JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?journal=jkmk&page=index
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, DUKUNGAN ORANG TUA DAN
DUKUNGAN GURU DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN YANG BENAR
DI SDN STANDAR NASIONAL PELAMBUAN 4 KOTA BANJARMASIN
TAHUN 2016
Norfai
1, Khairul Anam
2Kesehatan Masyarakat: Universitas Islam Kalimantan (UNISKA)1,2
Jl. Adhyaksa No.2 Kayu Tangi : Banjarmasin Email :norfai92@gmail.com
Abstrak
Proporsi perilaku cuci tangan dengan benar di kota Banjarmasin masih rendah sebesar 32,37% dari target nasional sebesar 47,01% dengan menduduki peringkat 7 dari 13 Kabupaten di Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menjelaskan hubungan pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang benar di SDN standar nasional pelambuan 4 kota Banjarmasin tahun 2016. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatancross sectional.Besar sampel sebanyak 134 responden dengan cara pengambilan sampel menggunakanaccidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Data dianalisis menggunakan statistik univariat dan bivariat ujikorelasi Pearsondengan uji alternatifkorelasi Spearman menggunakan program komputer dengan nilai kemaknaan () 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa 1 diantara 4 responden mempunyai perilaku cuci tangan yang benar dengan baik. Variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan perilaku cuci tangan yang benar (p value ≤ 0,05) adalah pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru.
THE RELATIONS BETWEEN KNOWLEDGE, PARENTS SUPPORT,
TEACHERS SUPPORT AND PROPER HAND WASHING BEHAVIOR IN
STANDAR NASIONAL PELAMBUAN 4 STATE ELEMENTARY SCHOOL
BANJARMASIN CITY IN 2016
Abstract
The proper hand washing proportion in Banjarmasin still low, as much as 32.37% of the national target of 47.01% with ranks 7 out of 13 districts in South Kalimantan. This study aims to identify and explain the relationship of knowledge, parental support, teachers support and proper hand washing behavior in Banjarmasin city Standar Nasional Pelambuan 4 State Elementary Schooll in 2016. This is an analytic survey research with cross sectional approach. The amount of the samples are 134 respondents taken by using accidental sampling. The data were collected using a questionnaire distributed directly to the respondents and those were analyzed using univariate and bivariate statistics Pearson correlation test by Spearman correlation alternative test uses a computer program with a value of significance () 0.05. The
result of study shows that about 1 of 4 respondents have proper hand washing behavior well. The variables were significantly associated with proper hand washing behavior (p value≤ 0.05)are the knowledge, the support of parents and the support of teachers.
Info Artikel
Sejarah Artikel: Diterima: 24 Juni 2017 Disetujui: 9 Juli 2017 Dipublikasi: 31 Agustus 2017
Keywords:
Perilaku Cuci Tangan yang Benar,
Pengetahuan, Dukungan Orang Tua dan
Dukungan Guru
© 2017, Universitas MuhammadiyahPontianak
Alamat korespondensi: ISSN 2581-2858
PENDAHULUAN
Beberapa studi menemukan bahwa perilaku CTPS dapat memberi kontribusi terhadap penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh kuman, bakteri dan parasit seperti diare, cacingan atau penyakit lainnya. Ispa dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara bekembang. Anak-anak yang tumbuh di daerah miskin berisiko meninggal 10 kali lebih besar daripada mereka yang tinggal di daerah yang kaya. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit dan praktik CTPS dapat mencegah 1 juta kematian tersebut di atas. Praktik CTPS setelah ke jamban atau menceboki anak dan sebelum menjamah makanan dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan lebih dari separuh penyakit cacingan serta sekitar seperempat kasus ISPA. Praktik CTPS juga dapat mencegah infeksi kulit, mata dan orang dengan HIV/AIDS.1
Penelitian terbaru oleh American Society for Microbiology menunjukkan bahwa hanya 67% orang Amerika mencuci tangan mereka setelah pergi ke kamar mandi, 78% setelah mengganti popok, 77% sebelum memegang makanan, 45% orang Amerika melaporkan bahwa mereka tidak mencuci setelah memegang hewan, 31% sesudah batuk atau bersin, dan 20% setelah menangani uang, bahkan para profesional kesehatan gagal untuk mencuci tangan mereka hingga waktu yang cukup lama atau mencuci cukup lama.2
Penelitian yang dilakukan Val Curtis & Sandy Cairncross dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris tahun 2003 tentang kesehatan sanitary dan air ini, perilaku mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi insiden diare sebanyak 42-47%. Artinya, sekitar satu juta anak di dunia dapat diselamatkan tiap tahun dengan cuci tangan, hanya saja ada yang perlu diperhatikan dalam prosesnya yaitu harus menggunakan sabun dan membilas tangan menggunakan air mengalir. Menurut Curtis & Cairncross, tanpa sabun, bakteri dan virus tidak akan hilang. Air hanya sebatas menghilangkan kotoran yang tampak, tetapi tak menghilangkan cemaran mikrobiologis yang tidak tampak.2
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak
usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Survey Health Service Program tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai kehampir setiap rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, untuk di desa angkanya lebih rendah lagi. Menurut penelitian World Health Organization mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 50%.3
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.1
Pendidikan kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku dan kebiasaan sehat umumnya. Anak-anak selalu menjadi pihak yang paling rentan terhadap penyakit sebagai akibat perilaku yang tidak sehat dan sanitasi yang buruk, padahal anak-anak merupakan aset bangsa yang paling berperan untuk generasi yang akan datang. Anak-anak juga merupakan penyampai pesan yang penting pada keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Salah satu studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan pada tahun 2007 menunjukkan hanya 27% siswa yang mencuci tangan pada jam istirahat.4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah & Elviani5 menunjukkan ada hubungan antara
hubungan signifikan yang sangat kuat antara pengetahuan dan sikap terhadap cuci tangan.
Menurut Becker (1979) dalam Luthfianti7
menyatakan bahwa menerima dukungan atau anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku (Health Belief Model). Misalnya, seorang anak akan membiasakan untuk mencuci tangannya memakai sabun jika orangtuanya selalu memberikan anjuran untuk melakukan perilaku tersebut.
Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam lingkungan sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu diantaranya adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah8. Orang tua
dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat penting dan menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari.
Rerata nasional proporsi penduduk umur ≥10
tahun berperilaku cuci tangan dengan benar meningkat tahun 2007 sebesar 23,2% menjadi 47,0 persen pada tahun 2013, sedangkan proporsi perilaku cuci tangan dengan benar di Kalimantan Selatan masih rendah sebesar 32,35% dari target nasional sebesar 47,01% dengan menduduki peringkat 30 dari 33 provinsi di Indonesia atau menduduki peringkat terendah nomor tiga dari lima provinsi terendah adalah Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%).9
Proporsi perilaku cuci tangan dengan benar di Kota Banjarmasin masih rendah sebesar 32,37% dari target nasional sebesar 47,01% dengan menduduki peringkat 7 dari 13 Kabupaten di Kalimantan Selatan.10 Oleh karena itu penelitian
ini perlu dilakukan mengenai hubungan pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin Tahun 2016.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatanCross Sectional(study potong lintang) yaitu desain penelitian yang meneliti suatu titik waktu dimana variabel independen (pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru) sedangkan variabel dependen (perilaku cuci tangan yang benar) diteliti sekaligus pada saat yang sama/point time aproach.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas 5 dan 6 SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin Tahun 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling,yaitu sampel yang diambil adalah siswa kelas 5 dan 6 yang kebetulan ada pada saat penelitian dilaksanakan di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin Tahun 2016 berjumlah 134 responden.
Data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan cara menyerahkan langsung kepada responden meliputi variabel pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru dan perilaku cuci tangan yang benar. Analisis data menggunakan statistik univariat dan bivariat uji
korelasi Pearson dengan uji alternatif korelasi Spearman menggunakan program komputer dengan nilai kemaknaan () 0,05.
HASIL
Berdasarkan tabel 1 diketahui di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin Tahun 2016 diperoleh bahwa 1 diantara 4 responden mempunyai perilaku cuci tangan yang benar dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin Tahun 2016 diperoleh 1 diantara 2 responden mempunyai pengetahuan yang kurang baik.
mendapatkan tinggi dukungan guru.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan yang Benar dan Pengetahuan
Tabel 2. Analisa Bivariat faktor yang berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan yang Benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 Kota Banjarmasin Tahun 2016
PEMBAHASAN
1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Cuci Tangan yang Benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 Kota Banjarmasin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin diperoleh bahwa proporsi responden yang mempunyai pengetahuan baik dan perilaku cuci tangan benar dengan baik sebesar 26% sedangkan proporsi responden
pengetahuan kurang baik dan perilaku cuci tangan benar dengan baik sebesar 18%. Berdasarkan uji statistik hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan yang benar diperoleh p-value = 0,015 dengan demikian p-valuelebih kecil dari nilaiα (0,05),
hal ini berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan yang benar, sedangkan korelasi koefisien diperoleh 0,210 yang berarti hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan sangat lemah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah & Elviani[5] menunjukkan bahwa
proporsi pengetahuan cukup dan perilaku cuci tangan benar sebesar 0% sedangkan proporsi pengetahuan baik dan perilaku cuci tangan benar sebesar 85,4% denganp-value0,029 yang berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan.
Proporsi yang pengetahuan baik dan perilaku cuci tangan benar dengan baik hanya sebesar 26%, sedangkan pengetahuan baik dan perilaku cuci tangan benar dengan kurang baik sebesar 74%, artinya masih rendahnya kesadaran responden dalam menerapkan perilaku cuci tangan tangan yang benar dengan baik dan pengetahuan yang baik tanpa didasari kesadaran, tidak akan berperilaku cuci tangan yang benar dengan baik. Sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo11 yaitu
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
2. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Perilaku Cuci Tangan yang Benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 Kota Banjarmasin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin diperoleh bahwa proporsi
Variabel Frekuensi Persentase
Baik 26 74 100 0,015
Kurang Baik 18 82 100
Dukungan Orang Tua
Tinggi 48,1 51,9 100 0,000
Rendah 15,9 84,1 100
Dukungan Guru
Tinggi 41,3 58,6 100 0,000
Rendah 17,1 82,9 100
responden yang mendapatkan tinggi dukungan orang tua dan perilaku cuci tangan benar dengan
baik sebesar 48,1% sedangkan
proporsi responden yang mendapatkan
rendah dukungan orang tua dan perilaku
cuci tangan benar dengan baik sebesar
15,9%. Berdasarkan uji statistik hubungan
antara dukungan orang tua dengan perilaku
cuci tangan yang benar diperoleh p
value
=
0,000 dengan demikian p
value
lebih kecil
dari nilai
α (0,05),
hal ini berarti secara
statistik ada hubungan bermakna antara
dukungan orang tua dengan perilaku cuci
tangan yang benar. korelasi koefisien
diperoleh 0,560 yang berarti keeratan
hubungannya kuat antara dukungan orang
tua dengan perilaku cuci tangan yang benar.
Hal ini membuktikan bahwa faktor
dukungan orang tua sangat berperan
terhadap perilaku anak mencuci tangan
yang benar dengan baik, karena orangtua
adalah orang terdekat yang mampu selalu
mengingatkan anak-anakya dalam mencuci
tangan dengan benar dan baik.
Menurut
Becker
(1979)
dalam
Luthfianti
7Menyatakan bahwa menerima
dukungan atau anjuran untuk mengambil
tindakan
kesehatan
mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku (Health Belief
Model). Misalnya, seorang anak akan
membiasakan untuk mencuci tangannya
memakai sabun jika orangtuanya selalu
memberikan anjuran untuk melakukan
perilaku tersebut. Teori yang dikemukan
oleh Becker (1979) sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susanto &
Fitriana
[12]menyatakan
bahwa
ada
hubungan antara dukungan orang tua
dengan perilaku cuci tangan dengan
p-value
0,009 sedangkan proporsi ada dukungan
dengan perilaku cuci tangan baik sebesar
77,1% dan proporsi tidak mendukung dan
perilaku cuci tangan baik sebesar 0%.
3. Hubungan Dukungan Guru dengan Perilaku Cuci Tangan yang Benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 Kota Banjarmasin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin diperoleh bahwa proporsi responden yang mendapatkan tinggi dukungan guru dan perilaku cuci tangan benar dengan baik sebesar 41,4% sedangkan proporsi responden yang mendapatkan rendah dukungan guru dan perilaku cuci tangan benar dengan baik sebesar 17,1%. Berdasarkan uji statistik hubungan antara dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang benar diperoleh p
value= 0,000 dengan demikian pvalue lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang benar. korelasi koefisien diperoleh 0,376 yang berarti keeratan hubungannya sedang antara dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang benar. Hal ini membuktikan bahwa dukungan guru cukup berperan dalam perilaku siswa dalam mencuci tangan yang benar dengan baik, karena guru mampu mengingatkan serta menyuruh siswa untuk mencuci tangan yang benar dengan baik.
Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks13. Ki Hajar
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin tahun 2016 diperoleh bahwa proporsi perilaku cuci tangan benar yang dilakukan dengan baik sebesar 22,4%, sedangkan proporsi perilaku cuci tangan yang dilakukan dengan kurang baik sebesar 77,6%, yang artinya 1 diantara 4 responden mempunyai perilaku cuci yang benar dengan baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya kesadaran responden akan pentingnya cuci tangan yang benar dengan baik di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin. Variabel yang secara statistik berhubungan secara bermakna dengan perilaku cuci tangan yang benar di SDN Standar Nasional Pelambuan 4 kota Banjarmasin yaitu variabel pengetahuan, dukungan orang tua dan dukungan guru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI, 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Jakarta:Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
2. Utami, Widya., 2010. Tesis. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana, Depok. [Online]. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20267022T%202 8488-Faktor faktorfull%20text.pdf. [diakses 16 Agustus 2016].
3. Putri, Intan., 2012. Studi komparasi pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode demonstrasi terhadap tindakan mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas v SD Negeri 20 Dadok Tunggul Hitam dan SD Negeri 23 Pasir Sebelah
Padang Tahun 2012.
[Online].http://repository.unand.ac.id/19198/. [diakses 16 Agustus 2016].
4. Departemen Kesehatan RI, 2008.Katalog Informasi Pilihan Sarana Cuci Tangan Tepat Guna.Ditjen PP-PL: Jakarta.
5. Zuraidah & Elviani, Yeni., 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan benar pada siswa kelas V SDIT AN-NIDA’Kota Lubuklinggau Tahun 2013. Politeknik Kesehatan
Palembang.[Online].http://poltekkespalembang.ac.i d/index.php/31-kumpulan-jurnal/21-kumpulan jurnal.[diakses 16 Agustus 2016].
6. Saptaningsih, Monica, Wijaya, Yosi Maria & M, Maria Maagdelena Lili., 2013.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 03 Kertajaya
Padalarang. [Online]. http://
ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/jurnal%205.pdf. [diakses 16 Agustus 2016].
7. Luthfianti, 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada siswa-siswi di MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kedaung Wetan, Kota
Tangerang tahun
2008.[Online].http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ detail.jsp?id=123091&lokasi=lokal.[diakses 16 Agustus 2016].
8. Kadayati, Teti Yulita., 2011.Peranan Guru Dalam Pengembangan Nilai dan Karakter Anak di Sekolah. Surabaya: Universitas Muhamadiyah.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan (Balitbangkes) RI, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. [Online] .http://www.litbang.depkes.go.id. [diakses 15 Agustus 2016].
10. Tim Penyusun IPKM, 2013. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. [Online]. http:// www.litbang.depkes.go.id. [diakses 15 Agustus 2016].
11. Notoatmodjo, Soekidjo., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
12. Susanto, Isman & Fitriana, Nita., 2015. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. Dukungan Orang Tua dengan Perilaku Cuci Tangan dan Gosok Gigi pada Anak di TK ABA Kepiton, Kulon Progo.Vol.3, No.1. [Online].http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JN KI/article/view/99.[diakses 16 Agustus 2016]. 13. Lusi, Nuryanti., 2008. Psikologi Anak. Jakarta: