HUBUNGAN POLA MAKAN, OLAH RAGA, DAN MEROKOK TERHADAP PREVALENSI PENYAKIT STROKE NON HEMORAGIK
Yulia Ovina1, Idrat Riowastu2, Yuwono3
1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
Latar Belakang : WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa stroke merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular. Indonesia pada umumnya terbiasa makan makanan yang tinggi kolesterol, tinggi .masyarakat provinsi Jambi sebagian besar menyukai makanan yang berkaitan dengan santan.Dengan makanan tersebut sehingga bisa terjadi suatu penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, dan penyakit jantung koronerDilihat dari data merokok berdasarkan provinsi tahun 2007, Provinsi Bengkulu adalah provinsi dengan prevelensi yang sangat tinggi di Indonesia (38,7%) dan melebihi angka nasional sebesar 34,2% dan Provinsi Jambi berada diurutan ke 18 (delapan belas).
Metodologi : Penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian studi analitik potong lintang (cross sectional)untuk mengetahui karakteristik pola hidup (pola makan,merokok,olah raga),demografi, (jenis kelamin, usia),
dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus. menganalisis hubungan pola hidup,pola makan, olahraga dan merokok terhadap prevalensi stroke non hemoragik di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi. Penelitian dilakukan di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi periode Mei – Juni 2013. Penelitian ini akan dilakukan pada periode Mei sampai Juli2013di Poli Saraf Rumah Sakit Raden Mattaher Jambiperiode Mei – Juni2013.
Kesimpulan : Karakteristik merokok pada pasien nstroke non hemoragik adalah (65,4%) sedangkan yang tidak merokok ada (34,6%), Ada hubungan yang bermakna pola makan terhadap prevalensi stroke non hemoragik Di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Mei – Juni 2013.
PENDAHULUAN
WHO (World Health
Organization) menetapkan bahwa stroke merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular.1 Data statistik dunia bersama
WHO2 Tahun 2002-2006, menunjukkan
15 juta orang menderita stroke diseluruh dunia setiap tahun. Sebanyak 5 juta orang lainnya mengalami kematian dan 5 juta orang mengalami kecacatan yang menetap. Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan.1
Stroke non hemoragik adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. di Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. di Indonesia data nasional stroke menunjukkan angka kematian tertinggi 15,4% sebagai penyebab. Sementara itu data juga juga didapatkan sebagai penelitian potong lintang multi center di 28 rumah sakit dengan jumlah subjek
sebanyak 2065 orang pada bulan oktober 1996 samapai bulan maret 1997.2
berpengararuh terhadap faktor resiko terjadinya stroke.3
Merokok sebagai pola hidup yang kurang baik, pada tahun 2002 Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok menduduki peringkat ke 5 konsumsi rokok setelah Cina (169 milyar batang )Amerika Serikat(464 milyar batang) Rusia (375 milyar batang)dan Jepang (299 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007 tetap pada posisinya yaitu peringkat ke 5 (215 milyar batang). dilihat dari data merokok berdasarkan provinsi tahun 2007, Provinsi Bengkulu adalah provinsi dengan prevelensi yang sangat tinggi di Indonesia (38,7%) dan melebihi angka nasional sebesar 34,2% dan Provinsi Jambi berada diurutan ke 18 (delapan belas). Presentasi penduduk di Provinsi Jambi pada tahun 2007 menurut usia mulai merokok yakni pada umur 10 - 14 tahun (12,8%), umur 15 - 19 tahun (43,6%), umur 20 – 24tahun (14,9%) rata-rata jumlah rokok dihisap tiap harinya.Berdasarkan survey dari Global Youth Tobacco survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 24,5% remaja laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok 3,2% diantaranya sudah kecanduanbahkan yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar
mencoba merokok sejak mereka usia di bawah10 tahun.8,9
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian studi analitik potong lintang (cross sectional)untuk mengetahui karakteristik pola hidup (pola makan,merokok,olah raga),demografi, (jenis kelamin, usia), dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus. menganalisis hubungan pola hidup,pola makan, olahraga dan merokok terhadap prevalensi stroke non hemoragik di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi.
Populasi dan subjek penelitian ini adalah semua pasien stroke di Poli Saraf RSUDRadenMattaher Jambi periode Mei – Juni2013.
Besar sampel pada penelitianini diambil menggunakan total sampling dimana setiap pasien stroke di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yang masuk kriteria inklusi di ambil menjadi sampel.35
Definisi operasional digunakan
untuk membatasi ruang
Instrumen penelitian menggunakan kuisoner yang di tunjuk kepada banyaknya pertanyaan semua variabel yaitu demografi (Usia, Jenis Kelamin) dan
pola hidup (pola makan,
olahraga,danmerokok)pasien stroke di poli saraf pada RSUD Raden Mattaher Jambi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder yang dapat dari hasil wawancara terpimpin dengan panduan kuesioner terhadap pasien di poli saraf Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan jumlahkasus stroke di Poli Saraf RSUD RadenMattaher JambiperiodeMei 2013-Juni2013 sebanyak 100 kasus. Untuk sampelyang memenuhi kriteria inklusi hanya81kasus, sisanya tidak memenuhi kriteria inklusiatau menjadi kriteria eksklusi. Dari 81 sampel penelitian ini didapatkan46(56,79%) laki-laki, dan perempuan35 (43,20%). Untuk usia < 50 tahun ada 28 (34,57%), 50-60 tahun ada 29 (35,80%), dan > 60 tahun ada 24 (29,63%)
Tabel 1 Frekuensipenderita stroke non hemoragik berdasarkanjeniskelamin di
Tabel 2 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan usia di poli saraf
RSUD Raden Mattaher
Usia Frekuensi Persentase (%)
Tabel 2 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan penyakit hipertensi di poli saraf RSUD Raden
Mattaher
Hipertensi Frekuensi Persentase(%)
Hipertensi 78 96,3%
Tidak Hipertensi
3 3,7%
Jumlah 81 100
Tabel 3 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan penyakit DM di
poli saraf RSUD Raden Mattaher
DM Frekuensi Persentase (%)
DM 34 41,98%
Tidak DM 47 58,02%
Jumlah 81 100
Tabel 4 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan penyakit dislipidemia di poli saraf RSUD Raden
Mattaher
Dislipidemia Frekuensi Persentase (%)
Dislipidemia 47 58,02%
Tidak Dislipidemia 34 41,98%
Tabel 5 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan pola makan di
poli saraf RSUD Raden Mattaher
Pola
Tabel 6 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan olahraga di poli
saraf RSUD Raden Mattaher
Olahraga Frekuensi Persentase (%)
Teratur 6 7,4%
Tidak
Teratur 75 92,6%
Jumlah 81 100
Tabel 7 Frekuensi penderita stroke non hemoragik berdasarkan merokok di poli
saraf RSUD Raden Mattaher Merokok Frekuensi Persentase
(%)
Tabel 8 Hubungan Pola Makan dengan Penderita Stroke
Stroke Non Hemoragik
Pola
Makan Tidak Ya Total P-Val ue
Tabel 9 Hubungan Olahraga dengan Penderita Stroke
Stroke Non Hemoragik Olahrag
a
Tidak Ya Total P-Value
Tabel 10 Hubungan Merokok dengan Penderita Stroke
Stroke Non Hemoragik
Merokok Tidak Ya Total P-Value 19 penderita yang tidak mengalami stroke non hemoragik dan 81 penderita stroke non hemoragik, pada penelitian ini hanya 81 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan kata lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka kematianya masih belum jelas.Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis kelamin laki-laki 58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non hemoragik.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah penderita stroke non hemoragik terbanyak berdasarkan usia adalah penderita dengan usia 50-60 tahun ada 29(35,80%).Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam decadeberikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada tentan umur 45-65 tahun
Bertambahnya usia semakin tinggi angka kejadian resiko penyakit stroke.
Usia> 55 tahun resiko berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. 2 per tiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. akan tetapi stroke tidak terjadi hanya pada sekelompok umur tua saja apalagi dengan adanya pola hidup yang tidak sehat stroke terjadi pada semua kelompok umur.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah penderita stroke non
hemoragik terbanyak berdasarkan penyakit hipertensi adalah penderita dengan hipertensi ada 78 (96,3%). Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan
penyumbatan
arteri.Hipertensimeningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam kali ini sering di sebut the silent killer danmerupakan risiko utama terjadinya stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.
dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah penderita stroke non hemoragik terbanyak berdasarkan penyakit DM adalah penderita tanpaDM ada 47 (58,02%). Hal ini berbeda dengan teorinya, penderita DM memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan
mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif.kadar glukosa darah dalam batas – batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose atau tubuh tidak mampu melakukan metabolisme karbohidrat secara normal.Akibatnya glukosa berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama urine. Ini merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus. Karena dari glukosa, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam lemak untuk mensuplai energi yang diperlukan
Dari hasil penelitian ini, didapatkan jumlah penderita stroke non
hemoragik terbanyak berdasarkan penyakit dislipidemia adalah penderita dengan dislipidemia ada 47orang (58,02%). Dislipidemia adalah salah satu faktor terjadinya stroke.Kelainan metabolisme lipid yang di tandai dengan peningkatanmaupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Sehingga pembentukan
ateriosklerosis terutama di lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia,
usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, laju metabolisme, dan iklim dimana seseorang tinggal.
Pola makan yang abnormal dipicu oleh dua faktor, faktorkebiasaan makan dalam jumlah sangat banyak dan kebiasaan makan yang tidak teratur. Hal ini bisa menimbulkan terjadinya timbunan lemak di pembuluh darah.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pola makan baik, lebih kecil berisiko terkena stroke dibandingkan mereka yang kurang ataupun yang tidak baik pola makannya. Responden dengan pola makan kategori tidak baik lebih berisiko terkena stroke hemoragik sedangkan responden dengan pola makan kategori kurang baik dan baik lebih berisiko terkena stroke iskemik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pola makan tidak baik responden lebih mempunyai risiko untuk terkena penyakit pencetus stroke hemoragik terutama hipertensi.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian Puspita (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan berlemak dan kolesterol terhadap kejadian stroke di Rumah Sakit Umum Unit Swadaya Daerah Gambiran Kediri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sesuai dengan analisa pada penelitian ini untuk mengetahui pola hidup (pola makan, olahraga, dan merokok) terhadap pasien stroke non hemoragik di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi periode Mei-Juli 2013didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik pola makan yang buruk
pada pasien stroke non hemoragik adalah (93,8%), olahraga yang tidak teratur (92,6%), merokok (65,4%) di poli saraf RSUD raden mattaher jambi periode Mei – Juni 2013
2. Ada hubungan yang bermakna pola makan terhadap prevalensi stroke non hemoragik Di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Mei – Juni 2013.
3. Ada hubungan yang bermakna olah raga terhadap prevalensi stroke non hemoragik Di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Mei – Juni 2013.
4. Ada hubungan yang bermakna kebiasaan merokok terhadap prevalensi stroke non hemoragik Di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Mei – Juni 2013. 5. Kepad apihak RSUD, melalui
anpasiensertadapat lebih mengaktifkan penyuluhan serta mensosialisasikan pola makan sehat 6. Bekerjasama dengan Instalasi
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKMRS) dan lebih mengoptimalkan pelaksanaan program PKMRS atau Promosi Kesehatan (Promkes) Rumah Sakit.
7. Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dan instansi lain yang terkait agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Jambi
dan sekitarnya dalam
memasyarakatkan pola hidup sehat. 8. Sebagai data untuk RSUD Raden
Mattaher Jambi dalam Promosi Kesehatan (Promkes) Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Who Step Stroke Manual : The Who Stepwise Approach To Stroke Surveillance. Geneva, Worl Health Organization (di akses tanggal 22 september 2012). di unduh dari url :
http://www.who.int/chp/steps/stroke/e n/index.html
2. Lumbantobing,S.M. Stroke Bencana Pendarahan Otak. Jakarta : FKUI, 2007. Hal 2
3. Kantor Berita Indonesia Gemari, 2003. Depkes bentuk jejaring pencegahan dan Penanggulangan PTM unduh dari ( 2 januari 2013)
url
:http://www.kbi.gemari.org.id/beritad etail.php.?Id=220
4. Misbach, Y. Stroke. Aspek Diagnostik Patofisiologi Manajemen. Jakarta : FKUI,2011. Hal 259-77
5. Yayasan Stroke Indonesia. Tahun 2020 angka kejadian stroke meningkat tajam. 2007 (diakses 19 september 2012). Diunduh dari URL : http://www.yastroki.or.id.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia, 2008-2009
7. Rekam Medik, Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi 2012.
8. Hainawati,S. Editor Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depatemen Kesehatan Indonesia 2009.
9. Sugito, J. Stop Rokok, Jakarta : Swadaya. 2007 hal 6
10. Stroke Center, Population Stroke In The World. 2007 (di unduh pada tanggal 3 desember 2012)url : http:// www.jointcommission.org/assets/1/18 /stroke_pm_implementation_guide_ve r_2a.pdf
11. Hankey J. Your Question answered Stroke. Australia : Harcourt Publisher.2002. di akses tanggal 22
september 2012) url :
12. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid 2. EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.
13. Lawrence maggie MSc . A summary of the guidance relating to four lifestyle risk factors for recurrent stroke: Maggie Lawrence, Research Fellow, MSc., R.N., School of Health, Glasgow Caledonian University, G4 0BA tobacco use, alcohol consumption, diet and physical
activity.url:http://www.biomedcentral .com/1471-2296/11/97
14. Lamsudin R. Algoritma Stroke Gajah Mada Penyusunan Dan Validasi
Untuk Membedakan Stroke
Perdarahan Intraserebral Dengan Stroke Iskemik Akut Atau Stroke Infark. FKUGM. Yogyakarta. 1996. 15. Januar R. Karakteristik Penderita
Stroke Non HemoragikYang Di Rawat Inap Di RSU HernaMedan Tahun 200.FKMUSU.Medan.2002.
http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/14569 ( 2 februari 2013) 16. Noerjanto M. Masalah-masalah
dalam diagnosis stroke akut. Dalam : Temu Regional Neurologi Jawa Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta XIX. Semarang : 2002. 17. Madiyono B & Suherman SK.
Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada Usia Muda. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. 2003.hal:3-11.
18. Sudoyo AW. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006.
19. Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Stroke.
(http://etd.ugm.ac.id/index.php? mod=penelitian_detail&sub=Pen elitianDetail&act=view&typ=htm l&buku_id=50929&obyek_id=4)
20. Andaka D. Normalkah Body Mass Index (BMI) Anda?.2008. http://www.andaka.com/normalkah-body-mass-index-bmi-anda.php.(2 februari 2013)
21. Ginbert, L. Lecture Notes Neurologi. edisi 8 jakarta : airlangga hal 89 22. Goet Christopher 6. Cerebrovaskular
disease in goetz ; textbook of clinical neorology, 3 td ed, philadelpia :
saunder’s 2007.
23. Sidharta Priguna, M.D.,Ph.D. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat; 2008. Hal : 269-292
24. Pudiastuti, D. Pemicu stroke .jakarta : Nuha Medika, 2011 hal 1-13,51-2,125-29, 149 -81
25. Asyiah. Hubungan Olah Raga Dengan Penyakit Jantung Koroner RSUD Dr.Moewardi. 2013 ( 5 mei 2013).
journal.unsil.ac.id/download.php?
id=612
26. Kusmana,D. Olah Raga Untuk Orang Sehat Dan Penderita Penyakit Jantung. Jakarta: Falkutas Kedokteran Indonesia. 2007. Hal : 5 – 25
27.Olah raga bthesda
(http://www.strokebethesda.com/ index2.php?
option=com_content&do_pdf=1& id=43)
28. Medicastore. Stroke Mengancam Usia Produktif. 2007 (di askes
September 2012) url :
http://www.medicastore. Com/stroke/ 29. Anonim. Stroke 2008.(diakses 10
januari 2013).Di unduh di url : html// www.neurologyichannel.am/stroke/di agnosis
30. Papuamania.com. Pola Hidup Menentukan Kualitas Kesehatan Perempuan. 2003 . (di akses pada tanggal 6 januari 2013) di unduh url : ww.infopapua.com/nodules.php? op=modload&name=News&file=arti cle&side=1237 -67k-
31. Rosa Meylani, Gurendro Putro. Hubungan Gaya Hidup Pasien Stroke RSUD Gambiran Kendiri. (Diaskes 19 september 2012) Di unduh url http//hubungan.gaya
hidup.pasien.stroke.RSUD.gembiran kendiri/ac.id
32. Aditama ,Y Tyandra. Rokok Dan Kesehatan. Jakarta : UI-Press hal : 2-9
33. Sani A. 2006. Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol. Diakses tangal (12 januari 2013). url : http://www.kompas.com.
34. Suryati,F.Ade. Pengaruh Pola Hidup Terhadap Penyakit Stroke Pada PasienYang Dirawat Inap RSUD DR.Zaeonel Abidin Banda Aceh.2009. di unduh tanggal (23 desember 2012) url : http//
35. Dahlan, M.Sopiyudin. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta : Salemba Medika. Hal 10 36. Riyanto, A. Aplikasi metodologi