di Kawasan Padang Bulan Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

2.1. Teori Self Esteem

2.1.1. Pengertian Self Esteem

Menurut Maslow (Gibson et al 1995: 97), terdapat lima tingkatan kebutuhan manusia atau yang dikenal dengan Maslow’s Need Hierarchy. Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan manusi tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah ialah kebutuhan fisiologis dan tingkat tertinggi ialah kebutuhan akan perwujudan diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut;

1. Fisiologis : kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.

2. Keselamatan dan keamanan (safety and security): Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan.

3. Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta: Kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, dan cinta.

4. Harga diri (self esteem): Kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

(2)

Berdasarkan teori Maslow, dapat disimpulkan bahwa self esteem merupakankebutuhan hierarki yang dimiliki oleh setiap manusia. Artinya setiap orang memiliki kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

Self esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem, pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan usaha dan cara orang lain memperlakukan wirausaha. Self esteem diukur dengan pernyataan positif maupun negatif. Pernyataan positif pada survei self esteem adalah “saya merasa bahwa saya adalah seoseorang yang sangat berarti, seperti orang lainnya, sedangkan pernyataan-pernyataan yang negative adalah “saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak hal untuk dibanggakan” (Kreitner dan Kinicki, 2003: 165).

Wirausaha yang memiliki self esteem yang tinggi akan mampu melihat dirinya berharga dan dapat diterima. Sementara wirausaha dengan self esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya (Kreitner dan Kinicki, 2003: 165). Harga diri (self esteem) adalah hal yang menyukai diri. Ini bukan hanya suatu kesombongan atau keangkuhan sebagaimana orang yang tersinggung “harga dirinya”, tapi percaya pada diri sendiri tentang emosi, fisikal (jasmaniah) dan spiritual (rohaniah).

(3)

kehidupan yang membuat perasaan diri sendiri menjadi lebih baik dan percaya diri. Self esteem adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih oleh siapapun seperti halnya mempelajari banyak hal dalam kehidupan ini, bukan sesuatu yang diketahui sejak lahir (Hary, 2007: 4).

Self esteem atau harga diri itu penting karena :

1. Di dalam setiap budaya ada taraf dasar harga diri yang diperlukan.

2. Harga diri membantu wirausaha merasa mampu mengembangkan keterampilannya dan berguna bagi masyarakat.

3. Harga diri yang rendah bisa berkaitan dengan kesehatan, seperti stress, sakit jantung dan bertambahnya ulah-ulah “nakal”.

4. Penelitian mengatakan bahwa wirausaha perlu akan harga diri yang kuat agar merasa yakin berbuat sesuatu dan menggunakan kemampuan serta bakatnya dengan sebaik-baiknya.

2.1.2 Jenis-Jenis Self Esteem

Self esteemditinjau dari kondisinya dibedakan dalam 2 (dua) kondisi menurut (Engko, 2006:3):

1. Kuat (strong)

(4)

1. Percaya diri (Self Confidence): yaitu menghadapi segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadari sepenuhnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa percaya diri dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan yang muncul sehingga tidak mudah putus asa dan bila berhasil juga tidak besar kepala.

2. Mengacu hasil akhir (Goal Oriented): yaitu ketika ingin melaksanakan sesuatu selalu memikirkan langkah yang kan dilakukan untuk mencapai tujuannya dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan akan muncul serta memiliki alternative lainnya untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Menghargai(Appreciative): yaitu merasa cukup dan selalu bisa menhargai

yang ada disekelilingnya serta dapat menimbangi kesenangannya dengan orang lain.

4. Puas (Contented): yaitu bisa menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi yang tinggi atas kelemahan orang lain. Dia melihat masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan apa yang bisa dilakukannya dan bukannya sekedar masa depan yang menirukan orang lain.

Orang yang mempunyai Self esteem yang kuat akan mampu membina relasi yang baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi orang yang berhasil.

(5)

Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem yang lemah (weak) adalah:

1. Selalu mencela (Critical): yaitu selalu mencela orang lain, banyak keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.

2. Mementingkan dirinya sendiri (Self-centred): yaitu biasanya egois, tidak peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala sesuatunya berpusat pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi.

3. Suka mengolok-olok (Cynical): yaitu senang meledek orang lain dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan, kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak senang pada dirinya.

4. Malu-malu (Diffident): yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering kali gagal dalam melakukan sesuatu.

Self esteem adalah suatu kualitas yang dapat ditingkatkan pada setiap saat dalam kehidupan manusia dan tidak terikat oleh umum, pendidikan dan status sosial. Membangun self esteem adalah suatu proses yang memerlukan waktu dan membutuhkan kesabaran serta ketekunan, walaupun perjuangan untuk membangun self esteem itu tidak mudah tetapi pantas untuk tetap dilakukan karena hasilnya bisa dinikmati untuk selamanya.

(6)

Adapun cara-cara atau langkah untuk meningkatkan self esteem adalah :

1. Memberikan sentuhan positif(positive stroke) pada orang lain, yaitu menghargai orang lain walaupun terhadap hal-hal yang kecil dengan sentuhan dan kata-kata yang diungkapkan secara spesifik serta ekspresi wajah. Sentuhan positif dapat membantu meningkatkan dan memperkuat self esteem bagi wirausaha. Memberikan sentuhan positif adalah cara untuk memberikan penghargaan yang sehat kepada orang lain. Bila kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan penuh kasih sayang, harga diri kita secara tidak langsung ikut terbawa menjadi lebih kuat lagi. Adapun cara memberikan sentuhan positif adalah dengan memandang langsung mata orang yang dibrikan sentuhan positif untuk menunjukkan keseriusan dan perhatian seseorang serta berkata dengan menggunakan kata-kata yang lebih spesifik, hangat dan nada suara yang baik.

2. Tidak memberikan sentuhan palsu atau basa-basi(plastic stroke) pada orang lain, penghargaan yang diberikan pada orang hanyalah merupakan basa-basi, dianggap tidak ada artinya sama sekali sekali sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Puji-pujian yang berlebihan atau tidak tulus dimasukkan sebagai kategori sentuhan palsu yang tidak berharga dan tidak akan meningkatkan self esteem baik pemberi maupun penerimanya.

(7)

4. Menolah plastic stroke dengan halus dan tanpa pamrih.

5. Bersungguh-sungguh menetapi apa yang sedang diusahakan, sebab tidaklah akan bernilai kalau tidak disertai usaha yang gigih dan sungguh-sungguh, yang perlu dipahami bahwa kondisi self esteem seseorang tidaklah selalu dalam posisi strong atau selalu weak. Self esteem dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi, kondisi diri dan lingkungan yang dihadapinya.

2.2. Kecerdasan Emosi

2.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologPeter Salovey dan John Mayer. Mereka menerangkan kualitas-kualitas emosionalyang penting bagi keberhasilan seseorang. Emosi pada dasarnya, adalah doronganuntuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan“e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1999 : 120).

(8)

dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan (Goleman, 1999 : 166).

(9)

hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner sebagai dasar tentang kecerdasan emosional yang diteruskannya dengan memperluas kemampuan ini menjadi lima faktor utama yaitu : Kesadaran emosi, Pengendalian emosi. Motivasi diri, Empati, dan Hubungan Sosial (Goleman,1996 : 167).

Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman juga menambahkan kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial. Kecerdasan emosional lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia (Goleman, 1996 : 172).

(10)

perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama dengan orang lain.

2.2.2 Faktor-faktor Kecerdasan Emosi

1. Kesadaran emosi

Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidak mampuan mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat seseorang berada dalam kekuasaan perasaan (Goleman, 1996 : 175).

(11)

dan perbuatan. Dari kesadaran itu munculah kesadaran lain. Bahwa setiap perasaan dapat berpengaruh dengan wirausaha (Goleman,1999 : 178)

Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi:

a) Sadar diri

Peka akan suasana hati ketika mengalaminya dapat dimengerti bilaorang-orang ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional. Kejernihan pikiran wirausaha tentang emosi boleh jadi melandasi cirri-ciri kepribadian lain: wirausaha mandiri dan yakin akan batas-batas yang dibangun, kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif akan kehidupan. Bila suasana hatinya sedang jelek, tidak risau dan tidak larut ke dalamnya, dan mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat.Pendek kata, ketajaman pola pikir wirausaha menjadi penolong untuk mengatur emosi.

b) Tenggelam dalam permasalahan

(12)

c) Pasrah

Meskipun seringkali seorang wirausaha peka terhadap yang dirasakan, akan cenderung menerima begitu saja suasana hati, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Kelihatannya ada dua cabang jenis yang pasrah ini : wirausaha yang terbiasa dalam suasana hati yang menyenagkan, dan dengan demikian motivasi untuk mengubahnya rendah; dan wirausaha yang kendati peka akan perasaanya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi menerimanya dengan sikap tidak hirau, tak melakukan apa pun untuk mengubahnya meskipun tertekan – pola yang ditemukan, misalnya, pada orang-orang yang menderita depresi dan yang tenggelam dalam keputusasaan.

2. Pengendalian emosi

(13)

dengan kendali diri yang berlebihan (overcontrol), penyakalan semua perasaan dan spontanitas. Bahkan pengendalianyang berlebihan dapat mendatangkan kerugian, baik fisik maupun mental.

Menurut Goleman (1999 : 223) kompetensi pengendalian emosi adalah:

a. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan seseorang

b. Tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang palingberat c. Berfikir dengan jernih dan tetap terfokus walaupun dalam suatu tekanan.

3. Motivasi Diri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangatpenting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan

menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional (menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati) adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Wirausaha yang memiliki keterampilan inicenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang dikerjakan (Goleman, 1996 : 201).

Menurut Goleman (1999 : 238) kompetensi motivasi diri adalah:

a. Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar

(14)

c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik

d. Selalu belajar untuk menigkatkan kinerja. 4. Empati

Kemampuan mengindra perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Orang jarang mengungkapkan perasaan mereka lewat kata-kata. Sebaliknya, memberitahu lewat nada suara, ekspresi wajah, atau cara-cara nonverbal lain (Goleman, 1999 : 243).

Kemampuan yang dimiliki seseorang yang empati: a. Kesadaran diri

b. Mengenali perasaan yang tersembunyi dalam reaksi-reaksi tubuh sendiri c. Kemampuan membaca emosi orang lain

d. Mengindra dan menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat kata-kata

e. Menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang ada di balik perasaan seseorang

(15)

Kompetensi empati adalah:

a. Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan dengan baik b. Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain c. Membantu berdasarakan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain

5. Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk yang harus bekerjasama sejak zaman purba.Hubungan sosial yang rumit dan unik pada manusia memberikan keunggulan yang sangat penting untuk berjuang mempertahankan hidup.Kecerdasan hubungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap suatu pekerjaan.

Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain (Goleman, 1996 : 230)

Menurut Goleman (1999 : 248) kompetensi hubungan sosial adalah: a. Menumbuhakn dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas b. Mencari hubungan-hubungan yang saling menguntungkan

(16)

Goleman (1999 : 120) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu:

a. Lingkungan keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi dengan cara contoh-contoh ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari.

b. Lingkungan non keluarga.

Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

2.3 Pengertian Berwirausaha

(17)

Menurut Sukardi (1991:21), kata berwirausaha merupakan gabungan kata berwira yang berarti gagah berani atau perkasa dan usaha. Berwirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam menjalankan usaha. Sedangkan menurut G. Meredith (2000:5), berwirausaha adalah melakukan kegiatan usaha dan upaya yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatan bisnis sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Definisi lain dari para ahli yang menyebutkan tentang pengertian entrepreneurship atau berwirausaha, adalah seperti yang dijelaskan Stevenson yang dalam (Mutis 1995:21) menyebutkan : "berwirausaha adalah upaya pemanfaatan peluang - peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya".

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berwirausaha adalah sebagai suatu usaha, upaya, sikap, semangat, nilai, seni, dan kemampuan untuk mencari, melihat dan segala sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan balas jasa dan memperoleh keuntungan atas usahanya itu.

(18)

Wirausaha sekaligus pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara -cara yang lebih baik. Dan biasanya seorang wirausaha mempunyai rasa percaya tinggi yang besar dalam menghadapi resiko.

2.3.1 Pengertian Wirausaha

Seorang wirausaha yang handal dituntut untuk bisa memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan sumber - sumber daya didalam lingkungannya, hal ini disebabkan oleh karena seorang wirausaha itu merupakan sosok yang dinamis, mandiri dan tanggap atas segala macam bentuk perubahan dan peluang yang terdapat dalam lingkungannya. Sepintas istilah wirausaha mempunyai pengertian yang sama dengan pengusaha, namun pada kenyataannya wirausaha bukanlah sekedar pengusaha masa yang banyak terdapat di Indonesia, namun wirausaha adalah pengusaha yang memiliki ciri - ciri dan kemampuan tertentu untuk menciptakan sesuatu yang baru dan memperoleh manfaat atas usahanya itu.

(19)

Kewirausahaan (entrepreneurship) bukan merupakan ilmu ajaib yang mendatangkan uang dalam sekejap waktu, melainkan sebuah ilmu, seni, dan keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi, dan dana yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah, atau meraih posisi puncak dalam karir (Hendro 2011:5). Kewirausahaan sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari, Karl H. Vesper dalam bukunya Small Business and Entrepreneurship (Subanar, 1994:15) membagi-bagi subyek dari kewirausahaan menjadi 11 bidang penelitian yang meliputi :

1) Meneliti dampak-dampak ekonomi dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh wirausaha (Economic of Entrepreneurship)

2) Mempelajari kesuksesan wirausaha dengan meneliti sikap, motivasi, kepribadian, daya intelektual, dan sebagainya (Psychology of Entrepreneurship)

3) Meneliti bagaimana wirausaha mencapai sukses akibat pengaruh dari aspek-aspek sosial dan budaya masyarakatnya serta peran agama tertentu (Sociology of Entrepreneurship)

4) Mempelajari dan meneliti manajemen pengusaha kecil (Small Business Management)

5) Meneliti peran-peran dari berbagai pihak yang mendorong keberhasilan wirausaha, termasuk peran Pemerintah (Fostering Entrepreneurship)

(20)

7) Mempelajari kesuksesan wirausaha tingkat internasional yang pernah ada (missal: Henry Ford, Matsushita, Nitisemito, Probosutejo, Pardede, Hasyim Ning, dan lainnya (Tycoon History)

8) Mempelajari kesuksesan-kesuksesan bisnis wirausaha dari kelompok minoritas yang umumnya mampu untuk survive (Minority Enterprise)

9) Meneliti kemandirian usaha dari wirausaha (Independent Venture)

10)Meneliti wirausaha-wirausaha dan aspek kewirausahaan yang terdapat di dalam perseroan bisnis (Corporate Venture)

11)Peneliti keberadaan wirausaha wanita yang sukses dan aspek-aspek yang mendukung profesionalisme mereka (Female Entrepreneurship)

(21)

Tabel 2.1

Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan

Ciri-ciri Watak

(1) Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.

(2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.

(3) Pengambilan resiko dan suka tantangan

Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar.

(4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

(5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel. (6) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif. Sumber : Suryana (2003)

Berwirausaha merupakan suatu keberanian mengambil resiko, mengutamakan kreatifitas dan keteladanan dalam menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri. Seorang wirausaha harus jeli untuk melihat dan menganalisa peluang yang ada, kemudian memanfaatkan segala macam bentuk peluang tersebut kedalam lingkup usahanya, sebagai strategi dalam menyiasati peluang pasar.

2.3.2 Pengertian Keberhasilan Usaha

(22)

harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami. Keberhasilan yang baik itu bisa membawa seseorang kepada kebahagiaan bagi dirinya dan adanya manfaat untuk orang lain”.

Menurut Nasution (2001: 12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah pengusaha seperti itu disebut dengan wirausaha.

Menurut Farisi (2013:27), keberhasilan usaha adalah “tujuan utama dari sebuah perusahaan atau bisnis yang segala aktivitas didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan”.

2.3.3 Faktor Keberhasilan Usaha

Faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil antara lain rasa percaya diri, selalu berorintasi pada hasil, suka tantangan dan resiko, jiwa kepemimpinan, mempunyai ide kreativitas, dan berorientasi pada masa depan (Zulkifi 2009 : 33). Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi usaha yang jelas, kemauan dan keberanian dalam menghadapi risiko.Apabila ada kesiapan dalam menghadapi resiko, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankan.

(23)

yang sukses. Dalam buku Suryana (2009: 67) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang wirausaha, antara lain:

1) Kemampuan dan kemauan.

Wirausaha yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan dan wirausaha yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausa yang sukses. Misalnya seseorang yang memilikikemauan untuk membuka toko tapi tidak memilikikemampuan untuk mengelolanya, maka lama kelamaan tokonya akan tutup. Begitu juga dengan orang yang memiliki kemampuan mengelola usaha tetapi tidak memilikikemauan untuk membuka usaha, maka selamanya orang tersebut tidak pernah memiliki usaha.

2) Tekad yang kuat dan kerja keras.

Wirausaha yang tidak memiliki tekad kuat tetapi mau bekerja keras dan wirausaha yang mau bekerja keras tetapi memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

3) Kesempatan dan peluang

Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan seorang wirausaha.

(24)

a) Mandiri tetapi bisa bekerja sama dengan orang lain dan mampu berinteraksi dengan prinsip.

b) Mempunyai cita-cita, impian, visi, harapan, ambisi tapi bukan ambisius, obsesi, tantangan dianggap sebagai titik awal untuk mencapai tujuan dalam meraih kesuksesan.

c) Selain bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarganya, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.

d) Berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat negatif ketika memandang dan memperlakukan orang lain.

e) Selalu berpandangan dan bersikap positif terhadap orang lain.

f) Berpikir sebagai wirausaha yang sukses, karena wirausaha yang sukses harus berpikir seperti seorang wirausaha yang sukses dan bukan berpikirselayaknya orang yang gagal.

g) Merubah kebiasaan, sifat, dan pola pikir sebagai pribadi yang unggul

(25)

Menurut Hutagalung dkk (2010 : 11) Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha. Hal yang terpenting dari seseorang Entrepreneur adanya visi dalam membentuk sistem bisnis. Sistem bisnis ini yang di harapkan mampu bekerja secara optimal untuk memberikan passive income yang berkelanjutan pada sang Entrepreneur.

Secara khusus Chelland (Sjabadhni 2001: 273) menggolongkan dua faktor yang menentukan keberhasilan usaha antara lain :

1. Faktor Internal, meliputi : a) Motivasi

Motivasi akan membantu seseorang untuk member semangat kerja. Motivasi tersebut daintaranya keinginan untuk menjadi kreatif, inovatif, serta semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan serta menjalankan usaha.

b) Kepribadian

Kepribadian yang rapuh akan berdampak negatif terhadap pekerjaan. Pribadi yang berhasil yaitu apabila seseorang dapat berhubungan baik dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan efektif.

2. Faktor Eksternal, meliputi : a) Lingkungan keluarga

(26)

Lingkungan keluarga yang harmonis dalam interaksinya akan membantu memotivasi kesuksesan dan meningkatkan produktivitas kerja.

b) Lingkungan Usaha

Lingkungan tempat dimana seseorang menjalani usahanya mempunyai

Pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Seperti menjalin hubungan baik dengan mitra kerja atau supplier akan mempermudah dalam mendukung atau memotivasi untuk menyelesaikan konflik dengan baik. Memahami situasi kerja secara fisik dengan menciptakan pekerjaan dalam situasi apapun melalui bakat dan keterampilan yang dimiliki terutama dalam mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bias maju.

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu self esteem dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas dan kinerja usaha sebagai variabel terikat.

(27)

mengendalinakan dorongan hati dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain. Ketika seorang wirausahawan memiliki kebebasan dalam menentukan arah keberhasilannya, meraka akan lebih meras puas karena hasil kerja dan pemikiran meraka sendiri yang menjadikan mereka berhasil.

Keberhasilan wirausaha dalah output dari sebuah proses usaha berdasarkan tekad, kemauan dan usaha keras dalam menghadapi berbagai macam hambatan, serta didukung oleh komitmen yang kuat yang mendorong wirausaha untuk terus mencari peluang sampai mencapai hasil yang diharapkan.

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin seorang wirausaha memiliki self esteem dan kecerdasan emosi yang tinggi, maka ia akan semakin berkualitas dalam berwirausaha dan mencapai keberhasilan usaha. Dengan demikian masing-masing variable tersebut (self esteem dan kecerdasan emosi) memilki pengaruh pada faktor keberhasilan usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber:Dhania, dkk (2012), Pasaribu(2011), Handayani (2013), diolah oleh penulis SELF ESTEEM (X1)

KEBERHASILAN USAHA (Y)

(28)

2.5 Hipotesis

(29)
(30)
(31)

Pasaribu dan adversity intelligence (X2),

Independensi (X3) mempunyai

pengaruh signifikan terhadap The Entrepreneur’s Performance (Y)

Gambar

Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan efisiensi energi pada model yang diterapkan untuk oven listrik menggunakan asumsi: jenis kaca standar, berlaku Newton’s law of cooling dan Fourier’s law of

Tabel 10 : Parameter Pemilihan Jenis Distribusi Sebaran Curah Hujan.. No Jenis Syarat Hasil

Katalis zeolit bifungsional telah berhasil dibuat dengan cara aktivasi zeolit alam menggunakan larutan asam klorida atau amonium nitrat dan diikuti dengan impregnasi logam Cr,

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Pengaruh Laba Terhadap Corporate Social Responsibility dan Dampak Corporate Social

Bentuk penting dalam unsur belajar dalam tipe belajar oleh tanda ini adalah adanya gerakan reflek. Tanda dalam pengertian ini berbentuk bunyi atau hasil

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama ( ≥7 tahun). Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara.

Potensi dan minat belajar peserta didik SMA Negeri 1 Jetis adalah baik. Sebagian peserta didik memanfaatkan waktu belajar mereka dengan cukup baik, misalnya waktu