Megenal Sifat Material
III
1 Sudaryatno Sudirham
2
ISI
• Pengertian Dasar Thermodinamika • Sistem Multifasa
• Gejala Permukaan • Difusi
• Oksidasi dan Korosi
Pengertian Dasar
Thermodinamika
3 Thermodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mencakup permasalahan transfer energi dalam skala makroskopis
Thermodinamika tidak membahas hal-hal mikroskopis (seperti atom, molekul) melainkan membahas besaran-besaran makroskopis yang secara langsung dapat diukur, seperti tekanan,
volume, temperatur
mampu mengisolasi sistem ataupun memberikan suatu cara interaksi tertentu antara sistem dan lingkungannya Sistem adalah obyek atau kawasan yang menjadi perhatian kita
Kawasan di luar sistem disebut lingkungan
mungkin berupa sejumlah materi atau suatu daerah yang kita bayangkan
dibatasi oleh suatu bidang batas
lingkungan sistem
lingkungan
bidang batas
bidang yang membatasi sistem terhadap lingkungannya.
Sistem
4
Dengan adanya bidang batas antara sistem dan lingkungannya, beberapa kemungkinan bisa terjadi
tidak ada transfer energi tidak ada transfer materi
sistem sistem terisolasi
ada transfer energi tidak ada transfer materi
massa sistem tidak berubah
sistem sistem tertutup energi
ada transfer materi
massa sistem berubah
sistem terbuka sistem
energi materi
5
Perubahan dalam sistem terisolasi tidak dapat terus berlangsung tanpa batas
tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya
sistem sistem terisolasi
Perubahan-perubahan dalam sistem mungkin saja terjadi
perubahan temperatur perubahan tekanan
Suatu saat akan tercapai kondisi
keseimbangan internal
yaitu kondisi di mana perubahan-perubahan dalam sistem sudah tidak lagi terjadi
menuju ke
keseimbangan internal keseimbangan eksternal
perubahan dalam sistem dibarengi dengan perubahan di lingkungannya.
Apabila keseimbangan telah tercapai, tidak lagi terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem dan juga tidak lagi terjadi transfer
apapun antara sistem dengan lingkungannya sistem dapat berinteraksi
dengan lingkungannya
sistem sistem tertutup energi
7
Status thermodinamik sistem
merupakan spesifikasi lengkap susunandan sifat fisis suatu sistem.
Tidak semua peubah thermodinamik harus diukur guna menentukan sifat sistem. Sifat sistem ditentukan oleh satu set tertentu peubah-peubah thermodinamik.
sudah dapat menentukan status sistem, walaupun jumlah itu hanya sebagian dari seluruh besaran fisis
yang menentukan status.
sistem
Apabila jumlah tertentu besaran fisis yang diukur
dapat digunakan untuk menentukan besaran-besaran
fisis yang lain maka jumlah pengukuran tersebut dikatakan sudah lengkap.
8
Jadi eksistensi sistem ditentukan oleh status -nya, sedangkan jumlah peubah yang perlu diukur agar status sistem dapat ditentukan
tergantung dari sistem itu sendiri.
Pengukuran atau set pengukuran peubah yang menentukan status tersebut, harus dilakukan dalam
kondisi keseimbangan
Keseimbangan sistem tercapai apabila semua peubah yang menetukan sifat sistem tidak lagi berubah.
sistem
9
Energi Internal Sistem
Energi internal, E, adalah sejumlah energi yang merupakan besaran intrinsiksuatu sistem yang berada
dalam keseimbangan thermodinamis Energi internal merupakan fungsi status Perubahan nilai suatu fungsi status hanya
tergantung dari nilai awal dan nilai akhir dan tidak tergantung dari alur perubahan
dari status awal menuju status akhir
energi kinetik energi potensial terkait gerak obyek terkait dengan posisi atau
kondisi obyek
10
Energi
dapat dikonversi timbal balik
Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi
Panas bukanlah besaran intrinsiksistem. Ia bisa masuk ke sistem dan juga bisa keluar dari sistem.
Pada sistem tertutup, panas dapat menembus bidang batas bila antara sistem dan lingkungannya terdapat
gradien temperatur.
sistem
q
q′
Sejumlah panas dapat ditransfer dari lingkungan ke sistem
Sejumlah panas dapat ditransfer dari sistem ke lingkungan
qdiberi tanda positif jika ia masuk ke sistem
qdiberi tanda negatif jika ia keluar dari sistem
11
Kerja
Kerja adalah bentuk energi yang ditranfer antara sistem dengan lingkungannya karena ada interaksi gayaantara
sistem dan lingkungannya.
sistem
Kerja, dengan simbol w, juga bukan besaran intrinsik sistem; bisa masuk ataupun keluar dari sistem
w
wdiberi tanda positif jika ia masuk ke sistem
wdiberi tanda negatif jika ia keluar dari sistem
Hukum Thermodinamika Pertama atau
Hukum Kekekalan Energi
Perubahan neto dari energi internal adalah nol sebab jika tidak, akan menyalahi prinsip konservasi energi.
sistem
sistem terisolasi Jika status sistem berubah melalui alur (cara) perubahan tertentu, maka energi internal
sistem ini berubah.
E
status A
B dan jika sistem kembali pada status semula melalui alur perubahan yang berbeda energi internal akan kembali pada nilai
awalnya
13 Konservasi Energi
Energi total sistem dan lingkungannya adalah terkonservasi Energi tidak dapat hilang begitu saja ataupun diperoleh dari sesuatu yang tidak
ada; namun energi dapat terkonversi dari satu bentuk ke bentuk yang lain
Perubahan energi internal, yang mengikuti terjadinya perubahan status sistem, tidak tergantung dari alur perubahan status tetapi hanya
tergantung dari status awal dan status akhir
Setiap besaran yang merupakan fungsi bernilai tunggal dari status thermodinamik
adalah fungsi status.
Perubahan nilai hanya tergantung dari nilai awal dan nilai akhir
14
Apabila hanya tekanan atmosfer yang bekerja pada sistem, maka jika energi panas sebesar dq masuk ke sistem, energi internal sistem berubah sebesar
PdV dq dE= −
tekanan atmosfer ≈konstan perubahan volume sistem
→ → →
→kerja pada lingkungan PdV
Membuat Pkonstan tidak sulit dilakukan namun membuat V
konstan sangat sulit H≡E+PV
enthalpi
awal akhir H
H
H= −
∆
P dan V adalah peubah thermodinamik yang menentukan status sistem, sedangkan E adalah fungsi status, maka H
juga fungsi bernilai tunggal dari status H juga fungsi status Maka dimunculkan peubah baru, yang sudah memperhitungkan V , yang disebutenthalpi
15
Enthalpi
Contoh:
Perubahan Enthalpi Pada Reaksi Kimia
Jika Hakhir> Hawalmaka ∆H > 0
→Terjadi transfer energi ke sistem
→penambahan enthalpi pada sistem
→proses endothermis
Jika Hakhir< Hawalmaka ∆H < 0
→Terjadi transfer energi ke lingkungan
→enthalpi sistem berkurang
→proses eksothermis
Dalam reaksi kimia,
reagen (reactant) merupakan status awal sistem hasil reaksi merupakan status akhir sistem
16
Hukum Hess
Apabila suatu reaksi kimia merupakan jumlah dua atau lebih reaksi, maka perubahan enthalpi total
untuk seluruh proses merupakan jumlah dari perubahan enthalpi reaksi-reaksi pendukungnya.
Hukum Hessmerupakan konsekuensi dari hukum kekekalan energi.
Hukum Hess terjadi karena perubahan enthalpi untuk suatu reaksi adalah fungsi status, suatu besaran yang nilainya
ditentukan oleh status sistem. Perubahan enthalpi yang terjadi baik pada proses fisika maupun proses kimia tidak tergantung pada alur proses dari
status awal ke status akhir
Perubahan enthalpi hanya tergantung pada enthalpi pada status awal dan pada status akhir.
17
Proses Reversible
Jika suatu sistem bergeser dari status keseimbangannya, sistem ini menjalani suatu proses dan selama proses berlangsung sifat-sifat sistem
berubah sampai tercapai keseimbangan status yang baru. Proses reversiblemerupakan suatu proses perubahan yang bebas dari
desipasi (rugi) energi dan dapat ditelusur balik dengan tepat. Sulit ditemui suatu proses yang reversiblenamun jika proses berlangsung
sedemikian rupa sehingga pergeseran keseimbangan sangat kecil maka proses ini dapat dianggap sebagai proses yang reversible
Proses reversibledianggap dapat berlangsung dalam arah yang berlawanan mengikuti alur proses yang semula diikuti.
Proses irreversible (tidak reversible) merupakan proses yang dalam perjalanannya mengalami rugi(desipasi) energisehingga tidak
mungkin ditelusur balik secara tepat.
Proses Irreversible
Teorema Clausius
∫
≤0T dq
∫
=0T dqrev
∫
<0T dqirrev
Dalam proses reversible
Dalam proses irreversible
Proses reversiblemerupakan proses yang paling efisien, tanpa rugi (desipasi) energi
Proses irreversiblememiliki efisiensi lebih rendah
19
∫
=0T dqrev
Proses reversible
Integral tertutup ini menyatakan bahwa proses berlangsung dalam satu siklus
Untuk proses reversibleyang berjalan tidak penuh satu siklus, melainkan berjalan dari status Ake status B dapat dituliskan
∫
∫
= BA B A
rev dS
T
dq qrevadalah panas yang
masuk ke sistem pada proses reversible.
Karena masuknya energi panas menyebabkan enthalpi sistem meningkat sedangkan enthalpi merupakan fungsi status maka
T dq dS= rev
S adalah peubah status yang disebut entropi
juga merupakan fungsi status
20
Entropi
∫
∫
>T dq T
dqrev irrev
Proses reversible adalah yang paling efisien
Tak ada rugi energi Ada rugi energi
irrev rev dq
dq >
Proses yang umum terjadi adalaqh proses irreversible
Panas dqyang kita berikan ke sistem pada umumnya adalahdqirrev
rev
dq dq< maka
Dengan pemberian panas, entropi sistem berubah sebesardSsistem
dan sesuai dengan definisinya maka
T dq dSsistem= rev
tanpa mempedulikan apakah proses yang terjadi
reversibleatauirreversible 21
Dalam sistem tertutup, jikadqcukup kecil maka pergeseran status yang terjadi di lingkungan akan kembali ke status semula. Dengan mengabaikan perubahan-perubahan kecil lain yang mungkin juga terjadi, proses di lingkungan dapat dianggapreversible. Perubahan entropi lingkungan menjadi
T dq dSlingkungan
− =
Perubahan entropi neto
0 ≥ − = +
=
T dq dq dS
dS
dSneto sistem lingkungan rev
yang akan bernilai positif jika proses yang terjadi adalah proses
irreversiblekarena dalam proses irreversible dq< dqrev
Proses reversiblehanya akan terjadi jikadSneto= 0
22
Karena proses spontan adalah proses irreversibledi mana dSneto> 0 maka dalam proses spontan total entropi
selalu bertambah.
Suatu proses spontan adalah proses yang terjadi secara alamiah. Proses ini merupakan proses irreversible, karena jika tidak proses
spontan tidak akan terjadi.
Kita ingat bahwa proses reversibleadalah proses yang hampir tidak bergeser dari keseimbangannya atau dengan kata lain tidak ada perubahan yang cukup bisa diamati. Oleh karena itu proses spontan tidak mungkin
reversible atau selalu irreversible. Ini adalah pernyataan Hukum Thermodinamika Kedua
23
Hukum Thermodinamika Kedua
T dq dS= rev
Atas usulan Planck, Nernst pada 1906 menyatakan bahwa pada temperatur 0 K entropi dari semua sistem harus sama. Konstanta universal ini di-set sama dengan nol sehingga
0
0= =
T
S
Persamaan ini biasa disebut sebagai Hukum Thermodinamika Ke-tiga Persamaan ini memungkinkan dilakukannya
perhitungan nilai absolut entropi dari suatu sistem dengan membuat batas bawah integrasi adalah 0 K.
∫
ττ = T p
d C T S
0
) ( maka entropi Spada temperatur
Tdari suatu sistem adalah Dengan mengingat relasi
dq= CPdT,
kapasitas panas pada tekanan konstan
Reaksi spontan disebut jugaproduct-favored reaction
Reaksi nonspontan disebut jugareactant-favored reaction
Pada umumnya, reaksi eksothermis yang terjadi pada temperatur kamar adalah reaksi spontan.
Energi potensial yang tersimpan dalam sejumlah (relatif) kecil atom / molekul reagen menyebar ke sejumlah (relatif) besar atom / molekul hasil reaksi dan atom / molekul
lingkungannya.
Penyebaran energi lebih mungkin terjadi daripada pemusatan (konsentrasi) energi. Proses reaksi dari beberapa reagenmenghasilkan hasil reaksi.
C B
A+ →
Jika Cdominan terhadap A+B
dalam waktu yang tidak lama, maka reaksi tersebut disebut
reaksi spontan Apabila A+Btetap dominan
terhadap Cdalam waktu yang lama, maka disebut reaksi nonspontan
diperlukan upaya tertentu agar diperoleh Cyang dominan
25
Di samping energi, materi yang sangat terkonsentrasi juga cenderung untuk menyebar
1). melalui penyebaran energi ke sejumlah partikel yang lebih besar;
2). melalui penyebaran partikel sehingga susunan partikel menjadi lebih acak.
Dengan dua cara tersebut ada empat kemungkinan proses
yang bisa terjadi
Dengan demikian ada dua cara untuk suatu sistem menuju kepada status yang lebih mungkin terjadi, yaitu
26
a). Jika reaksi adalah eksothermis dan susunan materi menjadi lebih acak, maka reaksi ini merupakan reaksi spontan pada semua temperatur.
Karena reaksi spontan merupakan proses irreversibledi mana terjadi kenaikan entropi maka kenaikan entropi menjadi pula
ukuran/indikator penyebaran partikel
b). Jika reaksi adalah eksothermis tetapi susunan materi menjadi lebih teratur, maka reaksi ini cenderung merupakan reaksi spontan pada suhu kamar akan tetapi menjadi reaksi nonspontan pada temperatur tinggi. Hal ini berarti bahwa penyebaran energi dalam proses terjadinya reaksi kimia lebih berperan dibandingkan dengan penyebaran partikel
c). Jika reaksi adalah endothermis dan susunan materi menjadi lebih acak, maka reaksi ini cenderung merupakan reaksi nonspontan pada temperatur kamar tetapi cenderung menjadi spontan pada temperatur tinggi.
d). Jika reaksi adalah endothermis dan susunan materi menjadi lebih teratur, maka tidak terjadi penyebaran energi maupun penyebaran partikel yang berarti proses reaksi cenderung nonspontan pada semua temperatur.
27
Kapasitas Panas dan Nilai Absolut Entropi
T b a CP= + ×10−3
Konstanta Untuk Menetukan Kapasitas Panas Padatan cal/mole/K [12].
Material a b Rentang Temperatur K
Ag 5,09 2,04 298 – titik leleh AgBr 7,93 15,40 298 – titik leleh
AgCl 14,88 1,00 298 – titik leleh SiO2 11,22 8,20 298 – 848
Entropi Absolut Pada Kondisi Standar cal/mole derajat [12]
Material S Material S
Ag 10.20 ±0,05 Fe 6,49 ±0,03
Al 6,77 ±0,05 Ge 10,1 ±0,2 Au 11,32 ±0,05 Grafit 1,361 ±0,005
Intan 0,583 ±0,005 Si 4,5 ±0,05
28
Kelvin memformulasikan bahwa pada umumnya alam tidak memperkenankan panas dikonversikan menjadi kerja tanpa
disertai oleh perubahan besaran yang lain.
Kalau formulasi Kelvin ini kita bandingkan dengan pernyataan Hukum Thermodinamika Ke-dua, maka besaran lain yang berubah yang menyertai konversi panas menjadi kerja adalah
perubahan entropi.
Perubahan neto entropi, yang selalu meningkat dalam suatu proses, merupakan energi yang tidak dapat diubah menjadi kerja, atau biasa disebut energi yang tak dapat diperoleh
(unavailable energy).
29
Energi Bebas
(free energies)
Sesuai Hukum Thermodinamika Pertama, jika kita masukkan energi panas ke dalam sistem dengan maksud untuk mengekstraknya menjadi kerja maka yang bisa kita perolehdalam bentuk kerja adalah energi yang masuk ke sistem dikurangi energi yang tak bisa diperoleh, yang terkait dengan
entropi.
entropi temperatur
Energi yang bisa diperoleh disebut energi bebas yang diformulasikan oleh Helmholtzsebagai
TS E A≡ −
Hemholtz Free Energy
Karena mengubah energi menjadi kerja adalah proses
irreversible, sedangkan dalam proses irreversible entropi selalu meningkat, maka energi yang tak dapat diperoleh adalah
TS
TS E A≡ −
Hemholtz Free Energy
SdT TdS dE
dA≡ − −
SdT dq dw dq
dA= − − rev−
Jika temperatur konstan dan tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem pada lingkungan maupun dari lingkungan pada sistem, maka
rev T
w dq dq
dA , = −
Karena
dq
≤
dq
rev dAw,T≤0Jadi pada proses isothermal di mana tidak ada kerja, energi bebas Helmholtz menurun dalam semua proses alamiah dan mencapai nilai minimum setelah mencapai keseimbangan
31
Gibbs mengajukan formulasi energi bebas, yang selanjutnya disebut energi bebas Gibbs (Gibbs Free Energy), G, dengan memanfaatkan definisi enthalpi
TS PV E TS H
G≡ − = + −
SdT dq VdP PdV dw dq
SdT TdS VdP PdV dE dG
rev−
− + + − =
− − + + =
PdV
dw
=
tekanan atmosfer dG=dq+VdP−dqrev−SdT
Jika tekanan dan temperatur konstan (yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan), maka
rev T
P dq dq
dG , = −
Pada proses irreversible
0
,T
≤
PdG
Jadi jika temperatur dan tekanan dibuat konstan, energi bebasGibb mencapai minimum pada kondisi keseimbangan Gibbs Free Energy
32
33
Fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut
Fasa memiliki struktur atom dan sifat-sifat sendiri Antara fasa dengan fasa dapat dipisahkan secara mekanis
Kita mengenal sistem satu-fasa & sistem multi-fasa
Dalam keseimbangan, setiap fasa adalah homogen
Kita mengenal
sistem komponen-tunggal& sistem multi-komponen. Fasa
Homogenitas
Komponen Sistem Komponen sistem adalah unsur atau senyawa
yang membentuk satu sistem.
34
Pengertian-Pengertian
Diagram keseimbangan merupakan diagram di mana kita bisa membaca fasa-fasa apa saja yang hadir dalam keseimbangan pada berbagai nilai peubah thermodinamik
Derajat kebebasan (degree of freedom) didefinisikan sebagai jumlah peubah thermodinamik yang dapat divariasikan secara tidak saling bergantungan tanpa mengubah jumlah fasa yang berada dalam keseimbangan.
Diagram Keseimbangan
Derajat Kebebasan
35 Atom atau molekul dari satu komponen terakomodasi di dalam
struktur komponen yang lain
Larutan Padat
Larutan padat bisa terjadi secara
subsitusional interstisial
Berbagai derajat kelarutan bisa terjadi
Dua komponen dapat membentuk larutan menyeluruh (saling melarutkan) jika status keseimbangan thermodinamik dari sembarang
komposisidari keduanya membentuk sistem satu fasa.
Hanya larutan substitusional yang dapat mencapai keadaan ini. Derajat kelarutan
36 Agar larutan padat dapat terjadi:
Perbedaan ukuran atom pelarut dan atom terlarut < 15%.
Struktur kristal dari komponen terlarut sama dengan komponen pelarut.
Elektron valensi zat terlarut dan zat pelarut tidak berbeda lebih dari satu.
Elektronegativitas zat terlarut dan pelarut kurang-lebih sama, agar tidak terjadi senyawa sehingga larutan yang terjadi dapat berupa larutan satu fasa.
Pada reaksi kimia:
Jika Hakhir> Hawal→ ∆H > 0→penambahan enthalpi pada sistem
(endothermis)
JikaHakhir< Hawalenthalpi sistem berkurang (eksothermis).
Dalam peristiwa pelarutan terjadi hal yang mirip yaitu perubahan enthalpi bisa negatif bisa pula positif
HB
HA
A x B
B
Hlarutan
HB
HA
A xB B
Hlarutan
HB
HA
A xB B
Hlarutan
Hlarutan< sebelum
pelarutan untuk semua komposisi
Hlarutan> sebelum
pelarutan untuk semua komposisi
Hlarutan= sebelum
pelarutan; ini keadaan ideal Enthalpi Larutan
37
Entropi dalam proses irreversibleakan meningkat.
→entropi larutan akan lebih tinggi dari entropi masing-masing komponen sebelum larutan terjadi, karena pelarutan merupakan proses irreversible.
→jika SAadalah entropi komponen A tanpa kehadiran B, dan SBadalah entropi
komponen B tanpa kehadiran A, maka
S
SB
SA
A x B
B
S0
A x B
B
S S
Entropi pelarutan Sesudah−Sebelum
entropi sesudah pelarutan > sebelum pelarutan
Entropi Larutan
38
Larutan satu fasayang stabil akan terbentuk jika dalam pelarutan itu terjadi penurunan energi bebas.
TS H
G= −
HB
HA
A x B
B
Hlarutan
HB
HA
A xB B
Hlarutan
G H
A B
xB
Hlarutan
Glarutan
x1 A x B
B
G Glarutan
x1 x2
α α+β β
Larutan satu fasa Larutan multifasa
antara komposisi
x1 danx2
Energi Bebas Larutan
39
Jumlah fasa yang hadir dalam keseimbangan dalam satu sistem
2 + = +D K F
Sistem satu-fasa (F = 1) komponen tunggal (K = 1) yang dlam keseimbangan akan memiliki 2 derajat kebebasan. Sistem dua fasa (F= 2) komponen tunggal (K = 1) yang dalam keseimbangan memiliki 1 derajat kebebasan.
Sistem tiga fasa (F = 3) komponen tunggal (K = 1) yang dalam keseimbangan akan berderajat kebebasan 0 dan invarian.
jumlah derajat kebebasan
jumlah minimum komponen yang membentuk sistem
40
Kaidah Fasa dari Gibbs
Sistem Komponen Tunggal : H2O
Karena K= 1 maka komposisi tidak menjadi peubah 2
+ = +D K F
T
P A
D C
B
cair
padat uap
a b
c
F = 1 →D = 2
Derajat Kebebasan D = 2 yaitu tekanan (P) dan
temperatur (T)
41
Diagram Keseimbangan Fasa
T
P A
D C
B
cair
padat uap
a b
c
F = 2 →D = 1
Derajat Kebebasan D = 1
yaitu tekanan : P
atau temperatur : T 2
+ = +D K F
Titik Tripel
Sistem Komponen Tunggal : H2O
F = 3 →D = 0 invarian
Alotropi (allotropy)
Alotropi:keberadaan satu macam zat (materi) dalam dua atau lebih bentuk yang sangat berbedasifat fisis maupun sifat kimianya.
perbedaan struktur kristal, perbedaan jumlah atom dalam molekul, perbedaan struktur molekul.
910 1400 1539
ToC
α(BCC) γ(FCC) δ(BCC)
cair
≈ ≈
10-12 10-8 10-4 1 102atm
uap
A B
C
Besi
43
Kurva Pendinginan
α (BCC)
γ (FCC)
δ (BCC) cair
910 1400 1539
ToC
≈ ≈
t
cair+δ δ+ γ
γ+ α
α (BCC)
γ (FCC)
δ (BCC) cair
910 1400 1539
T[oC]
≈
cair+δ δ+ γ
γ+ α
temperatur konstan pada waktu terjadi peralihan
44
Energi Bebas
G=H−TSPV E
H≡ +
∫
ττ = T p
d C T S
0
) (
T b a CP= + ×10−3
FCC BCC
BCC
T [oC]
910 1400 1539
G
Besi
45
Sistem Biner Dengan Kelarutan Sempurna
T
A B
xB
x1 x2 x3
a)
TA
TB
A B
xB
xcf xca x0 xpf xpa
a b
d c
b)
Karena K= 2 maka komposisi menjadi peubah 2
+ = +D K F
Plot komposisi
per komposisi Perubahan komposisi kontinyu 46
Sistem Biner Dengan Kelarutan Terbatas
Diagram Eutectic Biner
titik leleh A
a
b
A B
xB
α β
Te
α+β α+L
Cair (L)
L+β
c d
xα1xαe x0 xcxe xβe
xα
e T
TA
TB titik leleh B
47
Sistem Biner Dengan Kelarutan Terbatas
Diagram Peritectic Biner
Tp
a b T TA
A
B
xB
α β+ L
cair (L) α+ L
α+ β
β
xα1 xαp x0 xβp xlp
TB
c p
titik leleh A
titik leleh B
49
Difusi adalah peristiwa di mana terjadi
tranfer materi melalui materi lain.
Transfer materi ini berlangsung karena
atom atau partikel selalu bergerak oleh
agitasi thermal. Walaupun sesungguhnya
gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa
arah tertentu, namun secara keseluruhan
ada arah neto dimana entropi akan
meningkat
proses
irreversible
50
Kondisi Mantap
dx dC D Jx=−
Dadalah koefisien difusi, dC/dx adalah variasi konsentrasi dalam keadaan mantap di mana C0 dan Cxbernilai konstan
Ini merupakan Hukum Fick Pertama
xa x
Ca
Cx
materi masuk di
xa
materi keluar di x
∆x
51
Analisis Matematis
Kondisi Transien
= ∆ ∂ ∂ − =
dx dC D dx
d x x J dt
dCx x
Ini merupakanHukum Fick Ke-dua
Jika Dtidak tergantung
pada konsentrasi maka 2
2
dx C d D dt
dCx= x
xa x
Ca
Cx2
materi masuk di xa
materi keluar di x
∆x
Cx0=0
Cx1
t2
t1
t=0
52
Persamaan Arrhenius
Persamaan Arrhenius adalah persamaan yang menyangkut laju reaksi
RT Q r ke
L = − /
Q: energi aktivasi (activation energy), R: gas (1,98 cal/mole K), T: temperatur absolut K, k: konstanta laju reaksi (tidak
tergantung temperatur).
Dari hasil eksperimen diketahui bahwa koefisien difusi D
RT Q
e D D= 0 − /
berbentuk sama sepert persamaan Arrhenius Koefisien Difusi
53
1. Difusi Volume
Difusi volume (volume diffusion) adalah transfer materi menembus volume materi lain
2. Difusi Bidang Batas 3. Difusi Permukaan
p
e
rm
u
k
a
a
n
retakan
volume batas bidang permukaan D D
D > >
p
e
rm
u
k
a
a
n
bidang batas butiran
Efek Hartley-Kirkendal menunjukkan bahwa difusi timbal balikdalam alloy biner terdiri dari dua jenis pergerakan materi yaitu
A menembus B dan B menembus A.
Analisis yang dilakukan oleh Darken menunjukkan bahwa dalam proses yang demikian ini koefisien difusi terdiri dari dua komponen yang dapat dinyatakan dengan
B A A BD X D
X
D= +
XAdan XBadalah fraksi molar dari A dan B,
DAadalah koefisien difusi B menembus A,
DBadalah koefisien difusi A menembus B
55
Efek Hartley-Kirkendall
Kekosongan posisi pada kristal hadir dalam keseimbangan thermodinamis Padatan menjadi “campuran” antara “kekosongan” dan “isian”.
Sebagai gambaran, Ev= 20 000 cal/mole,
→pada 1000K ada satu kekosongan dalam 105 posisi atom.
kT E v v e v
N N
N /
0 − = −
energi yang diperlukan untuk membuat satu posisi kosong jumlah posisi kosong
total seluruh posisi
56
Difusi dan Ketidaksempurnaan Kristal
Dalam kenyataan padatan mengandung pengotoranyang dapat melipatgandakan jumlah kekosongan, →mempermudah terjadinya difusi.
Selain migrasi kekosongan, migrasi interstisialdapat terjadi apabila atom materi yang berdifusi berukuran cukup kecil dibandingkan dengan ukuran atom material yang ditembusnya
57
Ketidak-sempurnaan Frenkel dan Schottky tidak mengganggu kenetralan listrik, dan kristal tetap dalam keseimbangan thermodinamis.
d d d d
d D
kT q C k
2
= σ
konsentrasi ketidak-sempurnaan kd= 1 untuk ion interstisial
kd> 1 untuk kekosongan
Ketidak-sempurnaan mana yang akan terjadi tergantung dari besar energi yang diperlukan untuk membentuk kation interstisial atau kekosongan anion.
Pada kristal ionik konduktivitas listrik pada temperatur tinggiterjadi karena difusi ion dan hampir tidak ada kontribusi elektron. Oleh karena itu konduktivitas listrik sebanding dengan koefisien difusi.
Frenkel Schottky
konduktivitas listrik oleh konduksi ion
faktor yang tergantung dari macam ketidak-sempurnaan.
muatan ketidak-sempurnaan
58
Difusi Dalam Polimer Dan Silikat
Dalam polimer, difusi terjadi dengan melibatkan gerakan molekul panjang. Migrasi atom yang berdifusi
mirip seperti yang terjadi pada migrasi interstisial. Namun makin panjang molekul polimer gerakan makin
sulit terjadi, dan koefisien difusi makin rendah.
59 60
Pada silikat,ion silikon biasanya berada pada posisi sentral tetrahedron dikelilingi oleh ion oksigen
Ion positif alkali dapat menempati posisi antar tetrahedra dengan gaya coulomb yang lemah. Oleh karena itu natrium dan kalium dapat dengan mudah
berdifusi menembus silikat Selain itu ruang antara pada jaringan silikat tiga
dimensi memberi kemudahan pada atom-atom berukuran kecil seperti hidrogen dan helium untuk
O k s i d a s i
61
Reaksi reduksi: reaksi di mana oksigen dilepaskan dari suatu senyawa Unsur yang menyebabkan terjadinya reduksi disebut unsur pereduksi.
Berikut ini kita akan melihat peristiwa oksidasi melalui pengertian thermodinamika.
Oksidasi : reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan pada unsur lain Unsur yang menyebabkan terjadinya oksidasi disebut unsur pengoksidasi.
Reaksi redoks (redox reaction):reaksi dimana satu materi teroksidasi dan materi yang lain tereduksi.
Tidak semua reaksi redoks melibatkan oksigen. Akan tetapi semua reaksi redoks melibatkan transfer elektron
Reagen yang kehilangan elektron, dikatakan sebagaiteroksidasi
Reagen yang memperoleh elektron, dikatakan sebagaitereduksi
62
Kecenderungan metal untuk bereaksi dengan oksigen didorong oleh penurunan energi bebas yang mengikuti pembentukan oksidanya Energi Bebas Pembentukan Oksida pada 500K dalam Kilokalori.[12].
Kalsium -138,2 Hidrogen -58,3
Magnesium -130,8 Besi -55,5
Aluminium -120,7 Kobalt -47,9
Titanium -101,2 Nikel -46,1
Natrium -83,0 Tembaga -31,5
Chrom -81,6 Perak +0,6
Zink -71,3 Emas +10,5
Kebanyakan unsur yang tercantum dalam tabel ini memiliki energi bebas pembentukan oksida bernilai negatif, yang berarti bahwa
unsur ini dengan oksigen mudah berreaksi membentuk oksida
63
Proses Oksidasi
Lapisan Permukaan Metal
Energi bebas untuk pembentukan oksida pada perak dan emas bernilai positif. Unsur ini tidak membentuk oksida.
Namun material ini jika bersentuhan dengan udara akan terlapisi oleh oksigen; atom-atom oksigen terikat ke permukaan material ini dengan ikatan lemah van der Waals; mekanisme pelapisan ini disebut adsorbsi.
Pada umumnya atom-atom di permukaan material membentuk lapisan senyawa apabila bersentuhan dengan oksigen. Senyawa
dengan oksigen ini benar-benar merupakan hasil proses reaksi kimia dengan ketebalan satu atau dua molekul; pelapisan ini mungkin juga berupa lapisan oksigen satu atom yang disebut
kemisorbsi (chemisorbtion).
64
Rasio Pilling-Bedworth
Lapisan oksida di permukaan metal bisa berpori (misalnya dalam kasus natrium, kalium, magnesium) bisa pula rapat tidak berpori (misalnya
dalam kasus besi, tembaga, nikel).
amD Md d am D
M =
= metal volume
oksida volume
M: berat molekul oksida (dengan rumus MaOb), D: kerapatan oksida,
a: jumlah atom metal per molekul oksida, m: atom metal,
d: kerapatan metal. Jika < 1, lapisan oksida yang terbentuk akan berpori.
Jika ≈1 , lapisan oksida yang terbentuk adalah rapat, tidak berpori. Jika >> 1, lapisan oksida akan retak-retak.
Muncul atau tidak munculnya pori pada lapisan oksida berkorelasi dengan perbandingan volume oksida yang terbentuk dengan volume metal yang
teroksidasi. Perbandingan ini dikenal sebagai Pilling-Bedworth Ratio:
65
a). Jika lapisan oksida yang pertama-tama terbentuk adalah berpori, maka molekul oksigen bisa masuk melalui pori-pori tersebut dan kemudian bereaksi dengan metal di perbatasan metal-oksida. Lapisan oksida bertambah tebal.
metal
oksigen menembus pori-pori lapisan oksida
berpori
daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut Situasi ini terjadi jika rasio
volume oksida-metal kurang dari satu. Lapisan oksida ini bersifat
non-protektif,tidak memberikan perlindungan pada metal yang dilapisinya terhadap proses oksidasi lebih lanjut.
b). Jika lapisan oksida tidak berpori, ion metal bisa berdifusi menembus lapisan oksida menuju bidang batas oksida-udara; dan di perbatasan oksida-udara ini metal bereaksi dengan oksigen dan menambah tebal lapisan oksida yang telah ada.
lapisan oksida tidak berpori
daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut metal
M+
e
Ion logam berdifusi menembus oksida Elektron bermigrasi dari
metal ke permukaan oksida Proses oksidasi berlanjut di
permukaan. Dalam hal ini elektron bergerak dengan arah yang sama agar pertukaran elektron dalam reaksi ini bisa terjadi.
67
c). Jika lapisan oksida tidak berpori, ion oksigen dapat berdifusi menuju bidang batas metal-oksida dan bereaksi dengan metal di bidang batas metal-oksida.
lapisan oksida tidak berpori
daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut metal
e
Ion oksigen berdifusi menembus oksida Elektron bermigrasi dari
metal ke permukaan oksida Elektron yang dibebaskan
dari permukaan logam tetap bergerak ke arah bidang batas oksida-udara. Proses oksidasi berlanjut di perbatasan metal-oksida.
d). Mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah gabungan antara b) dan c) di mana ion metal dan elektron bergerak ke arah luar sedang ion oksigen bergerak ke arah dalam. Reaksi oksidasi bisa terjadi di dalam lapisan oksida.
O−2
68
Terjadinya difusi ion, baik ion metal maupun ion oksigen, memerlukan koefisien difusi yang cukup tinggi. Sementara itu gerakan elektron menembus lapisan oksida memerlukan konduktivitas listrik oksida yang cukup tinggi pula. Oleh karena itu jika lapisan oksida memiliki konduktivitas listrik rendah, laju penambahan ketebalan lapisan juga rendah karena terlalu sedikitnya elektron yang bermigrasi dari metal
menuju perbatasan oksida-udara yang diperlukan untuk pertukaran elektron dalam reaksi.
Jika koefisien difusi rendah, pergerakan ion metal ke arah perbatasan oksida-udara akan lebih lambat dari migrasi elektron. Penumpukan ion metal akan terjadi di bagian dalam lapisan oksida dan penumpukan ion ini akan menghalangi difusi
ion metal lebih lanjut. Koefisien difusi yang rendah dan konduktivitas listrik yang rendah dapat membuat lapisan oksida
bersifat protektif, menghalangi proses oksidasi lebih lanjut.
69
Laju Penebalan Lapisan Oksida Jika lapisan oksida berpori dan ion oksigen mudah berdifusi melalui lapisan oksida ini, maka oksidasi di permukaan metal (permukaan batas metal-oksida) akan terjadi dengan laju yang hampir konstan. Lapisan oksida ini nonprotektif.
1 k dt dx=
2 1t k k x= + dan
Jika lapisan oksida bersifat protektif, transfer ion dan elektron masih mungkin terjadi walaupun dengan lambat. Dalam keadaan demikian ini komposisi di kedua sisi permukaan oksida (yaitu permukaan batas oksida-metal dan oksida-udara) bisa dianggap konstan. Kita dapat
mengaplikasikan Hukum Fick Pertama, sehingga
x k dt dx= 3
4 3 2
k t k x = + dan
Jika x: ketebalan lapisan oksida maka
70
Jika lapisan oksida bersifat sangat protektifdengan konduktivitas listrik yang rendah, maka
) log(Bt C A
x= +
A, B, danCadalah konstan. Kondisi ini berlaku jika terjadi pemumpukan muatan (ion, elektron) yang dikenal dengan muatan ruang, yang menghalangi gerakan ion dan elektron lebih lanjut.
Agar lapisan oksida menjadi protektif, beberapa hal perlu dipenuhi oleh lapisan ini.
Ia tak mudah ditembus ion, sebagaimana;
Ia harus melekat dengan baik ke permukaan metal; adhesivitasantara oksida dan metal ini sangat dipengaruhi oleh bentuk permukaan metal, koefisien muai panjang relatif antara oksida dan metal, laju kenaikan temperatur relatif antara oksida dan metal; temperatur sangat berpengaruh pada sifat protektif oksida.
Ia harus nonvolatile, tidak mudah menguap pada temperatur kerja dan juga harus tidak reaktif dengan lingkungannya.
71
Oksidasi Selektif
Oksidasi selektif terjadi pada larutan biner metal di mana salah satu metal lebih mudah teroksidasi dari yang lain. Peristiwa ini terjadi jika salah satu komponen memiliki energi bebas jauh lebih negatif dibanding dengan komponen yang lain dalam pembentukan oksida. Kehadiran chrom dalam alloy misalnya, memberikan ketahanan lebih baik terhadap terjadinya
oksidasi.
Oksidasi Internal.Dalam alloy berbahan dasar tembaga dengan kandungan alluminium bisa terjadi oksidasi internal dan terbentuk Al2O3
dalam matriksnya. Penyebaran oksida yang terbentuk itu membuat material ini menjadi keras.
Oksidasi Intergranular.Dalam beberapa alloy oksidasi selektif di bidang batas antar butiran terjadi jauh sebelum butiran itu sendiri teroksidasi. Peristiwa in membuat berkurangnya luas penampang metal yang menyebabkan penurunan kekuatannya.
Oksidasi selektif bisa memberi manfaat bisa pula merugikan.
73
Korosi Karena Perbedaan Metal Elektroda
n
+ 1 M M+2m hubungan listrik
katoda anoda
elektrolit M1 M2
Peristiwa korosi ini merupakan peristiwa elektro-kimia, karena ia terjadi jika dua metal berbedayang saling kontak secara listrik berada dalam lingkungan elektrolit
perbedaan ∆∆∆∆Gyang terjadi apabila kedua metal terionisasi dan melarutkan iondari permukaan masing-masing ke elektrolit dalam jumlah yang ekivalen
2 1
2
1 ( / )M M ( / )M
M+n m +m→ +n+n m
Jika∆G< 0 →M1→elektron →mereduksi ion M2 →M1mengalami korosi
Beda tegangan muncul antara M1dan M2
74
dapat dipandang sebagai dua kali setengah-reaksi
dengan masing-masing setengah-reaksi adalah
2 1
2
1 ( / )M M ( / )M
M +nm +m→ +n+ nm Reaksi
− + + → 1n ne
1 M
M ∆G1=−nV1F
− + + → 2m me
2 M
M ∆G2=−nV2F
dengan
dengan
1 mole metal mentransfer 1 mole elektron ≈96.500 coulomb Angka ini disebut konstanta Faraday, dan diberi simbol F.
nVF G=− ∆
perubahan Gadalah negatif jika tegangan Vpositif perubahan energi bebas
tegangan antara M1 dan M2 (dalam volt)
75
Dengan pandangan setengah reaksi, tegangan antara anoda M1dan katoda M2
dapat dinyatakan sebagai jumlah dari potensial setengah reaksi. Potensial setengah reaksi membentuk deret yang disebut deret emf
(electromotive force series).
Deret emf Deret emf pada 25oC, volt. [12]. Reaksi Elektroda Potensial Elektroda
Na→Na++ e− + 2,172 Mg→Mg+2+ 2e− + 2,34
Al→Al+3+ 3e− + 1,67 Zn→Zn+2+ 2e− + 0,672 Cr→Cr+3+ 3e− + 0,71
Fe→Fe+2+ 2e− + 0,440 Ni→Ni+2+ 2e− + 0,250
Sn→Sn+2+ 2e− + 0,136 Pb→Pb+2+ 2e− + 0,126
H2→2H++ 2e− 0,000 Cu→Cu+2+ 2e− −0,345
Cu→Cu++ e− −0,522 Ag→Ag++ e− −0,800
Pt→Pt+2+ 2e− −1,2 Au→Au+3+ 3e− −1,42 Au→Au++ e− −1,68 basis
76
Korosi Karena Perbedaan Konsentrasi Ion Dalam Elektrolit
dua metal sama
tercelup dalam elektrolit dengan konsentrasi berbeda
Gper mole tergantung dari konsentrasi larutan.
Anoda melepaskan ion dari permukaannya ke elektrolit dan
memberikan elektron mereduksi ion pada katoda
membran katoda anoda
Fe Fe
Fe+2 Fe+2
membran untuk memisahkan elektrolit di mana anoda tercelup dengan elektrolit di mana katoda tercelup
agar perbedaan konsentrasi dapat dibuat
77
Dalam praktik, tidak harus ada membran Perbedaan kecepatan aliran fluida pada suatu permukaan
metal dapat menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi ion pada permukaan metal tersebut
Kecepatan fluida di bagian tengah cakram lebih rendah dari bagian
pinggirnya Konsentrasi ion di bagian tengah lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian pinggir Bagian pinggir akan menjadi anoda
dan mengalami korosi cakram
logam berputar fluida Contoh
Korosi Karena Perbedaan Kandungan Gas Dalam Elektrolit
Apabila ion yang tersedia untuk proses sangat minim, kelanjutan proses yang terjadi tergantung dari keasaman elektrolit
H hasil reduksi menempel dan melapisi permukaan katoda; terjadilah polarisasi pada katoda.
Polarisasi menghambat proses selanjutnya dan menurunkan V. Namun pada umumnya atom hidrogen membentuk molekul gas hidrogen dan terjadi depolarisasi
katoda.
Elektrolit bersifatasam ion hidrogenpada katoda
akan ter-reduksi
terjadi reaksi
− −→ +
+2HO 4e 4OH
O2 2
→konsentrasi oksigen menurun
→konsentrasi ion OH−−−−di permukaan katoda meningkat
→terjadi polarisasi katoda→→→→transfer elektron dari anoda ke katoda menurun dan V juga menurun
Elektrolit bersifatbasa atau netral OH−−−−terbentuk dari oksigen yang
terlarut dan air
Depolarisasi katoda dapat terjadi jika
kandungan oksigen di sekitar katoda bertambah melalui penambahan
oksigen dari luar
membran katoda anoda
Fe Fe
O2 O2
79
Dalam praktik, perbedaan kandungan oksigen ini terjadi misalnya pada fluida dalam tangki metal Permukaan fluida bersentuhan langsung dengan
udara sehingga terjadi difusi gas melalui permukaan fluida. Kandungan oksigen di daerah permukaan menjadi lebih tinggi dari daerah yang lebih jauh
dari permukaan
Dinding metal di daerah permukaan fluida akan menjadi katoda
sedangkan yang lebih jauh akan menjadi anoda
Breather valve
80
Korosi Karena Perbedaan Stress
Yang mendorong terjadinya korosi adalah perubahan energi bebas Apabila pada suhu kamar terjadideformasipada sebatang logam (di
daerah plastis), bagian yang mengalami deformasi akan memiliki energi bebas lebih tinggi dari bagian yang tidak mengalami
deformasi.
Bagian metal di mana terjadi konsentrasi stressakan menjadi anoda dan bagian yang tidak mengalami stress menjadi katoda.
81
Kondisi Permukaan Elektroda
Proses korosi melibatkan aliran elektron, atau arus listrik. Jika permukaan katoda lebih kecil dari anoda, maka kerapatan arus
listrik di katoda akan lebih besar dari kerapatan arus di anoda. Keadaan ini menyebabkan polarisasi katoda lebih cepat terjadi dan
menghentikan aliran elektron; proses korosi akan terhenti. Jika permukaan anoda lebih kecil dari katoda, kerapatan arus di permukaan katoda lebih kecil dari kerapatan arus di anoda. Polarisasi
katoda akan lebih lambat dan korosi akan lebih cepat terjadi.
Terbentuknya oksida yang bersifat protektif akan melindungi metal terhadap proses oksidasi lebih lanjut. Lapisan oksida ini juga dapat
melindungi metal terhadap terjadinya korosi. Ketahanan terhadap korosi karena adanya perlindungan oleh oksida
disebut pasivasi. Pasivasi ini terjadi karena anoda terlindung oleh lapisan permukaan yang memisahkannya dari elektrolit. Namun apabila lingkungan merupakan pereduksi, lapisan pelindung dapat
tereduksi dan metal tidak lagi terlindungi.
82
Mengenal
Mengenal
Mengenal
Mengenal Sifat
Sifat
Sifat
Sifat Material
Material
Material
Material
III
III
III
III
Sudaryatno Sudirham