• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (KELELAWAR) DI LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEDOMAN PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (KELELAWAR) DI LAPANGAN"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

i   

PEDOM AN

PEN GU M PU LAN DAT A

RESERV OI R (K ELELAWAR)

DI LAPAN GAN

RI SET K H U SU S

V EK T OR DAN RESERV OI R PEN Y AK I T

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(2)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

ii   

ISBN 978-602-373-011-7

Pedoman Pengumpulan Data Reserrvoir (kelelawar) di Lapangan Ukuran 210 x 297 mm, 177 hal

Cetakan Pertama: 2015

Hak Cipta dilindungi Undang Undang

Diterbitkan oleh:

Lembaga Penerbit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Anggota IKAPI No. 468/DKXI/2013

Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telp: 021 4261008 ext. 223; Fax. 021 4243933

Email: LPB@litbang.depkes.go.id; Website: www.litbang.depkes.go.id

Didistribusikan oleh:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Copyright @ 2015 pada Lembaga Penerbit Balitbangkes, Jakarta

Sanksi Pelanggaran Undang Undang Hak Cipta 2002

1. Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak RP. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

(3)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Penanggung jawab:

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Tim Teknis Reservoir:

Dr. Ristiyanto, M.Kes

Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE

DR. Vivi Lisdawati, M. Si, A.pt

Arief Mulyono, S.Si, M.Sc

Farida Dwi Handayani, S.Si, MS.

drh. Tika Fiona Sari, M.Sc

drh. Dimas Bagus Wicaksono Putro

drh. Ayu Pradipta Pratiwi

drh.Aryo Ardanto

Arum Sih Joharina, S.Si

Esti Rahardianingtyas, S.Si

Ir. Maharadatun Kamsi, M.Sc (LIPI) Sigit

Wiantoro, S.Si, M.Sc (LIPI)

drh. Indrawati Sendow, M.Sc (Balitvet Bogor) Dr.

(4)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

(5)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

v   

KATA PENGANTAR

Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) dengan tujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik yang baru ataupun muncul kembali, di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah pengumpulan data dan spesimen di lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku.

Pengumpulan spesimen vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data spesimen hasil riset dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan spesimen vektor dan reservoir penyakit di lapangan.

Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora, maka telah disusun buku pedoman teknis untuk koleksi data dan spesimen vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

(6)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

(7)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

Daftar Tabel ... VIII

Daftar Gambar ... IX

Daftar Lampiran ... XI

Bab I. Pendahuluan ... 1

Bab II. Pengorganisasian Lapangan ... 5

Bab IV, Panduan Penggunaan Gps (Global Positioning System) ... 13

Bab V. Pengumpulan Data Reservoir (Kelelawar) ... 27

Bab VI. Pengenalan Alat Dan Bahan ... 30

Bab VII. Laboratorium Lapangan ... 48

Bab VIII. Keselamatan Hayati ... 52

Bab IX. Prosedur Penangkapan Kelelawar ... 57

Bab X. Prosedur Pengukuran Parameter Lingkungan ... 68

Bab XI. Prosedur Anestesi Kelelawar ... 70

Bab XII. Prosedur Koleksi Ektoparasit ... 74

Bab XIII. Prosedur Dokumentasi Sampel ... 76

Bab XIV. Prosedur Identifikasi Kelelawar ... 80

Bab XV. Prosedur Swab Trakhea ... 86

Bab XVI. Prosedur Pengambilan Punch Sayap ... 88

Bab XVII. Prosedur Pelepasan Kelelawar ... 90

Bab XVIII. Prosedur Koleksi Darah Dan Serum Kelelawar ... 92

Bab XIX. Prosedur Pembuatan Awetan Basah ... 96

Bab XX. Prosedur Penanganan Limbah ... 87

Bab XXI. Prosedur Pengepakan Dan Pengiriman Spesimen ... 91

Bab XXII. Pedoman Pengisian Formulir ... 99

(8)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

viii   

DAFTAR TABEL

   

(9)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

ix   

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 2. Bagian : GPS... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 3: Jenis baterai. ...

Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 4: Bagian penutup baterai. ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 5: Bagian penutup baterai ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 6: Pengoperasian GPS. ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 7: Pengaturan GPS ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 9: Deteksi sinyal satelit ...

Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 10: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS .

Error! Bookmark

not defined.

 

Gambar 11: Form TK.02. ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 12: Tampilan software basecamp

.

... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 13: Tampilan menu receive from device. ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 14: Tampilan select device montera

.

...

Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 15: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp

.

Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 16: Tampilan

export

data di basecamp

.

... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 17: Tampilan penyimpanan data GPS. ... Error! Bookmark not defined.

 

Gambar 18. Alur Pengumpulan Data Reservoir ... 28

 

Gambar 19. Persiapan laboratorium lapangan... 49

 

Gambar 20 . Bagan penataan nampan di meja pada laboratorium lapangan untuk

pemrosesan kelelawar ... 50

 

Gambar 21. Cara menutup syringe yang telah digunakan ... 53

 

Gambar 22. Cara memasang mist net dengan tiang bambu ... 60

 

Gambar 23. Cara memasang mist net pada pohon disekitar lintasan kelelawar ... 61

 

Gambar 24. Cara memasang perangkap harpa (harp trap) ... 62

 

(10)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

x   

Gambar 26. Cara melepas mist net ... 65

 

Gambar 27. Tea ball (A) dan kelelawar microcheroptera dalam kantong zipper (B) .. 71

 

Gambar 28. Pembiusan kelelawar dengan ketamine dan xylazine ... 72

 

Gambar 29. Koleksi ektoparasit pada kelelawar ... 75

 

Gambar 30 Dokumentasi foto bagian bagian kelelawar ... 77

 

Gambar 31. Dokumentasi habitat kelelawar ... 78

 

Gambar 32. Morfologi

microchiroptera

... 80

 

Gambar 33 Morfologi

megachiroptera

... 81

 

Gambar 34. Morfologi ekor hidung dan telinga microchiroptera ... 82

 

Gambar 35. Pengambilan

Swab

Trakea

11

... 87

 

Gambar 36. Pengambilan

Wing Punch

... 89

 

Gambar 37. Pelepasan kelelawar ... 91

 

Gambar 38. Pengambilan darah pada kelelawar dengan berat badan > 100 gram .... 94

 

Gambar 39. Pengambilan darah pada kelelawar terpilih sebagai awetan basah

(intracardial). ... 95

 

Gambar 40. Pelabelan spesimen awetan basah ... 85

 

Gambar 41. Kantong plastik hitam, biohazard bag, dan sharp safety box ...

Error!

Bookmark not defined.

 

(11)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

xi   

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran1. . Form Ekositem ... 123

 

Lampiran 2. Form Koordinat GPS Perangkap ... 124

 

Lampiran 3. Form Lokasi Penangkapan Kelelawar ... 125

 

Lampiran 4. Form Koleksi Kelelawar ... 127

 

Lampiran 5. Form Pengiriman Spesimen ... 129

 

Lampiran 6. Form Check list Kegiatan ... 130

 

Lampiran 7. Form Check list Alat dan Bahan ... 131

 

Lampiran 8. Form Berita cara Serah Terima Limbah ... 135

 

Lampiran 9. Form Berita Acara Pemusnahan Limbah ... 136

 

Lampiran 10. Berita Acara Serah Terima Spesimen ... 137

 

Lampiran 11. Form Spesimen ... 138

Lampiran 12. Kunci Identifikasi Kelelawar……….. 151

(12)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

xii   

(13)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu

riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan

Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit (B2P2VRP).

Rikhus Vektora adalah suatu kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran

vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar

dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.

1. Latar belakang:

a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat

tinggi;

b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis

(pertemuan wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;

c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional;

d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap

Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara

berkesinambungan yang dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai tahun 2015

sampai dengan 2018.

2. Tujuan Umum riset khusus vektor dan reservoir penyakit adalah:

melakukan pemuktahiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional sebagai

dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik jenis penyakit infeksi baru maupun

yang muncul kembali) di Indonesia

3. Tujuan khusus riset adalah:

a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit;

(14)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

2   

c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan

yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar;

d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir

baru/belum terlaporkan;

e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir penyakit;

f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir

berbasis ekosistem

4. Manfaat riset adalah :

a. Bagi para pemangku kebijakan, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang

diperoleh sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program pengendalian penyakit tular

vektor dan reservoir (zoonosis) di Indonesia;

b. Bagi masyarakat, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh sebagai

dasar pemahaman tentang vektor dan reservoir penyakit serta meningkatkan peran

sertanya pada kegiatan penanggulangan/pengendalian di lingkungan;

c. Bagi kalangan ilmiah, dapat memanfaatkan dan menggunakan data koleksi spesimen

(sampel tersimpan maupun informasi biodiversitas terbaharukan), sebagai dasar

penelitian dan pengembangan berbagai produk inovasi (misal: kit diagnostik, vaksin dan

obat) terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru

maupun yang muncul kembali) di Indonesia.

5. Prinsip Rikhus Vektora:

a. Merupakan survei bertaraf nasional

b. Menggunakan unit pengumpulan data berupa ekosistem per provinsi

c. Mencakup data spesies dan patogen untuk penyakit tular vektor dan reservoir (baik

yang lama maupun yang baru ditemukan), peta sebarannya serta model dan metode

penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem lokal

d. Besar sampel mencakup data primer (penangkapan nyamuk1, penangkapan tikus dan

penangkapan kelelawar2; sebagian sampel dijadikan spesimen koleksi referensi/awetan)

dan data sekunder (endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data pengendalian

penyakit tular vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian

lokal)

(15)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

3   

Pengumpulan data vektor (nyamuk), reservoir (tikus dan kelelawar) serta data

sekunder pada Rikhus Vektora 2015 – 2018 bertujuan untuk melengkapi data primer terkait

penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir di Indonesia. Pemeriksaan

laboratorium juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data di lapangan, yang akan

mewakili tingkat provinsi secara nasional pada akhirnya, serta mencakup ekosistem hutan,

non-hutan serta pantai di lokasi yang dekat dengan pemukiman serta yang jauh dari

pemukiman penduduk.

Data reservoir (kelelawar) dikumpulkan meliputi (a) data spesies dan habitat

kelelawar; (b) peta sebaran, potensi reservoir penyakit (kelelawar) baru/belum terlaporkan

beserta jenis patogen; (c) sampel tersimpan; serta (d) data sekunder penanggulangan

penyakit tular reservoir (kelelawar). Data reservoir yang akan dikumpulkan ini sangat

penting karena merupakan pemuktahiran data yang sahih untuk dikaitkan dengan data

penanggulangan penyakit tular reservoir (kelelawar) di masyarakat yang akan diperoleh

dengan metode observasional diskriptif menggunakan rancangan studi potong lintang

(cross sectional study).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangat perlu disusun Pedoman dengan

tujuan membantu tenaga pengumpul data memahami :

a. Mekanisme pengambilan sampel kelelawar sesuai Pedoman Operasional Baku

(POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

b. Mekanisme identifikasi sampel kelelawar sesuai Pedoman Operasional Baku

(POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

c. Mekanisme pengambilan spesimen serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar sesuai Pedoman

Operasional Baku (POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

d. Cara-cara penyimpanan spesimen serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar sesuai Pedoman

Operasional Baku (POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

e. Cara-cara pengemasan sampel dan spesimen kelelawar sesuai POB yang telah

ditetapkan;

f. Cara-cara pengiriman sampel dan spesimen kelelawar sesuai POB yang telah

(16)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

4   

Jenis sampel dan spesimen untuk data kelelawar pada Rikhus Vektora

2015-2018 berupa: serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan

spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar.

Identifikasi sampel dan pemeriksaan spesimen dilaksanakan di laboratorium

lapangan di daerah, yaitu sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dijadikan

laboratorium lapangan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), desa atau wilayah

dusun setempat.

Pemeriksaan yang langsung dilaksanakan pada tahun 2015-2018 di laboratorium

lapangan adalah identifikasi spesimen kelelawar. Pemeriksaan yang akan dilaksanakan di

laboratorium B2P2VRP, Badan Litbangkes, pada tahun berjalan adalah pemeriksaan

Nipahvirus, Lyssavirus dan Japanese enchepalitis. Sementara untuk pemeriksaan

analisis lanjut akan dilaksanakan pada tahun selanjutnya setelah pelaksanaan riset di

suatu provinsi selesai dilaksanakan.

Secara lebih rinci, metode koleksi dan jenis pemeriksaan laboratorium untuk

sampel kelelawar yang dilakukan di laboratorium lapangan meliputi:

a. Koleksi kelelawar menurut CDC (1995)1;

b. Identifikasi spesies kelelawar secara morfologis;

c. Pembuatan spesimen kelelawar untuk koleksi referensi reservoir penyakit

(17)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

5   

BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN

Kegiatan riset khusus vektor dan reservoir penyakit memerlukan pengorganisasian

lapangan pada saat melakukan survei di lapangan. Pengorganisasian perlu dilakukan agar

pelaksanaan kegiatan mulai survei pendahuluan, koordinasi, perijinan dan pengumpulan data

dapat terlaksana dengan baik dan dapat diperoleh data sesuai dengan yang diharapkan.

Setiap anggota tim perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan. Kompetensi tersebut antara lain kemampuan bekerjasama dalam kelompok, saling

memahami dan menghargai tugas pokok masing-masing dalam tim.

Pengorganisasian dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit disusun

berdasarkan objek yang disurvei, yaitu tim vektor, tim reservoir dan tim data sekunder.

A. Tim survei

Tim survey terdiri atas:

1. Koordinator Provinsi

Koordinator provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan di provinsi setempat.

2. Koordinator Lapangan Provinsi

Koordinator lapangan provinsi adalah Kepala Balai/Loka Litbangkes.

3. Penanggung Jawab Operasional Kabupaten

Penanggung jawab operasional (PJO) Kabupaten adalah petugas yang ditunjuk oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang menangani bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit.

B. Tim koleksi data reservoir

1.

Tim koleksi data reservoir terdiri dari :

a. Koordinator teknis : 1 orang senior mamalogis/B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

b. Satu (1) orang staf teknis dari B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

c. Satu (1) orang staf teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes setempat

d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1

Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII

Kesehatan Hewan dan/atau memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

e. Enam (6) orang terdiri dari 5 tenaga lokal penangkap tikus dan kelelawar, dan 1 orang

(18)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

6   

2.

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota adalah sebagai berikut :

a. Koordinator teknis

Tugas dari koordinator teknis adalah mengkoordinir seluruh anggota tim dalam

melakukan koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, handling spesimen dari lapangan ke B2P2VRP, serta berkoordinasi dengan PJO untuk pemusnahan limbah.

Koordinator teknis dipilih dari tenaga mamalogis yang berasal dari Balai/Loka

Litbangkes maupun tenaga independen yang telah berpengalaman dan menguasai

survei tikus dan kelelawar. Koordinator teknis juga diharapkan telah berpengalaman di

dalam penanganansampel dan spesimen, serta analisis habitat.

b. Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes

Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes bertugas untuk mendukung tugas

koordinator teknis dalam pelaksanaan survei tikus dan kelelawar, pengambilan

spesimen dan analisis habitat. Tenaga teknis adalah seseorang yang telah

menguasai survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan manajemen rantai

dingin.

c. Tenaga teknis dari Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota

Tugas dari tenaga teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota

adalah membantu tim reservoir dalam melakukan seluruh kegiatan teknis di lapangan

dan sebagai tenaga yang membantu perijinan dan pendekatan ke masyarakat di lokasi

studi.

d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1

Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII

Kesehatan Hewan dan/atau memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

Tugas dan tanggung jawabnya adalah bertugas secara penuh dalam koleksi

tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, manajemen rantai dingin, dan identifikasi.

Tenaga tenaga pengumpul data adalah tenaga yang direkrut dari mahasiswa tingkat

akhir atau mahasiswa yang baru lulus berasal dari bidang ilmu Biologi, Kedokteran

Hewan, Kesehatan Lingkungan. Tenaga tenaga pengumpul data dapat juga berasal dari

(19)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

7   

e. Lima (5) orang tenaga penangkap tikus dan kelelawar

Tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu pemasangan perangkap dan

pemanenan tikus maupun kelelawar.

f. Satu (1) orang tenaga Puskesmas

Tugas dan tanggung jawabnya adalah membawa dan menitipkan sampel dari

lapangan ke fasilitas kesehatan yang memiliki lemari pendingin serta membantu

(20)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

(21)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

9   

BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA

A. Definisi Ekologi, Ekosistem dan Habitat

1. Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup

(organisme dan sesamanya) dengan lingkungannya16,17

2. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi (satuan sistem ekologi) yang

terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya17,18

3. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup18.

4. Pantai merupakan tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh laut masih dirasakan.6 Definisi pantai yang dimaksud dalam Rikhus Vektora adalah

batas pantai yang diambil berdasarkan data dari Land System of Indonesia and New Guinea yang dikeluarkan oleh RePPProT (The Regional Physical Planning Programme for Transmigration) Badan Informasi Geospasial. (http://databasin.org/datasets/ eb74fe29b6fb49d0a6831498b0121c99).

5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya

yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan19; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan

pepohonan yang tingginya lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau

pohon dapat mencapai ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang

sebagian besar digunakan untuk pertanian atau pemukiman20.

B. Kriteria Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel atau sampling area, dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit, diharapkan dapat mewakili beberapa ekosistem dengan beberapa tipe habitat

nyamuk, tikus dan kelelawar di daerah studi. Pemilihan lokasi diharapkan juga dapat

mewakili endemisitas penyakit tular vektor dan reservoir. Kawasan yang mewakili tiga

kelompok ekosistem adalah:

1. Ekosistem hutan

Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di daratan. Hutan

merupakan tempat tinggal bagi tumbuhan dan juga hewan. Di wilayah ekosistem hutan,

beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat

pemukiman di pinggir atau di sekitar hutan. Namun demikian ada pula wilayah yang

(22)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

10   

Hutan jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016.

Dalam riset ini, kriteria hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

2. Ekosistem non-hutan

Ekosistem non-hutan merupakan kelompok ekosistem di antara hutan dan

pantai/pesisir. Ekosistem ini dapat berupa perkebunan, pekarangan rumah/ pemukiman,

sawah, ladang, belukar, maupun kebun monokultur, dsb. Di wilayah ekosistem

non-hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya

membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar ekosistem non-hutan, misalnya petani

kebun. Mereka rata-rata membuat perkampungan terletak di sekitar kebun tempat

mereka mencari nafkah. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh

manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan

jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam

riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

3. Ekosistem pantai/pesisir

Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah

perbatasan antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen,

yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan

hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari

gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya.

Salah satu contoh ekosistem ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan berbagai macam hewan yang hidup di dalamnya.

Apabila tidak memungkinkan melakukan pengumpulan data di salah satu

ekosistem, maka dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan

penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah

ekosistem pantai penduduk di wilayah tersebut membuat pemukiman di pinggir atau di

sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia,

ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan pantai jauh pemukiman

ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria

(23)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

11   

C. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan berdasarkan stratifikasi geografis dan ekosistem. Pengambilan sampel dilakukan di titik terpilih yang mewakili 3 tipe

ekosistem (hutan, non-hutan dan pantai), baik yang jauh maupun dekat dengan pemukiman.

Pengambilan sampel akan dilakukan di 6 titik di setiap kabupaten terpilih yaitu :

1. Hutan yang dekat dengan pemukiman (HDP)

2. Hutan yang jauh dari pemukiman (HJP)

3. Non-hutan yang dekat dengan pemukiman (NHDP)

4. Non-hutan yang jauh dari pemukiman (NHJP)

5. Pantai yang dekat dengan pemukiman (PDP)

6. Pantai yang jauh dari pemukiman (PJP)

 

Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Wilayah (provinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki

dugaan kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir

2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk, seperti

adanya rawa, kolam ikan tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.

3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan

4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan riset

(24)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

(25)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

13   

BAB IV, PANDUAN PENGGUNAAN GPS

(GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta memahami pengoperasionalan dan penggunaan GPS

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat mengoperasikan GPS dengan benar

2. Peserta dapat mengambil titik koordinat dengan benar

3. Peserta dapat mengambil foto dan video dengan benar

4. Peserta dapat mentransfer data dari GPS dengan benar

GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan

persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada

habitat sampel vektor dan reservoir diambil. GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra.

GPS Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem Operasi

perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun sebagai GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk untuk kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain

Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda state-of-the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV built-in, Wi-Fi, Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain. Seluruh fitur dikemas dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan oleh pemula maupun surveyor berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat

tepat digunakan untuk rikhus vektora.

Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS

mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS.

Setelah pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya.

(26)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

14   

A. PENJELASAN UMUM

1. Kelengkapan1 Unit GPS Monterra

Gambar 1: Kelengkapan perangkat GPS

2. Bagian – Bagian GPS

Tampilan Bagian Depan: Tampilan Bagian Belakang:

(27)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

15   

Baterai

GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.

a. Cara memasang baterai rechargable lithium-ion:

1) Putar ring berlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 5).

2) Cari kontak logam baterai lithium – ion.

3) Masukkan baterai ke dalam kompartemen. 4) Tekan baterai ke tempatnya.

5) Tutup kembali penutup baterai (ring) dan putar searah jarum jam.

6) Catatan baterai rechargeble lithium dapat di-charge pada kisaran suhu 0oC-50oC.

Gambar 4: Bagian penutup baterai.

b. Cara memasang baterai AA:

1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 6).

2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang

ditunjukkan pada gambar di belakang alat, dan

jangan sampai terbalik.

Baterai rechargable lithium-ion Baterai Alkaline

B

Gambar 3: Jenis baterai.

A

(28)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

16   

3. Langkah Pengoperasian

Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah

mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:

a. Tekan tombol power.

b. Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.

c.

Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser atau

menutup tampilan.

d. Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan

menggunakan kedua jari tangan.

e. Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya.

f.

Sentuh icon untuk kembali ke layar awal.

g. Sentuh

icon untuk mengatur sistem. Gambar 6: Pengoperasian GPS.

4. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali sebelum GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)

a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas. b. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7)

Gambar 7: Pengoperasian pengaturan GPS.

c. Pilih icon unit.

1) Ubah bagian unit GPS dibawah ini:

(29)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

17   

d. Pilih position format.

1) Ubah positin format : hddd°mm’ss.s’’ 2) Map Datum : WGS 84

e. Pilih Location services, lalu centang semua pilihan yang ada

f. Kembali ke menu utama. g. Pilih icon satelit.

5. Langkah kalibrasi GPS

Kalibrasi GPS dilakukan setiap pergantian ekosistemagar koordinat yang diambil lebih akurat.

a. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7) b. Pilih Heading.

c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading. d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.

e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.

f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak

anda perlu mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi.

B. TEKNIS PENGAMBILAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP KELELAWAR

1. Pasang semua Jaring Kabut (6 Jaring Kabut).

2. Jika pemasangan jaring kabut tanpa jarak diambil satu ( 1 ) koordinat.

(30)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

18   

Gambar 9: Pengambilan titik koordinat di lokasi perangkap kelelawar

4. Pengambilan titik pada HAND NET dilakukan ketika mendapatkan kelelawar

Catatan:

Pengambilan titik koordinat pada HAND NET ketika HAND NET mendapatkan

kelelawar pada lokasi tersebut.

C. LANGKAH MENENTUKAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP TIKUS

(Sebelum penentuan titik koordinat, pastikan langkah pengaturan setting seperti butir A.5 sudah dilakukan)

1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit

dalam kondisi stabil. Semakin banyak satelit terdeteksi maka

semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.

Gambar 10: Deteksi sinyal satelit.

2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi pemasangan jaring kelelawar.

GPS dimatikan setelah pemasangan jaring kelelawar pada hari itu sudah selesai.

(31)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

19   

Catatan:

Sebelum pengambilan titik koordinat, WAJIB berhenti sejenak untuk

mendapatkan koordinat yang lebih akurat (Metode Stop and Go).

4. Pilih menu edit:

a. Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan kode ekosistem/site (cth: HDP,HJP,NHDP dll).

Simbol untuk kode ekosistem sebagai berikut :

HDP ( Hutan Dekat Pemukiman ) HJP ( Hutan Jauh Pemukiman ) NHDP ( Non Hutan Dekat Pemukiman) NHJP ( Non Hutan Jauh Pemukiman ) PDP ( Pantai Dekat Pemukiman ) PJP ( Pantai Jauh Pemukiman )

Contoh pemakaian simbol:

Gambar 11: Pemakaian simbol di GPS

b. Ganti nama yang ada di GPS dengan nomor jaring/perangkap kelelawar (contoh: HDP-001, arti kode: HDP = Kode Ekosistem, 001 = Jaring Kabut 1).

Jika Jaring Kabut dipasang seri atau paralel maka penamaan sebagai berikut: ( Contoh: HDP-001&002 )

c. Pilih menu edit :

• Pada note diisi kode lokasi ekosistem

• contoh: 33163-P/N, arti kode:

33 = Provinsi,

(32)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

20   

3 = Ekosistem,

P = Positif tertangkap kelelawar / ada kelelawar,

N = Negatif kelelawar / tidak ada kelelawar.

Catatan :

P (Positif)/ N (Negatif): Menggambarkan perangkap yang pernah mendapatkan kelelawar.

• Kode jaring :

 Jaring kabut 1 dengan Kode“001”,

 Jaring kabut 2 dengan Kode “002”,

 Jaring kabut 3 dengan Kode “003”,

 Jaring kabut 4 dengan Kode “004”,

 Jaring kabut 5 dengan Kode “005”,

 Jaring kabut 6 dengan Kode “006”,

 Jaring harpa dengan Kode “007”,

 Handnet dengan Kode “008”

5. Ambil foto pemasangan jaring kabut atau perangkap harpa dengan cara sentuh icon gambar foto.

Gambar 12: Editing mark waypoint dan pengambilan foto

6. Sebelum titik koordinat disimpan pada GPS, JANGAN LUPA mencatat nomor

jaring/perangkap, titik koordinat dan nilai elevasi (ketinggian) pada form TK.02 GPS. 7. Kemudian pilih DONE.

HDP-001&002 Pemberian nama.

Kode lokasi ekosistem

Lokasi pengambilan titik koordinat

(33)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

21   

Pengambilan foto pada Mark Waypoint BOLEH dilakukan dan BOLEH TIDAK dilakukan, KARENA foto hanya berfungsi untuk membantu enum dalam

mengingat lokasi titik koordinat.

8. Pengambilan foto diharuskan tidak hanya lewat mark waypoint saja. Namun, juga

melalui menu Camera pada GPS dengan Icon

a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi

b. Pilih Icon

c. Kemudian pilih icon untuk mulai mengambil gambar

CATATAN:

1. Pengambilan FOTO dilakukan pada tiap Jaring perangkap

2. Pengambilan FOTO untuk Jaring Kabut seri atau paralel hanya dilakukan

pengambilan satu (1) kali foto

3. Pada Hand net pengambilan FOTO dilakukan ketika mendapatkan kelelawar

d. Lakukan pengambilan gambar di setiap ekosistem lokasi survei

e. Pengambilan gambar di habitat lokasi survei kelelawar

CATATAN:

Pengambilan gambar HARUS DILAKUKAN dan dalam kondisi GPS menangkap

sinyal satelit setidaknya 5 satelit untuk memberikan akurasi letak pengambilan

foto ( Geo Tagging )

9. Setelah titik koordinat diambil kemudian dilakukan pengambilan video pada lokasi

penangkapan kelelawar. Langkah pengambilan video adalah sebagai berikut:

(34)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

22   

Keterangan: setiap ekosistem hanya diambil satu video, durasi 20-30 detik.

10. Setelah hasil penangkapan selesai diidentikasi, kemudian pada form TK.02 diisi

kode spesimen pada kolom KODE SPESIMEN, contoh 33161K005. Keterangan

33161 merupakan keterangan tempat pengambilan sampel yang terdiri dari kode

Provinsi, kode Kabupaten, dan kode ekosistem, untuk K005 merupakan no urut

spesimen. Contoh pengisian form ada pada gambar berikut:

Gambar 14: Form TK.02.

KETERANGAN TAMBAHAN

1. Apabila ingin mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut:

a. Pilih waypoint manager.

b. Pilih icon untuk mencari nama waypoint.

c. Pilih all dan pilih type symbol untuk mencari symbol yang akan digunakan untuk waypoint.

d. Pilih icon search near untuk lokasi atau titik koordinat yang ada pada peta. e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.

2. Cara mengedit (memperbaiki informasi) waypoint a. Pilih waypoint manager

b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.

c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki.

d. Tekan DONE.

3. Langkah untuk menghapus waypoint a. Pilih waypoint manager.

(35)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

23   

D. Langkah untuk mentransfer data dari GPS ke basecamp

Setelah survei selesai di satu ekosistem maka selanjutnya tim melakukan transfer data

dari GPS ke softwarebasecamp.

1. Download softwarebasecamp-nya yang terbaru disini:

https://www8.garmin.com/support/download_details.jsp?id=4435

2. Setelah di download kemudian di extract dan lakukan install program.

3. Setelah basecamp diinstall kemudian sambungkan GPS yang sudah diaktifkan ke komputer menggunakan kabel data yang terdapat pada GPS.

4. Mengaktifkan program basecamp.

5. Pilih menu transfer, pilih receive from device.

Gambar 15: Tampilan software basecamp.

(36)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

24   

6. Setting receive from device akan muncul devices dan GPS akan terekam secara otomatis. Klik

nama devices yang akan di download kemudian klik OK.

7. Kemudian akan muncul tampilan

seperti ini, pilih titik koordinat yang

akan di download.

8. Pembuatan List Folder dan New List untuk menempatkan data pengambilan titik

koordinat di lapangan dengan sofware basecamp. a. Pilih My Collection > Pilih File

> Pilih New > Pilih List Folder (List Folder akan muncul di dalam link My Collection dengan nama New Folder).

Gambar 17: Tampilan select device montera

.

Gambar 18: Tampilan titik koordinat akan di download.

(37)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

25   

b. Pilih New Folder > klik kanan pilih rename dan ganti nama New Folder dengan nama Kabupaten_kode wilayah

dan kode hewan. Contoh:

Pati_3311K (arti kode: Pati =

Kabupaten Pati, 33 = Kode

Provinsi, 11 = Kode

Kabupaten, K = Kelelawar).

c. Pilih folder Pati_3311K (folder yang telah kita

buat) > klik kanan > pilh New List > Pilih New List yang sudah muncul > klik kanan pilih rename dan

ganti nama New List dengan nama ekosistem

(singkatan saja). Contoh: HDP (Hutan Dekat

Pemukiman).

9. Pilih data pengambilan titik koordinat beserta data pengambilan gambar dilapangan

sesuai ekosistem dengan cara: klik datanya sambil menekan tombol ctrl > klik

kanan pilih copy > pilih list HDP (New List yang telah dibuat) > klik kanan paste.

Data GPS sesuai ekosistem (yang kita pilih) otomatis terduplikasi di list yang kita

buat.Data ini akan di kirim via email tiap ekosistem dalam bentuk *.gpx.

10. Pilih list yang dibuat > Pilih file > Export > Export list Nama List

Gambar 22: Tampilan export list data Gambar 20: Tampilan pembuatan NewList.

(38)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

26   

Apabila muncul warning maka klik OK.

11. Pilih folder penyimpanan > Pilih format penyimpanan dalam bentuk *.gpx > kemudian beri nama file yang akan disimpan >

Save.

Penamaan file dilakukan dengan

cara menuliskan kode

propinsi_kode kabupaten_kode

ekosistem_jenis survei. Contoh

penamaan file adalah 33116K.

Pengertian dari kode tersebut

adalah 33=kode propinsi, 11=kode

kabupaten, 6=kode ekosistem

Pantai Jauh Pemukiman, K=Kelelawar.

12. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu dikirim ke email: pemetaan.rikhus2017@gmail.com

dengan format subyek: kode provinsi_kode kabupaten_kode ekosistem_jenis survai.

Contoh penamaan file adalah 33116K. Pengertian dari kode tersebut adalah 33 = Kode

Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 6 = Kode Ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, K =

Kelelawar.

13. Pengiriman email ini dilakukan setiap satu ekosistem yang sudah selesai.

(39)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

27   

BAB V. PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (Kelelawar)

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta memahami pengorganisasian lapangan dan pengumpulan data reservoir

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat menerapkan pengorganisasian lapangan dengan benar

2. Peserta dapat menerapkan alur pengambilan data dengan benar

Pengumpulan data dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5 hari pengumpulan data

pada tiap ekosistem. Jadwal pengumpulan data pada masing masing ekosistem terbagi menjadi

koleksi pengumpulan data tikus pada hari 1 sampai 3 diteruskan pengumpulan data kelelawar

pada hari 3 – 4 dan diteruskan penyelesaian administrasi serta persiapan pindah lokasi.

Pengorganisasian tim menjadi sangat penting dalam memanajemen semua kegiatan

pengumpulan data yang dilaksanakan selama 30 hari di 6 titik terpilih pada ekosistem hutan,

(40)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

28   

A. ALUR PENGUMPULAN DATA

(41)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

29   

B. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

Pengumpuan data oleh masing-masing tim dilaksanakan selama ± 30 hari dengan

rincian: 5 hari pengumpulan data pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan dimulai

pada ekosistem hutan dekat pemukiman (5 hari), kemudian berturut-turut dilanjutkan pada

ekosistem hutan jauh pemukiman, non-hutan dekat pemukiman, non-hutan jauh pemukiman,

pantai dekat pemukiman, dan pantai jauh pemukiman. Rincian kegiatan pada masing-masing

ekosistem dijelaskan sebagai berikut

Hari Ke-1

Observasi tempat pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar

bersarang/istirahat (roosting), jalur terbang dan tempat mencari makan. Hari Ke-2

Observasi tempat pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar

bersarang/istirahat (roosting), jalur terbang dan tempat mencari makan. Hari Ke-3

1. Penangkapan Kelelawar

a. Pukul 13.00-17.00 (waktu setempat) ketua dan 6 orang anggota tim dibantu seluruh

tenaga lokal melakukan pemasangan jaring kelelawar menggunakan jaring kabut (mist net), perangkap harpa (harp trap), dan jaring tangan (hand net), kemudian melakukan pengambilan titik koordinat pemasangan jaring sesuai dengan Prosedur Penggunaan

GPS (Form TK.02).

b. Ketua tim melakukan koordinasi untuk pengambilan gel pack dan menyiapkan laboratorium lapangan

c. Pukul 19.00-22.00 (waktu setempat) setiap anggota tim dan tenaga lokal bergiliran

melakukan pengambilan sampel kelelawar yang terjerat setiap satu jam.

d. Satu orang anggota tim lainnya melakukan pengambilan/pengukuran parameter

lingkungan (suhu dan kelembaban) di setiap lokasi pemasangan jaring setiap satu jam

sesuai dengan Prosedur Pengukuran Parameter Lingkungan (Form K.3)

e. Pukul 20.00 pemrosesan kelelawar mulai dilakukan di laboratorium lapangan dimulai

hasil ekstraksi kelelawar jam 19.00.

f. Pemrosesan Kelelawar

1) Satu orang anggota tim mempersiapkan pelabelan kelelawar (Label Lapangan:

(42)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

30   

2) Dua orang anggota tim melakukan penimbangan dan anestesi kelelawar sesuai

Prosedur Anestesi

3) Satu orang anggota tim melakukan koleksi ektoparasit sesuai Prosedur

Pengambilan Koleksi Ektoparasit (Form K.04 bagian A koleksi spesimen I) dan

Form TK. 11

4) Dua orang anggota tim dengan arahan ketua tim melakukan pengambilan foto

sesuai Prosedur Dokumentasi, (Form K.04 bagian C pengambilan dokumentasi

spesimen) dan Form TK. 11 serta identifikasi kelelawar sesuai Prosedur Identifikasi

(Form K.04 bagian B identifikasi dan morfometri) dan Form TK. 11.

5) Satu orang anggota tim pengambilan swab trakea sesuai dengan Prosedur Swab Trakhea (Form K.04 bagian D koleksi spesimen II) dan Form TK. 11 serta

menyiapkan pengambilan spesimen bedah: punch sayap (Prosedur Pengambilan Punch Sayap, Form K.04 bagian D koleksi spesimen II) dan Form TK. 11.

6) Dilakukan pemilihan spesimen untuk membuat awetan basah bagi kelelawar yang

telah teridentifikasi sesuai Prosedur Pembuatan Awetan Basah (Form K.04 bagian

D koleksi spesimen II) oleh anggota tim yang bertugas melabel (Form K.04) dan

(Form TK. 11)

7) Satu orang anggota tim melakukan pengambilan darah Prosedur Pengambilan

Darah dan Serum (Form K.04 bagian A koleksi spesimen I) dan (Form TK. 11)

8) Semua kelelawar yang belum bisa diidentifikasi dibuat awetan basah tanpa dipilih

sesuai Prosedur Pembuatan Awetan Basah (Form K.04 bagian D koleksi spesimen

II) dan (Form TK. 11) Ketua tim mengkoordinasikan penyimpanan boks serum dan

swab trakhea kelelawar yang terkumpul didalam styrofoam yang telah berisi gel pack beku.

Hari ke-4

1. Melanjutkan pemrosesan kelelawar dari hasil penangkapan terakhir yaitu pukul 06.00.

2. Pengemasan jaring kabut dan perangkap harpa

3. Pengepakan spesimen tikus dan kelelawar

Spesimen tikus dan kelelawar dikemas sesuai Prosedur Pengepakan Spesimen, Form

Rekap dan Pengiriman Spesimen

4. Melakukan entry data, yaitu memindahkan data di formulir ke program entri.

(43)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

31   

Hari Ke-5

1. Ketua tim melakukan koordinasi penyelesaian administrasi

2. Ketua tim melakukan serah terima paket spesimen tikus dan kelelawar non awetan basah

kepada PJO Kabupaten untuk disimpan pada tempat penyimpanan sementara sesuai

(44)

Riset

Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan

Litbang Kesehatan

27

 

 

No Nama Kegiatan Rincian Kegiatan Rujukan Pedoman Kebutuhan Form Kebutuhan Stiker Hari ke‐1

A. Observasi

Observasi lapangan untuk pemasangan jaring  kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar 

bersarang V.3.F

Hari ke 2

A.  Observasi

Observasi lapangan untuk pemasangan jaring  kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar 

bersarang V.3.F

Hari ke‐3

A. 

Penangkapan kelelawar

1. Melakukan pemasangan jaring kabut dan 

perangkap harpa IV Form K.01 Stiker wilayah

2. Pengambilan titik koordinat tempat  pemasangan jaring kabut dan perangkap 

harpa V.3.F Form TK.02

3. Pengambilan data lingkungan V.3.G Form K.03 4. Melakukan koordinasi untuk pengambilan 

gel pack dan menyiapkan laboratorium 

lapangan V.3.E

5. Melakukan pengambilan sampel kelelawar 

yang terjerat setiap jam V.3.F Label lapangan

6. Pukul 19.00 prosesing kelelawar mulai 

dilakukan di laboratorium lapangan V.3.H ‐ V.3.Q

Stiker wilayah, stiker  koleksi, label kelelawar

(45)

Riset

Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan

Litbang Kesehatan

 

28

 

 

B.  Prosesing kelelawar 1. Penimbangan dan anestesi kelelawar  V.3.K dan V.3.H 2. Pelabelan kelelawar V.3.P

3. Pengambilan ektoparasit V.3.I Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

4. Morfometri dan identifikasi spesimen V.3.K Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

5. Pengambilan dokumentasi dan identifikasi 

kelelawar V.3.J Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

6. Pengambilanswab trakhea V.3.L Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

7. Pengambilan spesimen punchsayap V.3.M Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

8. Pengambilan darah V.3.O Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

9. Pemilahan spesimen awetan basah dan 

pelepasan kelelawar V.3.N dan V.3.P Form K.04 dan TK.11

Stiker wilayah, stiker  koleksi

10. Penyimpanan serum dan swab trakhea di  lemari pendingin sementara

Hari ke‐4

A. Prosesing kelelawar Melanjutkan prosesing kelelawar V.3.H ‐ V.3.Q Form K.04 dan TK.11 Stiker wilayah, stiker  koleksi, label kelelawar

B.  Pengemasan alat survei  Mengemas jaring kabut dan perangkap harpa

C.  Enti data Melakukan input data Pedoman mandat

D. Validasi internal Mengecek kelengkapan kegiatan dan alat 

bahan Form TK.06 dan TK.07

Hari ke‐5

A.  Penyelesaian administrasi Ketua tim melakukan koordinasi  penyelesaian administrasi

(46)
(47)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

30   

BAB VI. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta mengetahui alat dan bahan yang digunakan saat pengumpulan data

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Peserta dapat menggunakan alat dan bahan yang dipakai saat pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data reservoir didukung alat dan bahan, tabel 2 berisi alat dan bahan serta fungsi/kegunaannya. Pengenalan alat dan bahan pengumpulan data reservoir menjadi pendukung penegakkan SOP sehingga data dikoleksi dapat dipertanggungjawabkan.

Tabel 2. Alat dan bahan pengumpulan data kelelawar 

No. Alat Bentuk kemasan Kegunaan

1 Alkohol 70%

Larutan untuk desinfeksi (meja, alat dan tangan), merendam ginjal dan ektoparasit

2 Aquadest Larutan untuk pengenceran

formalin

3 Baterai Alkaline A3 Pengganti baterai head lamp

4 Benang kasur

(48)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

31   

5 Bendera Bakti Husada

Tanda kegiatan Riset khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

6 Biopsy Punches Alat untuk mengambil sampel

jaringan sayap kelelawar

7 Canoe drum 30 liter Penyimpanan awetan basah

kelelawar berisi formalin 10%

8

Cardboard cryokardus 81 well

(untuk serum)

Digunakan untuk menampung sampel serum

9 Cool box 30 liter Alat untuk membawa bahan

laboratorium

10 Cool box 72 liter Alat untuk membawa bahan

laboratorium

11 Cryovial tube Tabung untuk menampung

serum

(49)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

32   

13 Dissecting kits

Digunakan untuk membedah kelelawar sebelum disuntik formalin

14 ember plastik (20lt)

Untuk menampung rendaman awetan kelelawar yang sudah disuntik formalin

15 Etanol absolut 2.5 liter

Etanol untuk merendam jaringan punch sayap

16 Forceps 30 cm

Untuk membantu pencelupan awetan basak kelelawar ke dalam ember berisi larutan formalin 10%

17 Formalin 37% Larutan untuk pengawetan

kelelawar

18 Gel pack

Sebagai pendingin spesimen serum dan swab, diletakkan di dalam kardusStyrofoam

19 GPS

alat untuk melakukan penentuan koordinat titik di enam

(50)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

33   

20 HT

Sebagai alat komunikasi anggota tim dengan basecamp saat pengambilan kelelawar dari jaring kabut/harpa

21 Head lamp

Sebagai alat penerangan saat pengambilan kelelawar dari jaring kabut/harpa

22 Isoflurane Anestesi inhalasi untuk

kelelawar kecil.

23 Jangka sorong digital

Alat untuk pengukuran bagian tubuh kelelawar.

24 Jaring harpa

Alat yang digunakan untuk menangkap kelelawar microchiroptera

25 Jaring Kabut

(51)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

Alat yang digunakan untuk menangkap kelelawar microchiroptera dan megachiroptera

27 Jarum 18G

Jarum yang dipasang pada syringe 20 ml untuk menyuntik formalin pada awetan kelelawar.

28 Jarum 26G

Untuk menusuk vena bracial pada saat pengambilan darah kelelawar dengan berat badan ≤ 100 gram

29

Jas lab

Jas sebagai alat pelindung diri yang digunakan pengumpul data pada saat pemrosesan kelelawar di laboratorium lapangan.

30 Kacamata (goggles)

Alat pelindung mata dari bahan infeksius dan bahan kimia saat bekerja di laboratorium

lapangan

31 Kain kasa

Digunakan sebagai

pembungkus awetan basah kelelawar ketika akan dikirim menggunakan canoe drum.

32 Kamera DSLR

Untuk memotret bagian-bagian tubuh kelelawar, habitat dan membuat video

33 Kantong plastik hitam

(52)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan pemrosesan di laboratorium lapangan

35 Kapas bulat

 

Kapas untuk anestesi (diberi isoflurane) dan desinfeksi meja prosesing (dibasahi dengan

Kardus yang digunakan untuk pengepakan ektoparasit dan punch sayap.

37 Kardus + Styrofoam box

Kardus untuk mengirim sampel serum dan swab trakhea.

38 Ketamin 50 ml Anestesi injeksi pada kelelawar,

dicampur bersama xylazin.

39 Kursi lipat Kursi yang digunakan di

laboratorium lapangan

40 Label lapangan

(53)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan

Label yang dimasukkan dalam botol ektoparasit bertuliskan identitas tikus

42 Label kertas kalkir

Label yang berisi keterangan tentang kelelawar yang dijadikan spesimen awetan basah dan diikat di kaki kanan.

43 Lakban coklat Lakban untuk menutup kardus

paket.

44 Lakban putih 5 cm

Digunakan untuk merekatkan paket pengiriman dan melapisi stiker pengiriman.

45 Lampu emergency membantu penerangan saat

prosesing kelelawar

46 Lup

Alat untuk membantu melihat ektoparasit kelelawar yang berukuran kecil

47 Map binder plastic Map untuk menyatukan

formulir-formulir dalam 1 titik ekosistem.

(54)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

37   

48 Masker tali

Alat pelindung diri bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di laboratorium lapangan.

49 Masker 7502 + filter 6005

Melindungi bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di laboratorium lapangan, terutama pada saat pembuatan awetan basah.

50 Meja lipat (80 x 8120 cm)

Meja yang digunakan di laboratorium lapangan

51 Meteran Jahit Untuk mengukur panjang

bentang sayap kelelawar

52 Mikropipet

 

(55)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

38   

54 Nampan plastic

Nampan untuk meletakkan kelelawar yang akan dibedah

55 Parafilm Bahan untuk melapisi/menyegel

vial tube spesimen.

56 Parang Memotong semak/ranting kayu

saat di ekosistem hutan/pantai

57 Pelindung kepala

Alat pelindung kepala dan rambut dari percikan bahan infeksius dan bahan kimia, saat bekerja di laboratorium lapangan

58 Pencetak label Dimo

Alat pencetak huruf dan angka pada pita Dimo dengan hasil cetakan timbul

59 Permanent marker

(56)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

39   

60 Pita dymo Pita untuk memberi label pada

kelelawar tertangkap.

61 Pinset ujung lancip-lancip

Alat untuk mengambil ektoparasit

62 Pinset ujung tumpul Untuk mengambil ektoparasit

63 Pipet pasteur

Pipet untuk mengambil serum setelah di sentrifuge

64 Pipet plastic

Pipet untuk mengambil alkohol yang akan di letakkan pada tabung

(57)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

40   

66 Plastik biohazard Plastik untuk menampung

limbah infeksius.

67 Plastik klip

plastik untuk membungkus spesimen punch sayap dan kardus serum pada saat pengiriman.

68 Plastik tebal ukuran folio.

plastik untuk melapisi form pengiriman

69 Perforator

Alat untuk melubangi pita dymo dan kuesioner yang akan dimasukkan dalam binder plastik.

70 Rak tabung reaksi Rak untuk meletakkan

vacutainer.

71 Rak vial tube

(58)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

41   

72 Sarung tangan nitril

Melindungi tangan dari bahan infeksius saat bekerja di laboratorium lapangan

73 Sarung tangan kulit

Melindungi tangan dari gigitan kelelawar saat pelepasan kelelawar dari jaring kabut/harpa

74 Scalpel ujung tombak

Alat untuk mengambil ektoparasit yang jatuh di nampan plastik

75 Sekop besar Alat untuk mengubur limbah

karkas kelelawar.

76 Sepatu boot Pelindung kaki saat berjalan di

lokasi pemasangan perangkap.

77 Sharp safety box Tempat untuk menampung

(59)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

42   

78 Sikat gigi

Alat untuk menyikat bulu kelelawar untuk mengoleksi ektoparasit.

80 Spidol permanen besar

Spidol untuk menulis alamat pengiriman pada kardus

81 Spryer

Alat menyemprotkan alkohol untuk desinfeksi meja, alat laboratorium maupun tangan

82 Spuit 1 cc Alat untuk menyuntikkan

anestesi

83 Spuit 20 cc

Syringe untuk menampung formalin yang akan disuntikkan organ tikus yang akan

diawetkan

84 Spuit 3 cc Alat untuk mengambil darah

(60)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

43   

85 Staples besar dan

isi Untuk merekatkan kuesioner

86 Stiker bakti husada stiker yang ditempel pada

kardus sebagai identitas paket.

87 Stiker Fragile

Stiker yang ditempel pada kardus supaya dalam proses pengiriman kardus tidak dibanting

88 Stiker jangan dibalik (panah atas)

Stiker yang ditempel pada kardus supaya dalam proses pengiriman kardus tidak di bolak balik

89 Stiker penerima

stiker alamat B2P2VRP yang ditempel pada bagian atas kardus spesimen yang akan dikirim

90 Stiker pengirim

(61)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

44   

91 Stiker rikhus (logo) stiker yang ditempel pada

kardus sebagai identitas paket.

92 Swab VTM Bahan yang digunakan untuk melakukan swab trakea pada

kelelawar

93 Swab Puritan Alat yang digunakan untuk melakukan swab trakea pada

microchiroptera secara aseptis

94 Tabung duran 250 ml

Tabung untuk menyimpan larutan PBS

95 Tabung duran 500 ml

Tabung untuk menyimpan larutan ethanol absolut

96 Tabung kaca

(62)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan pemasangan jaring kabut dan jaring harpa

98 Taplak plastik meja pemrosesan

Taplak untuk melapisi meja yang digunakan pada laboratorium lapangan

99 Tas Kamera Tempat pelindung kamera saat

tidak digunakan

100 Tip 200 µl

Digunakan bersama-sama dengan mikropipet untuk memindahkan serum dari venoject ke tabung cryovial.

101 Tea Ball

Tempat meletakkan kapas yang sudah dibasahi dengan

isoflurane (anestesi kelelawar secara inhalasi)

102 Tempat kapas alcohol

(63)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

46   

103 Tenda doom kapasitas 4 orang

Tenda untuk tidur dilapangan saat lokasi jauh dari pemukiman penduduk

104 Tenda pemrosesan

Tenda yang digunakan untuk pembuatan laboratorium lapangan di lokasi jauh dari pemukiman.

105 Terpal Pelindung tenda laboratorium

lapangan

106 Thermohigrometer

Alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.

107 Thermometer digital

Alat untuk memantau suhu saat pengiriman paket cold chain.

108 Timbangan digital Alat untuk menimbang berat

(64)

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan  

47   

109 Tisue gulung

Tissue untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan

110 Tissue towel

Tissue untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan

111 Vacutainer

Tabung untuk menampung darah sebelum di sentrifuge

112 Vial Tube 1,5 ml Tabung untuk koleksi punch

sayap kelelawar.

113 Xylazin 50 ml Bahan kimia untuk anestesi

kelelawar.

114 Zipper map Alat untuk membantu anestesi

Gambar

Gambar 1: Kelengkapan perangkat GPS
Gambar 3: Jenis baterai.
Gambar 7: Pengoperasian pengaturan GPS.
Gambar 8: Location services.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila berkurangnya permintaan uang kuasi maka likuiditas lembaga keuangan (perbankan) rendah, sehingga tidak mampu memenuhi transaksi jangka pendek dan

Ragam kerajinan lainnya yang ada di lantai ini adalah gantungan pintu, barang-barang antik, keris, patung Suro dan Boyo dan wayang-wayangan Jawa Timuran, ukir-ukiran cantik dari

Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan ( Scorodocarpus borneensis Becc).. Beserta perangkat yang

Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal 16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga. • Bunga = ([Z] – [Y]) x 2%

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TIDUNG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA Alamat : Jl.. Tanah

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang Dana APBD Kota Padang Panjang Tahun Anggaran 2012. NAMA JABATAN

pasarkannya.Hubungan yang baik antara perusahaan dengan konsumennya akan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Masyarakat yang menggunakan barang hasil

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa Bapak IK menanamkan prinsip ibadah sebagai salah satu bentuk SOP dari Allah. Bapak IK beribadah menggunakan prinsip “matematika