Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
i
PEDOM AN
PEN GU M PU LAN DAT A
RESERV OI R (K ELELAWAR)
DI LAPAN GAN
RI SET K H U SU S
V EK T OR DAN RESERV OI R PEN Y AK I T
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
ii
ISBN 978-602-373-011-7
Pedoman Pengumpulan Data Reserrvoir (kelelawar) di Lapangan Ukuran 210 x 297 mm, 177 hal
Cetakan Pertama: 2015
Hak Cipta dilindungi Undang Undang
Diterbitkan oleh:
Lembaga Penerbit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Anggota IKAPI No. 468/DKXI/2013
Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telp: 021 4261008 ext. 223; Fax. 021 4243933
Email: LPB@litbang.depkes.go.id; Website: www.litbang.depkes.go.id
Didistribusikan oleh:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Copyright @ 2015 pada Lembaga Penerbit Balitbangkes, Jakarta
Sanksi Pelanggaran Undang Undang Hak Cipta 2002
1. Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak RP. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Penanggung jawab:
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Tim Teknis Reservoir:
Dr. Ristiyanto, M.Kes
Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE
DR. Vivi Lisdawati, M. Si, A.pt
Arief Mulyono, S.Si, M.Sc
Farida Dwi Handayani, S.Si, MS.
drh. Tika Fiona Sari, M.Sc
drh. Dimas Bagus Wicaksono Putro
drh. Ayu Pradipta Pratiwi
drh.Aryo Ardanto
Arum Sih Joharina, S.Si
Esti Rahardianingtyas, S.Si
Ir. Maharadatun Kamsi, M.Sc (LIPI) Sigit
Wiantoro, S.Si, M.Sc (LIPI)
drh. Indrawati Sendow, M.Sc (Balitvet Bogor) Dr.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
v
KATA PENGANTAR
Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) dengan tujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik yang baru ataupun muncul kembali, di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah pengumpulan data dan spesimen di lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku.
Pengumpulan spesimen vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data spesimen hasil riset dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan spesimen vektor dan reservoir penyakit di lapangan.
Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora, maka telah disusun buku pedoman teknis untuk koleksi data dan spesimen vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Daftar Tabel ... VIII
Daftar Gambar ... IX
Daftar Lampiran ... XI
Bab I. Pendahuluan ... 1
Bab II. Pengorganisasian Lapangan ... 5
Bab IV, Panduan Penggunaan Gps (Global Positioning System) ... 13
Bab V. Pengumpulan Data Reservoir (Kelelawar) ... 27
Bab VI. Pengenalan Alat Dan Bahan ... 30
Bab VII. Laboratorium Lapangan ... 48
Bab VIII. Keselamatan Hayati ... 52
Bab IX. Prosedur Penangkapan Kelelawar ... 57
Bab X. Prosedur Pengukuran Parameter Lingkungan ... 68
Bab XI. Prosedur Anestesi Kelelawar ... 70
Bab XII. Prosedur Koleksi Ektoparasit ... 74
Bab XIII. Prosedur Dokumentasi Sampel ... 76
Bab XIV. Prosedur Identifikasi Kelelawar ... 80
Bab XV. Prosedur Swab Trakhea ... 86
Bab XVI. Prosedur Pengambilan Punch Sayap ... 88
Bab XVII. Prosedur Pelepasan Kelelawar ... 90
Bab XVIII. Prosedur Koleksi Darah Dan Serum Kelelawar ... 92
Bab XIX. Prosedur Pembuatan Awetan Basah ... 96
Bab XX. Prosedur Penanganan Limbah ... 87
Bab XXI. Prosedur Pengepakan Dan Pengiriman Spesimen ... 91
Bab XXII. Pedoman Pengisian Formulir ... 99
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
viii
DAFTAR TABEL
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Bagian : GPS... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3: Jenis baterai. ...
Error! Bookmark not defined.
Gambar 4: Bagian penutup baterai. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5: Bagian penutup baterai ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6: Pengoperasian GPS. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 7: Pengaturan GPS ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9: Deteksi sinyal satelit ...
Error! Bookmark not defined.
Gambar 10: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS .
Error! Bookmark
not defined.
Gambar 11: Form TK.02. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 12: Tampilan software basecamp
.
... Error! Bookmark not defined.
Gambar 13: Tampilan menu receive from device. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 14: Tampilan select device montera
.
...
Error! Bookmark not defined.
Gambar 15: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp
.
Error! Bookmark not defined.
Gambar 16: Tampilan
export
data di basecamp
.
... Error! Bookmark not defined.
Gambar 17: Tampilan penyimpanan data GPS. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. Alur Pengumpulan Data Reservoir ... 28
Gambar 19. Persiapan laboratorium lapangan... 49
Gambar 20 . Bagan penataan nampan di meja pada laboratorium lapangan untuk
pemrosesan kelelawar ... 50
Gambar 21. Cara menutup syringe yang telah digunakan ... 53
Gambar 22. Cara memasang mist net dengan tiang bambu ... 60
Gambar 23. Cara memasang mist net pada pohon disekitar lintasan kelelawar ... 61
Gambar 24. Cara memasang perangkap harpa (harp trap) ... 62
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
x
Gambar 26. Cara melepas mist net ... 65
Gambar 27. Tea ball (A) dan kelelawar microcheroptera dalam kantong zipper (B) .. 71
Gambar 28. Pembiusan kelelawar dengan ketamine dan xylazine ... 72
Gambar 29. Koleksi ektoparasit pada kelelawar ... 75
Gambar 30 Dokumentasi foto bagian bagian kelelawar ... 77
Gambar 31. Dokumentasi habitat kelelawar ... 78
Gambar 32. Morfologi
microchiroptera
... 80
Gambar 33 Morfologi
megachiroptera
... 81
Gambar 34. Morfologi ekor hidung dan telinga microchiroptera ... 82
Gambar 35. Pengambilan
Swab
Trakea
11... 87
Gambar 36. Pengambilan
Wing Punch
... 89
Gambar 37. Pelepasan kelelawar ... 91
Gambar 38. Pengambilan darah pada kelelawar dengan berat badan > 100 gram .... 94
Gambar 39. Pengambilan darah pada kelelawar terpilih sebagai awetan basah
(intracardial). ... 95
Gambar 40. Pelabelan spesimen awetan basah ... 85
Gambar 41. Kantong plastik hitam, biohazard bag, dan sharp safety box ...
Error!
Bookmark not defined.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1. . Form Ekositem ... 123
Lampiran 2. Form Koordinat GPS Perangkap ... 124
Lampiran 3. Form Lokasi Penangkapan Kelelawar ... 125
Lampiran 4. Form Koleksi Kelelawar ... 127
Lampiran 5. Form Pengiriman Spesimen ... 129
Lampiran 6. Form Check list Kegiatan ... 130
Lampiran 7. Form Check list Alat dan Bahan ... 131
Lampiran 8. Form Berita cara Serah Terima Limbah ... 135
Lampiran 9. Form Berita Acara Pemusnahan Limbah ... 136
Lampiran 10. Berita Acara Serah Terima Spesimen ... 137
Lampiran 11. Form Spesimen ... 138
Lampiran 12. Kunci Identifikasi Kelelawar……….. 151
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
xii
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu
riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (B2P2VRP).
Rikhus Vektora adalah suatu kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran
vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar
dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.
1. Latar belakang:
a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat
tinggi;
b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis
(pertemuan wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;
c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional;
d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap
Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara
berkesinambungan yang dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai tahun 2015
sampai dengan 2018.
2. Tujuan Umum riset khusus vektor dan reservoir penyakit adalah:
melakukan pemuktahiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional sebagai
dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik jenis penyakit infeksi baru maupun
yang muncul kembali) di Indonesia
3. Tujuan khusus riset adalah:
a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit;
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
2
c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan
yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar;
d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir
baru/belum terlaporkan;
e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir penyakit;
f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir
berbasis ekosistem
4. Manfaat riset adalah :
a. Bagi para pemangku kebijakan, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang
diperoleh sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program pengendalian penyakit tular
vektor dan reservoir (zoonosis) di Indonesia;
b. Bagi masyarakat, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh sebagai
dasar pemahaman tentang vektor dan reservoir penyakit serta meningkatkan peran
sertanya pada kegiatan penanggulangan/pengendalian di lingkungan;
c. Bagi kalangan ilmiah, dapat memanfaatkan dan menggunakan data koleksi spesimen
(sampel tersimpan maupun informasi biodiversitas terbaharukan), sebagai dasar
penelitian dan pengembangan berbagai produk inovasi (misal: kit diagnostik, vaksin dan
obat) terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru
maupun yang muncul kembali) di Indonesia.
5. Prinsip Rikhus Vektora:
a. Merupakan survei bertaraf nasional
b. Menggunakan unit pengumpulan data berupa ekosistem per provinsi
c. Mencakup data spesies dan patogen untuk penyakit tular vektor dan reservoir (baik
yang lama maupun yang baru ditemukan), peta sebarannya serta model dan metode
penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem lokal
d. Besar sampel mencakup data primer (penangkapan nyamuk1, penangkapan tikus dan
penangkapan kelelawar2; sebagian sampel dijadikan spesimen koleksi referensi/awetan)
dan data sekunder (endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data pengendalian
penyakit tular vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian
lokal)
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
3
Pengumpulan data vektor (nyamuk), reservoir (tikus dan kelelawar) serta data
sekunder pada Rikhus Vektora 2015 – 2018 bertujuan untuk melengkapi data primer terkait
penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir di Indonesia. Pemeriksaan
laboratorium juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data di lapangan, yang akan
mewakili tingkat provinsi secara nasional pada akhirnya, serta mencakup ekosistem hutan,
non-hutan serta pantai di lokasi yang dekat dengan pemukiman serta yang jauh dari
pemukiman penduduk.
Data reservoir (kelelawar) dikumpulkan meliputi (a) data spesies dan habitat
kelelawar; (b) peta sebaran, potensi reservoir penyakit (kelelawar) baru/belum terlaporkan
beserta jenis patogen; (c) sampel tersimpan; serta (d) data sekunder penanggulangan
penyakit tular reservoir (kelelawar). Data reservoir yang akan dikumpulkan ini sangat
penting karena merupakan pemuktahiran data yang sahih untuk dikaitkan dengan data
penanggulangan penyakit tular reservoir (kelelawar) di masyarakat yang akan diperoleh
dengan metode observasional diskriptif menggunakan rancangan studi potong lintang
(cross sectional study).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangat perlu disusun Pedoman dengan
tujuan membantu tenaga pengumpul data memahami :
a. Mekanisme pengambilan sampel kelelawar sesuai Pedoman Operasional Baku
(POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;
b. Mekanisme identifikasi sampel kelelawar sesuai Pedoman Operasional Baku
(POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;
c. Mekanisme pengambilan spesimen serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar sesuai Pedoman
Operasional Baku (POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.
d. Cara-cara penyimpanan spesimen serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar sesuai Pedoman
Operasional Baku (POB)/Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.
e. Cara-cara pengemasan sampel dan spesimen kelelawar sesuai POB yang telah
ditetapkan;
f. Cara-cara pengiriman sampel dan spesimen kelelawar sesuai POB yang telah
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
4
Jenis sampel dan spesimen untuk data kelelawar pada Rikhus Vektora
2015-2018 berupa: serum, swab trakhea, ektoparasit, punch sayap, serta pemilihan
spesimen untuk pembuatan awetan basah kelelawar.
Identifikasi sampel dan pemeriksaan spesimen dilaksanakan di laboratorium
lapangan di daerah, yaitu sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dijadikan
laboratorium lapangan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), desa atau wilayah
dusun setempat.
Pemeriksaan yang langsung dilaksanakan pada tahun 2015-2018 di laboratorium
lapangan adalah identifikasi spesimen kelelawar. Pemeriksaan yang akan dilaksanakan di
laboratorium B2P2VRP, Badan Litbangkes, pada tahun berjalan adalah pemeriksaan
Nipahvirus, Lyssavirus dan Japanese enchepalitis. Sementara untuk pemeriksaan
analisis lanjut akan dilaksanakan pada tahun selanjutnya setelah pelaksanaan riset di
suatu provinsi selesai dilaksanakan.
Secara lebih rinci, metode koleksi dan jenis pemeriksaan laboratorium untuk
sampel kelelawar yang dilakukan di laboratorium lapangan meliputi:
a. Koleksi kelelawar menurut CDC (1995)1;
b. Identifikasi spesies kelelawar secara morfologis;
c. Pembuatan spesimen kelelawar untuk koleksi referensi reservoir penyakit
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
5
BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN
Kegiatan riset khusus vektor dan reservoir penyakit memerlukan pengorganisasian
lapangan pada saat melakukan survei di lapangan. Pengorganisasian perlu dilakukan agar
pelaksanaan kegiatan mulai survei pendahuluan, koordinasi, perijinan dan pengumpulan data
dapat terlaksana dengan baik dan dapat diperoleh data sesuai dengan yang diharapkan.
Setiap anggota tim perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan. Kompetensi tersebut antara lain kemampuan bekerjasama dalam kelompok, saling
memahami dan menghargai tugas pokok masing-masing dalam tim.
Pengorganisasian dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit disusun
berdasarkan objek yang disurvei, yaitu tim vektor, tim reservoir dan tim data sekunder.
A. Tim survei
Tim survey terdiri atas:
1. Koordinator Provinsi
Koordinator provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan di provinsi setempat.
2. Koordinator Lapangan Provinsi
Koordinator lapangan provinsi adalah Kepala Balai/Loka Litbangkes.
3. Penanggung Jawab Operasional Kabupaten
Penanggung jawab operasional (PJO) Kabupaten adalah petugas yang ditunjuk oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang menangani bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit.
B. Tim koleksi data reservoir
1.
Tim koleksi data reservoir terdiri dari :a. Koordinator teknis : 1 orang senior mamalogis/B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes
b. Satu (1) orang staf teknis dari B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes
c. Satu (1) orang staf teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes setempat
d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1
Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII
Kesehatan Hewan dan/atau memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)
e. Enam (6) orang terdiri dari 5 tenaga lokal penangkap tikus dan kelelawar, dan 1 orang
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
6
2.
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota adalah sebagai berikut :a. Koordinator teknis
Tugas dari koordinator teknis adalah mengkoordinir seluruh anggota tim dalam
melakukan koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, handling spesimen dari lapangan ke B2P2VRP, serta berkoordinasi dengan PJO untuk pemusnahan limbah.
Koordinator teknis dipilih dari tenaga mamalogis yang berasal dari Balai/Loka
Litbangkes maupun tenaga independen yang telah berpengalaman dan menguasai
survei tikus dan kelelawar. Koordinator teknis juga diharapkan telah berpengalaman di
dalam penanganansampel dan spesimen, serta analisis habitat.
b. Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes
Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes bertugas untuk mendukung tugas
koordinator teknis dalam pelaksanaan survei tikus dan kelelawar, pengambilan
spesimen dan analisis habitat. Tenaga teknis adalah seseorang yang telah
menguasai survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan manajemen rantai
dingin.
c. Tenaga teknis dari Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota
Tugas dari tenaga teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota
adalah membantu tim reservoir dalam melakukan seluruh kegiatan teknis di lapangan
dan sebagai tenaga yang membantu perijinan dan pendekatan ke masyarakat di lokasi
studi.
d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1
Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII
Kesehatan Hewan dan/atau memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)
Tugas dan tanggung jawabnya adalah bertugas secara penuh dalam koleksi
tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, manajemen rantai dingin, dan identifikasi.
Tenaga tenaga pengumpul data adalah tenaga yang direkrut dari mahasiswa tingkat
akhir atau mahasiswa yang baru lulus berasal dari bidang ilmu Biologi, Kedokteran
Hewan, Kesehatan Lingkungan. Tenaga tenaga pengumpul data dapat juga berasal dari
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
7
e. Lima (5) orang tenaga penangkap tikus dan kelelawar
Tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu pemasangan perangkap dan
pemanenan tikus maupun kelelawar.
f. Satu (1) orang tenaga Puskesmas
Tugas dan tanggung jawabnya adalah membawa dan menitipkan sampel dari
lapangan ke fasilitas kesehatan yang memiliki lemari pendingin serta membantu
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
9
BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA
A. Definisi Ekologi, Ekosistem dan Habitat
1. Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup
(organisme dan sesamanya) dengan lingkungannya16,17
2. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi (satuan sistem ekologi) yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya17,18
3. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup18.
4. Pantai merupakan tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh laut masih dirasakan.6 Definisi pantai yang dimaksud dalam Rikhus Vektora adalah
batas pantai yang diambil berdasarkan data dari Land System of Indonesia and New Guinea yang dikeluarkan oleh RePPProT (The Regional Physical Planning Programme for Transmigration) Badan Informasi Geospasial. (http://databasin.org/datasets/ eb74fe29b6fb49d0a6831498b0121c99).
5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan19; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan
pepohonan yang tingginya lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau
pohon dapat mencapai ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang
sebagian besar digunakan untuk pertanian atau pemukiman20.
B. Kriteria Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel atau sampling area, dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit, diharapkan dapat mewakili beberapa ekosistem dengan beberapa tipe habitat
nyamuk, tikus dan kelelawar di daerah studi. Pemilihan lokasi diharapkan juga dapat
mewakili endemisitas penyakit tular vektor dan reservoir. Kawasan yang mewakili tiga
kelompok ekosistem adalah:
1. Ekosistem hutan
Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di daratan. Hutan
merupakan tempat tinggal bagi tumbuhan dan juga hewan. Di wilayah ekosistem hutan,
beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat
pemukiman di pinggir atau di sekitar hutan. Namun demikian ada pula wilayah yang
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
10
Hutan jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016.
Dalam riset ini, kriteria hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.
2. Ekosistem non-hutan
Ekosistem non-hutan merupakan kelompok ekosistem di antara hutan dan
pantai/pesisir. Ekosistem ini dapat berupa perkebunan, pekarangan rumah/ pemukiman,
sawah, ladang, belukar, maupun kebun monokultur, dsb. Di wilayah ekosistem
non-hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya
membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar ekosistem non-hutan, misalnya petani
kebun. Mereka rata-rata membuat perkampungan terletak di sekitar kebun tempat
mereka mencari nafkah. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh
manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan
jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam
riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.
3. Ekosistem pantai/pesisir
Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah
perbatasan antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen,
yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan
hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari
gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya.
Salah satu contoh ekosistem ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan berbagai macam hewan yang hidup di dalamnya.
Apabila tidak memungkinkan melakukan pengumpulan data di salah satu
ekosistem, maka dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan
penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah
ekosistem pantai penduduk di wilayah tersebut membuat pemukiman di pinggir atau di
sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia,
ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan pantai jauh pemukiman
ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
11
C. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan berdasarkan stratifikasi geografis dan ekosistem. Pengambilan sampel dilakukan di titik terpilih yang mewakili 3 tipe
ekosistem (hutan, non-hutan dan pantai), baik yang jauh maupun dekat dengan pemukiman.
Pengambilan sampel akan dilakukan di 6 titik di setiap kabupaten terpilih yaitu :
1. Hutan yang dekat dengan pemukiman (HDP)
2. Hutan yang jauh dari pemukiman (HJP)
3. Non-hutan yang dekat dengan pemukiman (NHDP)
4. Non-hutan yang jauh dari pemukiman (NHJP)
5. Pantai yang dekat dengan pemukiman (PDP)
6. Pantai yang jauh dari pemukiman (PJP)
Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Wilayah (provinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki
dugaan kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir
2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk, seperti
adanya rawa, kolam ikan tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.
3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan
4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan riset
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
13
BAB IV, PANDUAN PENGGUNAAN GPS
(GLOBAL POSITIONING SYSTEM)
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta memahami pengoperasionalan dan penggunaan GPS
Tujuan Pembelajaran Khusus:
1. Peserta dapat mengoperasikan GPS dengan benar
2. Peserta dapat mengambil titik koordinat dengan benar
3. Peserta dapat mengambil foto dan video dengan benar
4. Peserta dapat mentransfer data dari GPS dengan benar
GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan
persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada
habitat sampel vektor dan reservoir diambil. GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra.
GPS Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem Operasi
perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun sebagai GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk untuk kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain
Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda state-of-the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV built-in, Wi-Fi, Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain. Seluruh fitur dikemas dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan oleh pemula maupun surveyor berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat
tepat digunakan untuk rikhus vektora.
Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS
mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS.
Setelah pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
14
A. PENJELASAN UMUM
1. Kelengkapan1 Unit GPS Monterra
Gambar 1: Kelengkapan perangkat GPS
2. Bagian – Bagian GPS
Tampilan Bagian Depan: Tampilan Bagian Belakang:
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
15
Baterai
GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.
a. Cara memasang baterai rechargable lithium-ion:
1) Putar ring berlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 5).
2) Cari kontak logam baterai lithium – ion.
3) Masukkan baterai ke dalam kompartemen. 4) Tekan baterai ke tempatnya.
5) Tutup kembali penutup baterai (ring) dan putar searah jarum jam.
6) Catatan baterai rechargeble lithium dapat di-charge pada kisaran suhu 0oC-50oC.
Gambar 4: Bagian penutup baterai.
b. Cara memasang baterai AA:
1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 6).
2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang
ditunjukkan pada gambar di belakang alat, dan
jangan sampai terbalik.
Baterai rechargable lithium-ion Baterai Alkaline
B
Gambar 3: Jenis baterai.
A
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
16
3. Langkah Pengoperasian
Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah
mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:
a. Tekan tombol power.
b. Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.
c.
Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser ataumenutup tampilan.
d. Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan
menggunakan kedua jari tangan.
e. Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya.
f.
Sentuh icon untuk kembali ke layar awal.g. Sentuh
icon untuk mengatur sistem. Gambar 6: Pengoperasian GPS.4. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali sebelum GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)
a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas. b. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7)
Gambar 7: Pengoperasian pengaturan GPS.
c. Pilih icon unit.
1) Ubah bagian unit GPS dibawah ini:
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
17
d. Pilih position format.
1) Ubah positin format : hddd°mm’ss.s’’ 2) Map Datum : WGS 84
e. Pilih Location services, lalu centang semua pilihan yang ada
f. Kembali ke menu utama. g. Pilih icon satelit.
5. Langkah kalibrasi GPS
Kalibrasi GPS dilakukan setiap pergantian ekosistemagar koordinat yang diambil lebih akurat.
a. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7) b. Pilih Heading.
c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading. d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.
e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.
f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak
anda perlu mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi.
B. TEKNIS PENGAMBILAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP KELELAWAR
1. Pasang semua Jaring Kabut (6 Jaring Kabut).
2. Jika pemasangan jaring kabut tanpa jarak diambil satu ( 1 ) koordinat.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
18
Gambar 9: Pengambilan titik koordinat di lokasi perangkap kelelawar
4. Pengambilan titik pada HAND NET dilakukan ketika mendapatkan kelelawar
Catatan:
Pengambilan titik koordinat pada HAND NET ketika HAND NET mendapatkan
kelelawar pada lokasi tersebut.
C. LANGKAH MENENTUKAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP TIKUS
(Sebelum penentuan titik koordinat, pastikan langkah pengaturan setting seperti butir A.5 sudah dilakukan)
1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit
dalam kondisi stabil. Semakin banyak satelit terdeteksi maka
semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.
Gambar 10: Deteksi sinyal satelit.
2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi pemasangan jaring kelelawar.
GPS dimatikan setelah pemasangan jaring kelelawar pada hari itu sudah selesai.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
19
Catatan:
Sebelum pengambilan titik koordinat, WAJIB berhenti sejenak untuk
mendapatkan koordinat yang lebih akurat (Metode Stop and Go).
4. Pilih menu edit:
a. Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan kode ekosistem/site (cth: HDP,HJP,NHDP dll).
Simbol untuk kode ekosistem sebagai berikut :
HDP ( Hutan Dekat Pemukiman ) HJP ( Hutan Jauh Pemukiman ) NHDP ( Non Hutan Dekat Pemukiman) NHJP ( Non Hutan Jauh Pemukiman ) PDP ( Pantai Dekat Pemukiman ) PJP ( Pantai Jauh Pemukiman )
Contoh pemakaian simbol:
Gambar 11: Pemakaian simbol di GPS
b. Ganti nama yang ada di GPS dengan nomor jaring/perangkap kelelawar (contoh: HDP-001, arti kode: HDP = Kode Ekosistem, 001 = Jaring Kabut 1).
Jika Jaring Kabut dipasang seri atau paralel maka penamaan sebagai berikut: ( Contoh: HDP-001&002 )
c. Pilih menu edit :
• Pada note diisi kode lokasi ekosistem
• contoh: 33163-P/N, arti kode:
33 = Provinsi,
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
20
3 = Ekosistem,
P = Positif tertangkap kelelawar / ada kelelawar,
N = Negatif kelelawar / tidak ada kelelawar.
Catatan :
P (Positif)/ N (Negatif): Menggambarkan perangkap yang pernah mendapatkan kelelawar.
• Kode jaring :
Jaring kabut 1 dengan Kode“001”,
Jaring kabut 2 dengan Kode “002”,
Jaring kabut 3 dengan Kode “003”,
Jaring kabut 4 dengan Kode “004”,
Jaring kabut 5 dengan Kode “005”,
Jaring kabut 6 dengan Kode “006”,
Jaring harpa dengan Kode “007”,
Handnet dengan Kode “008”
5. Ambil foto pemasangan jaring kabut atau perangkap harpa dengan cara sentuh icon gambar foto.
Gambar 12: Editing mark waypoint dan pengambilan foto
6. Sebelum titik koordinat disimpan pada GPS, JANGAN LUPA mencatat nomor
jaring/perangkap, titik koordinat dan nilai elevasi (ketinggian) pada form TK.02 GPS. 7. Kemudian pilih DONE.
HDP-001&002 Pemberian nama.
Kode lokasi ekosistem
Lokasi pengambilan titik koordinat
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
21
Pengambilan foto pada Mark Waypoint BOLEH dilakukan dan BOLEH TIDAK dilakukan, KARENA foto hanya berfungsi untuk membantu enum dalam
mengingat lokasi titik koordinat.
8. Pengambilan foto diharuskan tidak hanya lewat mark waypoint saja. Namun, juga
melalui menu Camera pada GPS dengan Icon
a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi
b. Pilih Icon
c. Kemudian pilih icon untuk mulai mengambil gambar
CATATAN:
1. Pengambilan FOTO dilakukan pada tiap Jaring perangkap
2. Pengambilan FOTO untuk Jaring Kabut seri atau paralel hanya dilakukan
pengambilan satu (1) kali foto
3. Pada Hand net pengambilan FOTO dilakukan ketika mendapatkan kelelawar
d. Lakukan pengambilan gambar di setiap ekosistem lokasi survei
e. Pengambilan gambar di habitat lokasi survei kelelawar
CATATAN:
Pengambilan gambar HARUS DILAKUKAN dan dalam kondisi GPS menangkap
sinyal satelit setidaknya 5 satelit untuk memberikan akurasi letak pengambilan
foto ( Geo Tagging )
9. Setelah titik koordinat diambil kemudian dilakukan pengambilan video pada lokasi
penangkapan kelelawar. Langkah pengambilan video adalah sebagai berikut:
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
22
Keterangan: setiap ekosistem hanya diambil satu video, durasi 20-30 detik.
10. Setelah hasil penangkapan selesai diidentikasi, kemudian pada form TK.02 diisi
kode spesimen pada kolom KODE SPESIMEN, contoh 33161K005. Keterangan
33161 merupakan keterangan tempat pengambilan sampel yang terdiri dari kode
Provinsi, kode Kabupaten, dan kode ekosistem, untuk K005 merupakan no urut
spesimen. Contoh pengisian form ada pada gambar berikut:
Gambar 14: Form TK.02.
KETERANGAN TAMBAHAN
1. Apabila ingin mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Pilih waypoint manager.
b. Pilih icon untuk mencari nama waypoint.
c. Pilih all dan pilih type symbol untuk mencari symbol yang akan digunakan untuk waypoint.
d. Pilih icon search near untuk lokasi atau titik koordinat yang ada pada peta. e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.
2. Cara mengedit (memperbaiki informasi) waypoint a. Pilih waypoint manager
b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.
c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki.
d. Tekan DONE.
3. Langkah untuk menghapus waypoint a. Pilih waypoint manager.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
23
D. Langkah untuk mentransfer data dari GPS ke basecamp
Setelah survei selesai di satu ekosistem maka selanjutnya tim melakukan transfer data
dari GPS ke softwarebasecamp.
1. Download softwarebasecamp-nya yang terbaru disini:
https://www8.garmin.com/support/download_details.jsp?id=4435
2. Setelah di download kemudian di extract dan lakukan install program.
3. Setelah basecamp diinstall kemudian sambungkan GPS yang sudah diaktifkan ke komputer menggunakan kabel data yang terdapat pada GPS.
4. Mengaktifkan program basecamp.
5. Pilih menu transfer, pilih receive from device.
Gambar 15: Tampilan software basecamp.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
24
6. Setting receive from device akan muncul devices dan GPS akan terekam secara otomatis. Klik
nama devices yang akan di download kemudian klik OK.
7. Kemudian akan muncul tampilan
seperti ini, pilih titik koordinat yang
akan di download.
8. Pembuatan List Folder dan New List untuk menempatkan data pengambilan titik
koordinat di lapangan dengan sofware basecamp. a. Pilih My Collection > Pilih File
> Pilih New > Pilih List Folder (List Folder akan muncul di dalam link My Collection dengan nama New Folder).
Gambar 17: Tampilan select device montera
.
Gambar 18: Tampilan titik koordinat akan di download.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
25
b. Pilih New Folder > klik kanan pilih rename dan ganti nama New Folder dengan nama Kabupaten_kode wilayah
dan kode hewan. Contoh:
Pati_3311K (arti kode: Pati =
Kabupaten Pati, 33 = Kode
Provinsi, 11 = Kode
Kabupaten, K = Kelelawar).
c. Pilih folder Pati_3311K (folder yang telah kita
buat) > klik kanan > pilh New List > Pilih New List yang sudah muncul > klik kanan pilih rename dan
ganti nama New List dengan nama ekosistem
(singkatan saja). Contoh: HDP (Hutan Dekat
Pemukiman).
9. Pilih data pengambilan titik koordinat beserta data pengambilan gambar dilapangan
sesuai ekosistem dengan cara: klik datanya sambil menekan tombol ctrl > klik
kanan pilih copy > pilih list HDP (New List yang telah dibuat) > klik kanan paste.
Data GPS sesuai ekosistem (yang kita pilih) otomatis terduplikasi di list yang kita
buat.Data ini akan di kirim via email tiap ekosistem dalam bentuk *.gpx.
10. Pilih list yang dibuat > Pilih file > Export > Export list ‘Nama List’
Gambar 22: Tampilan export list data Gambar 20: Tampilan pembuatan NewList.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
26
Apabila muncul warning maka klik OK.
11. Pilih folder penyimpanan > Pilih format penyimpanan dalam bentuk *.gpx > kemudian beri nama file yang akan disimpan >
Save.
Penamaan file dilakukan dengan
cara menuliskan kode
propinsi_kode kabupaten_kode
ekosistem_jenis survei. Contoh
penamaan file adalah 33116K.
Pengertian dari kode tersebut
adalah 33=kode propinsi, 11=kode
kabupaten, 6=kode ekosistem
Pantai Jauh Pemukiman, K=Kelelawar.
12. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu dikirim ke email: pemetaan.rikhus2017@gmail.com
dengan format subyek: kode provinsi_kode kabupaten_kode ekosistem_jenis survai.
Contoh penamaan file adalah 33116K. Pengertian dari kode tersebut adalah 33 = Kode
Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 6 = Kode Ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, K =
Kelelawar.
13. Pengiriman email ini dilakukan setiap satu ekosistem yang sudah selesai.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
27
BAB V. PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (Kelelawar)
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta memahami pengorganisasian lapangan dan pengumpulan data reservoir
Tujuan Pembelajaran Khusus:
1. Peserta dapat menerapkan pengorganisasian lapangan dengan benar
2. Peserta dapat menerapkan alur pengambilan data dengan benar
Pengumpulan data dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5 hari pengumpulan data
pada tiap ekosistem. Jadwal pengumpulan data pada masing masing ekosistem terbagi menjadi
koleksi pengumpulan data tikus pada hari 1 sampai 3 diteruskan pengumpulan data kelelawar
pada hari 3 – 4 dan diteruskan penyelesaian administrasi serta persiapan pindah lokasi.
Pengorganisasian tim menjadi sangat penting dalam memanajemen semua kegiatan
pengumpulan data yang dilaksanakan selama 30 hari di 6 titik terpilih pada ekosistem hutan,
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
28
A. ALUR PENGUMPULAN DATA
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
29
B. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
Pengumpuan data oleh masing-masing tim dilaksanakan selama ± 30 hari dengan
rincian: 5 hari pengumpulan data pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan dimulai
pada ekosistem hutan dekat pemukiman (5 hari), kemudian berturut-turut dilanjutkan pada
ekosistem hutan jauh pemukiman, non-hutan dekat pemukiman, non-hutan jauh pemukiman,
pantai dekat pemukiman, dan pantai jauh pemukiman. Rincian kegiatan pada masing-masing
ekosistem dijelaskan sebagai berikut
Hari Ke-1
Observasi tempat pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar
bersarang/istirahat (roosting), jalur terbang dan tempat mencari makan. Hari Ke-2
Observasi tempat pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar
bersarang/istirahat (roosting), jalur terbang dan tempat mencari makan. Hari Ke-3
1. Penangkapan Kelelawar
a. Pukul 13.00-17.00 (waktu setempat) ketua dan 6 orang anggota tim dibantu seluruh
tenaga lokal melakukan pemasangan jaring kelelawar menggunakan jaring kabut (mist net), perangkap harpa (harp trap), dan jaring tangan (hand net), kemudian melakukan pengambilan titik koordinat pemasangan jaring sesuai dengan Prosedur Penggunaan
GPS (Form TK.02).
b. Ketua tim melakukan koordinasi untuk pengambilan gel pack dan menyiapkan laboratorium lapangan
c. Pukul 19.00-22.00 (waktu setempat) setiap anggota tim dan tenaga lokal bergiliran
melakukan pengambilan sampel kelelawar yang terjerat setiap satu jam.
d. Satu orang anggota tim lainnya melakukan pengambilan/pengukuran parameter
lingkungan (suhu dan kelembaban) di setiap lokasi pemasangan jaring setiap satu jam
sesuai dengan Prosedur Pengukuran Parameter Lingkungan (Form K.3)
e. Pukul 20.00 pemrosesan kelelawar mulai dilakukan di laboratorium lapangan dimulai
hasil ekstraksi kelelawar jam 19.00.
f. Pemrosesan Kelelawar
1) Satu orang anggota tim mempersiapkan pelabelan kelelawar (Label Lapangan:
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
30
2) Dua orang anggota tim melakukan penimbangan dan anestesi kelelawar sesuai
Prosedur Anestesi
3) Satu orang anggota tim melakukan koleksi ektoparasit sesuai Prosedur
Pengambilan Koleksi Ektoparasit (Form K.04 bagian A koleksi spesimen I) dan
Form TK. 11
4) Dua orang anggota tim dengan arahan ketua tim melakukan pengambilan foto
sesuai Prosedur Dokumentasi, (Form K.04 bagian C pengambilan dokumentasi
spesimen) dan Form TK. 11 serta identifikasi kelelawar sesuai Prosedur Identifikasi
(Form K.04 bagian B identifikasi dan morfometri) dan Form TK. 11.
5) Satu orang anggota tim pengambilan swab trakea sesuai dengan Prosedur Swab Trakhea (Form K.04 bagian D koleksi spesimen II) dan Form TK. 11 serta
menyiapkan pengambilan spesimen bedah: punch sayap (Prosedur Pengambilan Punch Sayap, Form K.04 bagian D koleksi spesimen II) dan Form TK. 11.
6) Dilakukan pemilihan spesimen untuk membuat awetan basah bagi kelelawar yang
telah teridentifikasi sesuai Prosedur Pembuatan Awetan Basah (Form K.04 bagian
D koleksi spesimen II) oleh anggota tim yang bertugas melabel (Form K.04) dan
(Form TK. 11)
7) Satu orang anggota tim melakukan pengambilan darah Prosedur Pengambilan
Darah dan Serum (Form K.04 bagian A koleksi spesimen I) dan (Form TK. 11)
8) Semua kelelawar yang belum bisa diidentifikasi dibuat awetan basah tanpa dipilih
sesuai Prosedur Pembuatan Awetan Basah (Form K.04 bagian D koleksi spesimen
II) dan (Form TK. 11) Ketua tim mengkoordinasikan penyimpanan boks serum dan
swab trakhea kelelawar yang terkumpul didalam styrofoam yang telah berisi gel pack beku.
Hari ke-4
1. Melanjutkan pemrosesan kelelawar dari hasil penangkapan terakhir yaitu pukul 06.00.
2. Pengemasan jaring kabut dan perangkap harpa
3. Pengepakan spesimen tikus dan kelelawar
Spesimen tikus dan kelelawar dikemas sesuai Prosedur Pengepakan Spesimen, Form
Rekap dan Pengiriman Spesimen
4. Melakukan entry data, yaitu memindahkan data di formulir ke program entri.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
31
Hari Ke-5
1. Ketua tim melakukan koordinasi penyelesaian administrasi
2. Ketua tim melakukan serah terima paket spesimen tikus dan kelelawar non awetan basah
kepada PJO Kabupaten untuk disimpan pada tempat penyimpanan sementara sesuai
Riset
Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan
Litbang Kesehatan
27
No Nama Kegiatan Rincian Kegiatan Rujukan Pedoman Kebutuhan Form Kebutuhan Stiker Hari ke‐1
A. Observasi
Observasi lapangan untuk pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar
bersarang V.3.F
Hari ke 2
A. Observasi
Observasi lapangan untuk pemasangan jaring kabut, perangkap harpa dan tempat kelelawar
bersarang V.3.F
Hari ke‐3
A.
Penangkapan kelelawar
1. Melakukan pemasangan jaring kabut dan
perangkap harpa IV Form K.01 Stiker wilayah
2. Pengambilan titik koordinat tempat pemasangan jaring kabut dan perangkap
harpa V.3.F Form TK.02
3. Pengambilan data lingkungan V.3.G Form K.03 4. Melakukan koordinasi untuk pengambilan
gel pack dan menyiapkan laboratorium
lapangan V.3.E
5. Melakukan pengambilan sampel kelelawar
yang terjerat setiap jam V.3.F Label lapangan
6. Pukul 19.00 prosesing kelelawar mulai
dilakukan di laboratorium lapangan V.3.H ‐ V.3.Q
Stiker wilayah, stiker koleksi, label kelelawar
Riset
Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan
Litbang Kesehatan
28
B. Prosesing kelelawar 1. Penimbangan dan anestesi kelelawar V.3.K dan V.3.H 2. Pelabelan kelelawar V.3.P
3. Pengambilan ektoparasit V.3.I Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
4. Morfometri dan identifikasi spesimen V.3.K Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
5. Pengambilan dokumentasi dan identifikasi
kelelawar V.3.J Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
6. Pengambilanswab trakhea V.3.L Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
7. Pengambilan spesimen punchsayap V.3.M Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
8. Pengambilan darah V.3.O Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
9. Pemilahan spesimen awetan basah dan
pelepasan kelelawar V.3.N dan V.3.P Form K.04 dan TK.11
Stiker wilayah, stiker koleksi
10. Penyimpanan serum dan swab trakhea di lemari pendingin sementara
Hari ke‐4
A. Prosesing kelelawar Melanjutkan prosesing kelelawar V.3.H ‐ V.3.Q Form K.04 dan TK.11 Stiker wilayah, stiker koleksi, label kelelawar
B. Pengemasan alat survei Mengemas jaring kabut dan perangkap harpa
C. Enti data Melakukan input data Pedoman mandat
D. Validasi internal Mengecek kelengkapan kegiatan dan alat
bahan Form TK.06 dan TK.07
Hari ke‐5
A. Penyelesaian administrasi Ketua tim melakukan koordinasi penyelesaian administrasi
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
30
BAB VI. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta mengetahui alat dan bahan yang digunakan saat pengumpulan data
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Peserta dapat menggunakan alat dan bahan yang dipakai saat pengumpulan data
Dalam proses pengumpulan data reservoir didukung alat dan bahan, tabel 2 berisi alat dan bahan serta fungsi/kegunaannya. Pengenalan alat dan bahan pengumpulan data reservoir menjadi pendukung penegakkan SOP sehingga data dikoleksi dapat dipertanggungjawabkan.
Tabel 2. Alat dan bahan pengumpulan data kelelawar
No. Alat Bentuk kemasan Kegunaan
1 Alkohol 70%
Larutan untuk desinfeksi (meja, alat dan tangan), merendam ginjal dan ektoparasit
2 Aquadest Larutan untuk pengenceran
formalin
3 Baterai Alkaline A3 Pengganti baterai head lamp
4 Benang kasur
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
31
5 Bendera Bakti Husada
Tanda kegiatan Riset khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
6 Biopsy Punches Alat untuk mengambil sampel
jaringan sayap kelelawar
7 Canoe drum 30 liter Penyimpanan awetan basah
kelelawar berisi formalin 10%
8
Cardboard cryokardus 81 well
(untuk serum)
Digunakan untuk menampung sampel serum
9 Cool box 30 liter Alat untuk membawa bahan
laboratorium
10 Cool box 72 liter Alat untuk membawa bahan
laboratorium
11 Cryovial tube Tabung untuk menampung
serum
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
32
13 Dissecting kits
Digunakan untuk membedah kelelawar sebelum disuntik formalin
14 ember plastik (20lt)
Untuk menampung rendaman awetan kelelawar yang sudah disuntik formalin
15 Etanol absolut 2.5 liter
Etanol untuk merendam jaringan punch sayap
16 Forceps 30 cm
Untuk membantu pencelupan awetan basak kelelawar ke dalam ember berisi larutan formalin 10%
17 Formalin 37% Larutan untuk pengawetan
kelelawar
18 Gel pack
Sebagai pendingin spesimen serum dan swab, diletakkan di dalam kardusStyrofoam
19 GPS
alat untuk melakukan penentuan koordinat titik di enam
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
33
20 HT
Sebagai alat komunikasi anggota tim dengan basecamp saat pengambilan kelelawar dari jaring kabut/harpa
21 Head lamp
Sebagai alat penerangan saat pengambilan kelelawar dari jaring kabut/harpa
22 Isoflurane Anestesi inhalasi untuk
kelelawar kecil.
23 Jangka sorong digital
Alat untuk pengukuran bagian tubuh kelelawar.
24 Jaring harpa
Alat yang digunakan untuk menangkap kelelawar microchiroptera
25 Jaring Kabut
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Alat yang digunakan untuk menangkap kelelawar microchiroptera dan megachiroptera
27 Jarum 18G
Jarum yang dipasang pada syringe 20 ml untuk menyuntik formalin pada awetan kelelawar.
28 Jarum 26G
Untuk menusuk vena bracial pada saat pengambilan darah kelelawar dengan berat badan ≤ 100 gram
29
Jas lab
Jas sebagai alat pelindung diri yang digunakan pengumpul data pada saat pemrosesan kelelawar di laboratorium lapangan.
30 Kacamata (goggles)
Alat pelindung mata dari bahan infeksius dan bahan kimia saat bekerja di laboratorium
lapangan
31 Kain kasa
Digunakan sebagai
pembungkus awetan basah kelelawar ketika akan dikirim menggunakan canoe drum.
32 Kamera DSLR
Untuk memotret bagian-bagian tubuh kelelawar, habitat dan membuat video
33 Kantong plastik hitam
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan pemrosesan di laboratorium lapangan
35 Kapas bulat
Kapas untuk anestesi (diberi isoflurane) dan desinfeksi meja prosesing (dibasahi dengan
Kardus yang digunakan untuk pengepakan ektoparasit dan punch sayap.
37 Kardus + Styrofoam box
Kardus untuk mengirim sampel serum dan swab trakhea.
38 Ketamin 50 ml Anestesi injeksi pada kelelawar,
dicampur bersama xylazin.
39 Kursi lipat Kursi yang digunakan di
laboratorium lapangan
40 Label lapangan
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
Label yang dimasukkan dalam botol ektoparasit bertuliskan identitas tikus
42 Label kertas kalkir
Label yang berisi keterangan tentang kelelawar yang dijadikan spesimen awetan basah dan diikat di kaki kanan.
43 Lakban coklat Lakban untuk menutup kardus
paket.
44 Lakban putih 5 cm
Digunakan untuk merekatkan paket pengiriman dan melapisi stiker pengiriman.
45 Lampu emergency membantu penerangan saat
prosesing kelelawar
46 Lup
Alat untuk membantu melihat ektoparasit kelelawar yang berukuran kecil
47 Map binder plastic Map untuk menyatukan
formulir-formulir dalam 1 titik ekosistem.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
37
48 Masker tali
Alat pelindung diri bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di laboratorium lapangan.
49 Masker 7502 + filter 6005
Melindungi bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di laboratorium lapangan, terutama pada saat pembuatan awetan basah.
50 Meja lipat (80 x 8120 cm)
Meja yang digunakan di laboratorium lapangan
51 Meteran Jahit Untuk mengukur panjang
bentang sayap kelelawar
52 Mikropipet
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
38
54 Nampan plastic
Nampan untuk meletakkan kelelawar yang akan dibedah
55 Parafilm Bahan untuk melapisi/menyegel
vial tube spesimen.
56 Parang Memotong semak/ranting kayu
saat di ekosistem hutan/pantai
57 Pelindung kepala
Alat pelindung kepala dan rambut dari percikan bahan infeksius dan bahan kimia, saat bekerja di laboratorium lapangan
58 Pencetak label Dimo
Alat pencetak huruf dan angka pada pita Dimo dengan hasil cetakan timbul
59 Permanent marker
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
39
60 Pita dymo Pita untuk memberi label pada
kelelawar tertangkap.
61 Pinset ujung lancip-lancip
Alat untuk mengambil ektoparasit
62 Pinset ujung tumpul Untuk mengambil ektoparasit
63 Pipet pasteur
Pipet untuk mengambil serum setelah di sentrifuge
64 Pipet plastic
Pipet untuk mengambil alkohol yang akan di letakkan pada tabung
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
40
66 Plastik biohazard Plastik untuk menampung
limbah infeksius.
67 Plastik klip
plastik untuk membungkus spesimen punch sayap dan kardus serum pada saat pengiriman.
68 Plastik tebal ukuran folio.
plastik untuk melapisi form pengiriman
69 Perforator
Alat untuk melubangi pita dymo dan kuesioner yang akan dimasukkan dalam binder plastik.
70 Rak tabung reaksi Rak untuk meletakkan
vacutainer.
71 Rak vial tube
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
41
72 Sarung tangan nitril
Melindungi tangan dari bahan infeksius saat bekerja di laboratorium lapangan
73 Sarung tangan kulit
Melindungi tangan dari gigitan kelelawar saat pelepasan kelelawar dari jaring kabut/harpa
74 Scalpel ujung tombak
Alat untuk mengambil ektoparasit yang jatuh di nampan plastik
75 Sekop besar Alat untuk mengubur limbah
karkas kelelawar.
76 Sepatu boot Pelindung kaki saat berjalan di
lokasi pemasangan perangkap.
77 Sharp safety box Tempat untuk menampung
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
42
78 Sikat gigi
Alat untuk menyikat bulu kelelawar untuk mengoleksi ektoparasit.
80 Spidol permanen besar
Spidol untuk menulis alamat pengiriman pada kardus
81 Spryer
Alat menyemprotkan alkohol untuk desinfeksi meja, alat laboratorium maupun tangan
82 Spuit 1 cc Alat untuk menyuntikkan
anestesi
83 Spuit 20 cc
Syringe untuk menampung formalin yang akan disuntikkan organ tikus yang akan
diawetkan
84 Spuit 3 cc Alat untuk mengambil darah
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
43
85 Staples besar dan
isi Untuk merekatkan kuesioner
86 Stiker bakti husada stiker yang ditempel pada
kardus sebagai identitas paket.
87 Stiker Fragile
Stiker yang ditempel pada kardus supaya dalam proses pengiriman kardus tidak dibanting
88 Stiker jangan dibalik (panah atas)
Stiker yang ditempel pada kardus supaya dalam proses pengiriman kardus tidak di bolak balik
89 Stiker penerima
stiker alamat B2P2VRP yang ditempel pada bagian atas kardus spesimen yang akan dikirim
90 Stiker pengirim
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
44
91 Stiker rikhus (logo) stiker yang ditempel pada
kardus sebagai identitas paket.
92 Swab VTM Bahan yang digunakan untuk melakukan swab trakea pada
kelelawar
93 Swab Puritan Alat yang digunakan untuk melakukan swab trakea pada
microchiroptera secara aseptis
94 Tabung duran 250 ml
Tabung untuk menyimpan larutan PBS
95 Tabung duran 500 ml
Tabung untuk menyimpan larutan ethanol absolut
96 Tabung kaca
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan pemasangan jaring kabut dan jaring harpa
98 Taplak plastik meja pemrosesan
Taplak untuk melapisi meja yang digunakan pada laboratorium lapangan
99 Tas Kamera Tempat pelindung kamera saat
tidak digunakan
100 Tip 200 µl
Digunakan bersama-sama dengan mikropipet untuk memindahkan serum dari venoject ke tabung cryovial.
101 Tea Ball
Tempat meletakkan kapas yang sudah dibasahi dengan
isoflurane (anestesi kelelawar secara inhalasi)
102 Tempat kapas alcohol
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
46
103 Tenda doom kapasitas 4 orang
Tenda untuk tidur dilapangan saat lokasi jauh dari pemukiman penduduk
104 Tenda pemrosesan
Tenda yang digunakan untuk pembuatan laboratorium lapangan di lokasi jauh dari pemukiman.
105 Terpal Pelindung tenda laboratorium
lapangan
106 Thermohigrometer
Alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.
107 Thermometer digital
Alat untuk memantau suhu saat pengiriman paket cold chain.
108 Timbangan digital Alat untuk menimbang berat
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit – Badan Litbang Kesehatan
47
109 Tisue gulung
Tissue untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan
110 Tissue towel
Tissue untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan
111 Vacutainer
Tabung untuk menampung darah sebelum di sentrifuge
112 Vial Tube 1,5 ml Tabung untuk koleksi punch
sayap kelelawar.
113 Xylazin 50 ml Bahan kimia untuk anestesi
kelelawar.
114 Zipper map Alat untuk membantu anestesi