• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ISU STRATEGIS 16 NOV REVISI PERMEN 86 FOR PENETAPAN DEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 4 ISU STRATEGIS 16 NOV REVISI PERMEN 86 FOR PENETAPAN DEWAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 1 BAB IV

PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH

4.1 Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan daerah merupakan Kesenjangan Harapan

(gap expectation) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan

yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang

dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan

pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum

didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang

tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.

Permasalahan umum yang dihadapi dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan akan diuraikan

berdasarkan masalah yang dihadapi pada masing-masing aspek.

4.1.1 Aspek Kesejateraan Masyarakat

4.1.1.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Masih tingginya ketergantungan pendapatan masyarakat dari komditas

1ember primer, seperti pala, perikanan dan sejenisnya dengan produk

olahan yang sangat terbatas. Ini mengakibatkan pendapatan masyarakat

sangat rentan terhadap perubahan harga komoditas.

2. Harga bahan pokok yang relatif lebih tinggi dibanding kabupaten/kota

sekitar. Penyebabnya antara lain sebagian besar bahan pokok dan

produk lainnya berasal dari luar Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro yang menghadapi biaya angkut yang sangat tinggi. Khususnya

bahan bakar minyak (BBM), masyarakat harus menanggung harga eceran

1ember dua kali lipat harga resmi Pertamina. Oleh sebab itu, masyarakat

harus menanggung biaya hidup yang tinggi.

3. Masih rendahnya animo masyarakat untuk bekerja demi meningkatkan

pendapatan atau derajat kesejahteraan keluarga. Ini ditunjukan oleh

angka partisipasi kerja yang rendah.

4. Pengaruh keadaan alam dengan adanya fenomena el nino yang cukup

panjang pada periode tahun 2014 hingga akhir 2015 sedikit berpengaruh

dari berkurangnya produksi pertanian yang merupakan sumber mata

(2)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 2 mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi selang

tahun 2014 ke tahun 2015 dari 7,56% menajadi 7,01%. Tingkat

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

mulai naik menjadi 7,12% pada tahun 2016. Hal tersebut cukup pula

memberi dampak pada terjadi kenaikan daya beli masyarakat yang

mencapai 96,33% pada tahun 2016 atau sekitar Rp. 656.000 dari target

Rp. 681.000 dengan pendapatan per kapita (PDRB per Kapita) mencapai

19,79 dari target 15,01%.

5. Tingkat kemiskinan kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat

diuraikan sebagai berikut :

- Pada tahun 2016 sebanyak 10,58% atau sekitar 6.960 jiwa. Hal

tersebut menurun 0,35 poin dari tahun sebelumnya dimana

persentase angka kemiskinan 10,93% atau berjumlah 7.150 orang.

- Indeks Kedalaman Kemiskinan (poverty gap indeks-P1) sebesar 1,44

yang artinya bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin didaerah

ini semakin mendekat ke arah garis kemiskinan.

- Indeks Keparahan Kemisikinan (poverty saverity Indeks-P2) sebesar

0,31 yang artinya tingkat keparahan kemiskinan dalam hal

kesenjangan pengeluaran diantara penduduk miskin di daerah ini

semakin kecil.

- Garis kemiskinan sebesar Rp. 264.632 per kapita/bulan. Meningkat

sebesar 7,84% dari tahun 2015 dengan nilai garis kemiskinan sebesar

Rp. 245.388 per kapita/bulan.

4.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek ini menggambarkan beberapa urusan wajib daerah yang

berkaitan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat yaitu pendidikan,

kesehatan dan seni budaya secara umum.

4.1.2.1 Pendidikan

Pada aspek ini memiliki fokus terhadap peningkatan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM). Permasalahan yang dihadapi pada aspek pendidikan

antara lain sebagai berikut :

1. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian

(3)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 3 saja. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata lama sekolah sampai pada

tahun 2016 hanya mencapai 8,46 tahun saja.

2. Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal ini terlihat

dari angka partisipasi murni pada jenjang SMA/SMK yakni pada

tahun 2016 baru mencapai angka 68,54%.

4.1.2.2 Kesehatan

Secara umum penyebaran sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan

rumah sakit serta sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang

upaya kesehatan relatif merata. Namun terlepas dari hal tersebut pada aspek

kesehatan pula masih dihadapkan kepada permasalahan yang harus diatasi

yaitu kasus balita gizi buruk. Dari data yang ada pada tahun 2012 sampai

dengan tahun 2014 tidak terdapat kasus balita gizi buruk di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro namun pada tahun 2016 ada 1 kasus

balita gizi buruk yang terjadi di Kecamatan Tagulandang. Walaupun secara

persentase angka tersebut masih masuk pada kategori rendah menurut

standar WHO namun merupakan tanda awas bagi pemerintah Kabupaten

untuk tahun-tahun ke depan

4.1.2.3 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sementara itu

permasalahan yang dihadapi pada urusan ketenagakerjaan adalah semakin

bertambahnya jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro yang tidak dibarengi dengan perluasan lapangan kerja

yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Ini mengakibatkan semakin

bertambahnya jumlah pengangguran. Data yang ada menunjukan pada

tahun 2014 jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebesar 26.805 jiwa, meningkat pada tahun 2015 menjadi

sebesar 28.572 jiwa terjadi kenaikan sebesar 1.767 jiwa.

Selanjutnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun 2014

adalah sebesar 25.676 jiwa kemudian pada tahun 2015 menjadi sebesar

26.798 jiwa atau meningkat sebesar 1.122 jiwa. Data ini menunjukan bahwa

(4)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 4 pada jumlah angkatan kerja yang terserap oleh lapangan kerja. Hal tersebut

mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2015 yakni sebesar 1.774

jiwa dengan tingkat pengangguran 6,21%. Angka ini meningkat jika

dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 1.129 jiwa dengan tingkat

pengangguran sebesar 4,21%

4.1.2.4 Kebudayaan

Kebudayaan di daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

perlu mendapat perhatian dengan intervensi lewat program dan kegiatan

untuk mengembangkan seni dan budaya lokal dan sebagai identitas daerah.

Kegiatan pementasan seni budaya serta lomba-lomba bertemakan seni

budaya dan acara adat daerah perlu terus dilaksanakan dan diberi perhatian

dan ruang khusus baik agar jati diri dan ciri khas daerah dapat terus terjaga.

Hal lain yang menjadi masalah pengembangan kebudayaan daerah adalah

minimnya sanggar seni di daerah ini yang menjadi salah satu media untuk

menyalurkan bakat dan memberi pengajaran terhadap nilai-nilai budaya

daerah. Sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro belum memiliki organisasi seni budaya, yang ada baru

grup kesenian yang berjumlah 130 Kelompok. Secara terperinci beberapa

permasalahan yang terkait dengan bidang kebudayaan dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pelestarian adat dan budaya daerah, termasuk

situs-situs budaya daerah.

2. Masih kurangnya upaya pengembangan kesenian daerah.

3. Narasumber kebudayaan daerah semakin berkurang sementara

upaya regenerasi belum optimal, termasuk tenaga kurator.

4. Belum adanya penetapan pengaturan kriteria tentang budayawan,

penatua adat, seniman yang bisa dijadikan standar acuan dan

disepakati para pemangku kepentingan terkait.

5. Sebagian besar sanggar-sanggar seni yang ada belum memenuhi

persyaratan keorganisasian yang memadai, seperti AD/ART,

garis-garis besar program kerja, tanda daftar legalisasi sanggar, atau

manajemen/kepengurusan yang jelas dan solid hal ini dapat

(5)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 5 Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum memiliki organisasi seni

budaya.

6. Belum terbentuknya organisasi seni budaya yang memiliki peran

strategis dalam menunjang pengembangan seni budaya daerah

seperti dewan seniman dan UPTD /Pengelola Museum Daerah.

7. Belum adanya perencanaan yang sistemik mengenai penentuan

lokasi kawasan seni dan budaya serta belum tersedianya tempat

pertunjukan seni budaya yang representatif seperti gedung

kesenian, taman budaya dan panggung teater terbuka.

4.1.3 Aspek Pelayanan Umum

4.1.3.1 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Wajib yang

Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

Pada aspek ini akan dijelaskan permasalahan yang memfokuskan

kepada pelayanan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar. Lain halnya dengan aspek kesejahteraan yang hanya

menggambarkan indikator secara makro, untuk pelayanan urusan wajib ini

akan secara spesifik menjelaskan permasalahan yang terjadi pada

masing-masing urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar.

4.1.3.1.1 Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, hal yang paling mendesak adalah berkaitan

dengan hal-hal berikut ini.

1. Pada tahun 2016 masih terdapat anak usia sekolah belum

bersekolah atau putus sekolah khususnya pada usia 13-15 tahun

dan 16-18 tahun. Hal ini terlihat dari data Angka Partisipasi

Sekolah SMP sebesar 94,58% artinya masih ada sebesar 5,42%

anak usia sekolah SMP/MTs yang belum memanfaatkan fasilitas

sekolah atau putus sekolah. Angka Partisipasi Sekolah SMA/MA

sebesar 72,62% yang artinya masih terdapat sebesar 27,38%

penduduk usia sekolah yang belum memanfaatkan fasilitas sekolah

atau putus sekolah.

2. Belum meratanya distribusi tenaga guru TK, SD,SMP maupun

SMU/SMK. Hal tersebut dapat dilihat pada data rasio murid-guru

baik TK, SD, SMP maupun SMU/SMK dimana Secara keseluruhan

(6)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 6 Biaro masih berada pada rasio ideal namun pada beberapa

kecamatan angka rasio ini sudah melampaui rasio ideal.

3. Beberapa wilayah belum memiliki sekolah menengah serta jarak

tempuh yang cukup jauh.

4. Belum memadainya sarana penunjang kegiatan belajar mengajar

(KBM) pada beberapa sekolah.

5. Masih terbatasnya lembaga pendidikan keterampilan/kursus.

4.1.3.1.2 Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan hak dasar bagi setiap

masyarakat. Hal tersebut juga akan bermuara kepada kualitas sumber daya

manusia. Dengan meningkatnya kualitas kesehatan maka diharapkan secara

langsung akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Terlepas

dari hal tersebut, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih

dihadapkan pada permasalahan, antara lain sebagai berikut.

1. Masih rendahnya jumlah dokter yang ada saat ini. Tercatat tahun

2015 jumlah dokter yang ada pada Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebanyak 51 dokter, baik dokter umum maupun

dokter spesialis dengan rasio per satuan penduduk sebesar 0,73%

dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 45 dokter

dengan rasio ketersediaan dokter terhadap penduduk hanya 0,62%.

Di samping masalah kurangnya jumlah dokter, sampai dengan saat

ini masih belum tersedianya tenaga teknis medis dan kefarmasian.

2. Prasarana dan peralatan pada satuan pelayanan kesehatan, baik

RSUD maupun puskesmas, puskesmas pembantu, dan poskesdes

serta posyandu belum memadai, terutama puskesmas yang baru

ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan (rawat inap).

3. Belum terbangunnya rumah dinas bagi beberapa paramedis

terutama pada puskesmas di pulau-pulau.

4. Belum tertanamnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada

sebagian besar anggota masyarakat sehingga masih terdapat

penyebaran penyakit pada masyarakat. Tercatat 10 penyakit yang

menonjol terjadi pada kalangan masyarakat antara lain infeksi

saluran pernapasan bagian atas (ISPA) sebanyak 5.200 kasus,

(7)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 7 Kutan sebanyak 521 kasus, Gastritis sebanyak 1.857 kasus dan

penyakit kulit infeksi sebanyak 297 kasus.

5. Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular antara lain TB

paru sebanyak 77 kasus, DBD sebanyak 37 kasus Diare sebanyak

319 kasus, malaria sebanyak 61 kasus dan penyakit kusta sebanyak

26 kasus pada tahun 2016

6. Masalah kematian bayi (AKB) pada saat ibu melahirkan di kabupaten

kepulauan Siau Tagulandang Biaro cenderung meningkat pada tiga

tahun terakhir, yakni: pada tahun 2014 terjadi kasus 3 bayi

meninggal dan tahun 2015 dalam kasus yang sama terdapat 5 bayi

meninggal selanjutnya di tahun 2016 tercatat kematian bayi

meningkat menjadi 9 bayi. Selain itu, masalah kematian ibu

melahirkan (AKI) masih muncul di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro. Pada tahun 2015 terdapat 4 ibu meninggal saat

proses dan pasca melahirkan dan di tahun 2016 terdapat kematian 2

ibu pada kasus serupa. Walaupun jumlah kematian ibu melahirkan

pada dua tahun terakhir masih rendah namun hal tersebut masih

dibawah target yaitu 0 (tidak ada) kematian ibu melahirkan.

Demikian pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) berdasarkan

data dari Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana pada tahun 2016 masih terdapat 2 kasus AKABA.

7. Rendahnya partisipasi laki-laki sebagai akseptor KB.

8. Masih adanya pasangan usia subur (PUS)gakin yang belum mengikuti

program KB.

9. Belum tuntasnya penanganan dan pemberdayaan keluarga menuju

keluarga sejahtera.

4.1.3.1.3 Pekerjaan Umum

Urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan untuk menyediakan dan

memenuhi pelayanan yang mendasar dan mutlak yang dibutuhkan oleh

masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan seperti

sumberdaya air, air minum, dan sanitasi lingkungan (air limbah, drainase,

dan persampahan) yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

(8)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 8

1. Masih terdapatnya jalan dalam kondisi rusak berat dan kondisi

belum tembus. Data yang ada kondisi jalan rusak berat pada tahun

2016 mencapai 29,11 Km sedangkan kondisi belum tembus

mencapai 10,30 Km dari total 276,88 km panjang jalan Kabupaten.

2. Belum tuntasnya peningkatan jalan Ulu-Ondong (lingkar utara)

serta ruas jalan Buang-Karungo dan jalan lingkar pulau Makalehi.

3. Masih terdapatnya rumah tinggal yang belum bersanitasi layak pada

tahun 2016 masih terdapat 14,5% Penduduk yang belum memiliki

akses terhadap fasilitas sanitasi layak (Jamban Sehat).

4. Masih terdapat wilayah yang belum terjangkau air bersih secara

memadai.

4.1.3.1.4 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpol)

Keamanan dan ketertiban masyarakat di Kabupaten Kepulauan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tercipta dengan baik. Ini

disebabkan oleh masyarakat yang selalu memelihara kerukunan dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Hai ini juga tidak lepas dari

peranan aparat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Di

samping itu, dalam urusan Kesbangpol ini juga masih terdapat permasalahan

antara lain semakin menurunya rasio jumlah Polisi Pamong Praja terhadap

10.000 penduduk. Hal ini ditunjukan dengan rasio jumlah pamong praja

pada tahun 2015 mencapai angka 16,92% kemudian menurun menjadi

hanya sebesar 13,41% pada tahun 2016. Selain itu, optimalisasi Polisi

Pamong Praja masih rendah.

4.1.3.2 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak

Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

4.1.3.2.1 Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembangunan sektor-sektor

lainnya. Hal ini dipandang strategis karena tidak ada negara yang mampu

membangun perekonomian tanpa menyelesaikan terlebih dahulu masalah

pangannya. Permasalahan ketahanan pangan di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro yakni menurunya produksi tanaman pangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produktivitas ubi kayu pada tahun

(9)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 9 sebelumnya, nilai produktivitas ini mengalami penurunan yang sangat curam

dimana produktivitas tahun sebelumnya mencapai 30 ton per hektar

4.1.3.2.2 Lingkungan Hidup

Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan

lingkungan hidup di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara

lain sebagai berikut.

1. Ketersediaan sarana dan prasarana persampahan belum memadai;

2. Manajemen persampahan belum dilaksanakan secara baik

terutama pada tempat pembuangan sementara (TPS).

Belum optimalnya pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk menunjang

kesejahteraan masyarakat secara lestari

4.1.3.2.3 Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Permasalahan yang dihadapi pada urusan Kependudukan dan

pencatatan sipil di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain

sebagai berikut.

1. Masih ada sebagian penduduk yang wajib KTP belum memiliki KTP.

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Tahun 2016, dari 55.000 penduduk yang wajib KTP, baru 50.266

penduduk yang memiliki KTP atau masih 4.734 penduduk yang

belum memiliki atau terlayani KTP.

2. Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian database yang ada

saat ini masih terkendala masalah jaringan internet yang kurang

optimal.

4.1.3.2.4 Perhubungan

Permasalahan yang dihadapi urusan perhubungan yakni:

Masih belum tersedianya terminal dalam kota ondong sebagai pusat

pemerintahan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

1. Masih rendahnya sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas

pada terminal kota Ulu Siau sebagai pusat perekonomian.

2. Balai uji kendaraan bermotor belum sesuai standar yang ditetapkan

oleh Kementrian Perhubungan.

(10)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 10

4. Belum dibangunnya pelabuhan Mahangiang sebagai pelabuhan

alternatif di Pulau Tagulandang.

5. Masih terdapat beberapa desa khususnya di wilayah pulau Siau

yang belum bisa dilalui oleh kendaraan angkutan perdesaan

khususnya desa-desa di wilayah Kecamatan Siau Timur bagian

Utara (Nameng Bukide dan Batu Bulan Apelawo). Sedangkan untuk

wilayah Pulau Biaro belum ada Angkutan Perdesaan yang melayani

aktivitas masyarakat.

6. Pembangunan bandara di Pihise merupakan altenatif transportasi

oleh masyarakat dan harus pula disadari bahwa hal tersebut pada

akhirnya akan menjadi kebutuhan dari masyarakat. Pemahaman

yang minim menyebabkan masyarakat kurang memberi dukungan

terhadap pembangunan bandara satu-satunya di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

4.1.3.2.5 Komunikasi dan Informatika

Permasalahan yang dihadapi pada bidang urusan Komunikasi dan

Informatika di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain

sebagai berikut.

1. Sebagian wilayah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

belum terlayani jaringan selular (blank spot) data dari Dinas

Komunikasi informatika dan statistik dari total 83 desa masih ada

37 desa yang belum terlayani jaringan selular.

2. Jumlah pemanfaatan sub domain sitarokab.go.id sampai dengan

tahun 2016 baru dimanfaatkan oleh 6 SKPD dari total 42 SKPD

sedangkan untuk sub domain desa.go.id belum dimanfaatkan sama

sekali.

3. Belum seluruh SKPD yang terlayani dengan jaringan internet.

4. Topografi Pulau Siau yang berbukit-bukit mengkibatkan investasi

tower berbiaya tinggi.

4.1.3.2.6 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Permasalahan pada urusan Koperasi dan usaha kecil menengah di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diuraikan sebagai

(11)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 11

1. Dari 55 Koperasi yang Aktif Sebagian besar peserta koperasi berupa

Nasabah bukannya Anggota, kurangnya tanggung jawab anggota

untuk mengembangkan koperasi. Kepedulian pungurus koperasi

masih kurang serta belum ada yang melaksanakan Rencana

Anggaran Tahunan.

2. Perilaku koperasi simpan pinjam yang cenderung berorientasi

mencari keuntungan terlalu besar dan melalaikan prinsip dasar

perkoperasian dengan membebankan suku bunga yang sangat

tinggi kepada peminjam.

3. Minimnya penguasaan teknologi oleh koperasi dan UMKM sehingga

produk yg dihasilkan kualitas dan kuantitasnya masih terbatas,

termasuk kemasan produk-produk UMKM yang tidak memilki daya

saing di pasaran.

4. Minat wiraswasta muda lokal untuk berinvestasi dibidang UMKM

masih kurang.

4.1.3.2.7 Penanaman Modal

Permasalahan pada urusan Penanaman Modal di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

1. Semakin menurunnya nilai investasi

2. Masih kurangnya investor untuk menanamkan investasi di daerah;

3. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal;

4. Promosi investasi belum dilakukan secara optimal;

5. Kekurangan sarana dan prasarana dasar terutama listrik dan

BBM.

4.1.3.2.8 Investasi

Permasalahan yang berhubungan dengan penanaman modal daerah

yakni:

1. Menurunnya nilai investasi di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro dimana berdasarkan data yang ada, nilai

investasi pada tahun 2011 sebesar 1,73 milyar rupiah kini semakin

berkurang dan hanya tersisa tidak lebih dari Rp. 1,64 miliar.

2. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) Penanaman Modal

(12)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 12 4.1.3.2.9 Kepemudaan dan Olahraga

Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang bekerjasama

dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan peraturan,

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Permasalahan yang sedang dihadapi

bidang ini di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain

sebagai berikut.

1. Masih kurangnya organisasi olahraga yang ada di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dimana berdasarkan data dari

Dinas Pendidikan sampai dengan tahun 2016 baru 2 organisasi

olahraga resmi yang dibentuk yakni PSSI dan PERCASI dari 50

organisasi olahraga resmi yang ada di Indonesia.

2. Ketersediaan gedung olahraga di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro masih terbatas. Berdasarkan data yang ada

rasio gedung olahraga per 10.000 penduduk yakni sebesar 0,14%.

Hal ini dapat menurunkan minat berolahraga dari masyarakat.

3. Masih sangat rendahnya kegiatan kepemudaan dan kegiatan

olahraga yang dilaksanakan. Sampai dengan tahun 2016, baru 5

kegiatan olahraga yang dilaksanakan dan 2 kegiatan kepemudaan.

4.1.3.2.10 Perpustakaan

Permasalahan yang dihadapi pada bidang urusan perpustakaan di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah masih ada sebagian

desa belum memiliki perpustakaan desa. Berdasarkan data dari Dinas

Perpustakaan dan arsip sampai dengan tahun 2016, baru 45 desa yang

memiliki perpustakaan dari total 83 desa.

4.1.3.2.11 Kearsipan

Permasalahan yang dihadapi pada bidang kearsipan di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah belum tersedianya depo arsip.

4.1.3.3 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Pilihan

4.1.3.3.1 Pertanian

Permasalahan yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, dan

perkebunan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain

(13)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 13

1. Menurunnya produksi tanaman perkebunan rakyat jenis tanaman

pala dan cengkeh pada 2 tahun terakhir. Berdasarkan data yang

ada dapat dilihat, jumlah produksi pala, dan cengkeh terus

mengalami penurunan dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014,

jumlah produksi tanaman pala sebesar 5.445,81 ton, menurun pada

tahun 2015 menjadi 5.398,00 ton, dan pada tahun 2016 kembali

mengalami penurunan menjadi 5.392 ton. Produksi tanaman

cengkeh pada tahun 2014 sebesar 373,19 ton, mengalami

penurunan pada tahun 2016 menjadi 356,58 ton dan terus

mengalami penurunan produksi tahun 2016 menjadi sebesar

349,06 ton.

2. Kurangnya pengetahuan teknis sebagian petani terhadap pola

pemilihan bibit, pengolahan lahan dan hasilnya, serta pemeliharaan

tanaman. Serta kurangnya kuantitas dan kualitas penyuluhan dan

tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL).

4.1.3.3.2 Kelautan dan Perikanan

Permasalahan yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

1. Belum terbentuknya suatu lembaga ekonomi formal yang berfungsi

memberikan pinjaman lunak kepada nelayan, serta mengurus

kebutuhan nelayan baik dalam hal penyediaan bahan bakar, bahan

pengawet ikan (es) hingga pada pemasaran hasil tangkapan.

2. Sebagian besar nelayan penerima bantuan belum mampu mengelola

usaha kelompoknya yang berakibat usaha bersama tidak berlanjut

sehingga bantuan dana dan sarana yang diberikan menjadi

mubazir.

3. Tingginya biaya operasional (harga BBM) nelayan.

4. Sarana dan prasarana perikanan dan kelautan belum memadai

5. Belum tuntasnya pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)

6. Belum seluruh nelayan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro yang memiliki kartu nelayan dan asuransi nelayan dimana

dari total 4.500 jumlah nelayan baru 1004 dan 495 yang memiliki

(14)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 14

7. Belum tersedianya balai benih ikan laut dan sarana pembibitan

ikan.

8. Tenaga penyuluh perikanan masih terbatas.

9. Belum terdapat stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan.

4.1.3.3.3 Pariwisata

Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi terkait dengan

pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan di bidang pariwisata, diantaranya

sebagai berikut:

1. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusantara serta lokal masih rendah, dimana berdasarkan data yang

ada, sampai dengan tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara (Wisman) sebanyak 600 orang sedangkan wisatawan

nusantara sebanyak 900 orang.

2. Prasarana dan sarana penunjang pada objek wisata dan atau

kawasan destinasi wisata masih belum memadai.

3. Promosi objek wisata masih belum optimal.

4. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan

pariwisata daerah.

5. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pariwisata baik di

internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tenaga sektor

pariwisata, pelaku usaha pariwisata, maupun masyarakat kawasan

wisata masih belum memadai.

6. Belum teridentifikasinya secara spesifik, mendetail dan akurat

potensi sumber daya kepariwisataan dan kebudayaan di daerah,

sehingga menyebabkan keterbatasan data dan informasi

kepariwisataan baik untuk kepentingan perencanaan, kajian

penelitian, penyusunan kebijakan, maupun publikasi dan

pemasaran-promosi pariwisata.

7. Belum optimalnya pengawasan serta pengendalian terhadap

aktivitas pariwisata, baik pelaku usaha pariwisata, pelaku

masyarakat kawasan destinasi wisata, maupun kegiatan wisatawan

8. Masih lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam

pemanfaatan ruang termasuk lahan/tanah untuk pengembangan

(15)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 15

9. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro.

10. Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang

penetapan kawasan objek dan daya tarik wisata (ODTW) atau

penunjukan kawasan-kawasan khusus untuk pengembangan dan

pengolahan destinasi wisata.

11. Belum optimalnya pengelolaan potensi wisata Pulau Makalehi yang

merupakan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis

Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Adapaun permasalahan yang

harus diatasi pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro guna pengembangan potensi wisata pulau Makalehi

kedepannya yakni:

a. Belum tersedianya penginapan yang representatif

b. Belum tersedianya restoran/rumah makan

c. Merupakan wilayah blank spot

d. Belum tuntasnya pembangunan jalan lingkar pulau Makalehi

(8km)

e. Belum tuntasnya jalan lingkar danau pulau Makalehi

f. Belum dibangunnya akses jalan untuk spot ke danau cinta

g. Harga Bahan Bakar Minyak masih tinggi

h. Perlu dibangunnya pondok wisata

i. Jadwal transportasi laut belum jelas khususnya

Manado-Makalehi

12. Belum memadainya fasilitas pendukung pariwisata pada Pulau

Mahoro yang merupakan salah satu Kawasan Strategis Pariwisata

Provinsi Sulawesi Utara

4.1.3.3.4 Perdagangan

Permasalahan yang berkaitan dengan perdagangan di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut:

1. Kurang efektifnya penerapan peraturan perundang-undangan yang

berlaku khususnya di bidang perdagangan (belum konsisten antara

(16)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 16

2. Lingkup kegiatan perlindungan konsumen sangat luas besarnya

lingkup kegiatan perlindungan konsumen terkait dengan jumlah

konsumen yang harus dilindungi serta banyaknya jenis produk yang

harus diawasi.

3. Kurang efektifnya pelayanan pengurusan izin perdagangan

4. Lemahnya pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional

4.1.3.3.5 Perindustrian

Permasalahan yang berkaitan dengan perindustrian di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya penguasaan teknologi, kemampuan manajerial, akses

terhadap modal serta terbatasnya jaringan pemasaran hasil,

mengakibatkan belum terjadinya peningkatan yang signifikan pada

kualitas dan kuantitas produk alternatif kecil/rumah tangga.

2. Belum efektifnya upaya pembinaan dan pengembangan industri

kecil menengah.

3. Belum kuatnya peran Industri Kecil Menengah (IKM).

4. Rendahnya pola pikir serta pengelolaan manajemen usaha pelaku

IKM.

5. Rendahnya daya saing produk.

6. Permodalan dan akses pasar bagi IKM belum memadai sehingga

mutu dan kapasitas produksi belum terjangkau.

7. Agroindustri yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi

komoditas-komoditas unggulan belum berkembang sebagaimana

yang diharapkan.

8. Produk turunan komoditas unggulan terutama pala masih terbatas.

9. Industri pengolahan yang ada belum variatif dan inovatif.

10. Investor belum ada yang serius untuk membuka kawasan industri

pengolahan.

4.1.3.3.6 Energi

Permasalahan yang berkaitan dengan energi di Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

1. Ketergantungan penyedia listrik terhadap penggunaan diesel yang

(17)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 17

2. Keengganan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk membiayai

investasi pembangkit listrik di Kabupaten disebabkan perhitungan

untung rugi.

3. Pasokan daya listrik masih kurang.

4. Terbatasnya sumber tenaga penyedia listrik alternatif.

4.1.3.4 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Penunjang

4.1.3.4.1 Perencanaan

Permasalahan yang berkaitan dengan urusan Perencanaan di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Belum diterapkannya aplikasi e-planning dalam penyusunan

dokumen perencanaan.

2. Beberapa dokumen perencanaan yang belum disusun dan nantinya

akan disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian

Daerah.

a. Analisis Gini Ratio Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro

b. Nilai Tukar Petani (NTP)

c. Masterplan Ketenagalistrikan

d. Dokumen SDGs

e. Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)

f. Masterplan Infrastruktur

g. RAD Pangan dan Gizi

h. Masterplan Reklamasi Pantai Ondong

i. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Pulau Tagulandang,

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Wilayah

Tagulandang Biaro

j. Revisi RPJPD 2008-2028 untuk disesuaikan dengan

Permendagri 86 tahun 2017

k. RPJMD 2018-2023

4.1.3.4.2 Keuangan

Permasalahan yang berkaitan dengan urusan Keuangan khususnya

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

(18)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 18

1. Kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

dalam lima tahun terakhir masih tergolong rendah.

2. Secara umum pertumbuhan pajak daerah masih berfluktuatif dan

cenderung menurun bahkan sampai negatif terutama di tahun

2012, 2013 dan 2014. Namun untuk tahun 2015 terjadi

kecenderungan trend pertumbuhan yang positif dan meningkat

secara signifikan.

3. Demikian juga dengan retribusi daerah, trend pertumbuhannya

hampir sama dengan pajak daerah masih berfluktuatif dan

cenderung menurun bahkan sampai negatif terutama di tahun

2012, 2013, dan 2014. Namun untuk tahun 2015 terjadi

kecenderungan tren pertumbuhan yang positif dan meningkat

cukup signifikan.

4. Potensi pajak dan Retribusi Daerah secara umum masih tergolong

pada potensi yang terbelakang.

5. Penetapan APBD yang belum tepat waktu sehingga sulitnya

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro untuk mempeoleh

Dana Insentif Daerah (DID).

4.1.3.4.3 Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan

Permasalahan yang muncul pada bidang kepegawaian terdapat pada

jumlah pejabat struktural yang belum mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

kepemimpinan dimana hingga pada tahun 2016 terdapat 9 (sembilan) pejabat

eselon II yang belum mengikuti diklat kepemimpinan tingkat II dan untuk

pejabat eselon III masih menyisakan 17 pejabat yang belum mengikuti Diklat

Kepemimpinan Tingkat III sedangkan pada tataran pejabat eselon IV terdapat

205 pejabat yang belum mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat IV.

4.1.3.5 Perangkat Daerah

4.1.3.5.1 Inspektorat

Permasalahan yang berkaitan dengan Inspektorat di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yakni :

1. Persentase SKPD yang mencapai target Indikator Kinerja Utama

(19)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 19

2. Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI

Tahunan Anggaran berjalan dan sebelumnya sebesar 90% masih

terdapat 10% yang belum menyelesaikan tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK-RI.

3. Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP

Tahunan Anggaran berjalan dan sebelumnya sebesar 85% masih

terdapat 15% belum menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan

APIP.

4.2 Isu Strategis

Isu strategis merupakan satu pengayaan analisis lingkungan eksternal

terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 5

(lima) tahun yang akan datang, diidentifikasi dengan baik, maka pemerintah

daerah akan dapat mempertahankan/meningkatkan pelayanan pada

masyarakat. Pemerintah daerah yang tidak menyelaraskan diri secara

sepadan atas isu strategisnya akan menghadapi potensi kegagalan dalam

melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

tanggungjawabnya atau gagal dalam melaksanakan pembangunan daerah.

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang

signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu

kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila

tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Sebaliknya

apabila isu strategis ini dimanfaatkan maka akan mendatangkan

keuntungan, bila tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

4.2.1 Isu Strategis Internasional

4.2.1.1 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk atas pemikiran dan visi

yang sama untuk menjadikan kawasan ASEAN menjadi pasar dan basis dari

produksi tunggal yang dapat membuat ASEAN lebih dinamis dan lebih

kompetitif serta mengurangi ketergantungan pada pasar internasional.

Dengan kata lain, eksistensi MEA secara deskriptif merupakan sebuah

(20)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 20 tidak terpisahkan dari keberadaan MEA itu sendiri. Harapan terbesar dengan

adanya MEA adalah munculnya gerakan ekonomi bersama dan secara

simultan bagi seluruh masyarakat anggota MEA dan menjadikan kawasan

ASEAN sebagai kekuatan ekonomi baru di wilayah dunia ketiga.

Bentuk kerjasama bagi para anggota MEA yakni sebagai berikut.

1. Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya

peningkatan kapasitas

2. Pengakuan terkait kualifikasi professional

3. Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan

dan ekonomi

4. Memiliki langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan

5. Meningkatkan infrastruktur

6. Melakukan pengembangan pada transaksi elekronik lewat e-ASEAN

7. Memperpadukan segala indutri yang ada diseluruh wilayah untuk

dapat mempromosikan sumber daerah

8. Meningkatkan peran daeri sektor swasta untuk dapat membangun

MEA

Ciri-ciri utama MEA adalah sebagai berikut.

1. Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif

2. Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata

3. Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi

global

4. Basis dan pasar produksi tunggal

Kebijakan untuk masuk sebagai anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN

menuntut Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis

agar masyarakat Indonesia dapat mengambil peluang dan memanfaatkan

untuk meningkatkan taraf hidup warga negara Indonesia.

Pada segi pengembangan sumber daya manusia, adanya peningkatan

kapasitas, seluruh daerah di Indonesia diharapkan agar mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing dengan

tenaga kerja asing yang negara mencari kesempatan kerja di Indonesia. Juga

dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni akan membuka

peluang para tenaga kerja Indonesia untuk mencari pekerjaan pada

negara-negara anggota MEA, mengingat dalam kesepakatan anggota MEA bahwa

(21)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 21 pencari kerja dari negara-negara anggota MEA serta pengakuan bersama

terhadap sertifikasi profesi terhadap keahlian tenaga kerja oleh sebab itu

setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan intervensi program

dan kegiatan pelatihan ketenagakerjaan serta secara profesional

mengeluarkan sertifikasi profesi pada setiap tenaga kerja yang telah lulus

pelatihan keahlian dan tahapan uji kompetensi. Sertifikasi tersebut menjadi

suatu bentuk legitimasi terhadap kualitas para tenaga kerja sehingga dapat

dipertimbangkan untuk diterima pada perusahaan di dalam atau di luar

negeri.

Riset dari Organisasi Perburuhan Dunia (ILO) memperlihatkan

pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar dengan

terbukanya jutaan lapangan kerja dan diprediksi dapat meningkatkan

kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di wilayah Asia Tenggara. Dari data

ILO, permintaan tenaga kerja rata-rata pada kisaran 14 juta. Berdasarkan

data tersebut maka Pemerintah Indonesia khususnya para pemerintah

daerah harus cermat dan mengambil peluang tersebut sebagai kesempatan

dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk

disiapkan sebagai tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan handal.

MEA akan pula mewajibkan Pemerintah Indonesia untuk melakukan

peningkatan kualitas infrastruktur untuk menunjang iklim investasi di

daerah sebagai bentuk dukungan terhadap para Penanam Modal Asing (PMA)

yang akan melakukan investasi di Indonesia. Iklim investasi yang kondusif

dan didukung dengan potensi sumber daya alam yang besar, menjadikan

Indonesia sebagai negara yang sangat tepat untuk dijadikan tempat usaha.

Hal tersebut akan turut menggerakan tingkat pertumbuhan ekonomi

pada tiap daerah yang dipilih untuk dijadikan lokasi investasi oleh para PMA

karena akan menyerap tenaga kerja serta memberikan kontribusi riil pada

Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan per kapita masyarakat daerah serta

objek pendapatan lainnya.

4.2.1.2 Sustainable Development Goals (SDG’s)

SDGs merupakan suatu program pembangunan berkelanjutan yang

memuat 17 tujuan dengan 169 target yang beranggotakan 193 negara dunia.

Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

(22)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 22

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meingkatkan

gizi dan mendorong pertanian yang berkelanjutan.

3. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan

bagi semua orang di segala usia.

4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkadilan serta mendorong

kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh

perempuan.

6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang

berkelanjutan bagi semua orang.

7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan

serta modern bagi semua orang.

8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, inklusif dan

berkelanjutan serta kesempatan kerja penuh, produktif dan

pekerjaan yang layak bagi semua orang.

9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong

indutrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina

inovasi.

10. Mengurangi kesenjangan didalam dan diantara Negara.

11. Menjadikan kota dan pemukimamn manusia inklusif, aman,

berkehanan dan berkelanjutan.

12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

13. Mengambil tindakan segera unutk memerangi perubahan iklim serta

dampaknya.

14. Melestarikan dan menggunkan samudera, lautan dan sumber daya

laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.

15. Melindungi, memperbarui serta mendorong penggunaan ekosistem

daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,

memerangi penggurunan, menghentikan dna memulihkan degradasi

tanah serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk

pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi

semua orang serta membangun intitusi yang efektif, akuntabel dan

(23)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 23

17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of

implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk

pembangunan berkelanjutan.

Sejumlah butir tersebut dirumuskan dan dipandang sangat

implementatif untuk diterapkan pada seluruh negara yang menyepakati

penerapan SDGs tersebut. Di Indonesia hampir seluruh tujuan telah

dikompilasikan dengan sejumlah indikator dalam pelaksanaannya sehingga

akan lebih terarah untuk direalisasikan.

Tujuan dari SDGs ini dapat diadopsi dan diintegerasikan serta

dijabarkan melalui program dan kegiatan pada pemerintah daerah karena

seluruh tujuan tersebut merupakan rumusan masalah yang dijumpai pada

sejumlah daerah di negara berkembang. Beberapa tujuan dari SDGs dan

menjadi peluang untuk diadopsi dan diformulasikan pada program

pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah

pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi

layak serta ekosistem laut.

Dalam hal pengentasan kemiskinan, Pemerintah berupaya menekan

jumlah masyarakat miskin dengan mengintervensi melalui berbagai program

dan kegiatan seperti pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH) serta

rehabilitas Rumah tidak Layak Huni bagi masyarakat miskin.

Untuk peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah daerah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro telah terlebih dahulu melakukan

kebijakan pembebasan biaya sekolah untuk pendidikan dasar hingga ke

jenjang pendidikan sekolah menengah umum. Bersamaan dengan itu,

dilakukan pembenahan sarana dan prasarana penunjang pendidikan agar

pada pelajar mendapat ilmu pengetahuan dengan lingkungan belajar yang

representatif.

Saat ini dalam memenuhi kebutuhan sanitasi dan air bersih,

pemerintah daerah telah melakukan penyusunan dokumen RISPAM untuk

memberikan panduan untuk solusi akan kebutuhan air bersih bagi seluruh

masyarakat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Pengelolaan ekosistem laut saat ini di Indonesia tengah gencar

dilakukan disebabkan laut dipandang akan menjadi kekuatan dan sumber

ekonomi baru Indonesia. Saat ini pemerintah Indonesia sementara mencari

(24)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 24 sumber daya alam dalam laut sebagai suatu sumber ekonomi baru sambil

terus melakukan revitalisasi terhadap sejumlah potensi sumber daya alam di

daratan yang sebelumnya telah dieksplorasi bahkan cenderung diekploitasi

pada masa lalu.

Wilayah laut Indonesia saat ini menjadi kawasan penting dalam upaya

keberlanjutan ekonomi dunia. Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki

wilayah laut, maka pemerintah daerah harus mampu melakukan pengkajian

yang komprehensif terhadap potensi laut yang dimilikinya dan kemudian

merumuskan program dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil laut sebagai sumber ekonomi baru bagi daerah dan

masyarakat.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luas wilayah

laut yang lebih besar dari daratan perlu cermat melihat potensi laut yang

untuk kemudian dikembangkan dan kelola untuk peningkatan kesejahteraan

rakyat.

Tujuan SDGs tersebut pada akhirnya dalam tataran kebijakan

pemerintah Indonesia tidak hanya diberlakukan secara Top–down melainkan

pula buttom – up yang dimulai dengan beberapa pelaksanaan program dan

kegiatan pada pemerintah daerah.

4.2.2 Isu Strategis Nasional

Berdasarkan pasal 2 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2014

tentang RPJMN 2015-2019 dinyatakan antara lain bahwa RPJMN berfungsi

sebagai bahan penyusun dan penyesuaian RPJM Daerah dengan

memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai

sasaran nasional yang termuat dalam RPJM Nasional. Sejalan dengan itu UU

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan

bahwa RPJMD disusun dengan berpedoman antara lain kepada RPJMN.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)

tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. RPJM

Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil

pemilihan umum tahun 2014.

Agenda prioritas atau Nawa Cita dan arah kebijakan umum

(25)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 25 dalam merumuskan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Adapun agenda prioritas dan

arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 disajikan sebagai

berikut.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa

dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif dan demokratis.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan

terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui

peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program

Indonesia Pintar, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.

6. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

7. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan

kembali kurikulum pendidikan nasional.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan.

Arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 sebagai

berikut.

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan.

2. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam

(SDA) yang berkelanjutan.

3. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan

pemerataan.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam

dan penanganan perubahan iklim.

(26)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 26

6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan

rakyat yang berkeadilan.

7. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.

Salah satu kebijakan pemerintah kurun waktu 2015-2019 juga

mengamanatkan beberapa hal, antara lain target pembangunan nasional

berupa: akses air minum 100%, kawasan permukiman kumuh perkotaan 0

Ha dan akses sanitasi layak 100% (air limbah domestik, sampah dan

drainase lingkungan).

4.2.3 Isu Strategis Regional

Pengembangan wilayah Sulawesi, di dalam dokumen perencanaan

nasional diletakkan sebagai salah satu pulau besar di Indonesia, sangat

penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Isu

strategis regional yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut.

1. Kesenjangan antar individu di wilayah Sulawesi cukup tinggi,

ditunjukan dengan sebagian besar Provinsi memiliki Gini Ratio

diatas 0,40%. Namun dalam perkembangannya, nilai ratio ini

mengalami penurunan di tahun 2014 dibandingkan tahun

sebelumnya.

2. Secara historis, wilayah Sulawesi mengalami pertumbuhan yang

cukup tinggi diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Hal

ini membuat peran ekonomi wilayah Sulawesi meningkat dari tahun

2010 ke tahun 2014.

Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di wilayah

Sulawesi difokuskan sebagai pengembangan industri berbasis logistik, serta

pengembangan industri berbasis komoditas kakao, rotan, perikanan, aspal,

nikel dan bijih besi, serta pengembangan pariwisata bahari yang memiliki

daya saing nasional dan internasional. Persebaran lokasi pengembangan

kawasan strategis di wilayah Sulawesi khusus wilayah Sulawesi Utara

meliputi dua kawasan, yaitu kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET) Manado-Bitung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.

Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi

sebagai berikut.

(27)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 27 Pengembangan potensi ekonomi wilayah dimaksudkan untuk

mempercepat pertumbuhan dan memberdayakan masyarakat

berbasis komoditas unggulan wilayah. Pengembangan potensi

berbasis komoditas unggulan wilayah ini diupayakan untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan

dilakukan dengan melalui hal-hal berikut ini.

a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)

1) Menyiapkan kawasan industri KEK Palu sebagai sentra

pengolahan komoditas unggulan pertambangan mineral,

agroindustri (kakao, karet dan rotan), industri manufaktur,

dan logistik; serta KEK Bitung sebagai sentra pengolahan

perikanan, agroindustri, dan logistik.

2) Mengembangkan klaster-klaster industri pengolahan

pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan yang

berorientasi ekspor.

3) Meningkatkan produktivitas hasil olahan pertambangan,

pertanian, perkebunan dan perikanan di dalam dan sekitar

kawasan industri dan

4) Mengembangkan tempat penyimpanan/pembekuan ikan

yang berteknologi tinggi.

b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Dalam

rangka mendukung pemerataan pertumbuhan dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal dan memiliki

daya saing tinggi, maka upaya yang dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Mengembangkan kawasan pengelolaan klaster-klaster

komoditas unggulan kakao, rotan, peternakan dan

perikanan secara terpadu.

2) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan komoditas

unggulan kakao, rotan, peternakan dan perikanan untuk

meningkatkan produktivitas.

c. Kawasan Perhatian Investasi (KPI). Mengembangkan

produktivitas komoditas unggulan dan industri-industri produk

olahan komoditas wilayah untuk mendukung koridor ekonomi

(28)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 28 2. Percepatan Penguatan Konektivitas

Peningkatan konektivitas antara kawasan sebagai

pusat-pusat pengolahan produk bernilai tambah tinggi dan berorientasi

ekspor pada KEK Palu dan KEK Bitung dengan kawasan-kawasan

sekitarnya sebagai pusat-pusat bahan baku yaitu KAPET dan

KPI-KPI di Sulawesi, termasuk di dalamnya daerah tertinggal,

agropolitan, minapolitan, dilakukan melalui hal-hal sebagai

berikut.

a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)

1) Penerapan insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik

wilayah dan kompetitif antara lain fasilitas fiskal disemua

bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan

dan barang import yang akan diolah dan digunakan di KEK.

2) Penmbangunan dan pengembangan pelabuhan Pantoloan

dan pengembangan pelabuhan Bitung sebagai Hub

Internasional.

3) Pembangunan jalur kereta api Palu-Poso, dan jalan Tol

Manado-Bitung.

4) Pembangunan infrastruktur penunjang eksport hasil

perkebunan dan perikanan.

b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

1) Pengembangan Bandara Mutiara Sis Aljufri sebagai bandara

internasional dan perpanjangan landasan pacu Bandara

Internasional Sam Ratulangi.

2) Pengembangan pelabuhan penyeberangan Garongkong

Barru, pengembangan pelabuhan Kendari, Bitung,

pelabuhan Pare-pare, Pembangunan ASEAN Ferry Roro

Network.

3) Mempercepat pembangunan dan pengembangan jaringan

jalan menuju Koridor Ekonomi meliputi pembangunan jalan

lintas Palu-Parigi, peningkatan ruas jalan simpang

Torobulu-Lainea-Kendari, ruas jalan Kolaka-Lasusua-Batas Sulsel,

ruas jalan Kolaka-Pomalaa, Tol Manado-Bitung, ruas jalan

Parigi-Poso-Tentena-Tidantana (Batas Sulsel)-(Sultra), ruas

(29)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 29

4) Pembangunan Bendungan Kuwil dan bendungan Torere.

5) Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Lainea, PLTP Lahendong V dan VI, Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) Kendari, PLTU Kolaka, PLTU Tawaeli,

PLTU Sulsel Barru 2, PLTU Kendari 3, PLTU Palu 3,

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru 2, PLTA Bonto

Batu, PLTA Watunohu 4.

3. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek

a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)

1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan

Administratur KEK Palu dan Bitung di bidang perencanaan,

penganggaran, dan pengelolaan kawasan.

2) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan

profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja,

khususnya di bidang perkebunan, perikanan, dan logistik.

3) Penyiapan tenaga kerja berkualitas di sekitar kawasan

dalam bidang industri pengolahan berteknologi tinggi.

4) Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola KEK,

pemerintahan.

5) Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Palu

dan Bitung.

b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET di

bidang perencanaan, penganggaran dan pengelolaan

kawasan.

2) Memberikan pembinaan kelembagaan yang mendukung

perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara

komperatif dan kompetitif.

3) Pengembangan sarana dan prasarana pendidkan serta

tenaga terampil untuk meningkatkan kualitas SDM

pengelola komoditas unggulan kakao, karet, rotan,

peternakan, perikanan, distribusi dan pemasaran.

4) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim

(30)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 30 4.2.4 Isu Strategis Provinsi Sulawesi Utara

Isu strategis Provinsi Sulawesi Utara yang perlu mendapatkan

perhatian dalam perumusan strategi Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro adalah sebagai berikut.

1. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran.

2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya saing

melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan.

3. Infrastruktur.

4. Pembangunan Kawasan Perbatasan dan Kepulauan.

5. Pengelolaan Sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

6. Tata kelola birokrasi efektif dan efisien.

7. Keamanan dan ketertiban masyarakat.

8. Pengelolaan Bencana dan Mitigasi Iklim.

4.2.5 Isu Strategis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

4.2.5.1 Telaahan RPJPD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Dalam menetapkan isu strategis yang akan ditindaklanjuti ke dalam

program prioritas daerah dalam jangka lima tahun, diperlukan sinkronisasi

terhadap dokumen perencanaan jangka panjang daerah agar seluruh

perencanaan dapat selaras dan sesuai dengan arah yang hendak dicapai

dalam jangka panjang.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro sebagai dokumen Perencanaan Pembangunan

Daerah dengan kurun waktu 20 tahun ke depan, dimaksudkan untuk

meletakan landasan bagi tahapan pembangunan yang berkelanjutan guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus menjadi acuan bagi seluruh

komponen daerah (Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha) dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan Visi, Misi dan Arah

Pembangunan.

Atas dasar hal tersebut dan dengan memperhatikan RPJP Nasional,

RPJP Provinsi Sulawesi Utara, potensi sosial, budaya, ekonomi, karakteristik

wilayah dan masyarakat maka Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang ingin diwujudkan dalam

(31)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 31 Tagulandang Biaro Sebagai Pusat Pertumbuhan Agroindustri, Pariwisata dan Perdagangan Untuk Mewujudkan Kesejahteraan”

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi pembangunan

Daerah sebagai berikut.

1. Memacu program revitalisasi pertanian dengan fokus utama

pembudidayaan komoditas unggulan Pala dengan kualitas terbaik di

pasaran Internasional.

2. Melaksanakan serta mengembangkan upaya rehabilitasi dan

peremajaan tanaman pala sebagai upaya strategis untuk

mempertahankan mutu/kualitas komoditi unggulan daerah.

3. Menggalakan industrialisasi dan diversifikasi pengelolaan dan

pemanfaatan buah pala, kelapa dan cengkeh yang bermutu.

4. Membangun aliansi strategis lintas regional dan internasional untuk

membangun sistem perdagangan dan menggalakan ekspor

komoditas pala terbaik.

5. Meningkatkan profesionalisme pengelolaan komoditas unggulan

kelautan dan perikanan untuk menghasilkan produk andalan

dengan nilai tambah dan keunggulan kompetitif dalam persaingan

di pasar Internasional.

6. Memperkuat dan memanfaatkan fungsi industri pengelolaan ikan

yang berkualitas, berdaya saing di tingkat Nasional maupun

Internasional dan berhasil guna.

7. Menerapkan dan mengembangkan teknologi penangkapan ikan yang

ramah terhadap lingkungan tanpa menggangu keberadaan ataupun

fungsi ekosistem yang ada di perairan laut.

8. Menyelenggarakan promosi kekayaan daerah di bidang pariwisata di

luar daerah maupun luar negeri dengan mengedepankan potensi

objek Pariwisata bahari sebagai komoditi unggulan daerah.

9. Membenahi objek-objek wisata yang memiliki nilai jual tinggi dengan

membangun infrastruktur yang memadai serta melengkapinya

dengan fasilitas-fasilitas penunjang kepariwisataan.

10. Tersedianya sumber daya manusia yang handal dan siap pakai,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

11. Menetapkan serta memperkuat posisi daerah sebagai pusat kegiatan

(32)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 32

12. Menyelenggarakan sistem perdagangan yang sehat baik antar

daerah maupun antar negara.

13. Meningkatkan fasilitas-fasilitas transportasi laut berskala

Internasional guna memacu percepatan dan pengembangannya

dalam mencapai visi daerah.

14. Menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan terhadap

tanaman dan buah pala serta produksi, distribusi dan

pemasarannya.

Dalam menetapkan arah kebijakan dan sasaran strategis jangka

panjang daerah didasari pula pada isu-isu pokok yang menjadi fokus

perhatian dan bersifat strategis antara lain sebagai berikut.

1. Memiliki 1 (satu) buah Pulau terluar (Pulau Makalehi).

2. Sebagai Daerah Hinterland Pusat pertumbuhan Provinsi Sulawesi

Utara.

3. Kebijakan Pemerintah yang Konsern terhadap pemberdayaan

masyarakat kepulauan dan pesisir.

4. Hubungan kerjasama Sister City antara Kabupaten Kepulauan

Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Pemerintah

distrik dan kota di Republik Philipina.

5. Wilayah laut Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilewati

jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III yang berarti

merupakan jalur Internasional untuk lalu lintas kapal laut. ini

memungkinkan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

membangun pelabuhannya sebagai transhipment port di masa

mendatang.

6. Globalisasi industri dan perdagangan yang semakin pesat

khususnya perdagangan komoditi unggulan yaitu pala.

7. Bidang Pariwisata bahari Provinsi Sulawesi Utara sedang mencari

lokasi laut untuk dijadikan lokasi penyelaman (diving) maupun

snorklling baru, dimana negeri Siau Tagulandang Biaro memiliki

banyak peluang tersebut.

Akumulasi Visi dan Misi sampai periode akhir RPJPD dapat diuraikan

sasaran pokok Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan

(33)

BAB IV – PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS DAERAH IV - 33 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, demokratis dan

partisipatif, ditandai oleh hal-hal berikut.

a. Meningkatnya kapasitas aparat pemerintahan Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang profesional, kompeten,

bersih, andal, berwibawa dan bertanggungjawab.

b. Menguatnya peranan masyarakat sipil dan partai politik dalam

kehidupan politik.

c. terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan,

pangkat, dan jabatan seseorang demi supremasi hukum dan

terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi manusia.

d. Terwujudnya ketertiban dan keamanan di wilayah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang menjamin martabat

kemanusiaan, keselamatan masyarakat, dan keutuhan wilayah

dari ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan.

2. Meningkatkan sumber daya manusia Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro yang berkualitas, dan mandiri, ditandai oleh

hal-hal berikut.

a. Meningkatnya derajat dan mutu pendidikan masyarakat

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

b. Meningkatnya derajat dan mutu kesehatan masyarakat

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

c. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai

dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan

indeks pembangunan gender (IPG).

d. Berkembangnya karakter masyarakat Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro yang mandiri, berdayasaing, berbudi

luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, dan

berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Meningkatnya peran pemuda dan perempuan dalam seluruh

bidang pembangunan.

f. Makin kuatnya nilai-nilai keutamaan, bermoral, dan beriman

yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro.

g. Makin mantapnya budaya masyarakat Kabupaten Kepulauan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini, maka penulis hanya melakukan pembahasan tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja, dengan hipotesa

Soetomo Surabaya merupakan Rumah Sakit Kelas A, Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan tertinggi untuk wilayah Indonesia Bagian Timur dipandang perlu untuk meningkatkan

Ming gu ke (1) Kemampuan akhir yang diharapkan (sesuai tahapan belajar) (2) Bahan Kajian (Materi Ajar) (3) Metode Pembelajaran Dan Estimasi Waktu (4) Asesmen Indikator

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.26/KMK.017/1998 tanggal 28 Januari 1998 dinyatakan bahwa Pemerintah menjamin kewajiban bank meliputi giro,

#da bebera4a ma6am 6ara 4embuatan brem 4adat. Pada fermentasi ketan men9adi ta4e, berlangsung akti=itas en/im yang dikeluarkan oleh ka4ang dan khamir. !n/im tersebut

Dari hasil analisa penulis memberikan kesimpulan bahwa penerapan sistem pengendalian intern pemberian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Kharisma Mitra Karya kurang

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak

Dengan menggunakan kurva non-standar pada Star System ETAP yang ditunjukkan pada gambar 4.11, maka dapat dilakukan pengambilan data arus dan waktu yang akan digunakan