• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM NABI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM NABI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam 1

“Pemikiran Pendidikan Islam Nabi Muhammad SAW”

Dosen Pembimbing :

Dr. Andi Muhammad Idris Tunru. S.Ag,M.A.g

Di Susun Oleh :

Tirsa Eka Pratama Mokoginta 15.2.3.001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 1 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb...

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya kelomppok 1 bisa menyelesaikan makalah “SPI”. Shalawat serta salam tak lupa pula kami sampaikan kepada junjungan besar kita, suri teladan kita, Nabi Muhammad saw yang telah membawah kita dari alam kegelapan sampai kepada saat ini zaman yang terang menderang yang begitu modern. Dengan kecangihan teknologi saat ini kelompok 1 dengan mudah dapat menyelesaikan Makalah dengan bantuan teknologi & buku.

Pada makalah ini kelompok 1 akan membahas tentang “Biografi dan Pemikiran Nabi Muhammad saw” pada umumnya menjelaskan bagaimana biografi Nabi hingga perjuangan dan pemikran dan pada khususnya saya menjelaskan bagaimana pemikiran Nabi terhadap pendidikan. Semoga dengan membaca makalah ini, kita dapat mengampil banyak ilmu pengetahuan, dan saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai penyusunan makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 5

BAB II ... 6

PEMBAHASAN ... 6

A. Biografi Nabi Muhammad SAW ... 6

B. Perdaban Arab Pra-Islam ... 14

C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW………..18

D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam………...27

BAB III ... 32

ANALISIS PENULIS………...………32

PENUTUP ... 33

A. Kesimpulan ... 33

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini, telah bermunculan tokoh tingkat nasional dan internasional yang memainkan peran sebagai pencerah umat dengan beragam konsep membangun pemikiran dan peradaban. Konsep membangun Pemikiran dan peradaban itu ditawarkan mulai dari rumah tangga hingga tingkat negara dan dunia. Jika kita merujuk kembali pada sejarah pemikiran dan peradaban mayor, maka sumber inspirasi perjuangan para ahli peradaban Islam adalah Nabiullah Muhammad SAW. Adalah suatu momen yang sangat tepat bahwa kita sebagai pencerah (enlighter) umat menggagas diadakannya berbagai diskusi dan seminar tentang peradaban sebagai proses reeksistensi pemikiran dan peradaban Islam. Dan menambah wawasan pengetahuan tentang peradaban dan pemikiran islam pada masa nabi Muhammad SAW.

Hadirnya Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu. Berhasilnya Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang dianut bangsa Arab. Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Budaya-budaya yang mengarah kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan peradaban yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu semua ialah Islam.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Apa Biografi Nabi Muhammad SAW 2. Bagaimana peradaban pra Islam

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad saw adalah anak Abdullah bin Abdul Muttalib. ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tuanya itu berasal dari suku Quraisy yang terpandang dan mulia. Nabi Muhammad saw lahir pada hari Senin, 12

Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20 April 571 Masehi). Dinamakan tahun

Gajah, karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh Raja Brahah dan tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya. Tetapi Allah melindungi bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah, dengan menjatuhkan batu-batu Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah mereka semuanya. Ketika Nabi Muhammad saw masih. di dalam kandungan ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang. Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit dan wafat dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan di kota Madinah. Maka, Nabi Muhammad saw dilahirkan ke dunia dalam keadaan yatim, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum lemah, perampas hak orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.1

Halimah As-sa’diyah menjadi Ibu Susu Nabi

Sudah menjadi adat bangsa Arab ketika itu, bahwa bayi seseorang disusukan kepada wanita lain. Begitu pula halnya Nabi Muhammad saw. Beliau disusukan kepada seorang wanita dusun bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat

tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani Sa’ad bersama ibu susunya itu.

Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah memperoleh limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah. Menjelang usia lima tahun, Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad saw kepada ibunya; karena telah terjadi peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya.

1 Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-fandi, The world Idol Muhammad ( Jakarta Amzah,2008),

(7)

Ketika di dalam permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad saw tiba-tiba didatangi dua laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya, kemudian melakukan sesuatu atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun terjadi atas Nabi Muhammad saw, setelah peristiwa itu, namun Halimah

as-Sa’diyah amat khawatir. Maka segera ia bawa Nabi Muhammad saw, kembali kepada keluarganya di Makkah.

Di Bawah Asuhan Kakeknya, Abdul-Muthalib

Siti Aminah amat setia terhadap suaminya. Sering kali ia bersama anaknya pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam suaminya, sekaligus bersilaturrahmi kepada keluarganya, Bani Najjar, di sana.Suatu kali, dalam perjalanan pulang dari Madinah, seusai berziarah, Siti Aminah jatuh sakit di desa Abwa’ (antara Makkah dan Madinah). Beberapa saat kemudian, ia wafat di sana, meninggalkan Nabi Muhammad saw, yang ketika itu barn berusia 6 tahun. Maka jadilah Nabi Muhammad saw, yatim-piatu. Bersama Ummu Aiman, pembantunya, Nabi Muhammad saw, kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara oleh kakeknya, Abdul-Muttalib, hingga menjelang 9 tahun.2

Di Bawah Asuhan Pamannya, Abu Thalib

Selama tiga tahun bersama kakeknya, Nabi Muhammad saw akhirnya dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib, karena kakeknya itu meninggal dunia. Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum Quraisy yang disegani oleh kaumnya. Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong orang yang kaya. Abu Thalib hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau ke negeri Syam bersama serombongan kafilah dagangnya. Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad saw diajak oleh pamannya itu pergi berdagang, ke Syam. Sampai di suatu dusun perbatasan Syam, Abu Thalib bersama kemenakannya itu singgah di rumah seorang pendeta Nasrani yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab Taurat dan Injil yang dipelajarinya, pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri kenabian yang ada pada diri Nabi Muhammad yang masih kecil itu. Maka, dengan serta-merta, pendeta Bahira memberitahukan hal itu kepada Abu Thalib seraya berkata:

“Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu ini adalah manusia pilihan Allah, calon

2

(8)

pemimpin umat manusia di clunia ini. Maka jagalah ia baik-baik. Bawalah ia kembali, sebab aku khawatir ia diganggu oleh orang-orang Yahudi di negeri Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu mengetahui bahwa ia adalah calon Rasul –Allah, maka tentulah ia akan membunuhnya.” Maka pulanglah Abu Thalib ke Makkah bersama Nabi Muhammad saw sebelum mereka sampai ke negeri Syam.

Berdagang Ke Negeri Syam

Setelah Nabi Muhammad saw berusia hampir 25 tahun, Abu Thalib merasa bahwa kemekanannya itu telah cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi Muhammad, lalu ditawarkanlah kepadanya suatu pekerjaan yang menguntungkan, seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya kita bukanlah keluarga yang berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini kebutuhan kita semakin sulit didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada Khadijah untuk meminta izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri Syam. Mudah-mudahan

dari usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.” Nabi Muhammad saw menyetujui usul pamannya, sebab beliau memaklumi sepenuhnya akan kesulitan yang dihadapi pamannya itu dalam menanggung beban belanja rumah tangganya.3 Segera beliau pergi kepada Siti Khadijah untuk meminta izinnya memperdagangkan barang-barangnya. Siti Khadijah adalah seorang janda kaya di Makkah. la dikenal sebagai wanita Quraisy yang mulia karena keturunan dan akhlaknya. la adalah wanita budiman, gemar membantu sesamanya, dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya, sehingga mendapat gelar At Thahirah (Wanita Suci). Menanggapi permohonan Nabi Muhammad saw Siti Khadijah tanpa pikir panjang langsung menyambutnya dengan senang hati, karena ia telah cukup mengenal Nabi Muhammad saw sebagai pemuda yang ramah, jujur, dan sopan-santun. Maka berangkatlah Nabi Muhammad saw ke negeri Syam, ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari Syam, Nabi Muham-mad saw memperoleh keuntungan amat besar, yang belum pernah dicapai oleh para pedagang lain. Siti Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad. Lebih-lebih ketika ia mendengar sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya

(9)

perangai Nabi Muhammad saw selama di perjalanan maupun ketika berdagang. Maka berubahlah rasa kagum itu menjadi rasa cinta.4

Perkawinan Nabi Muhammad Dengan Siti Khadijah

Hubungan perdagangan antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Khadiiah akhirnya diteruskan ke jenjang perkawinan. Rupanya, Allah SWT menghendaki demikian, karena ada banyak hikmah di balik itu. Dalam suatu upacara yang sederhana, dilangsungkannya akad nikah antara keduanya, suatu pernikahan yang telah menoreh lembaran sejarah Islam. Ketika itu, Nabi Muhammad saw berusia 25 tahun, sementara Siti Khadijah telah berusia hampir 40 tahun. Perkawinan ini membuahkan empat anak putri dan dua orang putra, masing-masing Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Tetapi, atas kehendak Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau wafat ketika masih kanak-kanak.

Memperoleh Gelar “AL-AMIN”

Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, di Makkah terjadi bencana

banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum

Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat pekerjaan telah selesai, dan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakkan Hajar al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah di antara mereka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang pertama kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak mengambil keputusan.” Pagi-pagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Muhammad saw. Maka bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad saw. Sebagai hakim yang memutuskan perkara Hajar al-Aswad itu. Nabi Muhammad saw kemudian menggelarkan kain surbannya di atas tanah dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan

(10)

mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu, seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan yang

dibuat oleh orang yang dipercaya ini!”Sejak itu, Nabi Muhammad saw mendapat

gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.

Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad sering bertahanus di Goa Hira. yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Tepat pada tanggal 1-17 madhan datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Mula-mula Muhammad ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan Malaikat Jibril. Jibril kemudian merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya menggigil. Sesudah dilepas Jibril

berkata : bacalah!” “Aka tidak bisa membaca!”Jawab Muhammad Jawaban itu

diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata kepada Jibril : “Apa yang ku baca?”

Kemudian Jibril membacakan suratt Al-Alaq dari ayat 1-5., Sesudah itu ia pulang ke rumah dengan tubuh gemetar. la disambut Istrinya Khadijah yang sangat setia dan memperhatikannya ia diselimuti oleh Khadijah dan dihibur degan kata-kata yang menentramkan jiwanya. lalu Khadijah pergi berkonsultasi dengan anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah memberitahukan bahwa yang datang kepada Muhammad itu adalah Jibril yang pernah datang kepada Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul.5

Wayhu Kedua

Sesudah wahyu yang pertama selama dua setengah tahun Rasulullah tidak

mendapat wahyu lagi. la kuatir akan terputus, maka nenyepi ke goa Hira’ lagi.

Ketika la menengadah ke langit tampaklah malaikat Jibril. la ketakutan dan segera pulang ke rumah. Minta kepada Hadijah supaya diselimuti. Dalam keadaan berselimut itu datanglah malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua yang artinya:

“hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri peringatan! Besarkanlah Nama Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan Maksiat, janganlah kamu member karena ingin memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu

bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al- Muddatstsir: 1-7). Dengan

5

(11)

demikian jelaslah sudah, bahwa Muhammad diperintahkan menyampaikan Risalah-Nya. Yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa.

Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi

Yang pertama kali diajak memeluk Islam adalah keluarganya sendiri dan orang–orang yang dekat dengannya. Pertama yaitu istrinya Hadijah. Kedua Ali bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah. Setelah itu beliau mengajakteman akrabnya yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq. Dengan berimannya Abu Bakar, maka banyaklah orang-orang yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman bin Affan, Zubair

bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin

Ubaidillah, Abu Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam. Fatimah bin Khattab. Mereka Inilah yang disebut golongan terdahulu yang masuk Islam atau “As Saabiqunal Awwalum”. Mereka mendapat ajaran dan gemblengan keimanan dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.6

Menyiarkan Agama secara Terang-terangan

Tiga tahun menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi. kini datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan.Namun sebagaimana nabi-nabi terdahulu, ajakannya ditolak oleh sebagian besar kaumnya. Hanya sedikit yang mula-mula mau mangikuti ajaran Nabi Muhammad. Walau demikian Muhammad tetap sabar dan terus melakukan dakwah dengan bijaksana. Orang-orang kafir makin jengkel. Mereka mendatangi Abu Thalib, dan minta paman Nabi itu untuk menghentikan kegiatan Nabi mengajak manusia kembali kejalan yang benar. Tetapi apa jawab Nabi: “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, dan rembulan ditangan kiriku dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (mengajak manusia pada agama Allah) sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.Mendengar tekad keponakannya yang membaja itu, Abu Thalib berkata: “Pergilah dan katakan apa yang kamu

6

(12)

kehendaki, demi Allah tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasan pun selama-lamanya”.

Penganiyaan Terhadap Rasulullah Dan Pengikutnya

Melihat Rasulullah masih saja meneruskan dakwanya dan tarus menghina sesembahan mereka berupa patung bodoh yang tak bisa gerak dan berbicara maka orang-orang kafir itu mulai gatal. Terlebih setelah mereka amati makin banyak saja para pengikut Muhammad memeluk agama Islam. Maka mereka mulai menganiaya beliau. Misalnya, ketika Nabi sedang shalat dan bersujud. di Masjidil Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal mengangkat batu besar dan hendak dtimpakan kepada beliau. Tetapi niatnya tak kesampaian karena beliau dilindungi Allah yang mengirim malaikat Jibril. Tubuh Abu Jahal gemetar, ketakutan dan pucat pasi. Beliau juga pemah dilempari kotoran unta di atas kuduknya. Ketika beliau pulang ke rumah ditaburi debu dan pasir pada mukanya. Yang keterlaluan adalah perbuatan Uqbah bin Abi Muith, ketika beliau shalat masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu menjerat leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak berdaya untuk melepaskannya. Untunglah pada saat itu muncul Abu Bakar. la langsung memotong Uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.7

Beberapa pengikut beliau yang mendapat siksaan dari orang kafir antara lain: Bilal bin Rabah, yaitu seorang budak milik Ummayyah half. Bilal ditelentangkan di atas terik matahari padang pasir, ditubuhnya ditindihkan batu besar. la dipaksa supaya meninggalkan Islam namun is tetap teguh dan imannya bertambah tebal. Bilal akhirnya dibebaskan oleh Abu Bakar yang membelinya dari Umayyah bin Khalf.

Sahabat lain yang disiksa di luar batas peri kemanusiaan adalah Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya. Mereka disiksa pada waktu Dhuzur yaitu di saat terik-teriknya matahari memanggang padang pasir. Ketika Nabi lewat beliau

menghibur mereka: “Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang dijanjikan untuk kalian adalah surga”. Sahabat Habab bin Arats juga di siksa lebih kejam, lagi. la ditusuk

7

(13)

tusuk dengan besi panas pada punggungnya agar mening-galkan Islam, namun ia tetap tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.

Hijrah Ke Ethiopia

Keganasan kaum kafir makin merajalela. Pengikut Rasulullah dan kalangan lemah makin banyak jumlahnya. Melihat penderitaan mereka Rasulullah tak sampai hati, maka Rasul kemudian menyuruh mereka hijrah ke Ethiopia. Raja Habasah di Ethiopia temyata mau menerima kedatangan mereka dengan senang hati. Mereka mendapat perlindungan yang baik. Rombongan pertama terdiri 10 laki-laki dan 4 orang wanita. Rombongan kedua 100 orang, di antaranya terdapat Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan lain-lain.8

Rasulullah tetap berada di Mekkah. Pada waktu itu masuklah pembesar Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal perkasa itu pihak Quraisy makin khawatir kedudukannya akan merosot. Sedang pengikut Rasul semakin bertambah banyak.

Embargo Terhadap Bani Hasyim Dan Bani Muthalib

Dengan berbagai cara kaum kafir tidak berdaya mematahkan gerakan Islam, maka cara terakhir yang menurut mereka cukup ampuh adalah mengadakan pemboikotan atau embargo terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa membela dan melindungi Nabi Muhammad.

Pemboikotan itu ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan, baik hubungan perkawinan, hubungan dagang atau jual beli dan ziarah menziarah. Dengan adanya embargo tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan para pengikutnya menyingkir keluar kota Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa

8

(14)

sedih atas nasib yang menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka mengirim bahan makanan dan pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah beberapa muka Quraisy untuk menghentikan pemboikotan itu. Mereka

merobek-robek isi perjanjlan yang ditempelkan di Ka’bah.

Dengan demikian pulihlah keadaan seperti semula. Rasul dan keluarganya kembali ke kota Mekkah. Akan tetapi nasib para pengikut Rasul tidak bertambah baik, kaum kafir makin giat menindas dan menyiksa mereka.

B. Perdaban Arab Pra-Islam

Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. Semenanjung yang terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat panas. Bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi.9

Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberi peluang kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota tau daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industri. Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka memilki peluang yang besar untuk membangun peradaban.10

Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan natara anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya

9 Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua,h.286 10

(15)

hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suatu politik atau karena sumpah seti.

Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Mekkah

Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Beliau berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.

Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an. Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib.11

Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala.

Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakat Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha menentangnya habis-habisan hingga agama Islam tersebut lenyap dari muka bumi ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah

(16)

Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.

Respon Masyarakat Mekkah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad SAW

Dakwah Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.

Meskipun bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.12

Hambatan Dan Rintangan Dakwah Islam Di Mekkah

Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawah Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya.

Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas

12

(17)

perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.

Boikot Dan Rencana Pembunuhan Terhadap Nabi Muhammad SAW

Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad Saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di

dalam Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang

dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun 616 M.13 Di antara isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :

1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam

2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam 3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan orang-orang Islam

4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk orang-orang Islam yang sakit

5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.

Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam

(18)

tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu berakhir.

C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw

Hijrah ke Habsyi yang pertama Penyiksaan dan penganiayaan kafir Quraisy yang diluar batas peri kemanusiaan terhadap orang-osang muslim membuat hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhammad menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut dengan baik oleh raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan itu ditolaknya.14

Ketika umat Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota Mekkah. Beliau terus berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat ancaman dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia berhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam kenabian.

Hijrah Ke Habsyi Kedua

Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung selama 2 bulan. Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam untuk

(19)

bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin geram. Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan kembali kepada umat Islam untuk hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantarnaya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib.

Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah perkembangan Islam dengan berbagai cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.15

Misi Ke Thaif

Tahun kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya mereka, orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw. Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia bersama Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau memberikan perlindungan dan bantuan apapun kepada Nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.

Perjanjian Aqabah

a. Perjanjian Aqabah I

(20)

Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad Saw menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut terjadi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.16

Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :

1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad 2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa

3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya 4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah

5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh

6. Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan kedustaan.

b. Perjanjian Aqabah II

Pada tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi Muhammad menyampaikan pesan berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah, memberikan penerangan tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan berdakwah disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian yang disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :

1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad

16

(21)

2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa

3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka

4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.

Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Madinah

Hijrah ke Yatsrib setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah meninggalkan Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya serta Abu Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat, Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah, ditemani oleh Abu Bakar.17

Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar sendriri, Abdullah, Aisyah, dan Asma serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas selaku penunjuk jalan.18

Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10

Muhammad Haekal, Sejarah Hidup Muhammad,(Jakarta.1997).h.68

18

(22)

menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid. Pada saat itulah masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn Yasir. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar, kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali ibn Abi Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia bergaung dengan Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.

Kedatangan Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian unta Nabi berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub, bernama Sahl dan Suhail,

putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn Ahra’, kebun ini dijual, dan

diatasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah Yatsrib berubah namanya menjai Madinah Rasul atau Madinah al-Munawwarah.

Pembinaan Mayarakat Dan Peletakan Dasar-dasar Budaya

Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari

al-Qur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun setelah Rasulullah tiba di Yatsrib.19

(23)

Muhammad ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi juga seorang ahli politik yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan perkasa di medan perang, dan sebagai kesatria dalam memperlakukan musuh yang kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian itu, kota Madinah menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Beberapa asas masyarakat Islam yang telah diletakkan oleh Rasulullah antara lain :

Al ikha (persaudaraan), al musawah (persamaan), altasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah),al ta’awun (tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.

Memelihara Dan Mempertahankan Masyarakat Islam

a. Rongrongan kaum Yahudi

Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan datangnya nabi akhir zaman sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka tetapi mereka ingkar.

Kira-kira setahun kemudian setelah pengusiran Bani Qainuqa pada akhir tahun kedua setelah hijrah, Amr ibn Jahasy dari Bani Nadlir mencoba hendak membunuh Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari atas tembok tempat beliau dan para sahabatnya beristirahat. Atas penghianatan itu, perkampungan mereka dikepung selama 16 hari, dan mereka diusir dari Madinah.20

Pengusiran terhadap Bani Nadlir mendorong mereka untuk bersekutu dengan kabilah-kabilah besar Arab seperti Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan lain-lain untuk bersama-sama menyerang Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada tahun 5 H. Kota Madinah dikepung, sehingga kaum muslimin terancam kelaparan. Ketika musuh menghentikan pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil sedkit pun, kaum muslimin mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari.

20

(24)

Karena penghianatannya, mereka dihukum mati, sementara anak-anak dan perempuan meraka ditawan.

b. Rongrongan orang-orang munafik

Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn Ubai, pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang disebut terakhir ini mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini Rasulullah bersikap lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman secara benar. Usaha Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik ini tidak ditemukan lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.21

c. Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya

Perang sebagai jawaban atas sikap permusuhan kafir Quarisy terjadi pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an peristiwa itu disebut yaum al-furqan, artinya hari pemisah antara yang hak dan yang batil. Kendatipun jumlah pasukan Islam jauh lebih kecil dari pasukan Quraisy, namun mereka berhasil meraih kemenangan. Sementara itu, kafir Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan yang lengkap. Turut ambil bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah, Kinanah, Bani Harits, Bani Haun, dan Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H terjadilah perang Uhud. Dalam peristiwa ini umat Islam menderita kekalahan. Kurang lebih 70 orang sahabat Rasulullah gugur sebagai syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd al-Muthalib, paman Rasulullah. Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk menyempurnakan kemenangan mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan pembunuhan atas diri Rasulullah, namun gagal dan mereka diusir dari Madinah.

(25)

Mereka kemudian bersekutu dengan kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H kurang lebih 14000 tentara, diantaranya 4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di dalam kota. Atas saran Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang lebar dan dalam, sementara di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup setiap lorong untuk masuk ke dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang Khandaq, karena kaum muslimin meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng pertahanan. Dikenal pula dengan perang Ahzab, karena musuh yang menyerang Madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu.

Fase Setelah Perjuangan Perang Ahzab

Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Tidak ada senjata yang mereka bawa selain pedang yang tersimpan pada sarungnya sekedar untuk menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir Quarisy tidak menghendaki kaum muslimin memasuki kota Mekkah karena menurut mereka hal ini berarti kemenangan bagi kaum muslimin.22 Oleh karena itu, mereka mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang rombongan Rasulullah. Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan pasukan Khalid dengan menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa mil dari kota Mekah.23

Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk mengutus Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka. Akan tetapi Utsman bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman dibunuh. Kemudian Rasulullah dan para sahabatnya mengadakan sumpah setia

22

Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam hlm. 25-26

(26)

untuk berperang sampai tercapai kemenangan yang disebut baiah al-Ridlwan karena diridhai oleh Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali musyrikin Quraisy, sehigga mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai berikut :

1. Segala permusuhan antara kedua belah pihak dihentikan selama 10 tahun 2. Setiap orang Quraisy yang datang kepada kaum muslimin tanpa seizin

walinya harus ditolak dan dikembalikan

3. Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak Quraisy tidak akan dikembalikan

4. Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraisy maupun dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian ini.

5. Kaum muslimin tidak boleh memasuki Mekkah pada tahun ini, namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal di Mekkah lebih dari tiga hari.

Kaum muslimin berhasil memasuki kota Mekkah tanpa setetes darah pun pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk kemudian berthawaf

menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang ada di rumah suci itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekkah (pembebasan Mekkah).24

Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan Oktober 630 M, Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara Romawi di Utara. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur kembali ke negerinya stelah

(27)

melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin yang dipimpin Rasululah tak kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Tabuk.

Oleh karena itu, sejak tahun 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani tamim disusul kemudian oleh perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10 H. Dengan demikian, tahun ini disebut dengan tahun perutusan atau ‘am alwufud.

D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam

Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamad tidak sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur. Atas dasar itulah Nabi menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada masa itu. Tetapi adakalanya persoalan yang cara penyelesaiannya belum disebut oleh wahyu yang sudah diterima Nabi. Dalam hal ini Nabi memakai ijtihad atau pendapat yang dihasilkan pemikiran secara mendalam.

Pada periode Nabi, segala persoalan hukum dikembalikan kepada Nabi untuk menyelesaikannya, Nabi lah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Secara direk pembuat hukum adalah Nabi,tetapi secara indirek Tuhanlah pembuat hukum, karena hukum yang dikeluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari Tuhan.25

Di periode sahabat, daerah yang dikuasai Islam tambah luas dan termasuk didalmnya daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana, di perbandingkan dengan masyarakat Arabia ketika itu. Dengan demikian persoalan-persoalan permasyarakatan yang timbul di periode ini lebih sulit penyelesaiannya dari pesoalan-persoalan yang timbul di masayraktat Semenanjung Arabia.

(28)

Untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu para sahabat kembali ke Al-Qur’an dan sunnah yang ditinggalkan Nabi. Dalam pada itu timbul pula suatu problema lain. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak semua persoalan timbul dapat dikembalikan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi. Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dijumpai dalam kedua sumber hukum itu, khalifah dan para sahabat mengadakan ijtihad.

Sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam, berbagai macam bangsa masuk Islam dengan membawa berbagai adat-istiadat, tradisi dan sistem kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk mengatasinya para sahabat dan ulama banyak mengadakan ijtihad yang didasarkan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.26

Tujuan Pendidikan

Dalam mendidik umat, Rasulullah tidak melakukannya dengan ala kadarnya, melainkan memiliki maksud dan tujuan. Tujuan pendidikan yang berlangsung pada periode Makkah adalah membina pribadi Muslim agar menjadi kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan untuk dipersiapkan menjadi masyarakat Islam dan muballigh serta pendidik yang baik (Hanun Asrahah, 1999 : 13). Sedangkan tujuan pendidikan pada periode Madinah tidak hanya ditujukan untuk membentuk pribadi Islam, tetapi juga untuk membina aspek-aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta (Hanun Asrahah, 1999 : 15).

Tujuan kedua periode tersebut berbeda dan mengalami perkembangan yang signifikan. Tujuan pertama dimaksudkan untuk membentuk dan membina pribadi Muslim yang kuat. Hal tersebut sangat beralasan karena kondisi masyarakat Makkah pada saat itu yang masih diselimuti kesyirikan dan membutuhkan pencerahan. Sedangkan tujuan pada periode Madinah lebih luas dan mengalami perkembangan karena kondisi masyarakat di sana semakin

(29)

kondusif dan kebutuhan untuk mengembangkan berbagai hal selain ketauhidan juga semakin dibutuhkan, seperti ekonomi, sosial, dan sebagainya.27

Sifat-sifat Rasul Sebagai Pendidik

Rasulullah merupakan seorang pendidik yang menjadi panutan bagi umatnya. Ia merupakan sosok ideal dalam dunia pendidikan Islam. Rasulullah memiliki sifat-sifat mulia yang dapat dijadikan contoh bagi pendidik. Sifat-sifat tersebut adalah kasih sayang, sabar, cerdas, tawadhu (rendah hati), bijaksana, pemaaf dan lapang dada, berkepribadian yang kuat, dan senang beramal (Yusuf Khatir Hasan al-Shuriy, 1990 : 15-17). Bagi Rasulullah peserta didik terutama anak merupakan karunia Allah yang harus di didik dengan beragam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik memiliki potensi dan fitrah untuk berkembang. Lingkungan keluarga (orangtua) memainkan peranan yang penting dalam perkembangan pendidikan peserta didik. Peserta didik bukanlah sesuatu yang kosong tanpa ada potensi untuk berkembang, tugas pendidik adalah mengarahkan dan membimbing peserta didik sesuai potensi dan fitrahnya masing-masing. Pendidikan Islam dimulai sejak masa anak-anak tepatnya ketika lahir, kemudian masuk ke madrasah (sekolah) untuk lebih memahami tentang Islam, Nabi telah mewajibkan kepada para orangtua untuk mendidik anak-anak.28

Kurikulum Pendidikan

Dalam konteks pendidikan masa Rasulullah lebih tepat digunakan istilah materi yang merujuk pada bahan-bahan atau subjek yang diberikan dalam pendidikan, dari pada terima kurikulum. Materi pendidikan merupakan komponen utama dalam pendidikan. Melalui materilah segala hal disampaikan dan diajarkan.

27

Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992,h.l

(30)

Pada periode Mekkah materi pendidikan terfokus pada pendidikan tauhid dan pengajaran al-Qur’an (Samsul Nizar, 2011 : 34-35 dan Zuhairini, ddk, 1995 : 23-31). Mahmud Yunus membagi materi pendidikan periode Makkah menjadi, pendidikan dan keimanan, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak. Sedangkan materi pendidikan pada fase Madinah berupa pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan kesehatan (jasmani), dan pendidikan kemasyarakatan (Samsul Nizar, 2011 : 12-13). Dari sini terlihat bahwa materi pendidikan (kurikulum) dalam pendidikan Islam tidak hanya mengacu pada pendidikan agama semata, namun juga memuat pendidikan umum. Jadi pada masa Rasulullah tidak ada dikotomi ilmu antara ilmu agama dan ilmu umum. Kedua-duanya dibutuhkan oleh masyarakat (peserta didik). Dengan adanya integrasi materi (keilmuan) dalam pendidikan yang terjadi pada masa Rasulullah, maka pendidikan Islam sekarang seharusnya memperhatikan hal tersebut.

Metode Pendidikan

Rasulullah adalah orang yang bijak dalam segala hal. Dia merupakan pendidik yang bisa menggunakan dan memanfaatkan metode-metode pembelajaran dengan baik. Ada beberapa metode yang digunakan oleh rasulullah dalam pendidikan yakni ceramah, bercerita atau kisah, dialog, diskusi atau tanya jawab, teladan atau demonstrasi, pembiasaan, hafalan, dan kiasan (Samsul Nizar, 2011 : 35). Bervariasinya metode yang digunakan rasulullah di atas ebrguna untuk mengindari kejenuhan, menyesuaikan dengan materi, dan keadaan peserta didik. Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam mendidik dengan metodenya yang edukatif dan humanis.29

Lembaga Pendidian

Pada masa Rasulullah telah ada lembaga atau institusi yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pengajaran Islam. Institusi-institusi ini adalah lembaga yang ada sebelum Islam maupun institusi yang didirikan pada masa

(31)

Islam. Lembaga-lembaga tersebut adalah rumah sahabat nabi yaitu Arqam bin Abi al-Arqam, kuttab (tempat untuk memberikan pengajaran membaca dan menulis dasar), dan masjid.

Masjid pada masa Rasulullah tidak hanya berfungsi dan dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah semata, namun juga dimanfaatkan untuk kemaslahatan lain, seperti tempat memberikan pendidikan dan pengajaran, tempat peradilan, tempat tentara berkumpul, dan tempat menerima duta-duta dari luar negeri (Ahmad Syalabi, 1973 : 92).

Haji Wada’ Dan Akhir Hayat Nabi Muhammad SAW

Setelah tercipta ketenangan di seluruh jazirah Arab, Rasulullah bermaksud menunaikan haji ke Baitullah. Pada tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H, beliau bersama-sama dengan sekitar 100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Mekah. Pada tanggal 8 Dzual-Hijjah yang disebut hari Tarwiyah Rasulullah bersama rombongannya berangkat menuju Mina dan pada waktu fajar hari berikutnya mereka berangkat ke Arafah.

Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat penting, yang dikenal dengan khuthbah al-wada’i(pidato perpisahan). Beliau

menyampaikan amanat dari atas punggung unta dan meminta Tabi’ah ibn

Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau ucapkan. Pada setiap kalimat yang beliau ucapkan, haus didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan kepada orang-orang yang berada di empat yang jauh. Pidato Rasulullah itu amat penting, karena mengandung pesan yang amat berharga untuk pedoman hidup manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.30

Kira-kira tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, Rasulullah mendertia demam beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar

(32)

untuk menggantikan beliau mengimami shalat jamaah. Pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M, Rasulullah mengembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap ke hadirat Allah Swt dalam usia 63 tahun

BAB III

ANALISIS PENULIS

Dari penjelasan diatas dimulai dengan penjelasan biografi lengkap Nabi Muhammad sejak beliau lahir hingga beliau menjadi kekasih Allah Swt. Beliau adalah sosok manusia yang memiliki budi pekerti mulia, hingga kemudian beliau di beri amanah oleh Allah untuk menyampaikan risalah agama Islam di muka bumi ini.

Dengan demikian dari perjalanannya menjadi Rasul tidaklah muda sebab banyak rintangan dan hambatan yang beliau rasakan, akan tetapi beliau begitu sabar, ikhlas serta tegas dalam menyiarkan agama di muka bumi ini. Bahkan ketika beliau sedang menjalani dawahnya banyak respon yang baik maupun yang buruk terhadap dakwahnya. Namun inilah ketangguhan Nabi dalam menyiarkan agama beliau tidak pernah menyerah bahkan putus asa pun tidak, dengan sikapnya seperti itulah melahirkan generasi-generasi pengikutnya seperti para sahabat Nabi yang selalu setia mengikuti ajarannya.

Setelah beliau berhasil menaklukkan berbagai wilayah dengan tersebarnya agama Islam di muka bumi ini, maka kita sebagai umat yang senantiasa mengikuti ajarannya haruslah tetap menjaga dan memelihara hasil perjuangan Nabi yang telah banyak berkorban demi menyebarkan agama Islam, yakni agama yang sempurna dengan berbagai aturan dan ajaran yang telah ditetapkan dalam

(33)

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa sejarah peradaban Islam dimasa Nabi Muhammad SAW banyak melewati rintangan-rintangan dan penganiayaan diluar batas manusia. Namun demikian orang muslim selalu bersabar dan istiqamah di jalan-Nya. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW selalu bersabar dan istiqamah dalam menyiarkan agama islam dari periode Mekkah hingga Periode Madinah.

Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan seluruh Jazirah Arab.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Mukhtar Yahya, dkk. Jilid I. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)

Abdurrahman Dudung. Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga

Modern.Cetakan Pertama, 2003

Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam

Hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 31-32.

Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm.

Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern),(Yogyakarta: LESFI, 2009), hlm. 24

Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam hlm. 25-26

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001), hlm. 19

Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 63

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam.hlm. 20-21

Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah. hlm. 39.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, 2008), hlm 64.

Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah.hlm. 40

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana konstruksi pemberitaan kasus ahok di media online tentang penistaan agama (framing pemberitaan republika.co.id

Hasil uji BNT untuk perlakuan menunjukan bahwa pemberian ketiga jenis ekstrak pada umpan tidak ada perbedaan terhadap hasil tangkapan; tetapi pemberian ekstrak power bait dan

Menurut Ketua Panitia Kejuaraan Renang Antar-Pelajar se-Jawa Barat 2015, Victor Yogya, dalam rilis yang diterima Tribun, kegiatan ini merupakan salah satu wujud kepedulian Radio

Pada saat pengumuman pembagian dividen dilakukan (15 Maret 2014) nilai pasar wajar surat berharga yang diterbitkan oleh PT PQR adalah Rp. maka

Harmono (1999) melakukan penelitian dengan menggunakan model indeks tunggal untuk menganalisis portofolio yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan saham

mempunyai hubungan yang kuat negatif dan berlawanan arah terhadap volume pendapatan cetak undangan, dimana nilai korelasinya adalah -0,943 ini berarti hubungan

Pertama Nilai Penting Sejarah, yaitu apabila sumber daya budaya tersebut dapat menjadi bukti yang berbobot dari peristiwa yang terjadi pada masa prasejarah dan

Tugas akhir yang berjudul “Analisis Stabilitas Lereng dengan Pembebanan Statis dan Dinamis” ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akademik yang harus dipenuhi dalam