• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Kurikulum SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Kurikulum SD"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 230 juta jiwa dengan berbagai keragaman. Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain geografs, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah.

Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah.

Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Kurikulum sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik di masa kini dan masa mendatang.

Beranjak dari kondisi tersebut maka kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifkasi sesuai

Selanjutnya pada pasal 36 ayat 3 menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensis kecerdasans dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuans teknologis dan seni; (h)

(2)

agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Serta pada Pasal 38 ayat 2 mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

Dalam implementasi kurikulum 2013, sekolah berkewajiban mengembangan kurikulum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hal ini sesuai dengan yang diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasa 1 ayat 20 “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.”

Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pasal 4, dinyatakan bahwa: Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020.

Pengembangan KTSP di SDN 5 Barandasi I mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan

(3)

pendidikan dengan melibatkan komite sekolah dan kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan kabupaten sesuai dengan kewenangannya.

B. ACUAN KONSEPTUAL PENGEMBANGAN KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini didasarkan pada beberapa acuan konseptual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Permendikbud No. 61 tahun 2014 antara lain :

1.

Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. KTSP disusun agar semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

2. Toleransi dan kerukunan umat beragama;

Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua matapelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

3. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan;

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan

kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuh kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.

4. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

5. Kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu;

(4)

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu.

6.

Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.

7. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

8. Tuntutan Dunia Kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

9. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana Iptek sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan Iptek sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi.

(5)

10. Dinamika Perkembangan Global

Kurikulum dikembangkan untuk menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.

11. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.

12. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral

(6)

untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang

beriman dan

bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi

peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini dan yang

sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkanketerkaitan antara unsur-unsur

pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan

kondisi dan

tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia

seutuhnya.

3. Menyeluruh dan berkesinambungan, substansi kurikulum mencakup keseluruhan

dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar jenjang pendidikan.

(7)

4. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

5. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

6. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

(8)

Pasal 36 Ayat (2) , Pasal 36 Ayat (3) Pasal 38 Ayat (2)

4. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24

Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada

Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah 6. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah 7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah 8.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

9. Permendikbud No. 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Dikdasmen.;

(9)

10. Permendikbud No. 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai

Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib;

11. Permendikbud No. 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;

12. Permendikbud No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan

Kurikulum 2013.

BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN DASAR,

VISI, MISI, dan TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsas bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar enjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esas berakhlak mulias sehats berilmus cakaps kreatifs mandiris dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Tujuan Pendidikan Dasar

Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Mengacu pada tujuan umum tersebut, dapat dijabarkan tujuan pendidikan sebagai berikut.

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

b. Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

(10)

c. Membekali peserta didik dengan pengetahuan yang memedai agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

d. Mengembangkan keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberi konstribusi bagi pengembangan daerah.

3. VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH a. Visi

Cerdas, terampil, dan unggul dalam Prestasi serta memiliki dasar-dasar keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan syariat agama Islam yang telah ditanamkan pada dirinya sejak dini.

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan dan penataran

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimibingan secara efektif terhadap siswa

3. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut

4. Bekerjasama dengan lingkungan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan sekolah

5. Meningkatkan frekuensi evaluasi belajar tuntas terhadap siswa

c. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah yang ingin dicapai adalah :

1. Membentuk siswa yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa.

2. Membentuk siswa yang memiliki akhlak mulia dan berbudi pekerti

yang luhur.

3. Membentuk siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

4. Membentuk siswa yang kreatif dan mandiri.

5. Mengembangkan dan mengimplementasikan mode-model pembelajaran dengan pendekatan scientifc, problem solving, discovery dan inquiry.

(11)

BAB III

MUATAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A) Muatan Nasional 1) Kurikulum 2006

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa struktur dan muatan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4) kelompok mata pelajaran estetika; dan

5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Cakupan setiap kelompok mata pelajaran untuk jenjang SD/MI/SDLB disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.

Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

(12)

No Kelompok MataPelajaran Cakupan

1. Agama dan Akhlak

Mulia

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

2. Kewarganega-raan

dan Kepribadian Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung

4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan

untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi

keindahan dan harmoni. Kemampuan

mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

5. Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dankesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fsik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

Selanjutnya dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan pula bahwa:

(13)

1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada Paket A dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

agama,kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, dilaksanakan melalui muatan dan/atau

kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan

budaya, dan pendidikan jasmani.

3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/ MI/SDLB/Paket A dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan.

4) Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A

dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan

budaya, keterampian, dan muatan

5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan pada SD/MI/SDLB/Paket A dilaksanakan melalui muatan dan/atau

kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu

pengetahuan

alam, dan muatan lokal yang relevan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, struktur Kurikulum 2006 sebagai berikut TABEL STRUKTUR KURIKULUM

(14)

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 5

 Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu.

 Pembelajaran pada Kelas III dilaksanakan melalui Pendekatan Tematiks sedangkan pada Kelas VI dilaksanakan melalui Pendekatan Mata Pelajaran.

 Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum

 Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit

 Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38

minggu.

1. Mata Pelajaran

Mata pelajaran untuk kelas III dan VI terdiri dari 8 mata pelajaran dengan muatan masing – masing mata pelajaran sbb :

a. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk :

a.1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian

pengetahuan, pembiasaan, dan pengalaman peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a.2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia serta mengembangkan budaya agama dan komunitas sekolah.

Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi aspek sebagai berikut :

(15)

Al-Quran dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam.

b. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

b.1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

b.2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti

korupsi,

b.3. Berkembang secara positif dan demokratis,

b.4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut : Persatuan dan Kesatuan ; Norma, Hukum, dan Peraturan ;

; Hak Asasi Manusia ; Kebutuhan Warga Negara.

c. Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

c.1. Berkomunikasi secara efektif sesuai dengan etika yang berlaku, baik

c.4. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual c.5.

(16)

Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti,

c.6. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

mendengarkan; berbicara ; membaca ; menulis.

d. Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

d.1.

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efesien,dan tepat dalam pemecahan masalah. d.2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

d.3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

lain umtuk memperjelas keadaan atau masalah.

d.5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup mata pelajaran Matematika meliputio aspek-aspek sebagai berikut

Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Pengolahan Data.

e. Ilmu Pengetahuan Alam

Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

(17)

e.1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.

e.2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e.3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

e.4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e.5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,.

e.6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

e.7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/Mts.

Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

Makhlukhidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan ; benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas ; energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, dan pesawat sederhana ; bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit

lainnya.

f. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mata pelajaran IPS betujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

f.1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya.

f.2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin tahu, inkuiri memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

f.3. Memiliki komitemen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

f.4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

(18)

Ruang lingkup mata pelajarn IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : manusia, tempat dan lingkungan, waktu, berkelanjutan dan perubahan; sistem

sosial budaya ; perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

g. Seni Budaya dan Keterampilan

Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

g.1. Memahami konsep dan penting nya seni budaya dan keterampilan.

g.2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan.

g.3. Menampilkan kreatiftas melalui seni budaya dan keterampilan. g.4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam

tingkat lokal, regional, dan global.

Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan meliputi aspek-aspek sebagai berikut : seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, dan

keterampilan yang mencakup kecakapan hidup.

h. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

h.1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui

berbagai aktiftas jasmani dan olah raga yang terpilih.,

h.2. Meningkatkan pertumbuhan fsik dan pengembangan psikis

yang lebih

baik.

h.3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

h.4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui

internalisasi nilai

yang terkandung di dalam pendidikan jasmani dan kesehatan. h.5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung

jawab, kerjasama, percaya diri, demokratis.

h.6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri

sendiri,

orang lain dan lingkungan,

h.7. Memahami konsep aktiftas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk memcapai pertumbuhan

(19)

fsik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, dan beban belajar.

Sesuai dengan Permendikbud no. 24 tahun 2016 bahwa pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(20)

(SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadus kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IVs Vs dan VI.

Selanjutnya pada Bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa :

Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.

Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada

kompetensi inti.

Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. kompetensi inti sikap spiritual;

b. kompetensi inti sikap sosial;

c. kompetensi inti pengetahuan; dan d. kompetensi inti keterampilan.

Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 5 5

3 Bahasa Indonesia 8 9 7 7

4 Matematika 5 6 6 6

5 Ilmu Pengetahuan Alam - - 3 3

(21)

6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 3 3 Kelompok B

1 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4

2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 4 4 4 4

3 Bahasa Daerah 2 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 32 34 38 38

Di kelas IV dan V nama mata pelajaran IPA dan IPS tercantum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran Kompetensi Dasar IPA dan IPS, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 yang digunakan adalah :

1.

Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6.

Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran

dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

(22)

7.

Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8.

Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fsikal (hardskills) dan

keterampilan mental (softskills);

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing

ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun

karso), dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(tut wuri

handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;

12.

Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja

adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efsiensi

dan efektivitas pembelajaran; dan

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya

peserta didik.

Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif

(23)

sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifkasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan

Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses

pembelajaran dan penilaian.

Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam tabel berikut.

(24)
(25)

Integrasi kurikulum sebagai suatu pengelolaan pembelajaran sekitar problem dan isu di masyarakat, sehingga diperlukan kolaborasi oleh guru dan peserta didik tanpa memandang pada mata pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Penentuan tema yang dijadikan sebagai ide besar dari pembelajaran yang menghubungkan konsep dan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik.

Pendekatan ini dimaksudkan agar peserta didik tidak belajar secara parsial sehingga pembelajaran dapat memberikan makna yang utuh pada peserta didik seperti yang tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tema yang pilih sedapat mungkin didekatkan dengan hal-hal yang

(26)

dialami peserta didik. Pembelajaran tematik disusun berdasarkan berbagai proses integrasi yaitu integrasi intradisipliner, multi-disipliner inter-disipliner, dan trans-disipliner.

(27)

Tema 6 : Indahnya Negeriku

Tingkat Kompetensi dan ruang lingkup materi diterapkan untuk setiap muatan sebagaimana diatur dalam Pasal 77I ayat (1), Pasal 77C ayat (1), dan Pasal 77K ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut.

Permen 24

(28)

Muatan per mata pelajaran

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)

C) Muatan Lokal

Menurut Permendikbud No. 79 Tahun 2014 Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.

Muatan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk:

(104)

a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan

a. kesesuaian dengan perkembangan peserta didik;

b. keutuhan kompetensi;

c. feksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan;

dan

d. kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.

Muatan lokal antara lain dapat berupa (a) seni budaya, (b) prakarya, (c) pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan, (d) bahasa, dan/atau (e) teknologi.

Untuk SDN 5 Barandasi telah disepakati muatan local berupa mata pelajaran Bahasa Daerah Makassar dan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Muatan lokal bahasa daerah Makassar bertujuan agar peserta didik dapat :

1. Menghargai dan membanggakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai ciri khas bahasa daerah dan sebagai bahasa pergaulan antar warga suku Makassar.

2. Memahami bahasa daerah dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta dapat menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

3. Memiliki kemampuan menggunakan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif dengan menggunakan akal sehat).

(105)

4. Mampu menikimati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra daerah untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta

meningkatkan kemampuan berbahasa daerah.

Ruang lingkup mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah Makassar meliputi :

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

C. Pengaturan Beban Belajar

Beban belajar yang diterapkan di SDN 5 Barandasi I adalah Sistem Paket. Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka,penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan

mandiri, maksimal 40% untuk SD/MI.

Pengaturan beban belajar di SDN 5 Barandasi I sebagai berikut :

Satuan

(106)

Satuan

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan .

Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional

Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor peserta didik.

(107)

Satuan pendidikan melakukan evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap indicator yang telah ditetapkan.

Sebagai catatan bahwa :

• Kepala sekolah sebagai penanggung jawab Kegiatan Ekstrakurikuler di satuan

pendidikan;

• Tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan instruktur sebagai pengembang dan

pembina Kegiatan Ekstrakurikuler, dan

• Komite sekolah/madrasah sebagai mitra sekolah yang mewakili orang tua kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi dasar, dengan mempertimbangkan kompleksitas/keluasan dan kedalaman, daya dukung/kondisi satuan pendidikan dan karekteristik peserta didik.

Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan

penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat

penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap

semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

14Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik (B). Sedangkan nilai ketuntasan kompetensi

(108)

pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka 0 – 100. KKM dirumuskan di awal tahun pelajaran.

SDN 5 Barandasi I mematok KKM untuk semua kelas adalah 67, jadi peserta didik yang belum mencapai KKM 67 harus mengikuti program perbaikan (remidi) sedangkan peserta didik yang telah mencapai KKM lebih dari 67 mengikuti program pengayaan.

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan : a) Intake (kemampuan rata-rata peserta didik), b)Kompleksitas (mengidentifkasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), c) Kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sumber belajar).

Fungsi KKM adalah :

a) sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik

sesuai KD

1. Dilakukan melalui analisis dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung

dan intakepeserta didik.

2. KKM Kompetensi Dasar merupakan rata-rata dari KKM indikator yang terdapat

dalam kompetensi dasar tersebut.

(109)

3. Kriteria KKM setiap Standar Kompetensi merupakan rata-rata KKM Kompetensi

Dasar yang terdapat dalam Standar Kompetensi tersebut.

4. KKM Mata Pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM Standar Kompetensi

yang terdapat dalam 1 semester atau 1 tahun pelajaran dan dicantumkan dalam

buku raport peserta didik.

5. Pada setiap indikator/kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai

ketuntasan minimal.

Langkah-langkah penetapan KKM sebagai berikut:

1. Hasil penetapan KKM oleh guru/kelompok mapel disahkan oleh Kepala Sekolah

untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.

2. KKM yang ditetapkan, disosialisasikan kepada peserta didik, orang tua, dinas

pendidikan.

3. KKM dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar/raport pada saat hasil penilaian

dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

(110)

B.

KKM SDN 5 Barandasi adalah 67 sebagai angka yang terendah untuk predikat Cukup.

Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

a. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;

b. mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar Observasi/pengamatan;

c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan: a. menyusun perencanaan penilaian;

b. mengembangkan instrumen penilaian; c. melaksanakan penilaian;

d. memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan: a. menyusun perencanaan penilaian;

b. mengembangkan instrumen penilaian; c. melaksanakan penilaian;

d. memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

f. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah

“Saat kita memasuki milenium barus ingatlah baik-baik bahwa ukuran kemajuan suatu negara bukanlah besarnya pendapatan nasionals kemajuan teknologis atau kekuatan militernyas melainkan karakter penduduknya” (Thomas Lickonas 2008)

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita

(111)

permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat

kebijakan terpadu dalam mewujudkannilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Sumber: Buku Induk Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional.

Atas dasar apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.

Sebagaimana diketahui, wadah untuk pendidikan karakter adalah keluarga, sekolah, media masa, dan masyarakat (lingkungan sosial).

Kita menyadari bahwa pengembangan karakter memerlukan waktu lama. Karena itu,pengembangan karakter harus dilakukan sedini mungkin. Sekolah sebagai pusat pembudayaan berbagai perilaku baik yang ingin kita lihat di masyarakat nanti menjadi wadah yang sangat strategis.Adapun tahapan penerapan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis konteks tentang karakter di satuan pendidikan

2) Mencanangkan komitmen bersama antara seluruh warga sekolah

(112)

3) Menyusun penjadwalan pengembangan karakter dalam budaya sekolah secara terjadwal secara harian, mingguan, dan bulanan. 4) Melakukan penilaian penerapan pendidikan karakter di sekolah

Pelaksanaan pendidikan karakter di SD diintegrasikan dengan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan, yakni dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap pelajaran. Wibowo (2013:16) menyatakan bahwa pendidikan karakter yang terintegrasi dalam proses pembelajaran artinya pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan mencanangkan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari olah rasa dan karsa). Dengan demikian, ada banyak nilai karakter yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan penanamannya pada peserta didik.

Pada tahap perencanaan pembelajaran, baik silabus maupun RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya berwawasan pendidikan karakter. Setidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen, yaitu: (1) Penambahan dan/atau modifkasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter; (2) Penambahan dan/atau modifkasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter; (3) Penambahan dan/atau modifkasi teknik penilaian sehingga ada teknik penialain yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter.

Bahan ajar juga harus disiapkan pada tahap perencanaan pembelajaran. Bahan ajar yang biasanya diambil dari buku ajar (buku teks)

(113)

perlu disiapkan dengan merevisi atau menambah nilai-nilai karakter ke dalam pembahasan materi yang ada di dalamnya.

Wibowo (2013:183-184) menjelaskan ada sejumlah cara yang dapat dilakukan guru untuk mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap pendahuluan. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut: 1) Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan adalah disiplin); 2) Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan adalah santun, peduli); 3) Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan adalah religius); 4) Mengecek kehadiran peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan adalah disiplin, rajin); 5) Mendoakan peserta didik yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan adalah religius, peduli); 6) Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter.

Pada tahap kegiatan inti pembelajaran peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Pada tahap kegiatan penutup pembelajaran ada beberapa hal yang menurut Wibowo (2013:188) perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif, diantaranya: 1) Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan proses pembelajaran yang telah dilaluinya; 2) Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka; 3) Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut kompetensi dan juga karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh peserta didik; 4) Karya-karya peserta didik dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri; 5) Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling, dan

(114)

pemberian tugas diberikan tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.

Dalam penilaian pendidikan karakter, penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik dibandingkan pencapaian kognitifnya.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus menjadi model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Selain itu, sekolah juga perlu memfasilitasi kondisi yang kondusif dalam pembentukkan

karakter yang baik bagi peserta didik.

g. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

a. Kriteria Kenaikan Kelas

Kenaikan kelas peserta didik ditetapkan melalui rapat dewan guru dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disepakati oleh seluruh warga satuan pendidikan, seperti minimal kehadiran, ketaatan pada tata tertib, dan peraturan lainnya yang berlaku di satuan pendidikan tersebut. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari paling sedikit 3 (tiga) mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan keterampilan belum tuntas dan/atau sikap belum baik.

Peserta didik diupayakan mengikuti proses pembelajaran dan penilaian yang maksimal. Oleh karena itu apabila ada peserta didik yang terpaksa harus tidak naik kelas, maka hal ini harus menjadi umpan balik bagi pendidik, satuan pendidikan, dan orangtua sehingga diharapkan semua peserta didik pada

akhirnya dapat naik kelas.8

b. Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan

Kelulusan dan kriteria kelulusan peserta didik dari Satuan Pendidikan ditetapkan melalui rapat dewan guru. Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah setelah memenuhi syarat berikut.

(115)

(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (2) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal Baik; dan (3) Lulus Ujian Sekolah seluruh muatan/mata pelajaran.

h. Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS (Gerakan Literasi Sekolah) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.

Tahapan Pelaksanaan GLS

1. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015).

2. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.

3. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan

buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.

Prinsip-prinsip kegiatan membaca

a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks pelajaran.

b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik.

Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.

c) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak diikuti

oleh tugas-tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain. d) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat diikuti

dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau kegiatan

yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini

(116)

tidak

dinilai/dievaluasi.

e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini berlangsung

dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru menyapa peserta didik

dan bercerita sebelum membacakan buku dan meminta mereka untuk membaca Kabupaten Maros. Selanjutnya pengembangan dan penjabaran kalender pendidikan diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan.(terlampir)

(117)
(118)

BAB IV PENUTUP

Dengan selesainya penyusunan Kurikulum ini, maka SDN BARANDASI I telah memiliki acuan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran 2017/2018.

Dengan demikian, mulai tahun pelajaran 2017/2018 ini, SDN BARANDASI I akan melaksanakan Kurikulum 2006 untuk kelas III dan VI dan Kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV dan V.

Harapan kami, Kurikulumyang kami susun ini telah memenuhi syarat sehingga seluruh kegiatan yang kami rencanakan dapat berjalan dengan lancar. Kami juga sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak, khususnya para guru, karyawan, peserta didik, dan wali murid agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

Semoga Kurikulum ini dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk penyelenggaraan pendidikan di SDN 5 Barandasi I.

Kepala SDN 5 Barandasi I,

MEGAWATI, S.Pd .

NIP 19691230 198903 2 006

(119)

****

(120)

Referensi

Dokumen terkait

Pembungaan terbentuk pada umur 13 minggu, kadar artemisinin maksimum (0,39%) diperoleh 1 minggu sebelum pembunga- an. Meskipun kendala yang dihadapi, umumnya sama dengan

Hasil Pengukuran Suhu Tubuh Tikus Putih Setelah Pemberian Larutan Pepton 5% b/v secara Subkutan (di bawah kulit tengkuk ) dan Suspensi Senyawa

Hal ini sesuai dengan tujuan utama jurusan S1 Kesejahteraan Keluarga yang mempersiapkan para lulusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Pengembangan digital scrapbook berbasis photoshop ini merupakan pemanfaat kemajuan teknologi pada zaman sekarang, dengan eksistensi aplikasi dan internet yang ada di laptop

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Dengan hasil ini dapat dinyatakan H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group

Untuk mengaktivasi masyarakat yang lebih luas, telah digelar Festival Gerakan Indonesia Mengajar di Econvention Ancol, pada 5-6 Oktober 2013 yang melibatkan lebih dari 6000

Sedangkan pada perhitungan nilai LFG dengan formula Counahan-Barratt pada tabel III didapatkan dua puluh enam kasus penurunan fungsi ginjal yang perlu peninjauan ulang