• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pt. Pln (Persero) Area Pelayanan Jaringan (Apj) Surakarta Dalam Mengatasi Gangguan Jaringan Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kinerja Pt. Pln (Persero) Area Pelayanan Jaringan (Apj) Surakarta Dalam Mengatasi Gangguan Jaringan Listrik"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

KINERJA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN (APJ)

SURAKARTA DALAM MENGATASI GANGGUAN JARINGAN LISTRIK

Disusun Oleh :

Endang Gondowati

D 1109011

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user iv

MOTTO

Belajar dari kegagalan adalah cara meraih kesuksesan. Tidak pernah gagal berarti tidak pernah menang

( Sri Dhamananda Nayake)

Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan ialah orang yang tidak berbuat apa-apa. Jangan takut pada kesalahan, selama tidak mengulangi

kesalahan yang sama

( Roosevelt )

Jangan menyerah pada keadaan, hanya orang bodoh yang tidak mau berusaha bangkit dari keterpurukan

(5)

commit to user v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini aku persembahkan untuk :

·

Allah SWT atas semua hal terbaik yang sudah diberikan untukku

·

Ibu dan ayah atas semua kasih sayang, doa dan pengorbanan yang tulus

·

Kakak dan adik atas semua doa dan semangatnya

·

My best friend I ever had dila nilawati,sukma jayanti love you so much

·

Ardian Chandra Susanto atas cinta, kasih sayang dan semangatnya

·

Sahabat-sahabatku dimasa-masa kuliah dewi dan rita. Terimakasih atas

persahabatan yang tulus yang kalian berikan untukku.

·

Sahabat-sahabatku masa kuliah terutama libe, simbah, yoga , ndaru,

ciwot. Terimakasih untuk bantuannya selama ini.

(6)

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan berkah, karunia dan hidayah-NYA serta kemudahan jalan

yang diberikan-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul “KINERJA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN

(APJ) SURAKARTA DALAM MENGATASI GANGGUAN JARINGAN

LISTRIK”

Proses penyusunan skripsi ini melibatkan pihak-pihak yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dorongan dan bantuan kepada penulis. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Sudaryanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar

membimbing, memotivasi, serta memberi banyak masukan selama ini.

2. Bapak Soeharmanto, Bapak Agus Khoirudin, dan segenap karyawan PT.

PLN (Persero) APJ Surakarta, yang memberikan informasi dan

kemudahan dalam penyusunan skripsi ini serta membantu penulis dalam

(7)

commit to user vii

3. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Drs. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Keluarga, kekasih, teman-teman serta seluruh sahabat yang telah

memberikan bantuan dan selalu memberi semangat.

6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.

Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan

penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi

pihak-pihak yang memerlukannya.

Wassalamualaikum, Wr,Wb

Surakarta, Mei 2012

Penulis

(8)

commit to user viii

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja……….. 8

3. Penilaian Kinerja ………... 14

4. Indikator Kinerja ……….. 15

B. Gangguan Jaringan Listrik……….. 25

(9)

commit to user ix

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN APJ Surakarta... 41

(10)

commit to user x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Capaian Target dan Realisasi APJ Surakarta... 67

Tabel 1.2 Target dan Realisasi Kinerja Saidi APJ Surakarta Tahun

2011... 70

Tabel 1.3 Target dan Realisasi Kinerja Saifi APJ Surakarta Tahun

(11)

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 32

(12)

commit to user xii

ABSTRAK

Endang Gondowati, D1109011, Kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta Dalam Mengatasi Gangguan Listrik, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012.

PLN adalah perusahaan BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia, seperti halnya dengan PT. PLN APJ Surakarta juga merupakan salah satu area pelayanan jaringan listrik di Jawa tengah yang memasok kebutuhan listrik, khususnya di wilayah Surakarta. Sebagai Perusahaan BUMN Perusahaan diharuskan mencari laba, namun juga harus tetap menjalankan fungsi sosialnya yaitu sebagai public service obligation dalam bidang ketenagakerjaan. Kegiatan utamanya yaitu memasok listrik ke masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya dalam memenuhi kebutuhan listrik sering ada gangguan yang menyebabkan listrik padam, sehingga muncul keluhan-keluhan dari masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dalam mengatasi gangguan jaringan listrik.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yang menggambarkan realitas yang ada. Sumber datanya meliputi Sumber data primer yang diperoleh dari informan dan sumber data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode penarikan sample yang digunakan bersifat purposive sampling yaitu memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara. Uji validitas data adalah dengan teknik triangulasi data dan metode yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan teknik Analisis Interaktif.

(13)

commit to user xiii

ABSTRACT

Endang Gondowati, D1109011. The Performance of PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta in Coping With Electrical Disturbance, Thesis. State Administration Science Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, 2012.

PLN is a state-owned enterprise managing all electrical aspects in Indonesia, as it is with PT. PLN APJ Surakarta which is one of electricity network service areas in Central Java supplying the electricity need, particularly in Surakarta area. As a state-owned enterprise the company should seek profit, but it should also remain to undertake its social function as the public service obligation in manpower field. The main activity of which is to supply electricity to the society. However in practice, in meeting the electricity need some disturbance frequently occurs leading to quenched electricity, thus, grievances emerge from the society.

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang, untuk

melaksanakann pembangunan yang adil dan merata di seluruh Indonesia

diperlukan ketersediaan energi yang cukup sebagai motor penggerak

pembangunan itu sendiri.Salah satu energy tersebut adalah listrik, sehingga

secara tidak langsung listrik menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh sebab

itusebagaimana diatur dalam Undang-undang dasar 1945, pasal 33 ayat 2 yang

berbunyi “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, maka pemerintah

berperan penting dalam pengaturan energi listrik. Hal tersebut terealisasi

dengan dibentuknya PLN oleh pemerintah.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah sebuah BUMN yang

mengurusi semua aspek kelistrikan yan ada di Indonesia, dengan kata lain

PLN memonopoli industri kelistrikan di Indonesia. Sebagaimana BUMN

lainnya PLN juga dibolehkan bahkan diharuskan mencari keuntungan, namun

harus tetap menjalankan fungsi social utamanya sebagai Public Service

Obligation (PSO) dalam bidang ketenagalistrikan. Hal ini terkait dengan

Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 2 ayat (1) yang

menyatakan maksud dan tujuan pendirian BUMN yang isinya adalah

memberikan sumbangan bagi penerimaan dan perkembangan perekonomian

(15)

commit to user

nasional, mengejar keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan umum

berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi

pemenuhan hajat hidup orang banyak.

Namun pada kenyataannya masih ada wilayah di Indonesia yang

masih kurang akan pasokan listrik. Seperti yang diungkapkan di harian Jawa

Pos, terbitan 18 February 2010, bahwa ”PT. PLN, terus bergerak cepat untuk

menyuplai dan menangani kebutuhan listrik di Indonesia Timur”.Dari

keterangan tersebut berarti pemerintah belum sepenuhnya dapat memberikan

pelayanan dibidang kelistrikan secara merata. Disamping itu, masyarakat yang

sudah menikmati energy listrik tidak sepenuhnya puas akan fasilitas yang ada,

sebab masih banyak pelayanan yang kurang memuaskan dari PLN padahal

setiap tahun kebutuhan listrik meningkat, hal ini ditandai dengan pertambahan

pelanggan PLN.

Dilain pihak pertambahan pelanggan PLN tersebut tidak diikuti

dengan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PLN. Misalnya pemadaman

listrik secara tiba-tiba, tidak jarang pula karena gangguan trafo meledak yang

banyak disebabkan karena layang-layang yang tersangkut jaringan listrik yang

dapat mengakibatkan pemadaman rumah maupun lampu penerangan jalan,

seperti yang dinyatakan dalam harian SoloPos, 23 Mei 2008, bahwa

“Sepanjang tahun 2008 ini, menurut Wahyono, gangguan jaringan akibat

layang-layang telah menyebabkan sekitar 24 kasus pemadaman listrik."Kasus

terbanyak terjadi di Kota Solo, mencapai 60 persennya," katanya.Dan

(16)

commit to user

banyak dialami dan diadukan oleh pelanggan PLN. Mungkin sudah banyak

surat pembaca di berbagai media masa yang mengeluhkan tentang gangguan

jaringan listrik yang menyebabkan pemadaman listrik. Namun entah

diperhatikan atau tidak permasalahan tersebut sampai saat ini masih tetap

terjadi di masyarakat. Seperti yang dinyatakan dalam Viva News terbitan

Kamis,5 Juni 2010 yang menyatakan “pemadaman listrik bergilir di wilayah

Surakarta masih akan terjadi menyusul belum pulihnya pasokan listrik untuk

wilayah Jawa- Bali, ini dikarenakan terjadi gangguan kerusakan PLTU di

Paiton”.Di dalam dunia bisnis, apalagi dalam hal ketenagalistrikan, telah ada

undang-undang yang mengatur mengenai perlindungan konsumen(pelanggan)

PLN diatur dalam pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999, lebih menguatkan posisi

pelanggan yang harus di puaskan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, maka sangat penting bagi pihak

PLN dalam meningkatkan kinerjanya. Hal ini didukung pula oleh UU

ketenagalistrikan No. 20 Tahun 2002 pemerintah mewajibkan PLN untuk

meningkatkan pelayanan sebagai imbalan terhadap pelanggan yang membayar

lebih mahal. Banyak factor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja suatu

organisasi yaitu menurut Ruky dalam Hessel Nogi (178: 2005) yaitu:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kinerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka semakin

tinggi tingkat kinerja yang dihasilkan organisasi tersebut.

(17)

commit to user

3. Kualitas lingkungan yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan

dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organiasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi

agar bekerja sesuai standart dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi dll.

Namun dalam melakasanakan pekerjaannya petugas PLN pun juga

tidak mudah dan lancar, banyak hambatan yang dihadapi dalam mengatasi

gangguan listrik seperti yang dinyatakan dalam Harian Joglo Semar Kamis, 29

September 2011, bahwa “kendala yang sering dijumpai petugas PLN menurut

manajer PLN APJ Solo, Puguh Dwi Atmanto yaitu petugas PLN kesulitan

dalam mengatasi gangguan pohon karena adanya penduduk yang keberatan

pohon miliknya dipangkas atau ditebang, padahal pohon tersebut sangat

mengganggu. Pohon yang berdekatan dengan jaringan listrik PLN bisa

menimbulkan gangguan listrik padam atau rusaknya peralatan listrik.”

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas dan merespon keluhan

pelanggan secara cepat dan handal, maka dapat diharapkan akan dapat

meningkatkan kinerja pegawai PLN. Dalam hal ini peran pengawasan

masyarakat serta sikap kritis pengguna listrik sangat diperlukan dalam

menyikapi pelayanan PLN yang tentu diharapkan dapat menjadi pendorong

(18)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dalam mengatasi

gangguan jaringan listrik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui gambaran tentang kinerja PT PLN (Persero) APJ Surakarta

dalam mengatasi gangguan jaringan listrik.

2. Sebagai bahan masukan dan pemikiran agar dapat digunakan oleh

organisasi dan semua pihak yang memerlukan

3. Untuk memenuhi salahsatu persyaratan akademis guna memperoleh gelar

kesarjanaan Strata 1 di jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu sosial

dan Ilmu politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan yang bias digunakan untuk membantu bagi penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan informasi dan masukan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan mengenai kinerja PT PLN Persero APJ Surakarta

(19)

commit to user

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sermua pihak

sebagai bahan pemikiran untuk memperbaiki kinerja dalam rangka

(20)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian kinerja

Tujuan organisani hanya dapat di capai apabila organisasi tersebut

didukung oleh unit-unit kerja yang terdapat di dalamnya. Baik buruknya

output suatu organisasi di pengaruhi oleh baik buruknya kinerja yang

terjadi dalam organisasi tersebut. Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi,

sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam

rangka mencapai tujuan organiasai bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. (Suyadi Prawiro

Sentono, dalam Joko Widodo (2008:77).

Pendapat lain dikemukakan oleh Suryadi Prawirosentono dalam

Joko Widodo (2008:77) yaitu: Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, Dalam rangka

mencapai tujuan organiasai bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral dan etika.Sedangkan Menurut Bastian

dalam Hessel Nogi (2005:175) mendefinisikan kinerja organisasi sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu

(21)

commit to user

organisasi tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi.

Selain itu, Berman dalam Yeremas T Keban (2008:209)

mengartikan kinerja sebagai pemanfaatan sumber daya secara efektif dan

efisien untuk mencapai hasil. Disamping itu, Pabundu Tika (2006: 122)

juga memberikan definisi tentang kinerja perusahaan yaitu sebagai fungsi

hasil-hasil pekerjaan kegiatan yang ada dalam perusahaan yang

dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern organisasi dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil

kerja dari seseorang atau sekelompok orang dalam satu institusi

berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan akhir

perusahaan atau organisasi sesuai dengan kesepakatan bersama.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja.

Dalam Mahmudi (2005; 21) menyebutkan bahwa kinerja

merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak

faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kinerja, antara

lain :

a. Faktor personal/individual, meliputi : pengetahuan, keterampilan

(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang

(22)

commit to user

b. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer

dan team leader.

c. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam

organisasi.

e. Faktor konstektual (situasi), meliputi : tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal organisasi.

Ruky (dalam Hessel Nogi, 2005; 180) mengemukakan faktor -

faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja

organisasi yaitu:

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruangan, dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

(23)

commit to user

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota

organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi, dan lain-lain.

Atmosoeprapto (dalam Hessel Nogi, 2005 ; 181-182)

mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor internal maupun eksternal seperti berikut ini :

a. Faktor eksternal yang terdiri dari :

1) Faktor Politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan

ketertiban, yang akan memepengaruhi ketenangan organisasi untuk

berkarya secara maksimal.

2) Faktor Ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem

ekonomi yang lebih besar.

3) Faktor Sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos

kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

(24)

commit to user

2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara

keseluruhan.

4) Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam

pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang

bersangkutan.

Di jelaskan pula bahwa kinerja yang belum optimal pada dasarnya

dipengaruhi oleh berbagai factor, namun dari sekian banyak factor yang

telah diidentifikasi, ada tiga factor penting yang dianggap sangat

mempengaruhi kinerja, yaitu sebagai berikut :

a. Sumber Daya Manusia

Manusia adalah unsur penting dalam keberhasilan suatu

organisasi. Dikatakan oleh Susanto (dalam Hessel Nogi,2005 :189)

bahwa asset organisasi yang paling penting dan harus diperhatikan

oleh manajemen adalah manusia (sumber daya atau human resources).

Hal ini bermuara pada kenyataan bahwa manusia merupakan elemen

yang selalu ada dalam setiap organisasi.Manusia membuat

tujuan-tujuan, inovasi dan mencapai tujuan organisasi.Manusia merupakan

satu-satunya sumber daya yang dapat membuat sumber daya organisasi

lainnya bekerja dan berdampak langsung terhadap kesejahteraan

(25)

commit to user

Sumber daya manusia berkaitan dengan kemampuan karyawan

maupun staf dalam menjalankan roda organisasi secara efektif dan

efisien.Kualitas sumber daya manusia bertumpu pada dua indicator

penting yaitu tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para karyawan dan

tingkat ketrampilan yang berkaitan dengan bidang kerja yang ditangani

para karyawan tersebut. Pendidikan merupakan aspek kemampuan

yang dimiliki oleh karyawan dan melekat sesuai dengan atribut yang

dimiliki karyawan yang bersangkutan, sedangkan ketrampilan yang

dimiliki karyawan untuk mengerjakan proses kerja yang ada pada unit

organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Struktur Organisasi

Suwarto (dalam Hessel Nogi, 2005:192) mengemukakan

bahwa suatu organisasi akan menunjukkan kinerja yang tinggi jika

aspek kepemimpinan dan stuktur memberikan focus dan pengarahan

dalam upaya mendorong seluruh karyawan pada suatu tujuan yang

sama yaitu tujuan organisasi. Struktur organisasi berkaitan dengan

hubungan yang relatiftetap diantara tugas-tugas yang ada dalam

organisasi.Gito Sudarno dan Sudita (dalam Hessel Nogi,

2005:193-201) menyebutkan elemen-elemen utama struktur organisasi meliputi

pembagian tugas (division of labor), depatementalisasi, rentang

kendali, delegasi wewenang dan mekanisme koordinasi.

Sedangkan Stoner (dalam Hessel Nogi, 2005:202-203)

(26)

commit to user

organisasi yaitu spesialisasi kegiatan, standardisasi kegiatan,

koordinasi kegiatan, sentarlisasi dan desentralisasi pengambilan

keputusan, serta ukuran satuan kerja.Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa struktur organisasi adalah kesesuaian pembagian

pekerjaan antara struktur dan fungsi, dimana terjadi penumpukan atau

kekosongan pelaksanaan pekerjaan danada tidaknya hubungan dan

urutan diantara unit-unit kerja yang ada.

c. Kepemimpinan

Berkaitan dengan kepemimpinan, Thoha (dalam Hessel Nogi,

2005:203) mengemukakan bahwa suatu organisasi akan berhasil atau

bahkan gagal, sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan yang ada.

Efektivitas kepemimpinan berpengaruh terhadap tingkat kinerja karena

kemampuan pimpinan dapat mempengaruhi atau memotivasi orang

lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Peran kepemimpinan

terhadap kinerja organisasi dapat dikatakan bahwa kegiatan-kegiatan

yang ada dalam organisasi perlu diorganisir secara tepat dan efisien,

sehingga dibutuhkan kemampuan pimpinan dalam melakukan

koordinasi.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi.Faktor-

(27)

commit to user 3. Penilaian Kinerja

Kinerja juga membutuhkan penilaian karena penilaian kinerja

tersebut akan menimbulkan perbaikan atau peningkatan kinerja karyawan

yang kemudian akan berdampak positif pada kinerja organisasi secara

keseluruhan. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

dari tujuan atau sasaran suatu organisasi. Cakupan dan cara mengukur

kinerja sangat menentukan apakah suatu organisasi publik dapat dikatakan

berhasil atau tidak.

Indikator kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif dan atau

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau

tujuan yang telah ditetapkan. Ukuran kinerja itu tentunya harus

merefleksikan tujuan dan misi organisasi yang bersangkutan, sehingga

berbeda satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan

kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan publik, karena

tujuan dari organisasi seringkali bukan hanya kurang jelas, tetapi juga

bersifat multidimensional.

Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi

dalam mencapai misinya. Dalam Agus Dwiyanto (2002:45), untuk

organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja sangat berguna

untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu

(28)

commit to user

and Stewart dalam jurnal Andrew Armitage and Diane Keeble-Allen

(2009:5),berikut ini :

“…performance information is essential for managerial control, informed decision making and the public accountability of any organisation in any sector.”

(Informasi mengenai kinerja adalah isi yang sangat penting untuk kontrol manajemen, informasi pembuatan keputusan dan akuntabilitas publik organisasi disektor apapun).

Pendapat lainnya yang diungkapkan Pascal Courty dkk dalam

Jurnalnya (2005:2), yaitu :

“A key element in the design of these performance measurement systems is the establishement of appropriate bencmark level or standards of performance guide the evaluation of program outcomes”

(Elemen kunci dalam prancangan sistem pengukuran kinerja ini adalah pembentukan tingkatbencmark yang sesuai dengan panduan kinerja evaluasi hasil program).

Penilaian kinerja itu sangat penting dilakukan bagi semua

organisasi karena dari penilaian tersebut kita bisa tahu apakah organisasi

yang bersangkutan telah dijalankan sesuai dengan tujuan ataupun visi dan

misi organisasi. Disamping itu penilaian kinerja juga perlu mengingt

adanya tuntutan masyarakat yang semakin meningkat terhadap perbaikan

kinerja organisasi publik.

4. Indikator Kinerja

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kinerja secara tidak

langsung maka dibutuhkan beberapa indicator kinerja.Mohamad Mahsun

(2006:71) mengemukakan bahwa indicator kinerja (performance

indikators) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance

(29)

commit to user

pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna.Indikator kinerja mengacu

pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaiyu hal-hal yang sifatnya

hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung

kualitatif.Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu

pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat

kuantitatif.

Pengertian indicator kinerja menurut lohman ( dalam Moh.

Mahsun, 2006 :71) adalah suatu variable yang digunakan untuk

mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efifiensi proses atau

operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.

Sementara itu, menurut Bastian (dalam Hessel Nogi, 2005:175) indicator

kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan.Sehingga dapat dikatakan bahwa indicator kinerja merupakan

kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan

organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Bastian

mengemukakan beberapa elemen-elemen indicator kinerja yang harus

diperhatikan, antara lain :

a. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

organisasi mampu menghasilkan produknya baik barang maupun jasa.

b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

(30)

commit to user

c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung)

d. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang berkaitan dengan

tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

e. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik

positif maupun negative pada setiap tingkatan indicator berdasarkan

asumsi yang telah ditetapkan.

Penggunaan indicator kinerja sangat penting untuk mengetahui

apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisisen dan

efektif.Indikator kinerja untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda

tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan.Selim dan Woodward

(dalam Agus Dwiyanto, 2002:52) melihat kinerja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektivitas dan persamaan

pelayanan. Sedangkan Zeithaml, Parasuraman dan Berry (dalam Agus

Dwiyanto, 2002:53) menegmukakan bahwa kinerja pelayanan public yang

baik dapat dilihat melalui berbagai indicator yang sifatnya fisik

diantaranya tangiables (ketampakan fisik), realibity (realibilitas),

responsiveness (responsivitas), assurance (kepastian), emphaty

(perlakuan/perhatian pribadi yang diberikan oleh provider kepada

customers).

Selanjutnya Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto (2006; 52)

menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai

(31)

commit to user a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi

pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor

produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas

ekonomis.Apabila diterapkansecara obyektif, kriteria seperti likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat

relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikanya organisasi pelayanan publik tersebut

tercapai?Hal tersebut erat kaitanya dengan rasionalitas teknis, nilai,

misi, tujuan, organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.Kriteria ini erat

kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.Keduanya

mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan

nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut

pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan

sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta

organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap

(32)

commit to user

itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria

daya tanggap ini.

Ratminto dan Atik (2007; 179-182) mengemukakan bahwa untuk

menilai atau mengukur kinerja organisasi dapat dipergunakan dua jenis

ukuran, yaitu ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang

berorientasi pada hasil. Ukuran yang berorientasi pada proses adalah

a. Efektivitas

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu

dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi

organisasi.Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus mengacu pada visi

organisasi.

b. Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan

oleh masyarakat.

c. Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dengan

masukan.Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan

suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang

sedikit mungkin. Dengan demikian , kinerja Pemerintah Daerah akan

(33)

commit to user

dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan

biaya semurah-murahnya.

d. Kepuasaan

Kepuasan artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi

kebutuhan karyawan dan masyarakat.

e. Keadilan.

Keadilan yang merata artinya cakupan atau jangkauan kegiatan

pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan

seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara

adil.

Sedangkan ukuran yang berorientasi pada hasil, antara lain :

a. Responsivitas

Adalah kemampuan providers dalam mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Yaitu mengukur daya tanggap

providers terhadap keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

b. Responsibilitas

Adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian

antara penyelenggara pemerintahan denagn hokum atau peraturan dan

(34)

commit to user c. Akuntabilitas

Adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian

antara penyelenggara pemerintahan dengan ukuran eksternal yang ada

di masyarakat dan yang dimiliki oleh stakeholders, sepert nilai dan

norma yang berkembang dalam masyarakat.

d. Keadaptasian

Adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap

tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungan

e. Kelangsungan Hidup

Berarti seberapa jauh pemerintah atau program pelayanan dapat

menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup

dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.

f. Keterbukaan atau transparansi

Merupakan ukuran tentang prosedur atau tata cara, penyelenggaraan

pemerintah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan

umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak.

g. Empati

Adalah perlakuan atau perhatian pemerintah atau penyelenggara jasa

pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang

berkembang di masyarakat.

Menurut Agus Dwiyanto (2006; 50-51) indikator yang biasa

(35)

commit to user a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa

terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO)

mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas

dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki

hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang

penting.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi sangat penting

dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik.Banyak

pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul

karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang

diterima dari organisasi publik.Dengan demikian, kepuasan

masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja

organisasi publik.Keuntungan utama menggunakan kepuasan

masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai

kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah.

Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali

dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses

(36)

commit to user

layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja

organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.Kepuasan

masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi

publik.

c. Responsivitas

Responsivitas menurut adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Secara singkat responsivitas di sini

menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja responsivitas secara langsung

menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan

misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan

ketidakselarasan antara pelayan dengan kebutuhan masyarakat.Hal

tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan

misi dan tujuan organisasi publik.Organisasi yang memiliki

responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek

pula.

d. Responsibilitas

Lenvine dalam Agus Dwiyanto (2006:51) menyatakan bahwa

(37)

commit to user

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit.Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh

rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena

dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik

dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat

banyak.Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran

internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah,

seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas

yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai

dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan diatas, diambil tiga

indikator yang akan digunakan untuk mengukur kinerja PT. PLN APJ

Surakarta dalam mengatasi gangguan jaringan listrik yaitu Produktivitas,

(38)

commit to user

Konsep produktivitas pada PLN diukur dari seberapa besar upaya yang

dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dalam mengatasi gangguan

jaringan listrik serta apakah hasilnya sesuai target yang ditetapkan. Konsep

responsivitas menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan

pelayanan dari PLN dengan kebutuhan pelanggan, responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung

menggambarkan kemampuan PLN dalam menanggapi keluhan dari

masyarakat, terutama dalam rangka mengatasi gangguan jaringan listrik.

Sedangkan akuntabilitas, dalam konteks ini konsep dasar akuntabilitas publik

dapat digunakan untuk melihat seberapa besar pertanggungjawaban PT. PLN

(Persero) APJ Surakarta dalam mengatasi gangguan jaringan listrik.

B. Gangguan Jaringan Listrik

1. Pengertian Gangguan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gangguan yaitu halangan,

rintangan, godaan atau sesuatu yang menyusahkan.

2. Pengertian Jaringan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Jaringan adalah barang siratan

yang serupa jaring.

3. Sedangkan listrik yaitu kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya

pergesekan atau melalui proses kimia, yang dapat dipergunakan untuk

(39)

commit to user

C. Kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dalam Mengatasi

Gangguan Jaringan Listrik

Kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dapat diidentifikasikan

melalui berbagai indicator kinerja yang mana hal ini dapat menjadi tolok ukur

keberhasilan dalam mengatasi gangguan jaringan listrik. Dan untuk

mengetahui bagaimana kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dalam

mengatasi gangguan jaringan listrik maka digunakan indicator sebagai

indikasi untuk menilai kinerja yaitu produktivitas, responsivitas dan

akuntabilitas. Indikator - indikator ini dipilih dengan pertimbangan bahwa

dalam mengukur kinerja organisasi harus menggunakan dua pendekatan.

Pendekatan pertama melihat indikator kinerja dari perspektif pemberi layanan

dan pendekatan kedua melihat indikator kinerja dari perspektif pengguna jasa.

Maka indikator tersebut dirasa lebih tepat dan cukup mewakili dari dua

pendekatan dalam menilai kinerja organisasi yaitu dari perspektif pemberi

layanan dan pengguna jasa. Mengacu pada beberapa pendapat tokoh mengenai

indicator kinerja organisasi public indicator produktivitas, responsivitas dan

akuntabilitas ini yang banyak disebutkan untuk menilai kinerja organisasi.

Berikut ini dijelaskan mengenai batas-batas terhadap indicator yang telah

dipilih sebagai tolok ukur keberhasilan, yaitu sebagai berikut :

a. Produktivitas

Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input

dan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan

(40)

commit to user

bahwa produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

Pemerintah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan masyarakat.

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dengan output. Namun konsep produktivitas diperluas

dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil

yang diharapkansebagai salah satu indikator kinerja yang penting (Agus

Dwiyanto,2006; 50).

Berdasarkan penjelasan mengenai konsep produktivitas diatas

maka dalam penelitian ini akan dibahas produktivitas dengan penekanan

pada sejauh mana upaya yang dilakukan oleh PT. PLN (PERSERO) APJ

Surakarta dalam mengatasi gangguan listrik, dan apakah hasilnya sesuai

dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Responsivitas

Responsivitas merupakan indicator kinerja yang berorientasi pada

hasil, responsivitas ini dimasukkan sebagai salah satu indicator kinerja

karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Agus Dwiyanto (2002:50)

responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan public sesuai dengan

(41)

commit to user

Sedangkan Hessel Nogi (2005:222) responsivitas berkaitan dengan

kecepatan tanggapan yang dilakukan oleh aparatur atau petugas terhadap

kebutuhan pengguna jasa, yang dalam hal ini adalah masyarakat yang

membutuhkan pelayanan sebagaimana diatur dalam perundangan yang

berlaku. Joko Widodo (2008:69) mengemukakan bahwa nilai responsivitas

berkaitan dengan daya tanggap dan menanggapi apa yang menjadi

keluhan, masalah dan aspirasi public. Birokrasi public yang baik adalah

birokrasi yang responsif (mempunyai daya tanggap yang tinggi dan cepat

menanggapi) terhadap apa yang menjadi keluhan, masalah, aspirasi public.

Responsivitas merupakan pertanggungjawaban dari sisi yang menenrima

pelayanan (masyarakat).

Untuk dapat mengenali apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan

harapan masyarakat, maka sebuah organisasi dituntut untuk mengerti

kondisi masyarakat, karena dengan mengerti dan memahami kondisi dari

masyarakat tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk menghasilkan

sebuah produk (hasil) baik berupa barang atau jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa responsivitas

Menggambarkan kemampuan PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dalam

menanggapi keluhan masyarakat terutama dalam rangka untuk mengatasi

gangguan jaringan listrik.

(42)

commit to user

Pengertian akuntabilitas (accountability) menurut kumorotomo

(2005 :3) adalah ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi

public atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai

dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah

pelayanan public mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang

sesungguhnya. Akuntabilitas public terkait dengan falsafah bahwa

eksekutif pemerintah yang tugas utamanya adalah melayani rakyat harus

bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada

rakyat.

Sedangkan menurut Joko Widodo (2008 :75) akuntabillitas public

merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau

menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/ badan

hokum/ pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

wewenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Akuntabilitas public merupakan kewajiban pejabat public untuk member

penjelasan, keterangan dan jawaban baik diminta atau tidak kepada public

tentang apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para pejabat

public. Penjelasan, keterangan dan jawaban tersebut harus disampaikan

secara terbuka dan transparan kepada public dengan tujuan agar

masyarakat (public) menjadi tahu tentang apa yang dilakukan oleh

penyelenggara pemerintah.

Agus Dwiyanto (2002:57) juga mengemukakan pengertian

(43)

commit to user

ukuran yang pelayanan dengan ukuran nilai-nilai dan norma eksternal

yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh para stokeholders. Acuan

pelayanan yang digunakan oleh organisasi public juga dapat menunjukkan

tingkat akuntabilitas pemberian pelayanan public. Acuan pelayanan yang

dianggap paling penting oleh suatu organisasi public adalah dapat

merefleksikan pola pelayanan yang dipergunakan yaitu pola pelayanan

yang akuntabel yang mengacu pada kepuasan public sebagai pengguna

jasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas PT.PLN

(PERSERO) APJ Surakarta dalam mengatasi gangguan jaringan listrik

merupakan pertanggungjawaban PLN sebagai penyelenggara layanan

akan kebutuhan listrik terutama dalam rangka mengatasi gangguan

jaringan listrik.

D. Kerangka Pikir

Kebutuhan akan listrik termasuk dalam kebutuhan sektor publik.

PLN yang merupakan perusahaan BUMN lazimnya memiliki misi untuk

memberikan pelayanan publik yang optimal demi kepuasan dan

kesejahteraan pelanggan, untuk itu PLN dituntut untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan.

Namun dalam menjalankan misinya seringkali PLN dihadapkan

berbagai permasalahan khususnya dalam memberikan pelayanan kepada

(44)

commit to user

utama yang dihadapi oleh PLN yang mempengaruhi gangguan listrik.

Masalah yang mempengaruhi gangguan jaringan listrik yaitu gangguan

yang bersifat teknis seperti isolator pecah, konektor loss contact, dan

yang bersifat non teknis seperti karena cuaca, tertimpa pohon dan

lain-lain.

Untuk melihat sejauh mana pelayanan kantor PLN dalam

mengatasi gangguan listrik, dapat dilakukan penilaian terhadap

kinerjanya dengan melihat indikasi-indikasi yang terkait dengan aktifitas

yang dilakukan oleh PLN. Dengan kinerja ini diharapkan mampu

menjelaskan apakah PLN mampu melaksanakan tugas dan fungsi yang d

iembannya secara optimal didalam memberikan pelayanan masyarakat

sebagai pengguna jasa pelayanan.

Indikator yang digunakan di dalam mengukur kinerja PT. PLN

(PERSERO) APJ Surakarta adalah produktivitas, responsivitas,

akuntabilitas. Indikator-indikator ini dipilih karena indikator ini dirasa

dapat berfungsi sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja PT. PLN

(PERSERO) APJ Surakarta baik dari sisi internal organisasi maupun

eksternal. Sehingga dengan melihat indicator-indikator tersebut dapat

diketahui apakah kinerja PLN dalam mengatasi gangguan jaringan listrik

sudah maksimal atau belum. Produktivitas PLN adalah indikator yang

dapat menunjukkan sejauhmana keberhasilan PLN dalam upaya

pencapaian misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Responsivitas

(45)

commit to user

kinerjanya untuk menanggapi berbagai keluhan mengenai gangguan

listrik. Sedangkan akuntabilitas PLN adalah pertanggungjawaban atas

penyelenggaraan pelayanan dalam mengatsi gangguan listrik.

Keberhasilan kinerja PLN ini tidak terlepas dari factor-faktor yang

mempengaruhi kinerja PLN tersebut yang akan berimplikasi pada

kepuasan masyarakat. Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran ini,

akan penulis sajikan dalam bentuk gambar seperti berikut ini :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

“Kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta dalam mengatasi

gangguan jaringan listrik”

Keluhan pelanggan terhadap gangguan

jaringan listrik

Kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ

Surakarta :

· Produktivitas

· Responsivitas

· Akuntabilitas

(46)

commit to user

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Kota Surakarta, jalan

Slamet Riyadi no 468. Adapun pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada

beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. PT. PLN (Persero) APJ Kota Surakarta merupakan salah satu area

pelayanan jaringan listrik di Jawa Tengah yang memasok kebutuhan

listrik, khususnya di wilayah Surakarta serta bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan pelanggannya dengan terus berusaha meningkatkan kinerjanya

agar tercipta kepuasan pelanggan.

2. Banyaknya keluhan yang masuk ke PT. PLN (Persero) APJ Surakarta

terutama tentang gangguan jaringan listrik, sehingga peniliti ingin

mengetahui bagaimanakah kinerja PT. PLN (PERSERO) APJ Surakarta

dalam mengatasi gangguan jaringan listrik.

B. Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif sebab

penulis ingin menggambarkan/ mendeskripsikan bagaimana kinerja PT. PLN

(Persero) APJ Kota Surakarta dalam mengatasi gangguan jaringan listrik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didukung data

kualitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk memberikan gambaran

(47)

commit to user

mengenai berbagai hal yang ada menjadi bahan penelitian dengan cara

menggali, mendalami, menemukan fakta-fakta dan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan melalui penafsiran

dan dianalisa menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan pendekatan

kualitatif berorientasi pada orientasi teoritis, teori dibatasi pada pengertian

bahwa suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat

proposisi yang berasal dari data yang diuji. Teori juga mambantu

menghubungkan dasar orientasinya dengan data dan dapat dimanfaatkan

dalam pengumpulan dan analisis data.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ada dua yaitu :

1. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari informan.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala bagian analys/specialist Kinerja PT. PLN (Persero) APJ Kota

Surakarta

b. Kepala Bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Kota Surakarta

c. Pelanggan

Penulis memilih narasumber sebagaimana diatas dengan berbagai

pertimbangan, pertimbangan tersebut adalah: (1) Kepala bagian

analys/specialist kinerja, merupakan orang yang sangat berpengaruh besar

(48)

commit to user

kebijakan. (2) Kepala Bagian Humas, merupakan orang yang sangat

berpengaruh dalam pengelolaan hubungan perusahaan dengan masyarakat

sekitar terlebih lagi dengan pelanggan. (3) Pelanggan, merupakan orang

yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan.

2. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang diperoleh dari dokumen yang berupa

data mengenai berbagai keluhan pelanggan tentang gangguan jaringan

listrik, buku-buku kepustakaan untuk pencarian informasi dan pemahaman

teoritis untuk memecahkan masalah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Menurut Lexi J Moelong (2009: 186) wawancara merupakan percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Tehnik

wawancara sangat tepat untuk melengkapi data yang bersumber dari

narasumber atau informan.yang dalam penelitian kualitatif khususnya

dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan

pertanyaan langsung kepada informan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih

terarah.Penulis memnilih menggunakan tehnik pengumpulan data dengan

(49)

commit to user

tatap muka secara langsung, dari sinilah peluang berbagai pertanyaan yang

berhubungan langsung dengan proses penelitian akanterungkap.

2. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dari sumber data yang berupa

tulisan, angka, gambar atau grafik serta rekaman gambar yang dilakukan

melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dengan menggunakan

alat indera pendengaran dan penglihatan terhadap fenomena social yang

terjadi di lokasi penelitian.Observasi sangat tepat guna melengkapi data yang

berupa aktifitas ataupun kegiatan yang dilakukan berkesinambungan oleh

objek penelitian.Dalam penelitian ini, observasi difokuskan pada berbagai

indikatorindikator kinerja di PT. PLN (Persero) APJ Kota Surakarta dalam

mengatasi gangguan jaringan listrik yang tidak jauh dengan teori

ServiceTriangle.

Penulis menggunakan metode observasi dalam tehnik

pengumpulan data sebab selain untuk melengkapi data, penulis juga dapat

membandingkan hasil wawancara dengan kenyataan yang ditemui oleh

peneliti dilapangan.

3. Telaah dokumen

Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan

mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan

penelitian berupa arsip, laporan, peraturan, dokumen, dan sumber-sumber lain

(50)

commit to user

E. Metode Penarikan Sampel

Dalam menentukan narasumber penulis menggunakan purposive

sampling. Dalam purposive sampling, tujuan utamanya adalah untuk menggali

informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul

(Lexi J Moelong, 2009:224) dalam penelitian. Dalam penelitian ini informasi

berasal dari dalam instansi yakni aparat yang di anggap bisa memberikan

informasi yang dibutuhkan dan pelanggan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis data

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan identifikasi satuan (unit), hal tersebut

merupakan bagian terkecil yang yang ditemkan dalam data yang memiliki

makna bila dikaitkan dengan fokus masalah penelitian, sesudah itu

membuat kode pada setiap satuan (Lexi J Moleong, 2009:228). Dengan

kata lain reduksi daat merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada. Berfungsi untuk

mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak perlu.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset sampai penelitian

berakhir.

(51)

commit to user

Merupakan susunan penyajian data yang baik dan jelas

sistematikanya untuk merakit dan memudahkan melihat informasi dalam

bentuk yang kompak. Susunan penyajian data yang baik dan jelas

sistematikanya akan banyak menolong peneliti sendiri. Penyajian data

harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai

pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi

mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap

permasalahan yang ada.

3. Penarikan simpulan dan verifikasi

Setelah tahap pengumpulan data selesai dilakukan, selanjutnya

yang dilakukan adalah penarikan simpulan berdasarkan hal yang terdapat

dalam proses reduksi data maupun penyajian data atau dengan kata lain

dimulai dengan awal pengumpulan data.

Dari tiga komponen yang terlibat dalam proses analisa data

tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data

yang menggunakan siklus. Untuk lebih jelasnya, proses analisa data

(52)

commit to user

Gambar 2.1.

Skema Analisis Model Interaktif

Sumber: H.B. Sutopo (2002 :96)

G. Validitas Data

Validitas data yang dpaat digunakan dalam penelitian kualitatif ada

beberapa cara diantaranya adalah triangulasi (H.B Sutopo, 2002:78). Validitas

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut

Sutopo (2002:79-83), triangulasi dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Triangulasi data/sumber yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan

data yang sejenis.

2. Triangulasi metode yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan data yang sejenis tetapi menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda.

Pengumpulan Data

Reduksi data

Sajian Data

(53)

commit to user

3. Triangulasi peneliti yaitu hasil dari penelitian baik data ataupun

kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan diuji validitasnya

dari beberapa peneliti

4. Triangulasi teori yaitu penelitian tentang topic yang sama tetapi

menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan yang dikaji.

Dari keempat teknik tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik triangulasi data dan metode. Teknik triangulasi data dilakukan

dengan mengumpulkan data sejenis tentang pelayanan gangguan jaringan

listrik. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data

(54)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta

Kelistrikan Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1901

Belanda mendirikan perusahaan listrik dengan nama N. V. Soloces Electriced

Mij (S.E.M) untuk keperluan sendiri. Bermula dari munculnya

ketenagalistrikkan yang dibangkitkan oleh beberapa perusahaan Belanda

untuk keperluan sendiri, diantaranya pabrik gula dan pabrik teh.

Ketenagalistrikkan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menyangkut

penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Kelistrikkan untuk kemanfaatan

umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu CV Nign di

Batavia. Perusahaan ini semula bergerak dibidang gas, akan tetapi dikemudian

hari memperluas usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum.

Kemudian pada tahun 1893 oleh pemerintah-pemerintah daerah pada jaman

penjajahan Belanda telah didirikan perusahaan-perusahaan listrik di Batavia

(sekarang Jakarta) Electric Cittet Bendri JTF Batavia, Surabaya, Medan,

Palembang, Makassar (sekarang Ujung Pandang) dan Ambon.

Kelistrikan untuk pemanfaatan umum mulai dengan adanya S. V Negn,

yang semula bergerak di bidang gas kemudian memperluas usahanya di

bidang listrik untuk umum, namun hal tersebut tidak berjalan lama sampai

kurang lebih tahun 1942. Pada tahun 1942 dengan menyerahnya Belanda

(55)

commit to user

kepada Jepang dalam Perang Dunia II, maka Indonesia dikuasai oleh Jepang.

Oleh karena itu perusahaan listrik yang ada kemudian diambil alih oleh

Jepang termasuk semua personel dalam perusahaan listrik tersebut. Hal ini

pun tidak berjalan lama seperti halnya pada masa pemerintahan Belanda.

Pada pertengahan 1945 perusahaan listrik dan gas yang semula dikuasai

oleh Jepang kini beralih dikuasai oleh pemerintah Indonesia dengan nama

Jawatan Listrik dan Gas. Tetapi hal ini pun tidak berjalan lama karena pada

tahun 1948 terjadi Agresi Militer Belanda I dan II dimana sebagian besar

perusahaan-perusahaan listrik kembali dikuasai oleh pemerintah Belanda

dengan nama N.V.S.E.M. Namun pada tahun 1958 dikeluarkan Peraturan

Pemerintah No. 18 tahun 1958 tentang perusahaan listrik dan gas milik

Belanda. Dengan adanya Peraturan Pemeritah tersebut, maka seluruh

perusahaan listrik Belanda beralih tangan menjadi milik Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958, nama Perusahaan Listrik

dan Gas diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Perkembangan selanjutnya tahun 1960 dikeluarkan Perpu No. 19 tahun

1960 tentang perusahaan negara. Untuk mengarahkan pelaksanaan pasal 33

ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi "Cabang-cabang produksi

yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

oleh Negara”. Berdasarkan bunyi pasal tersebut, untuk mencapai masyarakat

adil dan makmur maka perlu segera diusahakan adanya keseragaman dalam

cara mengurus, menguasai serta membentuk dari perusahaan ini dengan baik

(56)

commit to user

Untuk melaksanakan Undang-Undang No. 19 Perpu tahun 1960

khususnya pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi

"Tiap-tiap Undang-Undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat",

maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1961

tentang pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara yang

diserahi tugas untuk menyelenggarakan, penguasaan dan pengurusan atas

perusahaan-perusahaan milik Negara yang berusaha di bidang Listrik dan Gas

milik Belanda, yang telah dikenakan nasionalisasi berdasarkan

Undang-Undang No. 86 tahun 1959.

Pada pertengahan tahun 1965 pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah No. 19 tahun 1965 tentang :.

a. Pembubaran Badan Pimpinan. Umum Perusahaan Listrik Negara yang

dibentuk berdasarkan PP No. 67 tahun 1961.

b. Pendirian Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara.

Pertimbangan dan alasan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.19

tahun 1965 ini semata-mata untuk mempertinggi daya guna dan industri gas

sebagai satu kesatuan usaha di bidang ekonomi yang berfungsi

menyelenggarakan kemanfaatan umum.

Pada tahun 1967 dikeluarkan Instruksi Presiden RI No. 17 tahun 1967

tentang peagaruh dan penyederhanaan perusahaan Negara ke dalam tiga

(57)

commit to user

a. Perusahaan Jawatan disingkat PERJAN (Departement Agency)

b. Perusahaan Umum disingkat PERUM (Public Corporation)

c. Perusahaan Persero disingkat PERSERO (Public / State Company)

Pada tahun 1972 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.

18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara berdasarkan UU

No. 19 PP Tahun 1965. Dengan berdasarkan pada PP No. 18 Tahun 1972 ini,

PLN ditetapkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (Perum

PLN) dan diubah pula anggaran dasarnya mengenai status, hak, dan

wewenang bertanggung jawab.

Setelah banyak mengalami perubahan bentuk usaha sejalan dengan

waktu, tepatnya pada tahun 1994 berdasarkan PP No. 23 Tahun 1994 dan Akta

Notaris Soetjipto, SH Tahun 1994 No. 169 tertanggal 30 Juli 1994 di Jakarta,

status PLN berubah menjadi Perseroan Terbatas (Persero). Dalam

kelanjutannya, Akta Notaris tersebut diubah dengan Akta Notaris Ny. Indah

Fatmawati, SH No. 70 tanggal 27 Januari 1998 dan status perusahaan

ketenaga listrikan di Surakarta berubah menjadi PT. PLN (Persero) Cabang

Surakarta.

Pada tanggal 10 April 2001 berdasarkan keputusan General Manager

PT. PLN (Persero) Unit Bisnis-Distribusi Jawa Tengah dan Yogyakarta No.

388.K/021/PD.11/2001, tentang pembentukan organisasi Area Pelayanan

Pelanggan, mulai 1 Juni 2001 PT.PLN (Persero) Cabang Surakarta berubah

menggunakan nama PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Pelanggan (APP).

Gambar

Tabel 1.1      Data Capaian Target dan Realisasi APJ Surakarta....................    67
Gambar 3.1     Skema Analisis Model Interaktif .............................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegagalan struktur spesimen kontrol terjadi pada daerah sambungan, perkuatan beton ekspansi planar pada satu sisi sampai ukuran setengah tinggi akan

[r]

Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal

Dari sekian wajib pajak Orang Pribadi yang baru terdaftar tersebut mempunyai kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi di tahun 2009 menarik untuk

Kondisi ini diwakili oleh angka-angka yang terletak pada kotak diatas garis impas (GS sama dengan GO) pada tabulasi silang dimana GS lebih besar daripada GO. Di isisi

Penyusunan Capaian Rencana Kerja Tahunan Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau Jumlah Dokumen Capaian Renja Sekretariat Daerah yang disusun Dokumen 4 0 1 1 100% 1 2

Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta yang telah.. menempuh perkuliahan minimum empat semester untuk D3 dan enam

Penyembelihan tersebut merupakan pelaksanaan dari perintah Allah yang terdapat dalam mimpi Nabi Ibrāhīm dan telah dikomunikasikan dengan Nabi Ismā‘īl ketika telah sampai pada