• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEBERHASILAN

ASI EKSKLUSIF

Erfiani Mail 1), Dhonna Anggraeni 2) 1,2Prodi D3 Kebidanan Stikes Majapahit Mojokerto

email : erfianimail@yahoo.co.id, dhonnaanggreni@gmail.com

Abstract

Exclusive breastfeeding according to WHO, 2005 is breastfeeding alone without any other fluids of formula, water, orange juice or other supplementary foods given at birth until 6 months. Exclusive breastfeeding coverage data in Puskesmas kedundung in 2013 as much as 12.5%, in 2014 as much as 37.3%, in 2015 as much as 54.6%. The purpose of this study is to analyze the effect of job characteristics on the exclusive ASI success in Puskesmas kedundung Mojokerto. Analytic observational research with case control design with case and control sample of 70 baby mothers. Data were analyzed by using univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression. The results of this study indicate that the characteristics of work hours ≤ 8 hours is significant with the success of exclusive breastfeeding (OR = 4,374; 95% CI: 1,409-13,576). Conclusion: work hour characteristic ≤ 8 hours has an effect on exclusive breastfeeding success. Suggestions can be drawn based on the results of this study is health education should be given to working mothers about the

importance of exclusive breastfeeding.

Keywords: exclusive breastfeeding, job characteristics

1. PENDAHULUAN

ASI eksklusif menurut WHO, 2005 adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru melalui Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 mengenai pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Kebijakan terbaru mengenai Asi ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam setiap bagian dan pasal PP tersebut menggambarkan bahwa Pemerintah bertanggung Jawab terhadap pemberian ASI Eksklusif bayi usia 0-6 bulan.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa hanya sekitar setengah anak berumur di bawah dua bulan menerima ASI eksklusif. Persentase ASI eksklusif menurun terus setelah dua bulan pertama. Lebih dari tujuh diantara sepuluh anak umur empat sampai enam bulan menerima makanan tambahan (44 %), air putih

(8%), susu formula atau cairan tambahan lainnya (8%) sebagai tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah disapih (13%). Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI ekslusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli,2011).

Data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas kedundung tahun 2013 sebanyak 12,5%, tahun 2014 sebanyak 37,3%, tahun 2015 sebanyak 54,6%.

(2)

bayi dan anak turun sedikit, kecuali kematian neonatum yang tetap konstan.

Penyebab menurunnya angka pemberian ASI dan peningkatan pemberian susu formula antara lain minimnya pengetahuan para ibu tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, sedikitnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, keadaan yang tidak mendukung bagi para ibu yang bekerja, serta para produsen susu melancarkan pemasaran secara agresif untuk mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan susu formula (Nuryati S, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khususnya suami, faktor demografi yang meliputi usia, faktor fisik yang disebabkan karena ibu sakit atau kelainan puting susu, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan (Khasanah, 2011).

Berdasarkan fenomena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, pekerjaan, pendidikan yang berpengaruh terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI. Hal ini menyebabkan hambatan dalam pencapaian target keberhasilan pemberian ASI eksklusif secara maksimal.

2. KAJIAN LITERATUR

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing para anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama (Suparyanto, 2011).

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. (Effendy, 2004).

Menurut Arifin (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan, yaitu : 1. Pendidikan adalah suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan manusia, usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan manfaat menentukan status ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan positif (Notoatmodjo, 2003). Menurut Arifin 2004 seseorang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI Eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang tingkat pendidikan rendah. Kriteria pendidikan yaitu sebagai berikut (Soekanto, 2002) :SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, Perguruan Tinggi.

2. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek malalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2003). Ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif cenderung memiliki prilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI eksklusif dan beranggapan makanan pengganti ASI (susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu tidak memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya (Purwanti, 2004).

3. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, dan pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI Eksklusif (Nuryati, 2007).

(3)

lingkungan yang lebih luas dan informasi yang didapatpun lebih banyak sehingga dapat merubah perilaku-perilaku positif (Notoatmodjo, 2003). Menurut Arifin, 2004 kesibukan sosial lain serta kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Kriteria pekerjaan yaitu sebagai berikut (Devi, 2003):

5. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik (Erfandi, 2009). Klasifikasi usia ibu menurut Erfandi (2009) :

6. Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi juga pendidikan, dan semakin tinggi juga pengetahuan (Soekanto, 2002). Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Amirudin, 2006).

7. Budaya setempat, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain (Arifin, 2004).

8. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan kurang menarik. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengalami perubahan payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui (Arifin, 2004).

9. Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya kesediaan menyusui dan lamanya baik di Desa dan perkotaan. (Arifin, 2004).

10. Masalah kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu dan bayi (seperti: gagal jantung, Hb rendah dan HIV-AIDS) (Arifin, 2004).

11. Kondisi umum payudara yang kadang menyebabkan ibu kesulitan menyusui (Khasanah, 2011).

Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mewajibkan para pengusaha untuk memberikan peluang yang layak pada karyawan wanita yang memiliki bayi yang masih menyusui. Peluang-peluang yang sedemikian termasuk di antaranya membangun fasilitas yang sesuai di tempat kerja yang memungkinkan para karyawan wanita untuk menyusui di tempat kerja, selain juga memberikan karyawan wanita waktu untuk menyusui selama jam kerja, sesuai dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.

Government Regulation No. 33 on Granting Exclusive Breastfeeding (2012) Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 berkenaan dengan Jaminan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif mewajibkan setiap manajer di tempat kerja dan administrator fasilitas publik untuk memberlakukan peraturan internal yang mendukung dan membantu keberhasilan program pemberian ASI. Peraturan internal yang sedemikian menunjukkan dukungan perusahaan terhadap pemberian ASI dan memungkinkan perusahaan untuk mengimplementasikan kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi.

3. METODE

Jenis dan rancang bangun penelitian ini adalah penelitian epidemiologi observasional yang bersifat analitik karena data diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran terhadap gejala dan fenomena dari subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control atau kasus kontrol yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.

(4)

populasi kontrol. Populasi kasus adalah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di puskesmas Kedundung kota Mojokerto bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2016 sejumlah 84 orang. Jumlah sampel sebanyak 70 ibu. Sampel kasus adalah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan selama periode bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2016 di Puskesmas Kedundung kota Mojokerto. Sampel kontrol ibu bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan selama periode bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2016 di Puskesmas Kedundung kota Mojokerto. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Sampling probability dengan teknik sampling simple random sampling. Yang bertindak sebagai variabel dependen adalah ASI eksklusif, sedangkan variabel independen adalah karakeristik pekerjaan. Data yang didapat dari lapangan adalah masih berupa data mentah yang kemudian diolah dan dihitung dengan tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Sedangkan untuk analisa data dilakukan Analisis Regresi Logistik dengan tingkat

kepercayaan 5% (α=0,05). Analisis dilakukan

untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap keberhasilan ASI eksklusif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jam Kerja

Berdasarkan hasil penelitian kelompok ASI eksklusif sebagian besar memiliki jam

kerja ≤ 8 jam. Hal ini menunjukkan sebagian

besar responden berada pada jam kerja yang tidak berisiko.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh jam kerja ≤ 8 jam terhadap ASI eksklusif. Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta di atur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85 (AIMI, 2012).

Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas dan informasi yang didapatpun lebih banyak sehingga dapat merubah perilaku-perilaku positif (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Arifin, 2004 kesibukan sosial lain serta kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi

dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.

Menurut penelitian Rany juliastuti di dapatkan bahwa meskipun ibu bekerja, masih tetap dapat memberikan ASI eksklusif, hal ini dapat di sebabkan karena tingginya kesadaran ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif khususnya pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan, meskipun ibu bekerja mempunyai kesibukan masih tetap menyempatkan dirinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memberikan ASI perasan yang dilakukan pada waktu sebelum bekerja, dan sebagian ibu juga sudah mempunyai anggapan bahwa memberikan ASI tidak harus menyusui secara langsung. Fenomena yang terjadi di perkotaan saat ini antara lain banyak sekali para ibu yang bekerja, apalagi pada saat krisis moneter lebih banyak lagi para ibu yang membantu suaminya mencari nafkah, sehingga ASI eksklusif akan menurun.

Menurut penelitian Sri rejeki hanya satu dari 6 ibu yang dapat menyusui secara eksklusif karena faktor bekerja praktis proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, yang disebabkan oleh karena ibu meinggalkan rumah dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga tidak dapat menyusui bayinya.

4.2. Tempat Laktasi

Berdasarkan hasil penelitian baik kelompok ASI tidak eksklusif maupun kelompok ASI eksklusif sebagian besar memiliki tempat laktasi di tempat kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa tempat laktasi tidak berpengaruh terhadap ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa hampir seluruhnya pekerjaan responden karyawan swasta yaitu 57 responden (81,43%). Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas dan informasi yang di dapatpun lebih banyak sehingga dapat merubah perilaku-perilaku positif (Notoatmodjo, 2003).

(5)

bahwa semua orang diperusahaan tersebut sadar akan dan memahami tentang kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi. (AIMI, 2012).

Ibu dapat memerah ASI di tempat bekerja setiap 3 -4 jam, atau sesuai dengan waktu menyusui bayi atau bila payudara terasa sangat kencang (Suririnah, 2009).

4. KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor karakteristik pekerjaan ibu yang berpengaruh secara bermakna terhadap keberhasilan ASI eksklusif adalah jam kerja ≤ 8 jam.

Melihat tingginya angka kejadian ASI tidak eksklusif maka perlu dipertimbangkan pentingnya penanganan yang bersifat menyeluruh. Pelatihan kader pendamping ASI sebaiknya menjadi bagian rutin dari pengkajian pada ibu menyusui. Perlunya peranan penyedia layanan kesehatan yang terkait langsung seperti bidan, perawat, dokter umum, dokter ahli gizi dan tumbuh kembang anak, maupun psikiater baik di poliklinik atau di bangsal untuk lebih menanggapi adanya gejala-gejala depresi pada ibu-ibu pasca persalinan dengan melakukan deteksi dini menggunakan instrumen yang tepat yaitu EPDS yang telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia dan untuk peningkatan kualitas hidup ibu-ibu pasca persalinan tersebut, selanjutnya perlu dipertimbangkan adanya kerjasama yang lebih antara Departemen Obstetri Ginekologi dengan Departemen Psiatri.

Pelayanan antenatal merupakan waktu tepat untuk antisipati terjadinya ASI tidak eksklusif, yaitu ibu hamil diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan - perubahan fisiologis maupun psikologis selama kehamilan, persalinan dan nifas, perawatan payudara selama kehamilan.

REFERENSI

1. Arjatmo, T. 2004. Metodologi penelitian Bidang Kedokteran. Kelima ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. Alimul, Aziz A. 2010. Metode

penelitian kebidanan dan

teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

3. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

4. Ircham, M. 2005. Alat ukur penelitian. pertama ed. Yogyakarta:

Fitramaya.

5. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 6. Hidayat A. 2012. Menghitung Besar

Sampel Penelitian.

http://www.statistikian.com

7. Muslich, S. 2009. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Pertama ed. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.

8. Mardya A. 2011. Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif. http://googleweblight.com 9. Notoatmodjo. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Revisi Kedua ed.Jakarta: PT Rineka Cipta.

10. Roesli. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya

11. Riduwan, 2014. Dasar-Dasar Statistika. 12 ed. Bandung: CV Alfa Beta.

12. Suryabrata, S. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

13. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis. keempat ed. Bandung: CV. Alfa Beta.

14. Sutrisno Hadi, M. 2004. Metodologi Research. 1 ed. Yogyakarta: Andi. 15. Setia R, 2011. Makalah ASI Eksklusif.

http://googleweblight.com

Referensi

Dokumen terkait

perbincangan kumpulan fokus 183 6 Kategori dan tema bagi sikap audien belia awal Melayu 202 7 Kategori dan tema bagi sikap belia awal India 211 8 Kategori dan

account diff erences in sectoral locations in the decomposition of gender earn- ings gaps provides evidence that within-sector diff erences in earnings account for the largest share

Direktorat Pembinaan SMA menentukan kuota BSM per Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan beberapa indikator antara lain: (a) data siswa penerima BSM SMA tahun sebelumnya,

Rata-rata waktu kedatangan antar pelanggan adalah 8 menit dan rata- rata waktu pelayanan pada pelanggan adalah 6 menit. Rata-rata waktu kedatangan antar pelanggan

(6) Bantuan Pemerintah dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, bantuan operasional potensi dan sumber

Langkah selanjutnya yaitu setelah melihat keterkaitan antara visi dan misi serta strategi perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai visi dan misi perusahaan dimasa

Setiap siswa yang tidak mamatuhi aturan / tata tertib sekolah : Diberi ganjaran/hukuman.. yang sesuai dengan aturan apa yang

Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa debit andalan dari Sungai Tapung Kiri yang digunakan sebagai sumber air baku dalam sistem penyediaan air bersih mencukupi,