• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD N 2 Kayugiyang Kecamatan Garung Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD N 2 Kayugiyang Kecamatan Garung Kabupaten"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

2.1.1 Manajemen Pendidikan

Menurut Griffin dalam Danim (2009:2) manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrol sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.Menurut Mary Parker Follet dalam Danim (2009:2) manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, di sini seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen memiliki fungsi-fungsi sehingga usaha untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada dapat tercapai. Manajemen sangat berkaitan dengan organisasi atau lembaga tertentu, dalam sebuah organisasi atau lembaga dapat dipastikan terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai melalui pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di dalam organisasi atau lembaga tersebut. Hal inilah yang membuat setiap lembaga atau organisasi menggunakan konsep manajemen dalam pengelolaannya. Salah satu diantaranya adalah lembaga pendidikan.

(2)

Tentunya di negara kita tercinta ini pendidikan juga memiliki fungsi yang telah ditetapkan sebagai acuan daripada tercapainya tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan. Fungsi itu tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping fungsi tersebut pendidikan juga bertujuanuntuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2009: 1).

Manajemen dalam pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan secara melalui langkah-langkah yang sistematis dengan memperhatikan prinsip-prinsip manajemen. Dengan menerapkan sistem manajemen, pengelolaan pendidikan dapat lebih terencana dan terawasi sehingga kemungkinan adanya kesalahan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan akan lebih kecil.

2.1.2 Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dikenal di Indonesia tahun 2001. Konsep ini muncul sebagai salah satu dampak dari perubahan sistem pemerintahan Indonesia di bidang pendidikan yaitu dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. MBS sebenarnya merupakan konsep yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Latar belakang kemunculanya berkaitan dengan kesesuaian antara materi yang diajarkan sekolah dengan tuntutan kebutuhan yang ada di masyarakat. Kinerja sekolah saat itu dianggap tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Untuk mengatasinya maka dilakukan upaya-upaya untuk membangun sebuah sistem yang mampu mengatasi masalah tersebut. Maka muncullah MBS sebagai konsep pengelolaan sekolah untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

(3)

ini dikarenakan MBS memberikan otonomi kepada seluruh warga sekolah antara lain kepala sekolah, guru, peserta didik, karyawan, wali peserta didik, dan stakeholder yang berhubungan dengan sekolahuntuk berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan. Penggunaan MBS dinilai mampu memaksimalkan peran sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang memuaskan dengan memberikan ekstrakurikuler kepada siswa. Melalui ekstrakurikuler peserta didik dapat berkembang tidak hanya dalam prestasi akademik, namun juga dalam prestasi non akademik.

Penerapan MBS dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia diharapakan mampu memperbaiki kondisi pelayanan pendidikan pada jenjang tersebut. Hal ini karena jenjang pendidikan tersebut merupakan fondasi bagi peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Layaknya sebuah fondasi tentu kondisi pendidikan pada jenjang ini akan sangat mempengaruhi kesiapan peserta didik dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun dalam menghadapi lingkungan kerja khususnyabagi peserta didik yang berada pada jenjang pendidikan menengah. MBS sebagai bagian dari proses dalam siklus pembelajaran tentu akan sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas output yang dihasilakan oleh proses pembelajaran itu sendiri.

2.1.3 Manajemen Keuangan Sekolah

Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.

(4)

2.1.3.1 Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Sekolah

Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

a. Transparansi

Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. b. Akuntabilitas

(5)

dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu:

1. Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah,

2. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya,

3. Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat.

c. Efektifitas

Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. d. Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:

1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.

(6)

memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

2.2. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidakakan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,pelaksanaan serta hasilnya. Istilah menurut Daniel L. Stufflebeam dalam Wirawan (2011:27) Evaluation is the process of delinieting, obtaining, reporting, and applying descriptive, and judgmental information about some objects merit, worth, probity and significance in order to guide decision making, support accountability, desseminate effective practices, and increase understanding of the involved phenomena.

Artinya:

Evaluasi adalah proses delinieting , memperoleh , pelaporan , dan menerapkan deskriptif , dan menghakimi informasi tentang beberapa obyek manfaat, senilai , kejujuran dan signifikansi dalam rangka untuk memandu pengambilan keputusan , mendukung akuntabilitas praktek yang efektif , dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena yang terlibat .

Yunanda dalam sugiono (2006:67) pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan

menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”.

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Griffin & Nix dalam Sugiono (2006:67) menyatakan :

“Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan

hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan

(7)

2.2.1 Evaluasi Program

Menurut Wirawan (2011:19) Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untu melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program. Misalnya,untuk melaksanakan Kebijakan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar menyusun dan melaksanakan program pendidikan Sekolah Dasar, program pendidikan Sekolah Menengah Pertama, program pendidikan Sekolah Menengah Atas, program pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Semua program perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan interval atau intervensinya telah mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Wirawan (2011:19) Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program dapat dikelompokkan menjadi evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation), dan evaluasi akibat (impact evaluation). Evaluasi proses meneliti dan

menilai apakah intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dan apakah target populasi yang direncanakan telah dilayani. Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi manfaat meneliti, dan menentukan apakah program telah menghasilkan perubahan yang diharapkan.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikianjuga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002: 13), ada dua tujuan evaluasi yaitutujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada programsecara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masingmasingkomponen.

(8)

Menurut Wirawan (2011:22) Tujuan evaluasi yaitu diilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi adalah:

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar.

d. Evaluais program dapat mengidentifikasi dan menenmukan mana dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan. e. Pengembangan staf program.

f. Memenuhi ketentuan Undang-Undang. g. Akreditasi program.

h. Mengukur cots effectiveness dan cost-efficiency. i. Mengambil keputusan mengenai program.

j. Accountabilitas evaluasi dilakukan juga untuk pertanggungjawaban pimpinan dan pelaksanaan program. k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program. l. Memperkuat posisi politik.

m. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi.

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan

pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yangdiawali dengan suatu roses pengumpulan data yang sistematis.

2.2.3 Model Evaluasi Context, Input, Process, dan Product (CIPP)

(9)

Menurut Stufflebeam dalam Wirawan (2011:92) model evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan para pelaksaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan sistem. Model evaluasi ini dikonfigurasi untuk dipakai oleh evaluastor internal yang dilakukan oleh organisasi evaluator, evaluasi diri yang dilakukan oleh tim proyek atau penyedia layanan individual yang dikontrak atau evaluator eksternal. Model evaluasi ini dipakai secara meluas di seluruh dunia dan dipakai untuk mengvaluasi berbagai disiplin dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan masyarakat, transportasi dan sistem evaluasi personalia militer.

Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu;, Evaluasi Masukan (Input Evaluation), , dan

1. Evaluasi konteks (Context Evaluation)

Evaluasi Konteks merupakan evaluasi untuk menjawab pertanyaan apa yangdiperlukan. Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.

2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi Masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan; apa yang harus dilakukan? Evaluais ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program.

3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi Proses berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan; apakah program sedang dilaksanakan? Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterprestasikan manfaat.

(10)

Evaluasi Produk diarahkan untuk mencari jawaban pertanyaan: Did is succed?, Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas dan dan mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutukan-kebutuhan yang ditargetkan.

2.2.4 Model Evaluasi Sistem Analisis

Untuk memahami model evaluasi ini terlebih dahulu perlu memahami teori sistem. Ilmuwan yang pertama kali mengemukakan Teori Umum Sistem (General System Theory) adalah Karl Luwig Von Bertalanffy, seorang biolog Jerman. Dia memformulasikan teori sistemnya di bawah ini dari prespektif biologi. Menurut Bertalanffy dalam Wirawan (2011:107) teori sistem merupakan science of wholeness atau sains mengenai keseluruhan. Asumsi sama dengan Teori Gestalt dalam psikologi. Untuk memahami sesuatu harus memahami keseluruhan dari sesuatu tersebut. Suatu program merupakan suatu sistem dari struktur dan fungsi-fungsi yang saling tergantung. Suatu program terdiri dari unit-unit (subsistem) yang harus bekerja secara harmonis. Masing-masing subsistem harus mengetahui apa yang dilakukan unit lainya. Masing-masing unit harus mampu menerima pesan dan harus cukup disiplin untuk mematuhinya. Suatu sistem program beroperasi dalam wilayah garis batas sistem. Sebagai sistem terbuka, garis batas sistem program bercelah yang memungkinkan terjadinya pengaruh lingkungan eksternal terhadap sistem. Pengaruh tersebut antara lain man, money, material, method, technology dan masyarakat yang berada di

(11)

dilaksanakan program. Dalam program sosial tujuan progran adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial.

Dalam manajemen, sistem diformulasikan dalam bentuk model linier proses produksi yang terdiri dari Masukan (input), Proses (process), Keluaran (output), Akibat (outcome), dan Pengaruh (impact). Dri model linier tersebut setiap segmen perlu di evaluasi untuk menentukan nilai dan manfaat keseluruhan sistem. Oleh karena itu, dalam Model Evaluasi Sistem Analisis terdapat empat jenis evaluasi yaitu: Evaluasi masukan (Input evaluation), Evaluasi proses (Process evaluation), Evaluasi keluaran (Output evaluation), Evaluasi akibat

(Outcome evaluation), dan Evaluasi pengaruh (Impact evaluation).

Gambar 2.1 Langkah Analisis Sistem

a. Evaluasi masukan (input evaluation). Masukan dari SD Negeri Wedoro adalah Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS), siswa, guru, kepala sekolah, bendahara, komite, dana BOS. Masukan umum berasal dari Lingkungan Eksternal Sistem SD Negeri Wedoro. Dalam Model Evaluasi Sistem Analisis dilakukan evaluasi masukan. Tujuan dari evaluasi masukan adalah untuk menjaring, manganalisis, dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas masukan yang di perlukanuntuk merencanakan dan melaksanakan dana BOS di SD Negeri Wedoro.

(12)

di SD Negeri Wedoro sudah mencangkup semua standar penggunaan yang ada pada JUKNIS BOS? Evaluasi proses merupakan katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

c. Evaluasi keluaran (output evaluation). Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran daripada program, yaitu produk yang di hasilkan program. Apakah sarana dan prasarana sudah memadai? Apakah proses pembelajaran menjadi berkembang? Apakah bakat dan minat siswa sudah tersalurkan melalui ekstrakurikuler? Dalam hal ini sebagian besar pendapatan sekolah dari BOS digunakan untuk kegiatan siswa di sekolah. d. Evaluasi akibat (outcome evaluation). Evaluasi akibat mengukur apakah

siswa yang mendapatkan layanan program berubah. Evaluasi ini misalnya berupaya mencari jawaban atas pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana respon dari siswa terhadap aktivitas program? Dengan sarana dan prasarana apakan proses pmbelajaran sudah menjadi efektif? Dalam kata lain evaluasi akibat bertujuan untuk menilai efektifitas penggunaan dana BOS di SD Negeri Wedoro.

e. Evaluasi pengaruh (impact evaluation). Evaluasi pengaruh menilai perubahan yang terjadi terhadap siswa atau guru dan pemangku kapentingan sebagai akibat dari intervensi yang dilakukan program. Evaluasi ini mengukur pengaruh program sebagai hasil program dalam jangka panjang.

Berdasarkan kedua model di atas peneliti menggunakan model Evaluasi Analisis Sistem, dimana dengan Evaluasi Analisis Sistem peneliti dapat mengetahui proses perencanaan pelaksanaan sampai pada pengaruh bagi sekolah dari implementasi program dana BOS tersebut.

2.3 Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

(13)

ayat (1) hurup a sampai h, standart pendidikan nasional yang digunakan sebagai acuan dalam pengalokasian dana BOS adalah sebagai berikut:

a. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

b. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.

c. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

e. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

f. Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

g. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

(14)

2.3.1 Pengertian BOS

Menurut Kemendikbud RI No 101 Tahun 2013 BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Menurut PP 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habispakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll.

Orang tua/wali peserta didik bertanggung jawab atas biaya pribadi peserta didik yaitu biaya yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan pokok maupun relatif dari peserta didik itu sendiri, seperti: transport ke sekolah, uang jajan, seragam sekolah, buku-buku penunjang, kursus tambahan, dan sejenisnya. Selain itu, orang tua/wali peserta didik juga memikul sebagian biaya satuan pendidikan untuk menutup kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan.

2.3.2 Penggunaan Bantuan Operasional Sekolah

Menurut Petunjuk Teknis Dana BOS (2014:38) Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan diatas harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat. Kesepakatan penggunaan dana BOS harus didasarkan skala prioritas kebutuhan sekolah, khususnya untuk membantu mempercepat pemenuhan standar pelayanan minimal dan/atau standar nasional pendidikan.

Menurut Petunjuk Teknis Dana BOS (2014:38) Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut:

1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran.

(15)

3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, PAKEM, pembelajaran kontekstual,pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiahremaja, pramuka, palang merah remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya(misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, biaya transportasi danakomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alatkesenian dan biaya pendaftaran mengikuti lomba); 4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah

dan laporan hasil belajar siswa.

5. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris.

6. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, modem, termasukuntuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.

7. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikansanitasi/WC siswa, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan 8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga

kependidikan honorer.

9. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS.

10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biayatransport dari dan ke sekolah.

11. Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK termasuk tinta printer, CD danflash disk)

12. Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk kegiatan belajar siswa.

13. Bila seluruh komponen 1 s.d 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masihterdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alatperaga, media pembelajaran, mesin ketik, peralatan UKS dan mebeler sekolah.

(16)

benar-benar diperhatikan alokasi penggunaannya sesuai dengan petunjuk teknis dana BOS yang sudah diatur oleh pemerintah.

Dalam penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sendiriberdasarkan petunjuk pelaksanaan dari pusat harus direncanakan terlebihdahulu dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja masing-masingsekolah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentangpendanaan pendidikan BAB I pasal 2 ayat (1) menyatakan : pendanaanpendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintahdaerah, dan masyarakat”. Biaya pendidikan yang diterima dituangkan dalamRencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), yang dalammelakukan perencanaan anggaran sekolah harus berjalan dengan rencanapembangunan jangka panjang, rencana jangka menengah, rencana kerjapemerintah, rencana strategis pendidikan nasional, rencana startegis satuanpendidikan yang terdapat dalam rencana pengembangan sekolah, dan rencanakerja tahunan sekolah.

2.3.3 Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Menurut Kemendikbud RI No 101 Tahun 2013 program BOS bertujuan untuk: 1. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB negeri dan

SMP/SMPLB/SD-SMP SATAP/SMPT negeri terhadap biaya operasisekolah;

2. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta; 3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah

swasta.

2.3.4 Sasaran Program dan Besar Bantuan

(17)

di Indonesia.Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini.Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah pada tahun anggaran 2012, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:

1. SD/SDLB : Rp 580.000,-/siswa/tahun 2. SMP/SMPLB/SMPT : Rp 710.000,-/siswa/tahun 2.3.5 Waktu Penyaluran Dana

Menurut Kemendikbud RI No 101 Tahun 2013 penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.

Pada tahun anggaran 2014, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2014, yaitu Triwulan I dan II tahun anggaran 2014 tahun ajaran 2013/2014 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2014 tahun ajaran 2014/2015.

Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis (wilayah terpencil) sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, penyaluran dana BOS oleh sekolah dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester. Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan;

b. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengusulkan nama-nama kecamatan terpencil kepada Tim Manajemen BOS Provinsi, selanjutnya Tim Manajemen BOS Provinsi mengusulkan daftar nama tersebut ke Tim Manajemen BOS Pusat;

c. Kementerian Keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah terpencil berdasarkan usulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2.3.6 Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Kemendikbud RI No 101 Tahun 2013Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan Komite Sekolah dengan menerapkan MBS sebagai berikut.

1. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan dan akuntabel;

(18)

3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;

4. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;

5. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/kota (untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta).

Permendiknas Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011. Hal ini penting dilakukan karena dana BOS merupakan sumber utama bagi sekolah/madrasah untuk memenuhi biaya penyelenggaraan sekolah/madrasah, dan kebijakan pemerintah mengharuskan BOS menjadisarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasaryang bermutu.

Sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS 2011, program sekolah terdiri dari:

1. Pengembangan kompetensi lulusan (bidang akademik dan non akademik)

2. Pengembangan kurikulum/KTSP 3. Pengembangan pembelajaran 4. Pengembangan sistem penilaian

5. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan 6. Pengembangan sarana dan prasarana sekolah/madrasah 7. Pengembangan manajemen sekolah/madrasah

8. Pembinaan kesiswaan/ekstrakurikuler 9. Budaya dan lingkungan sekolah/madrasah 10. Penanaman karakter (budi pekerti)

(19)

evaluasi berguna untuk pembelajaran dan membuat rencana baru untuk pertumbuhan yang berkelanjutan serta perbaikan untuk pelaksanaan program selanjutnya.

2.4 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang mengangkat tentang evaluasi pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dilakukan oleh St. Rahmawati Arfah (2011) yang dilaksanakan di SD Inpres Tamajene Kota Makassar dengan judul “Evaluasi Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Kegiatan Pembelajaran di SD Inpres Tamajene Kota Makassar”. Tujuan penelitian in adalah untuk mengetahui penyebab belum efektifnya pemanfaatan dana bantuan operasional sekolah pada kegiatan pembelajaran di SD Inpres Tamajene Kota Makassar. Metode yang di gunakan dalam penelitian tersebut adalah penelitian kualitatif dengan jenis penilitian Deskriptif dengan dasar penelitian studi kasus, teknik pengambilan data yaitu mengambilan data primer dan data sekunder dan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Pemanfaatan dana bantuan operasional sekolah yang ditangani oleh di SD Inpres Tamajene Kota Makassar belum sepenuhnya efektif karena pertama aspek SDM, jumlah pegawai/staff yang sedikit khususnya untuk mengelola dana BOS serta minimnya pegawai/staff di lokasi penelitian. Kedua aspek dana, pencairan dana BOS dari pusat sampai ke rekening sekolah terkadang mengalami keterlambatan. Persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian mengenai Bantuan Operasionala sekolah, kemudian perbedaan dengan penelitian adalah pemanfaatan dana BOS seadangkan penelitian ini membahas mengenai proses Implementasi Program BOS di SD Negeri Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.

(20)

pengelolaan dana BOS Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Peneliti menghimpun fakta-fakta dan mengembangkan konsep, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis . Berbagai data deskriptif berupa kata-kata, tulisan, hasil wawancara lisan dan perilaku yang diamati dituliskan sebagai alat utama riset. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi . Peneliti menghimpun fakta-fakta dan mengembangkan konsep, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis . Berbagai data deskriptif berupa kata-kata, tulisan, hasil wawancara lisan dan perilaku yang diamati dituliskan sebagai alat utama riset. Hasil penelitian menunjukkan : a) Aspek penggunaan dana BOS antara komponen temuan yang dicapai, aspek seharusnya, dan komponen keberhasilan menunjukkan dua kriteria transparan dan satu kriteria tidak transparan. b) Tingkat keterbukaan sekolah dalam memberikan informasi dana BOS yang diterima dan barang-barang yang dibeli sudah sesuai spesifikasi barang,walaupun informasi mengenai dana BOS tidak diumumkan setiap bulan tetapi hanya setiap triwulan, semester, dan setiap setahun sekali yang di tempeldipapan pengumuman. c) Aspek monitoring Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, komite dan guru serta bukti dokumen SPJ BOS, monitoring dilakukan secara baik oleh kepala sekolah dan dinas terkait. Persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian mengenai Bantuan Operasionala sekolah, kemudian perbedaan dengan penelitian adalah Efektivitas Akuntabilitas Pengelolaan Dana BOS seadangkan penelitian ini membahas mengenai proses Implementasi Program BOS di SD Negeri Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan

(21)

Kecamatan Sukasada. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, kuesioner dan dokumentasi, yang selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar sudah sesuai dengan Permendiknas No. 76 tentang Petunjuk Teknis Pengunaan dan Pertangungjawaban Keuangan dana BOS Tahun 2013, (2) tingkat efektivitas pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar mencapai 87%, berada dalam kriteria sangat efektif, (3) masalah yang dihadapi seluruh sekolah dasar yaitu dana BOS datang tidak tepat waktu, dan komite kurang memahami pengelolaan dana BOS, (4) upaya yang dilakukan seluruh sekolah dasar yaitu melakukan pinjaman dana serta berbelanja secara kredit, dan melakukan penguatan pada komite terkait dana BOS.Persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian mengenai Bantuan Operasionala sekolah, kemudian perbedaan dengan penelitian adalah Efektivitas Pengelolaan Dana BOS seadangkan penelitian ini membahas mengenai proses evaluasi Implementasi Program BOS di SD Negeri Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

SD Negeri Wedoro

Implementasi Dana BOS di SD Negeri Wedoro

Evaluasi Implementasi Dana BOS SD Negeri Wedoro

(22)

Gambar

Gambar 2.1 Langkah Analisis Sistem
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena CHCl3 memiliki energi ionisasi yang sangatkuat sebab kloroform mempunyai ikatan kovalen yang menyebabkan ia tidak dapat bereaksi dengan

dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0°C, zat terlarut akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu pelarut murni, zat

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang pengaruh penggunaan selebriti dalam

HUBUNGAN PERSEPSI SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (Studi di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan Diwek Jombang)..

Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan

$ODW XNXU 95 0DWHU LQL PHPLOLNL WLQJNDWNHWHOLWLDQ“YROW1LODLWLQJNDW NHWHOLWLDQ LQL GLSHUROHK GDUL VHWHQJDK QLODL LQWHUYDO PLQLPDODODWXNXU950HWHUDWDX GDUL SHUVDPDDQ 'DUL

ueqag 'eAursepun1 !.lep eAuurogol LnqecJol qepuel 1e16uryaq

Di sana masih sangat kental dengan adat perjodohan sejak dalam kandungan yang biasa disebut dengan Bhakal ekakoaghi atau dalam bahasa indonesia artinya adalah bakal