• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS PANDAK I KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS PANDAK I KABUPATEN BANTUL"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN RAWAT

JALAN PUSKESMAS PANDAK I KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

LAILIA HANIFAH KUSUMANINGRUM D0108077

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS PANDAK I KABUPATEN BANTUL

Disetujui Untuk Dipertahankan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Tanggal : Juni 2012

Pembimbing Skripsi

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari : Jumat

Tanggal : 6 Juli 2012

Panitia Penguji :

1. Drs. Pramono, SU ( )

NIP. 194904071976031001

2. Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si ( )

NIP. 198203042008122003

3. Drs. Sukadi, M.Si ( )

NIP. 194708201976031001

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

( Potongan ayat QS. Al-Baqarah : 286)

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan

kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu

bersyukur

(Potongan ayat, QS. Al-Maa

„idah

: 6)

Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that‟s

why it‟s called a present

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya kecil ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta atas doa yang tiada henti-hentinya,

nasehat, bimbingan, dukungan moril serta materi dan pengorbanan

selama ini. Senyum bahagia kalian adalah cita-cita terbesar dalam

hidupku

Adikku tersayang, Muh. Syaiful M, terima kasih telah banyak

membantu dalam segala hal

Seseorangku…”ZMS”…terima kasih untuk kasih sayang,

semangat, dukungan yang kamu berikan selama ini

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Alloh SWT, yang senantiasa memberi petunjuk dan karunia-Nya, sehingga

penulis memperoleh kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN RAWAT JALAN

PUSKESMAS PANDAK I KABUPATEN BANTUL”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari kesulitan dan hambatan,

namun berkat dorongan, masukan, bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai

pihak maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Dengan

segala kerendahan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sukadi, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan dan bimbingan.

2. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan akademis kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS yang telah

memberi bekal ilmu kepada penulis.

4. Bapak dr. Atthobari, selaku Kepala Puskesmas Pandak I yang telah

memberikan ijin dalam penelitian

5. Bapak Hendro Cahyono, A.Md.KL, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha

yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan dalam penelitian.

6. Mbak Ervina Pusponagoro dan Mbak Nur Zeni, yang telah memberikan

bimbingan, fasilitas, arahan serta selalu meluangkan waktunya memberikan

informasi dan kemudahan guna penyusunan skripsi.

7. Semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

(7)

commit to user

vii

Semoga Alloh SWT menerima serta memberikan balasan atas segala kebaikan

yang Bapak, Ibu, dan Saudara berikan kepada kami.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,

saran dan kritik yang bersifat membangun, penulis nantikan dan terima dengan

senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis, juga pihak Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul pada khususnya.

Surakarta, Juni 2012

(8)

commit to user

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 11

1.1.Kualitas Pelayanan ... 11

1.2.Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 16

2. Kepuasan Pengguna Layanan ... 21

2.1.Puskesmas sebagai Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan………...25

2.2.Puskesmas………...25

(9)

commit to user

ix

B. Definisi Konseptual ... 32

C. Definisi Operasional... 33

D. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Observasi ... 39

F. Teknik Pengambilan Sampel... 42

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

H. Skala Pengukuran ... 44

I. Metode Pengolahan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskrispi Lokasi ... 48

1. Keadaan Umum ... 48

2. Kondisi Penduduk... 50

3. Visi dan Misi Puskesmas Pandak I ... 51

4. Sumber Daya Manusia/Ketenagaan... 51

5. Uraian Tugas Pegawai Berdasarkan Tugas Pokok ... 52

(10)

commit to user

x

7. Sarana Kesehatan Puskesmas Pandak I ... 58

8. Situasi Derajat Kesehatan ... 59

B. Pembahasan dan Analisis Data ... 63

1. Analisis Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63

2. Deskripsi Responden ... 75

3. Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan Rawat Jalan ... 82

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan

dan Kinerja Unit Pelayanan ... 46

Tabel 4.1 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Pandak I ... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 76

Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 77 Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 78

Tabel 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Intensitas Kunjungan dalam Setahun ... 79

Tabel 4.7 Karakteristik Responden berdasarkan Status Pembayaran Pasien 80 Tabel 4.8 Karakteristik Responden berdasarkan Alasan Menggunakan Pelayanan di Puskesmas Pandak I ... 81

Tabel 4.9 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Proses Pelayanan Rawat Jalan ... 83

Tabel 4.10 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Cara Pendaftaran Rawat Jalan ... 83

Tabel 4.11 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Persyaratan Pelayanan ... 84

Tabel 4.12 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kejelasan Petugas Pelayanan ... 85

Tabel 4.13 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kedisiplinan Petugas Pelayanan ... 85

(12)

commit to user

xii

Tabel 4.15 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kemampuan Diagnosa oleh

Petugas Medis ... 87

Tabel 4.16 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kemampuan Pengobatan Oleh Petugas Medis ... 87

Tabel 4.17 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Ketrampilan Petugas Medis ... 88

Tabel 4.18 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kemampuan Memberikan Informasi ... 88

Tabel 4.19 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Lama Pendaftaran ... 89

Tabel 4.20 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Lama Menunggu Pemeriksaan ... 89

Tabel 4.21 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Lama Pemeriksaan ... 90

Tabel 4.22 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Keadilan Mendapatkan Pelayanan ... 91

Tabel 4.23 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Sapaan Kepada Pasien ... 92

Tabel 4.24 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kemurahan Senyum Petugas ... 92

Tabel 4.25 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Menghargai Pasien ... 92

Tabel 4.26 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kepedulian Petugas ... 93

Tabel 4.27 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Biaya Pendaftaran ... 94

Tabel 4.28 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Biaya Pelayanan ... 94

Tabel 4.29 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kesesuaian Biaya dengan Ketentuan ... 95

Tabel 4.30 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kejelasan Rincian Biaya Pelayanan ... 96

(13)

commit to user

xiii

Tabel 4.32 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kebersihan Ruang Pemeriksaan

... 97

Tabel 4.33 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kesejukan Ruang Periksa ... 98

Tabel 4.34 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kebersihan Ruang Tunggu ... 98

Tabel 4.35 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kebersihan dan Kerapian Petugas ... 99

Tabel 4.36 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Keamanan Pelayanan ... 100

Tabel 4.37 Nilai Rata-rata Per Unsur Pelayanan... 100

Tabel 4.38 Makna Nilai Rata-rata Setiap Unsur Pelayanan ... 101

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pandak I ... 51

Gambar 4.2 Peta Batas Wilayah Puskesmas Pandak I ... 52

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Puskesmas Pandak I ... 65

Grafik 4.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pandak I Tahun 2010 ... 55

Grafik 4.2 Kunjungan Pasien di Puskesmas Pandak I Tahun 2009-2011 ... 62

Grafik 4.3 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas Pandak I Tahun 2011 ... 63

(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Lailia Hanifah Kusumaningrum, D0108077, “Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan Rawat Jalan Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 110 halaman.

Biaya pelayanan kesehatan yang mahal menjadi kendala bagi masyarakat menengah ke bawah untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang baik. Akibatnya mereka memilih tidak mengobati penyakitnya dan memberikan penyakitnya begitu saja. Pusat Kegiatan Masyarakat (Puskesmas) didirikan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan biaya terjangkau.

Penelitian ini mempunyai permasalahan ”sejauh mana tingkat kepuasan pengguna

layanan rawat jalan di Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul”.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Sampelnya yaitu para pasien yang sedang melakukan pengobatan di layanan rawat jalan Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 responden. Penelitian ini menganalisis unsur-unsur yang mempengaruhi kepuasan masyarakat. Menurut KepMen No.25 Tahun 2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), ada 14 unsur yang mempengaruhi kepuasan masyarakat, antara lain adalah prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kedisiplinan petugas, tanggung jawab petugas, kemampuan petugas, kecepatan pelayanan, keadilan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.

(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

Lailia Hanifah Kusumaningrum, D0108077, “Satisfaction Level of Ambulatory

Service’s Users in Local Clinic Pandak I, Bantul”. Thesis, Administration

Department, Social and Political Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012, 110 pages.

Expensive health service cost becomes obstacle for poor society to reach a good health service. The result is, they prefer to just ignore their health problem and disease. Local clinic is established by government in order to provide health services to society with cheap cost. This research has problem “how far the level of

satisfaction from ambulatory service‟s users in local clinic Pandak I, Bantul.”

This research uses accidental sampling as sampling technique. The sample are

ambulatory service‟s patients in local clinic Pandak I, bantul. This research has gotten a sample of 150 respondents. This research analyzes factors influencing society satisfaction. According to KepMen PAN Number 25 Year 2004 about society satisfaction index (indeks kepuasan masyarakat/ IKM), there are 14 factors which influence society satisfaction, that are service procedure, service requirement, officials disciplines, officials responsibilities, officials abilities, service speed, service fairness, manner and hospitality from officials, proper cost of service, cost certainty, schedule certainty, environment comfort, and service security.

Through IKM calculation, can be known index value is 3.114 and IKM value after conversion is 77.85. Based on that value, the conclusion is the service quality of local clinic Pandak I, Bantul belong to good criteria (B). The satisfaction level of

(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak penduduk.

Keadaan yang seperti ini menimbulkan berbagai permasalahan kependudukan.

Salah satu yang sangat vital adalah masalah kesehatan. Jumlah penduduk

yang begitu besar yang tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang

tinggi pula mengakibatkan banyak warga masyarakat yang tingkat

kesehatannya masih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi

masyarakat Indonesia yang berjumlah lebih dari dua ratus lima puluh juta jiwa

tentu bukanlah suatu hal yang mudah.

Terwujudnya keadaan sehat adalah keinginan semua pihak, tidak

hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan oleh

masyarakat. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Begitu pentingnya arti kesehatan

sebagai kebutuhan hidup yang utama di samping kebutuhan hidup yang lain.

(18)

commit to user

Tahun 2009 pada Bab I pasal 1 adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan semakin tingginya kesadaran

masyarakat akan arti hidup sehat membuat masyarakat menuntut pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Namun, kondisi rakyat Indonesia saat ini yang masih banyak hidup di

garis kemiskinan menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan

kesehatan yang baik. Biaya kesehatan yang mahal tidak terjangkau oleh

masyarakat menengah ke bawah. Akibatnya mereka memilih tidak mengobati

penyakitnya dan membiarkan penyakitnya begitu saja. Hal ini memunculkan

pendapat oleh sebagian orang yang mengatakan “orang miskin dilarang sakit”.

Suatu pendapat yang menjadi sindiran kepada pemerintah untuk

memperhatikan rakyat yang kurang mampu dalam bidang kesehatan.

Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai

dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat terutama bagi yang kurang

mampu.

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah mendirikan

Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) yang ditempatkan di setiap tingkat

kecamatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 658 Tahun 2005 tentang Pedoman Penilaian Tenaga Kesehatan

Teladan di Puskesmas, pengertian dari puskesmas adalah unit pelaksana

(19)

commit to user

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Sedangkan menurut Azrul Azwar (1996: 119), yang dimaksud dengan

puskesmas adalah:

“Suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu.”

Kedudukan puskesmas yang sebagai ujung tombak system pelayanan

kesehatan di Indonesia menyebabkan puskesmas mempunyai peranan yang

penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Sebagai institusi publik yang melayani di bidang jasa kesehatan

masyarakat, yang merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar,

puskesmas haruslah peka terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.

Puskesmas dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanan

dalam rangka meningkatkan kepuasan dan juga mengikat loyalitas masyarakat

sebagai pelanggannya. Namun pelayanan publik oleh aparatur pemerintah

sering identik dengan citra yang kurang baik. Masih banyak kekurangan yang

dijumpai pada saat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ini membuat

masyarakat sebagai pihak yang dilayani mengeluh merasa tidak puas atas

pelayanan yang mereka terima. Dengan demikian perlu adanya peningkatan

pelayanan sehingga akan tercapai kepuasan masyarakat sebagai penerima

(20)

commit to user

Pemerintah telah membuat pedoman-pedoman untuk instansi

pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai unit pelayanan masyarakat.

Hal ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Di dalam

Keputusan Menteri ini terdapat indikator-indikator yang dijadikan dasar

pengukuran indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di

Indonesia. Pengertian pelayanan publik itu sendiri menurut Poltak Sinambela

(2010: 5) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

sejumlah yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu

kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak

terikat pada suatu produk secara fisik.

Puskesmas dibentuk untuk memberikan jasa kesehatan dengan biaya

yang terjangkau oleh masyarakat. Akan tetapi, pelayanan yang murah

membuat masyarakat khawatir akan mutu pelayanan yang mereka peroleh di

puskesmas. Mereka beranggapan bahwa pelayanan yang murah biasanya

kurang memuaskan. Masyarakat berharap mereka mendapatkan pelayanan

yang terbaik tetapi dengan biaya yang terjangkau. Oleh karena itu diperlukan

suatu konsep berwawasan pelanggan di mana puskesmas memusatkan

perhatian penuh terhadap kebutuhan dan keinginan pasien.

Seperti halnya puskesmas lain, Puskesmas Pandak I juga dituntut

(21)

commit to user

mengutamakan kepuasan setiap pasien yang datang. Puskesmas Pandak I

sebagai UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terus berupaya untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung dengan

mengoptimakan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, baik dari

kemampuan sumber daya manusianya maupun fasilitas pelayanan yang ada.

Tenaga medis yang dimiliki oleh Puskesmas Pandak I ini antara lain:

1. Dokter umum sebanyak 4 orang

2. Perawat sebanyak 8 orang

3. Bidan sebanyak 10 orang

4. Tenaga fisioterapi sebanyak 1 orang

5. Konsultan gizi sebanyak 2 orang

6. Dokter gigi sebanyak 2 orang

7. Asisten dokter gigi sebanyak 2 orang

8. Petugas laboratorium sebanyak 2 orang

9. Pertugas imunisasi sebanyak 1 orang

10.Perekam medis sebanyak 1 orang

11.Petugas kesehatan keliling sebanyak 1 orang

12.Petugas lainnya sebanyak 8 orang

Selain tenaga medis yang memadai, fasilitas yang ada di puskesmas ini

juga cukup lengkap. Salah satu fasilitas yang dimiliki adalah alat USG

(22)

commit to user

memperkirakan usia kandungan, dan memperkirakan hari persalinan. Fasilitas

lainnya adalah mobil ambulans, 12 bed untuk ruang rawat jalan, dan gudang

obat. Beberapa pelayanan yang dimiliki oleh Puskesmas Pandak I ini antara

lain adalah pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan laboratorium.

Pelayanan rawat jalan terbagi menjadi beberapa pelayanan yaitu poliklinik

umum, poliklinik gigi, poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), fisioterapi,

dan konsultan gizi. Sedangkan untuk pelayanan rawat inap meliputi pelayanan

UGD 24 jam dan ruang bersalin. Letaknya yang strategis dari pemukiman

warga dan biayanya yang murah membuat masyarakat lebih memilih berobat

di puskesmas ini. Puskesmas Pandak I ini sendiri tergolong puskesmas yang

jumlah pasien per harinya cukup banyak. Pasien yang datang mayoritas

berobat ke pelayanan rawat jalan. Setiap harinya di Puskesmas Pandak I ini

berkisar antara 80 sampai dengan 100 orang per hari. Selain karena pelayanan

rawat jalan lebih murah biayanya, alasan masyarakat yang memilih pelayanan

rawat jalan karena penyakit yang derita bisa diobati dengan rawat jalan saja

tanpa perlu rawat inap. Pengertian pelayanan rawat jalan (ambulatory

services) menurut Feste dalam Azrul Azwar (1996: 75) adalah pelayanan

kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap

(hospitalization).

Namun sebagai organisasi publik, Puskesmas Pandak I ini tidak

(23)

commit to user

Terkadang pelayanan yang diberikan masih mendapatkan keluhan dari

masyarakat yang bisa dikirim via email maupun blog Puskesmas Pandak I.

Keluhan masyarakat antara lain tentang masalah waktu pelayanan yang tidak

tepat waktu, petugas puskesmas yang kurang ramah, kurangnya kebersihan

fasilitas puskesmas seperti toilet pasien, dan juga waktu tunggu pasien yang

lama. Dalam sektor publik, pengguna layanan/masyarakat diartikan sebagai

pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan ukuran keberhasilan

penyelenggaraan pelayanan. Kepuasan penerima layanan dicapai apabila

penerima pelayanan memperoleh pelayanan yang sesuai dengan yang

dibutuhkan dan diharapkan (Ratminto dan Atik, 2007: 28). Oleh karena itu,

untuk mengetahui faktor apa saja yang belum bisa memenuhi kebutuhan dan

harapan pengguna layanan/pelanggan perlu dilakukan survey kepuasan

pelanggan. Tujuan dari diadakannya pengukuran kepuasan pengguna layanan

ini yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kepuasan pasien terhadap

layanan yang telah diberikan sekaligus untuk mendapatkan umpan balik dari

pengguna layanan sebagai proses perbaikan di kemudian hari.

Permasalahan di atas memberikan peluang bagi ilmu administrasi

negara untuk melakukan studi tentang sejauh mana tingkat kepuasan

masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Dalam prinsip New Public

Service yang dikemukakan oleh Denhardt & Denhardt (Y. T. Keban, 2008:

(24)

commit to user

masyarakat bukan pelanggan). Maka dari itu, aspek kepuasan pengguna

layanan publik merupakan salah satu kajian dalam ilmu administrasi negara.

Bertitik tolak dari pemaparan di atas, dan kaitannya dengan pelayanan

yang diberikan Puskesmas Pandak I khususnya pelayanan rawat jalan, perlu

diadakan penelitian tentang seberapa besar kepuasan pengguna layanan rawat

jalan di puskesmas tersebut. Alasan memilih Puskesmas Pandak I ini sendiri

karena puskesmas ini mempunyai fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan

puskesmas di Kecamatan Pandak lainnya. Selain itu, letaknya yang mudah

diakses oleh masyarakat yang sebagian besar tinggal di pedesaan. Adapun

alasan lainnya adalah prestasi dari Puskesmas Pandak I yang pada tahun 2011

meraih peringkat pertama pengelolaan administrasi Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK) puskesmas se kabupaten Bantul. Mengingat tingkat

kunjungan pasien rawat jalan lebih tinggi dibanding rawat inap dan juga biaya

pelayanan yang relatif murah menjadikan pelayanan rawat jalan ini rentan

terhadap keluhan dan ketidakpuasan masyarakat sebagai pelanggan/pengguna

layanan. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul: Tingkat

Kepuasan Pengguna Layanan Rawat Jalan Puskesmas Pandak I Kabupaten

(25)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang diuraikan

sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

“Sejauh mana tingkat kepuasan pengguna layanan rawat jalan di Puskesmas

Pandak I Kabupaten Bantul?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pengguna layanan

rawat jalan di Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan, baik bagi Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul, Dinas

Kesehatan Kabupaten Bantul, maupun masyarakat.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar kesarjanaan

pada Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi Negara Fakultas

(26)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain manfaat teoritis

dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai upaya

pengaplikasian teori-teori ilmu administrasi dan diharapkan akan memberikan

sumbangan bahan kajian bagi ilmu administrasi untuk dapat melahirkan

penelitian lebih lanjut.

Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pertimbangan bagi Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul

dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan khususnya pelayanan

rawat jalan sehingga akan membawa dampak pada tingkat kepuasan

pasien.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam

memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

pelayanan.

3. Sebagai bahan referensi bagi pembaca atau pihak lain yang

(27)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. 1. Kualitas Pelayanan

Dalam penelitian ini erat kaitannya dengan pelayanan publik. Pelayanan

sendiri dalam konsep Total Quality Management merupakan suatu aktivitas yang

menghasilkan output berupa jasa. Sehingga hasil pelayanan rawat jalan yang

dilaksanakan Puskesmas Pandak I juga merupakan bentuk layanan publik dalam

bentuk jasa, khususnya di bidang kesehatan. Pengertian dari jasa menurut Kotler

dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007: 11) adalah “setiap tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu”. Sedangkan menurut Zeithmal dan Bitner (Irene Diana Sari,

2010: 128):

“jasa itu mencakup semua aktivitas ekonomi yang keluarannnya bukanlah

produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip

intangible”.

Dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, jasa mempunyai beberapa

(28)

commit to user

1. Intangibility, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau

diraba sebelum dibeli atau dimiliki. Jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak

dapat dimiliki. Konsep intangibility ini sendiri memiliki dua pengertian yaitu:

a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasakan

b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, dirumuskan, atau dipahami

secara rohaniah.

2. Heterogeneity/variability/Inconsistency, bahwa jasa bersifat variabel karena

merupakan non-standardized output, artinya terdapat banyak variasi bentuk,

kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut

diproduksi.

3. Inseparability, bahwa pada umumnya jasa dijual terlebih dahulu, baru

kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waku dan tempat yang sama.

Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan merupakan ciri khusus dari

pemasaran jasa.

4. Perishability bahwa jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak

dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu yang datang, dijual kembali,

atau dikembalikan.

Setiap pelanggan/pengguna mengharapkan jasa/pelayanan yang mereka

terima mempunyai kualitas yang prima. Pengertian dari kualitas sendiri ada berbagai

macam pendapat dari pakar internasional. Beberapa pakar yang popular (dalam

(29)

commit to user

Deming : mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Crosby : mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian dan kesesuaian terhadap persyaratan

Juran : mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi

Sedangkan menurut Goetsh dan Davis (dalam Irine Diana Sari, 2010: 53), mutu atau

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Berbeda dengan Wyckof (dalam Fandy Tjiptono, 2000: 59), kualitas jasa adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Ada dua faktor utama yang

mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila

jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,

maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima

melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas

yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya

kualitas jasa tergantung penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara

konsisten.

Dalam mendefinisikan pelayanan yang berkualitas, ada beberapa karakteristik

yang harus diperhatikan. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Fandy

(30)

commit to user

1. Reliabilitas (realibility), berkaitan dengan kemampuan untuk menyampaikan

layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.

2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan

penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan

mereka dengan segera.

3. Jaminan (assurance) berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan

serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya diri (trust) dan

keyakinan pelanggan (confidence).

4. Empati (emphaty), berarti penyedia layanan memahami masalah dan

bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal

kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangible), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan,

peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi/sarana komunikasi

penyedia layanan.

Namun berbeda dengan Gronross (Fandy Tjiptono, 2004: 15) yang

mengidentifikasi ada 3 kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa/pelayanan yang

dijabarkan menjadi enam unsur, antara lain adalah:

1. Professionalism and Skills, bahwa penyedia jasa (service provider),

karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan

dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan

(31)

commit to user

2. Attitudes dan Behavior, bahwa karyawan perusahaan (contact personnel)

menaruh perhatian terhadap pelanggan dan berusaha membantu dalam

memecahkan masalah mereka secara spontan dan senang hati.

3. Accessibility and Flexibility, bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja,

karyawan, dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian

rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah. Selain itu

juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam

menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.

4. Reliability and Thustworthiness, bahwa apapun yang terjadi, pelanggan bisa

mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan

dan sistemnya.

5. Recovery, bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak

diharapkan, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk

mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang tepat.

6. Reputation and Credibility, bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya

dan memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.

Tujuan dari pelayanan publik sendiri adalah memuaskan masyarakat. Menurut

Lijan Poltak Sinambela (2010: 6) untuk mencapai kepuasan, dituntut kualitas

(32)

commit to user

a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat

diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti;

b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang

pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

d. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi kebutuhan, dan harapan masyarakat;

e. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak diskriminasi dilihat dari aspek

apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pembeli dan penerima

pelayanan publik.

1. 2. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan suatu bangsa. Pemerintah mengembangkan infrastruktur di berbagai

(33)

commit to user

sebagai upaya melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Menurut Levey dan

Loomba (dalam Azrul Azwar, 1996: 35), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan

adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,

kelompok, dan ataupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa persyaratan

pokok. Azrul Azwar (1996: 38-39) mengidentifikasi ada lima syarat pokok dalam

pelayanan kesehatan, yaitu sebagai berikut:

1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta

keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang

dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta

bersifat wajar.

3. Mudah dicapai, maksud pengertian ketercapaian di sini terutama di sudut

lokasi dan distribusi sarana kesehatan. Sehingga mudah dicapai

(34)

commit to user

4. Mudah dijangkau, maksud keterjangkauan di sini dilihat dari sudut biaya,

pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat.

5. Bermutu, maksud mutu di sini adalah menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan. Di satu pihak dapat memuaskan para

pengguna jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Merumuskan pengertian pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas

tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan tiap orang tergantung dari latar belakang

kepentingan masing-masing melakukan penilaian dari sudut pandang yang berbeda.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Roberts dan Prevost dalam Azrul Azwar

(1996: 48-49) yang menyebutkan adanya perbedaan tersebut, bahwa:

1) Bagi pemakai/pengguna jasa pelayanan kesehatan

a. Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada ketanggapan petugas

memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan

pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani

pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh

pasien.

2) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan

a. Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan

(35)

commit to user

mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan

a. Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada efisiensi pemakaian

sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan

pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang dana

pelayanan kesehatan.

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, ada beberapa

dimensi kualitas pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah menurut Garvin (dalam

Irine Diana Sari, 2010: 57-58) yang menyebutkan dimensi kualitas antara lain:

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti, misalnya

kecepatan, jumlah pasien, kemudahan dalam pembayaran/pendaftaran,

kenyamanan, dan sebagainya.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder

atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior ruangan.

3. Kehandalan (realibility), yaitu diagnosa tepat, terapi tepat, dan lain-lain.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, misalnya standar keamanan, tindakan sesuai prosedur,

(36)

commit to user

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat

terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta

penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik panca indera, misalnya bentuk gedung, warna, ruang

tunggu, desain kamar perawatan dan lain-lain.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggung jawab organisasi pelayanan kesehatan.

Sedangkan dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Laith Alrubaiee & Feras

Alkaa‟ida, Lim et al (2011: 106) menyebutkan ada dua aspek dari pelayanan

kesehatan yang berkualitas yaitu:

1.The technical aspect of care, which refers to the competence of the providers as they go about performing their routines. These include thoroughness, clinical and operating skills of the doctors, clinical outcomes.

2. The interpersonal aspect of care, which represent the humane aspect of care and the socio-psychological relationships between the patient and the health care providers. This involves explanations of illness and treatment, the availability of information, courtesy and the warmth

received”

1. Aspek teknis perawatan, yang mengacu pada kompetensi penyedia

ketika mereka melakukan rutinitas mereka. Ini termasuk ketelitian, klinis dan ketrampilan dari dokter, hasil klinis.

2. Aspek interpersonal perawatan, yang mewakili aspek perawatan yang

(37)

commit to user

2. Kepuasan Pengguna Layanan

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat

kepuasan pengguna/penerima layanan. Kepuasan pengguna/penerima layanan dicapai

apabila pengguna/penerima pelayanan memperoleh pelayanan yang sesuai dengan

yang dibutuhkan dan diharapkan. Konsep kepuasan pengguna/pelanggan ada

beberapa definisi dari berbagai pendapat pakar. Beberapa definisi dalam Fandy

Tjiptono (2008: 169) adalah sebagai berikut:

1. Cadotte, Woodruff, & Jenkins (1987) mengemukakan bahwa kepuasan

pelanggan adalah perasaan yang timbul setelah mengevaluasi pengalaman

pemakaian produk.

2. Tse & Wilton (1988) mendefinisikan kepuasan pelanggan merupakan respons

terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan antara harapan awal sebelum

pembelian (atau standar kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk

sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengonsumsi produk yang

bersangkutan.

Sedangkan menurut Richard L. Oliver (Tim Marknesis, 2009: 11) yang

merumuskan bahwa “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang

didapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja (atau hasil) produk yang

dipersepsikan dengan ekpektasinya”. Konsep kepuasan pelanggan lainnya yang

dideskripsikan oleh Halstead et al (1994) dalam jurnal internasional oleh Gloria K. Q.

(38)

commit to user

“Customer satisfaction has been described as an affective response, focused on product performance compared to some prepurchase standard during or

after consumption.”

Kepuasan pelanggan dideskripsikan sebagai respon afektif, berfokus pada kinerja produk yang dibandingkan dengan beberapa standar pra-pembelian selama atau setelah dikonsumsi. ( International Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 5).

Dari beberapa definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengguna

layanan merupakan hasil (outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa,

sama atau melebihi harapan yang diinginkan oleh pengguna layanan. Dengan

demikian penyedia layanan/jasa harus berusaha mengetahui apa yang diharapkan oleh

pelanggan dari produk dan jasa yang dihasilkan.

Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2007: 199) menyebutkan beberapa riset

kepuasan pelanggan dalam tiga teori utama, yaitu:

1. Contrast Theory, berasumsi bahwa konsumen akan membandingkan kinerja produk aktual dengan para-pembelian. Apabila kinerja aktual lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas. Sebaliknya, jika kinerja aktual lebih rendah dibandingkan ekspektasi, maka konsumen akan tidak puas.

2. Assimilation theory, menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan fungsi positif dari ekspektasi konsumen pra-pembelian.

3. Assimilation-contrast theory, berpegang bahwa terjadinya efek asimilasi (assimilation effect) atau efek kontras (contrast effect) merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual.

Seperti dalam penelitian ini yang berkaitan dengan pelayanan publik, kepuasan

pengguna/penerima layanan menjadi fokus utama. Pelayanan publik yang prima

berarti pelayanan yang mampu memuaskan pelanggan. Untuk mengetahui seberapa

jauh tingkat kepuasan pengguna layanan publik dapat dilakukan pengukuran indeks

(39)

commit to user

ada beberapa unsur minimal/indikator Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang

mengacu pada Keputusan MenPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi

Pemerintah. Unsur-unsur indeks kepuasan masyarakat ada 14 (empat belas) unsur

minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran, antara lain adalah:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung

jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung

jawab petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada

masyarakat.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang

dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada

(40)

commit to user

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta

saling menghargai dan menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap

besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan.

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang

bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada

penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap

(41)

commit to user

Unsur-unsur di atas yang akan peneliti pakai dalam pengukuran tingkat

kepuasan pengguna layanan rawat jalan di Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul.

Hal ini dikarenakan puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan pemerintah yang

bergerak di bidang kesehatan.

3. Puskesmas sebagai Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan 3. 1. Puskesmas

Definisi puskesmas menurut Depkes (1991) adalah suatu kesatuan organisasi

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok (http://wikimedya.blogspot.com). Konsep puskesmas mulai

diperkenalkan pada akhir tahun 1960an. Pertimbangan-pertimbangan strategis

pemerintah dalam membangun puskesmas (dalam A.A. Muninjaya, 2004: 36) antara

lain:

1. Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan,

sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan.

2. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana

pelayanan kesehatan kepada kelompok-kelompok penduduk yang

membutuhkannya di pedesaan. Sampai akhir tahun 60-an, sebagian besatr

(42)

commit to user

berlokasi di perkotaan dan bersifat konsumtif sehingga menyulitkan

masyarakat, terutama yang tinggal di desa untuk menjangkaunya.

3. Untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di rumah

sakit dan dokter praktik swasta jauh lebih mahal.

Fungsi pokok dari puskesmas adalah:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Pembangunan berwawasan kesehatan memiliki makna, bahwa puskesmas harus

berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu,

berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.

Pembangunan yang dilakukan di kecamatan seharusnya berdampak positif terhadap

lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya peningkatan kesehatan

masyarakat.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non

instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu

mengindentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan

memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas

sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat mutlak,

(43)

commit to user

strategis untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat holistik,

komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan

program yang dilaksanakan puskesmas.

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan

kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus

dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang

disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.

Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah (Basic Six):

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

(44)

commit to user

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan

program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok (dalam Azrul Azwar,

1996: 120-121) yakni:

1. Asas pertanggung-jawaban wilayah, artinya puskesmas harus bertanggung

jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.

2. Asas peran serta masyarakat, artinya berupaya melibatkan masyarakat dalam

menyelenggarakan program kerjanya.

3. Asas keterpaduan, artinya berupaya memadukan kegiatan puskesmas bukan

saja dengan program dari sektor lain (lintas sektoral).

4. Asas rujukan, artinya jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan

harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu.

3. 2. Puskesmas sebagai Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan

Penanganan di bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah. Penerapan Undang-undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah merupakan perwujudan pemberian otonomi dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerahnya

sendiri sesuai dengan kondisi daerah. Oleh karena itu setiap daerah harus mempunyai

kemampuan mengatasi masalah yang terjadi di daerahnya termasuk masalah

kesehatan. Dalam menangani masalah kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan

(45)

commit to user

pemerintah daerah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Hal ini

merupakan salah satu ukuran dalam menilai kinerja pemerintah daerah.

Pelaksanaan puskesmas sendiri merupakan bentuk desentralisasi kesehatan

pemerintah daerah di tingkat II. Pengertian desentralisasi dalam Waluyo (2007: 142)

adalah suatu proses penyerahan wewenang dari pemerintah yang lebih tinggi (yang

mempunyai kekuasaan) kepada pemerintah yang lebih rendah derajatnya,

menyangkut bidang legislatif, yudikatif atau administratif. Sedangkan perwujudan

desentralisasi di tingkat daerah adalah otonomi daerah. Menurut Waluyo (2007: 141)

bahwa:

“Otonomi daerah diartikan sebagai hak daerah dan masyarakat untuk

memperoleh keleluasaan bergerak dan kesempatan untuk menggunakan prakarsa sendiri, atas segala macam nilai dan potensi yang dikuasai untuk mengurus kepentingan publik, baik yang menyangkut pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui pemberian fasilitas dan bimbingan terhadap masyarakat, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pelaksanaan

pembangunan.”

Tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (dalam Sujamto, 1993:42) adalah

untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut maka kepada daerah perlu

diberikan wewenang-wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan

(46)

commit to user

Dalam desentralisasi kesehatan, pemerintah daerah bertanggung jawab

memperbaiki kesehatan masyarakat, dengan tugas-tugas (dalam Mardiasmo, 2004:

78) sebagai berikut:

1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat didistribusikan kepada

masyarakat.

2. Mengatur, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan dan

membiayai usaha-usaha kesehatan tanpa melupakan fungsi sosial.

4. Pengaturan aset-aset pemerintah yang berhubungan dengan tugas-tugas rutin

administrasi pemerintah dan usaha-usaha pembangunan di sektor kesehatan.

5. Pengawasan pelaksanaan tugas-tugas rutin administrasi pemerintah dan

usaha-usaha pembangunan di sektor kesehatan yang berada di bawah

kebijakan umum yang digariskan presiden dan peraturan yang berlaku.

Menurut Mardiasmo (2004: 82) beberapa faktor yang menentukan efisiensi dan

kualitas pelayanan kesehatan sebagai akibat desentralisasi kesehatan antara lain

adalah:

a. Sumber daya keuangan sektor publik

b. Pola alokasi sumber daya secara keseluruhan (nasional)

c. Distribusi sumber daya manusia

d. Pemanfaatan pelayanan

(47)

commit to user

f. Perubahan dalam sistem-sistem pendukung

g. Ketersediaan obat-obatan dasar

Puskesmas merupakan perwujudan desentralisasi kesehatan karena puskesmas

adalah salah satu pelaksana urusan-urusan kesehatan di pemerintah daerah. Dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya puskesmas bertanggung jawab kepada dinas

daerah yaitu dinas kesehatan. Pengertian dinas daerah dalam Sujanto (1993: 68)

adalah pelaksana urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah

menjadi urusan rumah tangganya. Hubungan antara dinas kesehatan dengan kepala

daerah yang dalam hal ini yaitu bupati, sudah cukup jelas, bahwa kepala dinas

kesehatan bertanggung jawab kepada kepala daerah/bupati.

Dalam hal pelaksanaan tugas oleh Puskesmas Pandak I masih berpedoman pada

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Kebijakan nasional yang dibuat oleh

Menteri Kesehatan berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan

(SK) Menteri dan sebagainya. Kemudian masuk pemerintah daerah tingkat I atau

provinsi yang ditangani oleh Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

kebijakan dari pusat tersebut terkadang akan ditambah beberapa petunjuk teknis yang

disesuaikan dengan kondisi provinsi masing-masing. Di pemerintah daerah

kabupaten/kota yang diwakili oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan dibuat

kebijakan operasional yang berhubungan dengan unit-unit kesehatan yang

(48)

commit to user

B. Definisi Konseptual

Menurut Ulber Silalahi (2009: 118) definisi konseptual atau teoritis dapat

diartikan sebagai definisi yang menggambarkan konsep dengan penggunaan

konsep-konsep lain atau mendefinisikan suatu konstruk dengan menggunakan

konstruk-konstrik lain. Definisi konseptual dibuat sebagai upaya pendefinisian konsep-konsep

utama sehingga antara peneliti dan pembaca terdapat persamaan pengertian mengenai

istilah yang digunakan. Dalam penelitian ini definisi konsep yang digunakan antara

lain adalah:

1. Pelayanan Rawat Jalan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Pandak I kepada pasien

yang hanya berobat jalan tanpa harus rawat inap. Pelayanan rawat jalan

Puskesmas Pandak I ini meliputi poliklinik umum, poliklinik gigi, Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA), konsultasi gizi dan fisioterapi.

2. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Kualitas pelayanan kesehatan dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan

terutama pelayanan rawat jalan yang dilakukan oleh Puskesmas Pandak I yang

dapat memuaskan para pengguna/pasien dan tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

(49)

commit to user

Pengguna layanan dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

mengunjungi atau menggunakan layanan rawat jalan Puskesmas Pandak I.

4. Kepuasan Pengguna Layanan

Kepuasan pengguna layanan didefinisikan sebagai apa yang dirasakan dan

dipersepsikan oleh pasien yang telah mengunjungi pelayanan rawat jalan di

Puskesmas Pandak I.

C. Definisi Operasional

Sebuah penelitian suatu konsep yang telah digunakan perlu dioperasionalkan.

Menurut Ulber Silalahi (2009: 120), definisi operasional merupakan definisi yang

menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa

yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan

empiris.

Tingkat kepuasan pengguna layanan rawat jalan puskesmas dalam penelitian ini

diukur dengan membandingkan persepsi pengguna layanan terhadap pelaksanaan

pelayanan rawat jalan yang diberikan oleh Puskesmas Pandak I dengan harapan dari

pengguna layanan sebelum memanfaatkan layanan rawat jalan tersebut. Adapun

unsur-unsur yang dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan dalam

penelitian ini adalah sesuai dengan unsur minimal indeks kepuasan masyarakat

(50)

commit to user

Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Berikut ini adalah

unsur-unsur kepuasan pengguna layanan yang dipakai dalam penelitian ini:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan alur pelayanan rawat jalan seperti alur

pendaftaran pasien, alur pembayaran dan pengambilan obat yang cukup

sederhana.

2. Persyaratan pelayanan, berupa persyaratan teknis dan administratif sesuai

dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan pasien.

3. Kejelasan petugas pelayanan, berkaitan dengan petugas puskesmas berada di

tempat yang sesuai dengan semestinya.

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, berkenaan dengan petugas puskesmas datang

tepat waktu sesuai dengan jadwal yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu dalam memberikan pelayanan

petugas puskesmas melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

6. Kemampuan petugas pelayanan, berupa setiap petugas puskesmas mempunyai

keahlian dan ketrampilan yang memadai sesuai bidangnya dalam melayani

pasien.

7. Kecepatan pelayanan, berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan tidak

terlalu lama, sesuai dengan prosedur waktu yang ditentukan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu dalam melayani pasien, petugas

puskesmas tidak membeda-bedakan status pasien baik yang mampu dan yang

(51)

commit to user

9. Kesopanan dan keramahan petugas, berupa sikap petugas puskesmas yang

melayani pasien dengan sopan dan ramah serta menghargai dan menghormati

pasien.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu biaya pelayanan puskesmas yang dapat

terjangkau semua kalangan masyarakat.

11.Kepastian biaya pelayanan, berkaitan dengan biaya pelayanan puskesmas

sesuai yang telah ditetapkan.

12.Kepastian jadwal pelayanan, berkenaan dengan jadwal buka dan tutup

puskesmas sesuai dengan ketentuan yang ada.

13.Kenyamanan lingkungan, berupa sarana dan prasarana puskesmas yang

bersih, rapi dan teratur sehingga pasien merasa nyaman.

14.Keamanan pelayanan, yaitu keamanan puskesmas yang terjamin sehingga

pasien merasa tenang.

D. Kerangka Berpikir

Puskemas Pandak I mempunyai pelayanan rawat jalan yang dibagi meliputi

poliklinik umum, poliklinik gigi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), konsultasi gizi dan

fisioterapi. Sebagai pelayanan publik, Puskesmas Pandak I ini berupaya memuaskan

para pengguna layanan atau pasien. Kepuasan pengguna layanan atau pasien

merupakan ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan

(52)

commit to user

Untuk mengukur tingkat kepuasan dari pasien atau pengguna layanan rawat

jalan Puskesmas Pandak I, indikator yang digunakan adalah indeks kepuasan

masyarakat Keputusan MenPAN No. 25 Tahun 2004. Indikator tersebut antara lain

yaitu prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan

petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan,

kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya

pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan

pelayanan. Unsur ini dipakai karena puskesmas merupakan unit pelayanan

pemerintah. Kerangka pemikiran pada penelitian ini akan penulis gambarkan sebagai

(53)
(54)

commit to user

38

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian kuantitatif berformat deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Burhan Bungin, 2011:44).

Sedangkan analisis data dilakukan secara kuantitatif.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul.

Dipilihnya lokasi ini sebagai obyek penelitian karena:

a) Puskesmas ini mempunyai fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan

puskesmas di Kecamatan Pandak lainnya.

b) Prestasi dari Puskesmas Pandak I yang meraih peringkat pertama

pengelolaan administrasi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

puskesmas se kabupaten Bantul pada tahun 2011, selain itu puskesmas ini

juga sedang dalam proses mendapatkan sertifikat ISO sehingga diharapkan

akan menjadikan puskemas ini lebih bisa memuaskan masyarakat dalam

(55)

commit to user

diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ada.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Teknik pengumpulan data yang pertama adalah observasi ke lokasi

penelitian untuk mengumpulkan bahan keterangan tentang kenyataan yang

berhubungan dengan tingkat kepuasan pengguna layanan rawat jalan

Puskesmas Pandak I Kabupaten Bantul.

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat

diamati oleh peneliti (Burhan Bungin, 2011:144). Dengan kata lain

observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung untuk mengumpulkan dan mencatat segala informasi

serta hal-hal yang relevan dengan masalah penelitian.

Observasi yang dilakukan adalah dengan cara non partisipan, yaitu

peneliti tidak secara langsung ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat

yang diteliti, hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2010:145).

Peneliti akan mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat

kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam kaitannnya dengan tingkat

kepuasan pengguna layanan rawat jalan Puskesmas Pandak I ini.

Gambar

Tabel 4.34 Penilaian Pengguna Layanan Tentang Kebersihan Ruang Tunggu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..............................................................
Gambar 2. 1
Tabel 3.1  Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu data indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap

Untuk hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap kualitas pelayanan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon Tahun 2016 yang memiliki nilai tertinggi

Hasil penelitian pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan Puskesmas XXX masih kurang baik, berdasarkan nilai rata-rata

Untuk mengukur seberapa besar Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan publik di Pengadilan Tinggi Banten, untuk semester II periode Juli sampai dengan Desember 2020

Begitu juga metode pengolahan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai hasil dari SKM berpedoman pada cara menghitung nilai IKM sesuai PERMENPAN No: 14 tahun 2017

Indikator kepuasan masyarakat tersebut menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men.Pan) No.25 Tahun 2004 terdiri dari 14 unsur, yaitu: (1) Prosedur

KEP/25/M.PAN/2/2004, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut: (1) prosedur pelayanan, yaitu kemudahan

Berdasarkan hasil penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan 14 unsur / indikator yang didasarkan pada