• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI SOSIOLOGI KLASIK dan modern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI SOSIOLOGI KLASIK dan modern "

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI SOSIOLOGI KLASIK

KATA PENGANTAR

Buku ajar Teori Sosiologi Klasik adalah sebagai bahan bacaan atau literatur mata kuliah Teori Sosiologi Klasik di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Dengan adanya buku ini merupakan salah satu jalan dalam mempermudah mahasiswa untuk mendapatkan literatur Teori Sosiologi Klasik.

Sebagai sebuah mata kuliah wajib jurusan, maka telaah dalam buku ini dibuat secara simpel dan universal agar mahasiswa mampu menyerap secara baik semua tema yang dipaparkan dalam buku ajar ini. Dan materi yang menjadi kajian dalam buku ajar ini dibagi dalam delapan bab pokok bahasan

Bab pertama membahas tentang Teori Sosiologi. Salah satu kesulitan yang mungkin timbul bagi para peminat di bidang ilmu sosiologi adalah kurangnya pemahaman tentang pengertian apa yang disebut dengan teori. Bagaimana kedudukan teori sosiologi di dalam usahanya untuk memahami kenyataan-kenyataan sosial. Oleh karena itu pada bab pertama ini akan dijelaskan tentang teori dan teori sosiologi.

Bab kedua membahas tentang Filsafat Sosial sebagai Dasar Teori Sosial. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab kedua ini adalah lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi ‘sufi’ di zamannya ini, akan dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi.

(2)

Bab keempat membahas Lahirnya Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan. Uraian utama pada bab keempat ini adalah menjelaskan sumbangan pemikiran sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint Simon, Auguste Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan diuraikan secara jelas mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran mereka yang begitu berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.

Pokok pembahasan yang akan diuraikan pada bab kelima ini adalah sumbangan pemikiran dari Karl Marx terhadap Ilmu Sosiologi. Adapun materi-materi yang akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl Marx serta menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis, model-model masyarakat,alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.

Bab keenam membahas tentang sumbangan pemikiran dari Emile Durkheim terhadap Ilmu Sosiologi. Durkheim dapat dipandang sebagai salah seorang yang meletakkan dasar-dasar sosiologi modern. Pada bab enam ini akan dijelaskan tentang fakta sosial, karakteristik dan metode pengamatan fakta sosial Durkheim. Menjelaskan juga tentang pengertian solidaritas sosial dan membedakan jenis-jenis solidaritas social. Menjelaskan pengertian kesadaran kolektif Durkheim, teori bunuh diri dan jenis-jenis bunuh diri, pengertian anomi, serta pengertian integrasi masyarakat menurut Durkheim.

Bab ketujuh pokok bahasannya adalah menguraikan sumbangan pemikiran Max Weber yang berguna bagi pemikiran dan perkembangan ilmu sosiologi. Materi yang akan dijelaskan diantaranya sejarah singkat riwayat hidup Max Weber, konsepsi tindakan sosial dan tipe-tipe tindakan sosial menurut Weber, pengertian verstehende, serta penjelasan Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Weber yang cukup menggemparkan dan menjadi bahan pergunjingan yang kontroversial bagi kehidupan ilmiah.

(3)

bab kedelapan ini akan dijabarkan tentang pengertian paradigma sosiologi, sebab timbulnya berbagai paradigma sosiologi. menjelaskan 3 paradigma sosiologi yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, paradigma perilaku sosial serta menjelaskan hubungan antara paradigma yang satu dengan yang lainnya.

Akhirnya penulis berharap agar apa yang telah dipaparkan dalam buku ini dapat dipahami oleh semua pembaca. Untuk itu kritik dan saran dari mana dan dari siapapun jua datangnya dalam usaha penyempurnaan buku ini, penulis sambut dengan senang hati dan ucapan terima kasih.

Bandar Lampung, Juni 2011

Tim Penyusun

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Taufik dan Hidayah Nyalah penulis dapat menyelesaikan buku ini., yang mana hasilnya masih jauh dari sempurna. Buku yang berada di hadapan para pembaca ini adalah sebagai pelengkap dan sekaligus memperkaya bahan bacaan atau literatur dalam mata kuliah Teori Sosiologi Klasik bagi mahasiswa di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung khususnya dan di perguruan Tinggi lainnya baik di negeri maupun swasta di Propinsi Lampung ini.

(4)

BAB I

TEORI SOSIOLOGI

A. PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

(5)

Tujuan khusus mempelajari teori sosiologi adalah menjelaskan batasan yang disebut teori dan teori sosiologi, serta bagaimana mempergunakan teori sosiologi tersebut di dalam usaha memahami atau menganalisa kenyataan sosial.

Untuk itu setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari teori sosiologi, mahasiswa diharapkan dapat :

1. menjelaskan manfaat teori dalam kehidupan sehari-hari.

2. menjelaskan peran teori dalam memecahkan problema teoritis.

3. menggunakan teori sosiologi dalam usaha memahami dan menganalisa kenyataan

sosial.

A. TEORI

Sadar atau tidak, semua orang sebetulnya berteori. Orang yang paling erat hubungannya dengan kegiatan praktek sekalipun, seperti seorang pengacara yang membela perkara dan memperingati hakim supaya tetap berpegang pada fakta, harus menginterpretasikan fakta sehingga relevan baginya. Ini namanya proses berteori.

(6)

Orang tua berusaha menjelaskan mengapa anak-anaknya menanggung suatu akibat tertentu, mahasiswa berusaha menjelaskan kepada dirinya sendiri mengapa mereka tidak lulus walaupun mereka merasa bahwa tidak harus terjadi demikian, guru, polisi, para pemimpin politik menjelaskan kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, mengapa dan apa yang mereka buat.

Merencanakan atau meramalkan masa depan menuntut kita untuk melihat apa yang ada dibelakang fakta, dan berarti itu kita berteori. Tak seorangpun dapat meramalkan masa depan dengan mutlak. Apa yang kita buat adalah membuat dugaan-dugaan dan menyesuaikan perilaku kita sekarang ini dalam hubungannya dengan harapan-harapan. Orang muda yang memilih karir, orang tua yang menyesuaikan diri dengan perilaku anak-anaknya, para langganan yang merencanakan pembelanjaannya yang penting, penjual yang mengembangkan taktik-taktik penjualan, pemimpin politik yang yang berdebat mengenai dilema kebijaksanaan luar negeri, dan mahasiswa yang berspekulasi mengenai kira-kira apa yang diberikan oleh profesor dalam ujian yang akan datang, semua ini menunjukkan kepada kita akan adanya kebutuhan untuk bisa melihat apa yang ada dibalik fakta yang ada sekarang, dan kita berteori.

Ada sikap yang umumnya dikemukakan orang dalam bentuk pertanyaan “apa guna teori” dan mana faktanya. Kalau tidak ada fakta yang kuat, ide seringkali menjadi tidak karuan karena apa artinya teori tanpa fakta. Mahasiswa yang mempelajari sosiologi juga mempersoalkan perlunya mempelajari ide-ide abstrak yang kelihatannya mempunyai hubungan erat dengan dunia nyata. Asumsi bahwa kalau semua fakta diketahui maka orang akan berbicara tentang fakta saja dan teori tidak diperlukan lagi.

Tetapi tidak semua fakta yang kita butuhkan tersedia. Kalaupun faktanya sudah ada, masih harus diinterpretasikan supaya fakta itu mempunyai arti yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana kita. Karena arti fakta itu tidak selalu jelas dengan sendirinya, maka teorilah yang dapat membantu kita untuk menginterpretasikan dan menilainya.

(7)

berhubungan dengan kehidupan pribadi kita sendiri maupun yang berhubungan dengan perencanaan kebijaksanaan umum.

Para ahli ilmu sosial dan akademisi lainnya kadang-kadang dituduh terlalu menjauhkan diri dari dunia nyata dan hidup dalam menara gading. Teori-teori yang mereka berikan sering tidak praktis dan relevan. Kenyataan kehidupan sehari-hari nampaknya menjadi kabur karena mereka menjelaskannya dengan istilah-istilah tertentu yang hanya dimengerti oleh kelompok-kelompok tertentu saja (jargon).

Meskipun penggunaan istilah khusus yang sangat abstrak itu dapat merugikan, namun para spesialis dalam semua bidang ilmu pengetahuan, mulai dari ahli fisika dan hakim sampai dengan pekerja-pekerja dibengkel mobil dan konstruksi, memiliki perbendaharaan istilah sendiri. Hal ini sangat membantu mereka untuk dapat berkomunikasi secara tepat, memungkinkan mereka untuk dapat mengambil bagian dan mempertegas ide-ide yang bersifat teknis, serta memungkinkan mereka untuk dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Lebih berguna lagi kiranya, bahwa dengan istilah-istilah itu, batas-batas suatu profesi dapat ditarik, dan meningkatkan status para anggota profesi, serta membedakannya dari mereka yang tidak termasuk dalam profesi itu.

Teori yang dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari biasanya bersifat implisit, tidak eksplisit. Sering teori-teori dapat kita lihat dalam tradisi dan dalam kebijaksanaan rakyat yang dapat diterima dengan akal sehat. Asumsi-asumsi teoritis yang mendasar itu dapat kita lihat dalam simbol-simbol kepercayaan yang sudah sangat berkambang mengenai kodrat manusia atau masyarakat, seperti misalnya kepercayaan agama yang mengatakan bahwa manusia memiliki satu keistimewaan tertentu yang diperolehnya dari Allah, dan yang membedakan manusia dari binatang-binatang lainnya, atau adannya kepercayaan bahwa dalam jangka waktu yang panjang, orang yang berperilaku baik akan dihargai dan yang berperilaku jahat atau buruk akan disiksa.

(8)

Karena banyak dari asumsi-asumsi ini bersifat implisit, maka orang lalu tidak menjadi sadar kalau mereka tidak konsisten.

Bagi kebanyakan orang, teori-teorinya itu mungkin tetap bersifat implisit, tetapi karena pelbagai alasan, orang lain menjadi lebih sadar dimana segi-segi tertentu dari teori-teori mereka yang implisit itu menjadi eksplisit dan tunduk pada analisa objektif atau analisa kritis. Proses ini tidak harus berarti bahwa teori-teori implisit itu akan ditolak, sebaliknya teori-teori itu mungkin mendapat dukungan. Bagaimanapun individu menjadi sadar akan beberapaa dari asumsi-asumsi teoritis yang mendasar dan rela mengujinya secara objektif, paling kurang dalam tingkatan tertentu.

Umumnya kekuatan sesuatu teori terletak pada kemampuannya untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus. Teori demikian bisa menghasilkan dan mengandung ide-ide yang siap dipakai pada suatu ketika. Sebuah teori mencoba memecahkan sebuah problem teoritis ke dalam empat kategori yaitu .

1. Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan beberapa problem teoritis yang ada.

(9)

bisa dihasilkan dengan menguji sesuatu secara empiris, dan menjabarkan ide ini ke dalam peta ide-ide yang disebut dengan teori.

2. Teori Memungkinkan adanya Model-Model

Teori dan model berbeda, kalau teori menerangkan sesuatu secara langsung, sedangkan model menerangkan sesuatu dengan analogi. Suatu model dari sesuatu hal bukanlah hal itu sendiri tapi suatu yang punya sebuah persamaan dengan hal tersebut. Contohnya pesawat model dan Boeing 747 tidaklah sama, tapi keduanya memiliki kesamaan yaitu ide-ide ini dengan ide-ide lainnya. Dengan menemukan suatu model yang nampaknya mendekati hubungan antara ide-ide yang pertama, bisa dengan analogi bahwa ada ide-ide lain yang memungkinkan terjadinya hubungan itu oleh karena model itu memungkinkan tambahan-tambahan untuk teori tersebut.

4. Teori-Teori Memungkinkan adanya Hipotesa-Hipotesa

(10)

antara praktek-praktek agama dan sosial tertentu seperti bunuh diri teori-teori itu dilahirkan dan digunakan secara paling luas.

Ada satu lagi cara untuk mengklasifikasikan teori yang banyak dianjurkan orang akhir-akhir ini, yaitu yang menekankan bahwa untuk mendapatkan teori mengenai sesuatu , sesuatu itu harus pertama-tama didefinisikan secara tepat dan kemudian sesuatu hal itu dapat diperhitungkan.

B. TEORI SOSIOLOGI

Sosiologi adalah disiplin ilmu yang mencoba menjelaskan aspek-aspek kehidupan manusia, maka sosiologi juga peka untuk melakukan pembahasan tentang nilai dan moral yang terlibat dalam berteori. Pada umumnya argumentasi kebebasan nilai dalam teori sosiologi telah berjalan, yang mana agar dapat ditemukan sesuatu dan mengkonsepsikan sesuatu itu, para sosiolog perlu menghilangkan prasangka pribadi mengenai hubungan sosial dalam studinya. Pernyataan ini tidak berarti bahwa dia harus tidak menjadi seorang yang bermoral. Tetapi untuk tujuan deskripsi dan teori ini bila seseorang ingin mengetahui yang sebenarnya maka dia harus mengobservasikan, menguraikan, dan menggunakan teori dengan tidak berat sebelah. Bila kejujuran tidak dipakai sepenuhnya, apa yang dianggap seharusnya terjadi dapat ia nyatakan sebagai sesuatu yang sesungguhnya, dogma akan turut lebur dalam pemikirannya.

(11)

Mempelajari ilmu pengetahuan secara dogmatis akan membawa kita pada pemahaman teori-teori ilmu yang bersangkutan, sedangkan mempelajarinya secara historis memaksa kita menelusuri awal mula, konteks situasi di mana teori itu lahir.

Pernyataan di atas ini sesungguhnya juga berawal dari banyak pendapat para sarjana di lapangan ilmu pengetahuan sosial bahwa tujuan yang fundamental dari ilmu-ilmu sosial termasuk sosiologi adalah menerangkan tentang kenyataan-kenyataan perubahan sosial. Bahkan khusus untuk sosiologi itu sendiri ada yang menyatakan ilmu ini adalah ilmu tentang krisis sosial. Dinyatakan demikian karena pada kenyataannya, sejak awal pertumbuhannya hingga perkembangannya dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh bentuk-bentuk baru selaras dengan krisis sosial.

Charles A Ellwood, di dalam bukunya yang terkenal A History of Sosial Philosophy menyebut adanya sebuah teori yang dikenal dengan “ the crisis of thought” atau Teori Krisis Pemikiran. Menurut teori ini, orang hanya akan berfikir bila mana timbul persoalan-persoalan, bila mana kebiasaan-kebiasaan lama kita tidak lagi berfungsi dan kita membutuhkan kebiasaan-kebiasaan baru. Sebagaimana akan diterangkan kemudian di dalam buku ini, Charles Ellwood mengambil contoh krisis yang menimbulkan lahirnya pemikiran-pemikiran di lapangan ilmu kemasyarakatan ketika Athena, negara kota di abad Hellenic yang angkuh itu berantakan ketika dikalahkan oleh Sparta, suatu bangsa yang oleh orang Athena dianggap bangsa yang terbelakang.

Jadi jelaslah bahwa sosiologi adalah merupakan refleksi dari keadaan masyarakat yang sedang berubah dan teori-teori yang dihasilkannya merupakan hasil dari keadaan masyarakat itu sendiri. Dan karena pada kenyataannya tiada satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan, maka sosiologi akan terus berkembang di dalam masyarakat. Teori-teorinya akan terus berkembang dengan segala konsekuensinya, yang mungkin akan terlempar dari peredaran atau mungkin juga akan bertahan. Sementara itu pula akan muncul teori-teori baru yang dihasilkan seiring dengan perubahan kemasyarakatan yang terjadi.

(12)

industri dan juga terjadinya revolusi sosial di Eropa. Sebuah perubahan yang memperkenalkan kekuasaan masyarakat dan kekuasaan massa. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi pada masa itu telah menghasilkan polarisasi yang sangat hebat antara kaum pemilik modal dengan mereka yang tidak memiliki.

Berkembangnya industri-industri di daerah perkotaan telah mengakibatkan mengalirnya urbanisasi dari daerah pedesaan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di perkotaan. Tetapi kemudian kenyataannya menunjukkan telah terjadi semacam penghisapan oleh kaum majikan yakni para pemilik modal yang menguasai indusri-industri tersebut terhadap para buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. Perubahan ini kemudian menghasilkan berbagai krisis sosial dengan meningkatnya kriminalitas dan kemiskinan rakyat jelata yang tidak punya modal. Di dalam situasi sedemikian inilah sosiologi mencatat tampilnya teori-teori yang membela kaum buruh yang tertindas yang dipelopori oleh Karl Marx dan kawan-kawannya.

(13)

diskusi-diskusi tentang apa yang disebut dengan problem-problem sosial. Abad inilah yang mungkin dikenal dengan periode Renaissance, dimana muncul kembali pemikiran-pemikiran Yunani dan Romawi abad ke 4 sebelum masehi, yaitu periode Plato dan Aristoteles, ahli-ahli sejarah seperti Herodotus, Tucydides, Polybos, dan juga Cicero yang dalam ilmu pengetahuan diklasifikasikan sebagai ahli teori kemasyarakatan dari abad Hellenic.

Abad Hellenic ini, seperti halnya abad modern sekarang ini adalah suatu masa transisi yang mana terjadi disorganisasi sosial yaitu ketika rejim Negara kota membuka jalan bagi tumbuhnya suatu negara kekaisaran sesudah penaklukan Alexander atas negara-negara Yunani.

Dari uraian terdahulu, kembali kita melihat hubungan antara krisis dengan munculnya teori-teori sosial sebagaimana dinyatakan oleh Teori Krisis Pemikiran. Sehingga dapatlah dinyatakan pula bahwa suatu ilmu sosial sesungguhnya pada suatu waktu dan tempat tertentu, menggambarkan usaha para pemikir untuk dapat memahami keadaan masyarakat di mana mereka hidup, terutama keadaan yang timbul dari keadaan yang berubah baik untuk kepentingan para pemikir itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat.

RINGKASAN

Suatu teori yang baik dapat membantu kita untuk memahami fakta, menjelaskan, dan memberikan ramalan yang valid, hal ini sangat perlu dalam suatu perencanaan untuk masa yang akan datang, baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi kita sendiri maupun yang berhubungan dengan perencanaan kebujaksanaan umum.

Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai satu problem

(14)

1. Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan beberapa problem teoritis yang ada.

2. Teori memungkinkan adanya model-model dari buah pikiran dan dengan demikian menghasilkan suatu deskripsi skematis. Deskripsi itu dapat dibayangkan sebagai suatu pola dan di dalam pola itu ide-ide tersebut tersusun rapi dan serasi.

3. Model-model memungkinkan adanya teori-teori. 4. Teori memungkinkan adanya hipotesa-hipotesa.

Sosiologi adalah merupakan refleksi dari keadaan masyarakat yang sedang berubah dan teori-teori yang dihasilkannya merupakan hasil dari keadaan masyarakat itu sendiri. Dan karena pada kenyataannya tiada satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan , maka sosiologi akan terus berkembang di dalam masyarakat. Teori-teorinya akan terus berkembang dengan segala konsekuensinya, yang mungkin akan terlempar dari peredaran atau mungkin juga akan bertahan. Sementara itu pula akan muncul teori-teori baru yang dihasilkan seiring dengan perubahan kemasyarakatan yang terjadi.

LATIHAN

1. Jelaskan manfaat teori!

2. Sebuah teori memecahkan problem toritis ke dalam 4 kategori, sebutkan dan jelaskan!

3. Para ahli ilmu sosial dan akademisi lainya kadang-kadang dituduh terlalu menjauhkan diri dari dunia nyata dan hidup dalam menara gading, apa maksudnya?

4. Jelaskan latar belakang munculnya teori sosiologi dalam masyarakat!

TUGAS

Buatlah makalah sebagai tugas kelompok dengan mengkaji secara sosiologis sebuah fenomena sosial yang ada di masyarakat.

(15)

Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia. Jakarta. M. Siahaan, Hotman. 1986.Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosilogi. Erlangga. Jakarta.

BAB II

FILSAFAT SOSIAL SEBAGAI DASAR TEORI SOSIAL

PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya dengan alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. Karena dia selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.

Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani.

(16)

Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu

1. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Socrates.

2. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato.

3. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles.

4. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato.

5. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan Plato/Socrates.

A. SOCRATES

1. Riwayat Hidup

Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena.

(17)

penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya.

Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: “Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.

2. Metode Berfikir

Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.

3. Filsafat Sosial

Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan bahwa ‘kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan’, di dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan menjadikan seseorang bijaksana.

(18)

kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan.

Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO

1. Riwayat Hidup

Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya.

Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama ‘Academia’ yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa

Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu : 1. The Republic.

(19)

2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial politik.

3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi politik.

2. Metode Berfikir

Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan menguji konsep-konsep pikiran. Kita dapat mengenal ‘manusia’ universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang gejala-gejala yang nampak.

Plato adalah pencipta ajaran ‘serbacita’ (ideenleer), karena itu filsafatnya disebut ‘idealisme’. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di dunia ini.

(20)

3. Filsafat Sosial

The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial, mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia.

Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan yaitu

a. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan) b. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak) c. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)

Berdasarkan tiga elemen aktivita individu tresebut plato kemudian menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu :

a. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah :

(21)

berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat.

2. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang.

3. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini terutama diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga seorang guru.

Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi.

Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice). Hanya di dalam masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial.

(22)

a. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat pemburu dan yang hidup di padang-padang rumput.

b. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun ke dalam ikatan-ikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu dan penggembala.

c. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa pertanian

d. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan

e. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau Athena

Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu :

a. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang

b. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik

(23)

keuntungan sosial dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunan-susunan kelas yang bersifat natural.

Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.

C. ARISTOTELES

1. Riwayat Hidup

Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan, penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik.

Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles memiliki hak terbesar untuk memimpin Academia, sekalipun demikian pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang cantik, bernama Pythias.

(24)

Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja, Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani.

Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya Alexander Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya, cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat.

2. Metode Berfikir

Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta, ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang ‘apa yang ada’ dan ‘apa yang seharusnya ada’.

(25)

a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat

Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini bersifat naturalistic (tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu ‘natural group’, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah.

b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial

Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian : 1. Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya.

2. Tentang hubungan antara suami dengan istri.

3. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya. 4. Tentang ilmu atau seni keuangan.

c. Ajaran Tentang Organisasi Politik

Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu : pemerintahan oleh seseorang disebut ‘Monarki’ apabila baik dan ‘Tyrani’ apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut ‘Aristokrasi’ apabila baik dan ‘Oligarkhi’ apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang disebut ‘Demokrasi’ dalam bentuk baik maupun korup.

(26)

Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah.

e. Ajaran Tentang Etika Sosial

Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu :

5. External goods, or wealth (kekayaan).

6. Good of the body, or health (kesejahteraan).

7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter).

Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik, kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata.

f. Ajaran Tentang Social Progress

Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran.

(27)

rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN

(28)

LATIHAN

1. Jelaskan kritik sosial yang diberikan pada filsafat sosial Socrates! 2. Jelaskan perbedaan metode berfikir antara Plato dengan Aristoteles !

3. Coba jelaskan kembali menurut anda tentang “zoon politicon“ yang dikemukakan oleh Aristoteles !

4. Jelaskan 6 persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia!

5. Mengapa sekolah yang didirikan oleh Aristoteles lebih dikenal dengan nama Parepatetic school !

TUGAS

Buatlah makalah yang berisikan rangkuman kritik-kritik yang diberikan oleh para ahli terhadap metode berfikir maupun filsafat sosial dari Socrates, Plato dan Aristoteles, berdasarkan sumber rujukan yang diberikan dan yang anda ketahui. Selanjutnya akan didiskusikan di kelas!

DAFTAR PUSTAKA

(29)

De Haan, J. Bierens, 1953. Sosiologi Perkembangan dan Metode. Terjemahan Adnan Syamni. Yayasan Pembangunan. Jakrta.

Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia. Jakarta.

M. Siahaan, Hotman. 1986.Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosilogi. Erlangga. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Radjawali. Jakarta

.---, 1985. Pengantar Konsep dan Teori Sosiologis. Unila Press. Lampung

BAB III

PERIODE TRANSISI DARI PEMIKIRAN FILSAFAT KE PEMIKIRAN ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN

(30)

Pokok bahasan pada bab ini menguraikan pemikiran sosial para tokoh masa transisi dari periode filsafat ke ilmu pengetahuan yang ditandai besarnya kekuasaan gereja dalam kehidupan kemasyarakatan dengan salah satu pelopornya adalah Thomas van Aquinas. Bab ini juga menguraikan pemikiran para tokoh sosial masa revolusi industri dan Renaissance dengan tokohnya F. Bacon, Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes, John Lock dan Vico.

Setelah mempelajari uraian pokok bahasan tadi, mahasiswa diharapkan mampu :

1. menjelaskan pemikiran sosial tokoh masa transisi abad pertengahan yang dikenal dengan sebutan abad Scholastik yang salah satu tokohnya yaitu Thomas Van Aquinas.

2. menjelaskan pemikiran sosial tokoh-tokoh masa revolusi industri dan Renaissance yaitu F. Bacon, N. Machiavelli, Thomas Hobbes, J.Locke dan Vico.

A. Campur Tangan Lembaga Agama dalam Urusan Pemerintahan

Dalam perkembangan teori-teori selanjutnya periode akhir Yunani tidak begitu besar peranannya dalam pemikiran teori sosial, dibandingkan dengan periode abad pertengahan atau apa yang dikenal dengan abad Scholastik.

(31)

Thomas Van Aquinas

a. Riwayat Hidup

Thomas Van Aquinas dilahirkan di daerah Napoli pada tahun 1225. Dia berasal dari keturunan bangsawan dan mengenyam pendidikan di universitas Napoli. Aquinas belajar filsafat di University of Cologne, kemudian pada tahun 1245 Ia melanjutkan pendidikannya di University of Paris. Seusai studi, Aquinas kemudian menjadi maha guru di universitas tersebut. Aquinas memperoleh gelar kehormatan dengan sebutan ‘Doctor Angelicus’ oleh mahasiswanya. Di antara tulisan-tulisannya yang paling terkenal yaitu ‘a Commentary on Aristotle’ dan juga ‘Summa Theologica’. Aquinas meninggal pada tahun 1247.

b. Metode Berpikir

Aquinas membedakan dua sumber kebenaran yaitu “Wahyu” dan “Akal”. Dengan wahyu dimaksudkan adalah yang bersumber dari Al-Kitab dan tradisis-tradisi Gereja. Metode berpikirnya menunjukkan bagaimana dia berusaha untuk menyelaraskan kedua sumber pengetahuan tersebut, sekalipun dia lebih menitik beratkan kepada sumber wahyu. Menggunakan akal pikiran secara benar dan menginterpretasikan ajaran Aristoteles secara benar, akan membawa kepada kesimpulan yang sama sebagai mana diberikan oleh wahyu sebagai sumber pengetahuan, kata Aquinas.

c. Filsafat Sosial Aquinas

(32)

Hukum menurut Aquinas dibagi dalam 4 bagian, yakni: 1. Eternal Law (hukum abadi)

adalah hukum yang keseluruhannya berakar dalam jiwa Tuhan. 2. Natural Law (hukum alam)

sekedar manusia sebagai makhluk yang berpikir yang menjadi bagian daripadanya.

3. Human Law (hukum manusia atau hukum positif)

merupakan pelaksanaan dari hukum alam berhubung dengan syarat-syarat khusus

yang diperlukan oleh keadaan di dunia. 4. Divine Law (hukum Tuhan)

mengisi kekurangan-kekurangan dari pikiran manusia dan membimbing dengan

wahyu-wahyu Nya kearah alam baka, dengan cara yang tak mungkin salah.

Wahyu merupakan sumber utama dari hukum ini dan tugas gereja untuk

menginterprestasikan wahyu ini. Keadilan merupakan penerapan teologi.

B. Pengaruh Revolusi Industri Terhadap Perkembangan Pemikiran Sosial

(33)

serta empiris yang percaya pada kemajuan dan kekuasaan akal. Yang kemudian menjadi abad yang meletakkan dasar ke arah nasib ilmu pengetahuan selanjutnya Abad ini adalah abad Aufklarungyang berkembang di Ingris dan Perancis akhir abad ke 18 dengan tokoh-tokoh diantaranya F. Bacon, N.Machiavelli, Thomas Hobbes, John Locke dan Giambattista Vico.

1. Francis Bacon

Empirisme yang menjadi metode berfikir utama di dalam awal pertumbuhan modern di abad Renaissance sebenarnya bermula di tanah Inggris. Negara ini terkenal sebagai pemula pemikiran baru itu melalui tokoh yang bernama Francis Bacon (1561-1628), seorang pemikir yang gelisah. Tokoh ini berasal dari Verulam. Ungkapan yang sangat terkenal dari orang ini adalah bahwa bagi dia, tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menguasai alam, pengetahuan adalah kekuasaan, katanya kita dapat menguasai alam jika kita mengetahui undang-undang yang mengatur perkembangan alam. Dan usaha ini hanya bisa berhasil melalui pengamatan-pengamatan yang sistematis. Metode berfikir yamg paling tepat untuk pengamatan ini adalah melalui metode berfikir induktif.

2. Niccolo Machiavelli

(34)

negara, setelah bebas dari kekuasaan gereja, hendaklah berakar pada rakyat bangsa, pada kesadaran kebangsaan.

Menurut Machiavelli tujuan dari Negara adalah untuk memperoleh kekuasaan, tidak perduli bagaimana caranya dapat memperoleh kekuasaan tersebur, apakah akan melanggar moral atau tidak. Politik tidak perlu dihubungkan dengan moral.

Machiavelli mengemukakan 5 cara bagi negara untuk memperbesar kekuasaan :

1. Meningkatkan jumlah penduduk. Besarnya jumlah penduduk adalah merupakan

sumber kekuasaan. Untuk meningkatkan jumlah penduduk dapat dilakukan melalui

peningkatan kelahiran.

2. Memperluas perdagangan dan komersialisasi.

3. Mengadakan perjanjian atau persekuutuan yang menguntungkan dengan negara lain.

4. Membangun tentara yang kuat (termasuk tentara sewaaan)

5. Diplomasi. Menurut Machiavelli Negara harus pandai melalukan diplomasi. Sebab

suatu diplomasi apabila dilakukan secara berhasil, akan merupakan kekuatan yang

lebih besar dari kekuatuan tentara.

(35)

kekuasaan. Sebab menurutnya, barang siapa mempunyai kekuasaan akan mempunyai hukum dan barang siapa yang tidak mempunyai kekuasaan dia tidak akan pernah mempunyai hukum.

3. Thomas Hobbes

a. Riwayat Hidup

Lahir pada tahun 1588 dan meninggal pada tahun 1679. Ia merupakan anak seorang pendeta gereja Inggris yang mendapat pendidikan dari perguruan Magdalena dan kemudian di Oxford, kemudian menjadi seorang Kepala Sekolah Gereja.

b. Metode Berpikir

Metode berpikir yang dikembangkan oleh Hobbes sebenarnya terbatas pada prinsip-prinsip hukum alam dan matematika. Cara berpikir sarjana ini adalah bersifat materialistic dan mekanistik. Teorinya yang bersifat egoistic itu terkenal dengan ungkapan “Belium Omnium Comtra Omnes” artinya ; perang antara semua melawan semua. Manusia menurut Hobbes pada dasarnya hidup dalam keadaan soliter, miskin, jahat brutal dan keji.

Tiga faktor yang mengakibatkan terjadinya pergulatan yang terus-menerus antara manusia, yaitu:

1. Persaingan diantara manusia untuk memuaskan nafsu-nafsunya. 2. Ketakutan dari tiap orang terhadap orang lain

(36)

Demikianlah, Hobbes menganggap egoisme manusialah yang mendorong manusia untuk mempertahankan serta memperbaiki hidupnya.

c. Filsafat Sosial Hobbes

Masyarakat menurut Hobbes terbentuk dari adanya perjanjian diantara menusia, sedangkan negara terbentuk diatas perjanjian diantara kekuasaan dan ketaatan. Manusia menyerahkan segenap kekuasaan dan hak nya kepada negara dan negara kemudian menjadi Leviathan yang berkuasa mutlak, dan tidak dapat di bagi-bagi kepada seseorang atau kepada suatu perwakilan. Kekuasaan haruslah ditangan satu orang, dan kekuasaannya meliputi seluruh lapangan hidup.

Hobbes adalah orang pertama yang menganjurkan sesuatu sistem pemerintahan negara yang totaliter. Apabila negara bersifat monarki, maka kekuasaan raja adalah bersifat suci, sedangkan bila kedaulatan negara tersebut bersifat demokrasi, maka suara rakyat adalah suara Tuhan.

Hobbes memandang bahwa kehidupan sosial dan kehidupan politik bersifat statis dan tidak memperhitungkan faktor histories, serta tidak memiliki ajaran tentang perkembangan dan kemajuan sosial. Di atas semua itu, Hobbes tidak memberi tempat mengenai pentingnya etika dalam pemikirannya tentang kehidupan politik dan kehidupan masyarakat, padahal ajaran tentang etika merupakan ide dasar dari ilmu pengetahuan sosial.

4. Giambattista Vico

(37)

Dilahirkan tahun 1668 dan meninggal tahun 1744. Ia berasal dari keluarga sangat miskin di Napoli. Teorinya yang sangat terkenal yakni mengenai perkembangan masyarakat. Vico menulis buku berjudul “The Principle of A New Science” pada tahun 1725, sebuah buku tentang filsafat sejarah dan memuat teori tentang perkembangan sosial.

b. Filsafat Sosial

Vico memandang manusia sebagai makhluk sosial. Ia juga menyetujui pendapat bahwa rasa takut yang melingkupi diri manusialah yang kemudian melahirkan agama, kemudian agama melahirkan kebajikan serta ajaran-ajaran moral.

Teorinya mengatakan bahwa sejarah perkembangan umat manusia pada dasarnya adalah sama, dari masa lalu maupun masa yang kemudian. Perkembangan sosial itu dimulai dari keadaan manusia yang bersifat biadab menuju kepada keadaan manusia yang menganut agama kemudian perkembangan manusia yang menganut ajaran-ajaran moral, lalu masyarakat yang memiliki hukum, masyarakat bernegara, lalu masyarakat menjadi terorganisir

c. Ajaran Perkembangan Sosial

Ada tiga tahap perkembangan sosial/kemasyarakatan, yaitu :

1. The age of gods

(38)

pemerintahan didalam masa ini adalah Theokratis. Vico berusaha untuk menunjukkan bahwa bentuk pemerintahan yang mula-mula sekali adalah pemerintahan yang didominasi oleh kelas rohaniawan, karena itu bersifat theokratis.

2. The age of heros, or of demigods, or of great men apotheosized

Masa ini ditandai oleh berkembangnya kepala-kepala keluarga yang bersifat patrialchal menjadi pemimpin atau penguasa masyarakat. Abad kepahlawanan ini adalah abad dimana sisa-sisa kebiadaban manusia masih terasa. Kepala keluarga tersebut kemudian bersama-sama membentuk pemerintahan di dalam masyarakat yang lebih luas. Bentuk pemerintahan ini bersifat aristokratis.

Tahap kedua ini juga ditandai oleh perkembangan perbudakan , sekalipun didalam masa ini ada juga budak yang mampu membebaskan diri dan mempertahankan hak-hak mereka didalam pertarungan antara kaum bangsawan dan rakyat jelata.

3. the age of men

(39)

5. John Locke

a. Riwayat Hidup

Dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal tahun 1704. Ia memperoleh pendidikan di Gereja Kristen, Oxford, dan pernah menjadi anggota Gereja Inggris pada masa restorasi. Locke seorang penganut aliran Liberal di dalam bidang politik dan agama. Seorang yang sangat mempertahankan kebebasan individual. Pada dasarnya ia adalah seorang pemikir metafisis. Dia sangat menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah-masalah filsafat yang meliputi teori-teori ilmu pengetahuan, sebagai mana terbukti dari tulisannya yang terkenal “Essay Concerning Human Understanding”.

b. Filsafat Sosial Locke

Locke dapat dipandang sebagai salah satu pemuka di dalam menggunakan metode psikologi didalam ilmu sosial. Dasar ajaran filsafat sosial mengemukakan bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengamatan serta pemahaman terhadap kenyataan-kenyataan. Secara umum Locke menganut metode berfikir induktif, sekalipun ia juga menganut metode deduktif.

Manusia menurut Locke adalah makhluk sosial yang mendambakan perdamaian, kemauan baik dan tolong-menolong. Locke mengemukakan adanya hak-hak alamiah yang dimiliki manusia, yaitu hak untuk hidup, kemerdekaan, dan hak milik pribadi.

(40)

Locke adalah ahli pikir yang terkenal dengan kekuasaan membuat undang-undang dengan yang menjalankan undang-undang-undang-undang. Apabila undang-undang-undang-undang dipegang oleh masyarakat seluruhnya sedangkan pemerintah menjalankannya, maka negara itu dalah negara yang bersifat demokrasi. Apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang, maka ia disebut dengan monarki atau aristokrasi. Demikianlah uraian tentang J. Locke yang buah pikirannya menandai abadAufklarung, terutama tentang pentingnya ‘kesatuan’ di dalam membentuk negara dan ‘pembatasan kekuasaan pemerintahan’. Ajaran Locke ini sangat berakar di Amerika.

RINGKASAN

Abad pertengahan adalah abad di mana kekuasan gereja di bawah Paus mempunyai wewenang besar terhadap kebudayaan dan politik Tumbuhnya kekuasaan gereja itu ditopang oleh ahli-ahli pikir yang berlatar belakang gereja dengan pemikiran yang tidak orisinil. Thomas Aquinas misalnya, hanya berusaha untuk memadukan filsafat sosial Aristoteles dengan filsafat Kristen. Abad yang kemudian menjelang sesudah abad pertengahan adalah abad Aufklarung yang berkembang di akhir abad ke 18 yang muncul pada masa revolusi di Inggris dan Perancis. Abad Aufklarung adalah abad permulaan dari pikiran yang bersifat positivistis, yang percaya pada kemajuan dan kekuasan akal. Dan pemikiran-pemikiran mereka mempunyai kaitan langsung terhadap sosiologi dalam pertumbuhannya sebagai ilmu yang langsung bertumpu pada persoalan-persoalan kemasyarakatan. F. Bacon, Machiavelli, Thomas Hobbes, J. Locke serta G. Vico adalah tokoh-tokoh yang lahir pada abad itu.

(41)

1. Bagaimakah Francis Bacon memandang pengetahuan dan metode apa yang digunakannya ?

2. Bagaimanakah pendapat Hobbes mengenai terbentuknya suatu masyarakat dan negara ?

3. Jelaskan kaitan antara wewenang (authority) negara dengan agama menurut Aquinas ?

4. Jelaskan teori tentang perkembangan sosial yang dikemukakan oleh Vico ?

5. Jelaskan teori tentang asal mula masyarakat dan negara yang dikemukakan oleh John Locke ?

6. Sebutkan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pergulatan di antara manusia menurut Hobbes ?

TUGAS

Buatlah makalah tentang berbagai persoalan ekonomi, sosial, maupun politik yang terjadi di masyarakat kita dengan menggunakan konsep pemikiran dari Nicccolo Machiavelli!

DAFTAR PUSTAKA

De Haan, J. Bierens. 1953. Sosiologi Perkembangan dan Metode. Terjemahan Adnan Syamni. Yayasan Pembangunan.Jakarta.

(42)

M. Siahaan, Hotman, 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah Dan Teori Sosiologi. Erlangga. Jakarta.

BAB IV

LAHIRNYA SOSIOLOGI SEBAGAI SUATU ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Uraian utama pada bab empat ini adalah menjelaskan sumbangan pemikiran sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint Simon, Auguste Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan diuraikan secara jelas mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran mereka yang begitu berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran Saint Simon terhadap

(43)

2. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran A. Compte terhadap sosiologi.

3. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran H. Spencer terhadap sosiologi.

A. Saint Simon

1. Riwayat Hidup

Saint Simon dilahirkan dari keluarga bangsawan pada tahun 1760. Simon adalah seorang amatir dan avontunis di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, beliau juga seorang ahli tehnik matematik sekaligus seorang pemikir agama.

Buku-buku karyanya antara lain:

a. An Introductie on to the Scientific Work of the Nineteenth Century (1808)

b. Memoir upon the Science of Man (1813) c. Treatise on Universal Gravitation (1814)

d. Monograph yang berjudul The Reconstruction of European Society (1816)

e. Industry (1817) f. New Cristiany (1825)

2. Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

(44)

Menurut Simon, semua ilmu pengetahuan haruslah bersifat positif yang dicapai melalui metoda-metoda pengamatan, eksperimentasi dan generalisasi sebagaimana yang digunakan dalam ilmu alam.

a. Ajaran tentang Perkembangan Sosial

Saint Simon menggunakan 2 prinsip untuk menerangkan perkembangan sosial :

1. Adanya perkembangan yang terus menerus dan meluas dari masyarakat 2. Hukum tentang kemajuan pengetahuan manusia

Menurut Simon, dua prinsip tersebut yang mampu merubah masyarakat. Simon mengatakan bahwa adanya kesejajaran (paralelisme) antara perkembangan individu dengan masyarakat yang kemudian diterangkannya dalam dua cara berfikir manusia, yaitu:

1. Cara berfikir Sintesis 2. Cara berfikir Analisis

Masyarakat yang berpola pikir sintesis akan bersifat konstruktif atau organis, dan pada masyarakat yang berfikir analisis akan membawa pemikiran yang kritis. Simon mengambil contoh masyarakat periode kritis adalah pada masa Yunani sampai kelahiran Socrates, kemudian masa reformasi Eropa pada abad pertengahan sampai terjadinya Revolusi Perancis yang merupakan awal dari periode konstruktif atau organis.

(45)

b. Ajaran tentang Organisasi Politik

Simon mengemukakan tiga bentuk lembaga perundang-undangan yaitu: 1. Invitation, yang bertugas untuk merumuskan hukum-hukum

2. Examination, yang bertugas menyusun kebijaksanaan

3. Execution, yang bertugas untuk menetapkan hukum-hukum serta kebijaksanaan tersebut dalam kenyataan sehari-hari

B. Auguste Comte

1. Riwayat Hidup

Auguste Comte lahir di Perancis pada tahun 1798. Comte adalah anak keluarga monarki Katolik yang terdidik dalam lingkungan psikologi dan kedokteran pada Polytechnique. Kemudian, Comte mengajar filsafat positivistic dan mendirikan masyarakat positivis. Dalam tradisi filsafat pencerahan, beliau berpengalaman pada katalis politik Perancis sebagaimana pasca penolakan revolusi, permulaan revolusi industri, dan konflik yang meningkat antara ilmu dan agama.

Buku-buku karyanya antara lain:

1. A Course of Positive Philosophy (1830-1862) 2. A General view of Positivism (1848)

3. Subjective Synthetis (1856)

(46)

moral). Comte tertarik dengan organisasi masyarakat dalam konteks humanisme positivistik filsafatnya.

2. Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

Sejak melakukan fondasi terhadap masyarakat, gagasan sosiologinya menekan pada tuntunan moral. Comte berupaya mengembangkan “fisika sosial” yang akan melahirkan hukum-hukum sosial dan reorganisasi sosial, sesuai dengan sistem nilai yang dikemukakan oleh Comte yang banyak bernilai dan sebagai hal yang sangat natural.

Dalam hal ini, dikatakan Comte bahwa tugas sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan positif adalah mengkaji dan memahami sistem ini secara menyeluruh untuk memberikan sumbangan bagi pemecahan ilmiah terhadap masalah-masalah sosial.

3. Metodologi Auguste Comte

(47)

Tahap tingkatan pemikiran yang bersifat theological atau fictitious dapat dibagi dalam tiga sub ordinat yaitu: fetishism, polytheism, dan monotheism. Fetishism adalah tingkatan pemikiran yang menganggap bahwa semua gejala yang terjadi dan bergerak dibawah pengaruh kekuatan supernatural atau kekuatan gaib. Oleh para ahli agama sebagai perkembangan agama pada tingkat animisme. Proses evolusi manusia berkembang ke tahap Polytheism yaitu tingkatan pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di alam dikendalikan oleh dewa-dewa. Perkembangan selanjutnya ke tingkat pemikiran yang Monotheism yang menganggap hanya ada satu Tuhan yang mengendalikan alam ini.

Tingkat pemikiran manusia kedua adalah the methaphysical or abstract stage yaitu tingkat pemikiran yang menganggap bahwa alam semesta ini segala sesuatunya diatur oleh hukum-hukum alam. Tahap ini adalah tahap transisi manusia untuk sampai ke tahap ketiga dari tingkatan pemikiran manusia yaitu the positive or scientific stage, yaitu suatu tingkatan pemikiran yang menganggap semua gejala alam dengan segala isinya hanya dapat diterangkan serta dipahami melalui kenyataan-kenyataan obyektif/positif. Arti cara berfikir positif adalah suatu cara berfikir bahwa untuk memahami semua gejala alam haruslah melalui pengamatan/observasi terhadap gejala itu sendiri tanpa melihat kekuatan-kekuatan yang abstrak di luar kenyataan itu.

Metode positif ini, mengembangkan penggunaan observasi (penelitian), percobaan (eksperiment), serta perbandingan untuk memahami keseluruhan statistika dan dinamika sosial. Metode-metode tersebut memberikan gambaran terhadap hukum-hukum sosial melalui eksperimentasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagaimana halnya evolusi masyarakat secara umum. Dengan ini, Comte menyebutkan sebagai metodologi yang mengarah pada pengembangan yang lebih luas terhadap model teorinya yang didasarkan organik dan natural, yaitu pada asumsi-asumsi organik dan natural.

(48)

Auguste Comte membagi masyarakat atas dua bagian utama yaitu model masyarakat statis (sosial statics)yang menggambarkan struktur sosial kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang meliputi sifat-sifat sosial (agama seni, keluarga, kekayaan, dan organisasi sosial), dan sifat-sifat kemanusian (naluri emosi, perilaku, dan inteligensi). Dan model masyarakat dinamis (sosial dynamics) yang menggambarkan struktur sosial kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang terdiri atas hukum-hukum perubahan sosial, dan faktor yang berhubungan dengan tingkat kebosanan masyarakat, usia harapan hidup, perkembangan penduduk, dan tingkat perkembangan intelektual. Comte memandang bagian-bagian ini sebagai suatu kesatuan yang berkembang melalui tiga macam tahapan perkembangan intelektual menuju positivisme. Tipologi Comte ini lebih menggambarkan unsur-unsur pokok dan beberapa proses dalam sistem sosial sehingga dapat mengantisipasi pekerjaan selanjutnya oleh golongan struktur fungsional, bahkan konflik para ahli teori sosiologi.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa pandangan-pandangan Comte itu tidak sederhana dan karya-karyanya yang menggambarkan dasar-dasar, baik bagi sosiologi maupun teori sosiologi, dan mengandung unsur-unsur yang signifikan yang masih relevan dengan masalah-masalah sosiologi yang ada dalam masyarakat modern saat ini. Dengan mengonseptualisasikan masyarakat seperti yang dilakukan Comte, dimana Comte telah meletakan dasar pengembangan sebuah ilmu tentang kemayarakatan. Meskipun sebenarnya Compte tidak pernah menyebut nama sosiologi, sebab semua ajaran sosial tentang apa yang kita sebut dengan sosiologi pada dewasa ini, oleh Compte disebut dengan ‘sosial physics’. Namun, sejarah telah menyebut bahwa Auguste Compte adalah pendiri sosiologi.

C. Herbert Spencer

(49)

Herbert Spencer adalah seorang bangsawan Inggris yang dilahirkan dari keluarga pembangkang(nonconformist dissenter). Spencer menerima pendidikan klasik dirumahnya dan bekerja sebagai seorang juru gambar, kemudian menjadi editor pada majalah “The Economist”. Pandangan Spencer tentang masyarakat tampaknya dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan ekspansi ekonomi, dari perspektif teori evolusi Darwin. Teorinya sangat banyak berhubungan dengan tipe evolusi organik, seperti halnya teori Comte tentang pembagian masyarakat menjadi masyarakat statis dan dinamis. Karya-karya utama Spencer antaranya:

1. Sosial Statics (1850) 2. First Principle (1862)

3. The Study of Sociology (1873)

Perhatian utama Spencer adalah melacak atau menemukan proses evolusi sosial melalui masyarakat secara historis dan sosiologis. Dalam penerapan prinsip-prinsip evolusi biologis terhadap masyarakat merupakan sesuatu yang tidak begitu mengejutkan. Dengan demikian, analogi organik yang diterapkan pada masyarakat secara langsung dalam kerangka evolusi. Memahami evolusi organik seperti ini menjadi penting untuk kontrol yang lebih besar terhadap masyarakat yang mengakibatkan korelasi yang lebih dekat antara kebutuhan-kebutuhan individual dan masyarakat. Seperti juga Comte, Spencer juga menjelaskan tentang teori organik, evolusi, dan dasar-dasar teori praktis kemasyarakatan yang didasar-dasarkan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tertinggi.

(50)

2. Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

Dalam tradisi Victorian, Spencer memandang bahwa alam semesta berada dalam keadaan yang terus-menerus mengalami evolusi dan perubahan (dissolusion). Spencer menganggap bahwa inilah tugas sosiologi untuk melacak proses-proses ini seperti yang mereka terapkan dalam masyarakat.

Spencer memandang masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh dan berkembang sesuai dengan hokum-hukum evolusi alam. Sistem organik ini terdiri atas subsistem inner dan outer dan secara terus-menerus berkembang jauh dari tingkat-tingkat baru sebagaimana ia berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat yang modern dan industri. Tugas utama sosiologi adalah memahami proses-proses ini secara lebih mendalam supaya tercipta sebuah masyarakat yang harmonis.

3. Metodologi Herbert Spencer

Metodologi yang digunakan Spencer hampir sama dengan metodologi Comte, yaitu observasi empirik, metode perbandingan, serta sejarah deduktif dan induktif. Metode-metode ini digunakan untuk menjelaskan atau melacak proses evolusi sosial.

4. Tipologi Masyarakat Spencer

(51)

sedikitnya peraturan, adanya disentralisasi, dan penghargaan yang menyebar dalam kontrak sosial. Tipe-tipe sosial ini pada dasarnya menggambarkan tingkatan-tingkatan evolusi dari primitif sampai modern.

RINGKASAN

Dari bahasan-bahasan diatas, setelah dikaji kembali ada sejumlah persamaan mendasar antara pemikiran Saint Simon, A. Compte dan H. Spencer yaitu :

1. Memberikan reaksi terhadap masalah-masalah politik dan ekonomi pada masanya di dalam tradisi pencerahan. Fokus kajian mereka adalah memahami bagaimana hukum-hukum alam berlaku dalam masyarakat sebagaimana yang telah berkembang dalam memberikan dasar-dasar ilmiah bagi kontrol sosial, dan kebahagiaan masyarakat.

2. Memandang bahwa masyarakat diatur oleh hukum-hukum alam.

3. Memandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkembang terus melalui serangkaian tahapan-tahapan menuju masyarakat yang lebih positif dan industri.

4. Menjelaskan susunan masyarakat yang terdiri dari masyarakat statis dan dinamis serta masyarakat yang sintesis dan analitis.

5. Menekankan pada observasi empiris dan metode komperatif sebagai metode-metode yang sesuai.

(52)

LATIHAN

1. Menurut Saint Simon, terdapat adanya kesejajaran antara perkembangan individu dengan masyarakat. Dari pernyataan tersebut, hal apakah yang dapat menjadi penyebab kesejajaran tersebut, serta adakah pengaruh terhadap perkembangan masyarakat di dalamnya?

2. Menurut Auguste Comte, tipologi yang Comte kemukakan menggambarkan masyarakat yang bagaimana dan jelaskan apa yang dimaksud dengan masyarakat statis dan masyarakat dinamis?

3. Dalam teori yang dikemukakan oleh Herbert Spencer, apa yang menjadi bahasan utama dalam sosiologi?

4. Apa yang membedakan teori yang dikemukakan oleh Saint Simon, Auguste Comte, dan Herbert Spencer dalam perspektif sosial masyarakat?

TUGAS

Buatlah rangkuman pemikiran sosiologi dari Saint Simon, A.Compte dan Herbert Spencer, berdasarkan literatur rujukan yang diberikan. Kemudian jelaskan persamaan dan perbedaan dari pemikiran sosiologis ke tiga tokoh tersebut. Selanjutnya akan didiskusikan di kelas!

DAFTAR PUSTAKA

De Haan, J. Bierens, 1953. Sosiologi Perkembangan dan Metode. Terjemahan Adnan Syamni. Yayasan Pembangunan. Jakarta.

(53)

Kinloch, Graham. 2005. Perkembangan Dan Paradigma Utama Teori Sosiologi. Pustaka Setia. Bandung

Laeyendecker, L., 1994. Tata Perubahan dan Ketimpangan. Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Gramedia. Jakarta.

M. Siahaan, Hotman. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah Dan Teori Sosiologi. Erlangga. Jakarta

Soekanto, Soerjono, 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta.

(54)

BAB V

SUMBANGAN PEMIKIRAN SOSIOLOGI DARI KARL MARX

(55)

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab lima ini adalah sumbangan pemikiran dari Karl Marx terhadap ilmu sosiologi. Adapun materi-materi yang akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl Marx serta menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis, model-model masyarakat,alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.

Setelah mengetahui materi pokok bahasan pada bab lima, mahasiswa diharapkan mampu :

1. menjelaskan konsep materialisme historisnya Karl Marx. 2. menjelaskan model-model masyarakat Karl Marx.

3. menjelaskan konsep alienasi dan membedakan macam-macam alienasi Karl Marx.

4. menjelaskan perjuangan kelas dan analisa dialektika perubahan sosial Karl Marx.

5. mengkaji fenomena masyarakat saat ini dengan menggunakan teori Karl Marx

A. Riwayat Hidup Marx

Referensi

Dokumen terkait

“Sistem Pengetahuan Masyarakat Nelayan Pesisir Pulau Kasu Kecamatan Belakang Padang Kota Batam” dalam jurnal Masyarakat maritim JMM Program Studi Sosioligi Volume 3 Nomor 2..