• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Adanya Instagram terhadap Tingk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Adanya Instagram terhadap Tingk"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan dengan dosen pengampu: M. Iqbal, S.Pd., M.Si.

oleh Linda Siti Zainab

NIM 1500509

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaian tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan IPS dengan membahas ”Pengaruh Adanya Instagram terhadap Tingkat Kepekaan Sosial Netizen Mahasiswa Pendidikan IPS UPI” dalam bentuk laporan penelitian.

Dalam penyusunan penelitian ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak lain berkat bantuan rekan-rekan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Bandung, Mei 2017

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...3

D. Manfaat Penelitian...4

E. Sistematika Penulisan...4

BAB II...6

KAJIAN PUSTAKA...6

A. Netizen...6

1. Pengertian Netizen...6

2. Jenis-Jenis Netizen...6

B. Interaksi Sosial...7

1. Pengertian Interaksi Sosial...7

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial...10

C. Media Sosial...12

1. Definisi Media...12

2. Definisi Sosial...14

3. Definisi Media Sosial...16

4. Karakteristik Media Sosial...19

5. Jenis media sosial...26

D. Instagram...27

a. Pengikut...28

b. Mengunggah Foto...28

j. Tanda suka...31

l. Peraturan Instagram...32

E. Keteramplian Sosial...33

(4)

3. Aspek-aspek Keterampilan Sosial...36

F. Pengembangan Kepekaan Sosial...38

G. Kerangka Berpikir...39

...39

BAB III...40

METODE PENELITIAN...40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian...40

1. Lokasi Penelitian...40

2. Subjek Penelitian...40

B. Metode dan Desain Penelitian...40

C. Populasi dan sampel...41

1. Populasi...41

2. Sampel...41

D. Variabel dan Definisi Operasion...42

1. Instagram...42

2. Kepekaan Sosial...42

3. Mahasiswa...42

E. Teknik Pengumpulan Data...43

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...44

BAB IV...47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...47

A. Profil Program Studi...47

B. Profil Responden...47

C. Deskripsi Hasil Penelitian...48

D. Hasil Pengujian Korelasi Koefisien Kendall’s...68

E. Pembahasan Hasil Penelitian...69

BAB V...70

KESIMPULAN DAN SARAN...70

B. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...72

(5)
(6)

Tabel 2.1 Aplikasi Teori Sosial di Interet … ………16

Tabel 3.1 Instrument Penelitian……….42

Tabel 3.2 Pemberian Skor………..44

Table 4.2 Correlations………....68

Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS UPI………….…..47

(7)

Gambar 4.2 jawaban responden……….48

Gambar 4.3 jawaban responden……….49

Gambar 4.4 jawaban responden……….49

Gambar 4.5 jawaban responden……….50

Gambar 4.6 jawaban responden……….50

Gambar 4.7 jawaban responden……….51

Gambar 4.8 jawaban responden………52

Gambar 4.9 jawaban responden……….52

Gambar 4.10 jawaban responden………...53

Gambar 4.11 jawaban responden………...53

Gambar 4.12 jawaban responden………...54

Gambar 4.13 jawaban responden………...54

Gambar 4.14 jawaban responden………...55

Gambar 4.15 jawaban responden………...55

Gambar 4.16 jawaban responden………...56

Gambar 4.17 jawaban responden………...56

Gambar 4.18 jawaban responden………...57

Gambar 4.19 jawaban responden………...58

Gambar 4.20 jawaban responden………...58

Gambar 4.21 jawaban responden………...59

Gambar 4.22 jawaban responden………...59

(8)

Gambar 4.25 jawaban responden………...61

Gambar 4.26 jawaban responden………...61

Gambar 4.25 jawaban responden………...62

Gambar 4.26 jawaban responden………...62

Gambar 4.29 jawaban responden………...63

Gambar 4.30 jawaban responden………...63

Gambar 4.31 jawaban responden………...64

Gambar 4.32 jawaban responden………...64

Gambar 4.33 jawaban responden………...65

Gambar 4.34 jawaban responden………...65

Gambar 4.35 jawaban responden………...66

Gambar 4.36 jawaban responden………...66

Gambar 4.37 jawaban responden………...67

Gambar 4.38 jawaban responden………...67

Gambar 4.39 jawaban responden………...68

(9)

A.Latar Belakang

Teknologi komunikasi masa kini memberikan fasilitas yang dapat memudahkan manusia untuk berkomunikasi. Dahulu kita hanya mengenal media komunikasi tradisional, seperti radio, televisi, dan media cetak. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan informasi menyebabkan semakin meningkat pula perkembangan teknologi dalam hal pemenuhan kebutuhan akan informasi. Dengan kemajuan dibidang teknologi informasi serta komunikasi sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu. Orang akan dapat dengan mudah memperoleh informasi di berbagai belahan dunia tanpa harus dating ke tempat tersebut. Bahkan orang –orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang tersambung ke internet yang muncul pada tahun 1990-an atau yang biasa kita kenal dengan media baru.

Pemanfaatan internet akhir-akhir ini sedang mengalami perkembangan. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media komunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, pendidikan, kesukaan, dan pergaulan sosial. Khususnya pada jejaring sosial yang pertumbuhannya sangat meningkat. Jejaring sosial adalah sebutan dari web community. Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari hubungan kesamaan sosialitas seperti visi, ide, teman, keturunan dan lain-lain baik yang dikenal sehari-hari maupun yang baru dikenal. Jejaring sosial yang marak belakangan ini seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Skype, dan Google+ adalah produk teknologi media baru yang kini sedang digemari banyak kalangan. Jejaring sosial kini bisa dimanfaatkan lebih jauh. Tidak hanya untuk memberi kabar tentang keberadaan saja, lebih dari itu jejaring sosial kini sudah bisa digunakan sebagai sarana pengganti kehidupan kita di dunia maya. Seperti mengirim pesan, berkomentar terhadap pesan orang lain, menjalin pertemanan lebih banyak, mencari pasangan, berkirim foto, ruang untuk saling

(10)

diberikan oleh

(11)

perusahaan instagram untuk menyimpan cerita sehari-hari pengguna instagram. Yang pernah penulis lihat adalah salah satunya banyak yang bercerita mengenai foto makanan, tempat yang sedang dikunjungi, dan lain-lain. Seakan rasa kepedulian berkurang. Orang yang kecanduan menggunakan instagram akan tenggelam dalam dunianya sendiri. Tidak peduli pada lingkungan sekitar apalagi lingkungan sosial. Dengan adanya instagram stories merubah cara menyampaikan pengalaman pribadi dari yang awalnya dengan manual seperti berbagi cerita dengan teman. Contoh ini merupakan ruang lingkup interaksi sosial. Mengutip dari Soyomukti (2010) dari Soerjono Soekanto menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang per orang dan kelompok manusia.

Pergaulaun hidup dan ativitas-aktivitas manusia yang terjadi tiap waktu tak akan terjadi jika tidak ada interaksi sosial. Kehidupan yang menunjukkan kehilangan kontak dan komunikasi dengan orang lain dan kelompok. Salah satu contohnya adalah orang yang menikmati dunia maya sebagai pengguna instagram sehingga mereka lupa dengan dunia nyata sendiri. Ketika mereka mengasingkan diri dari lingkungan sosial tanpa berinteraksi dengan individu yang lainnya maka ia tidak akan dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Mereka tidak terlaih untuk selalu peka terhadap perubahan lingkungan sekitarnya.

(12)

berada di bangku sekolah. Pengertian kepekaan sosia seperti di atas tampaknya ada kaitannya dengan istilah kesadaran sosial (social awareness), ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan peka (sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial, ekonomi di masyarakatnya.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti bermaksud untuk merancang proposal penelitian kuantitatif studi korelasional guna mengetahui pengaruh penggunaan instagram mahasiswa Pendidikan IPS terhadap tingkat kepekaan sosialnya. Dengan mengangkat permasalahan tersebut, peneliti kemudian mengambil fokus dalam penelitian ini dengan judul “Pengaruh Adanya Instagram terhadap Tingkat Kepekaan Sosial Netizen Mahasiswa Pendidikan IPS UPI”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan instagram berpengaruh terhadap tingkat kepekaan sosial mahasiswa Pendidikan IPS.

Untuk memperjelas permasalahan di atas, maka masaah pokok yang dijadikan acuan dalam penelitian dapat dijabarkan menjadi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan instagram oleh netizen mahasiswa Pendidikan IPS? 2. Bagaimana pengaruh adanya instagram terhadap tingkat kepekaan sosial pada

netizen Pendidikan IPS?

3. Seberapa besar tingkat kepekaan sosial pada netizen mahasiswa Pendidikan IPS?

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(13)

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui penggunaan instagram mahasiswa Pendidikan IPS. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan instagram pada netizen mahasiswa Pendidikan IPS

b. Bagaimana pengaruh adanya instagram terhadap tingkat kepekaan sosial netizen mahasiswa Pendidikan IPS?

c. Seberapa besar tingkat kepekaan sosial netizen mahasiswa Pendidikan IPS?

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teori, kebijakan, praktis, dan manfaat dari segi isu serta aksi sosial.

1. Manfaat dari segi teori

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan rujukan terhadap penggunaan instagram dan penilitian selanjutnya mengenai pengaruh adanya instagram s terhadap kepekaan sosial.

2. Manfaat dari segi kebijakan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi universitas maupun lembaga pendidikan lainnya mengenai pengaruh media sosial terhadap perasaan peduli.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini berdasarkan pedoman karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2015. Struktur penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut.

Bab I berisi uraian pendahuluan pengaruh adanya instagram terhadap tingkat kepekaan sosial netizen mahasiswa Pendidikan IPS merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan berisi latar belakang yang menjadi landasan peneliti unutk melakukan penelitian tersebut, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

(14)

Bab III berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian. Lokasi penelitian bertempat di Universitas Pendidikan Indonesia dan subjek populasi/sampel penelitian adalah mahasiswa program studi Pendidikan IPS khususnya angkatan 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Pada bab ini juga dibahas mengenai definisi operasional yang berfungsi untuk pembuatan instrument, selanjutnya instrument penilaian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner online, serta analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh adanya instagram terhadap tingkat kepekaan sosial mahasiswa Pendidikan IPS.

(15)

A. Netizen

1. Pengertian Netizen

Netizen adalah pelau (orang) yang mengakses dan menggunakan Internet. Kata netizen pertama kali dibuat oleh Michael Hauben. Pada tahun 1992 beliau menciptakan istilah netizen untuk menggambarkan pengguna internet yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga internet, atau netizen merupakan istilah yang dibentuk dari kata “net” (Internet) dan citizen (warga). Jika digabungkan menjadi “warga internet” atau “penduduk dunia internet”. Sederhananya, netizen adalah pengguna internet yang berpartisipasi aktif (berkomunikasi, mengeluarkam pendapat, berkolaborasi, dan lain-lain) dalam media internet tersedia dalam (http://voila.co.id/marketing-to-netizen/). Seiring dengan pertumbuhan media sosial seperti blog, YouTube, Facebook, Twitter, SlideShare dan Instagram, bahkan saat ini biaya sambungan internet terjangkau dari berbagai kalangan, maka para netizen saat ini semakin ekspresif dan aktif dalam berkomunikasi dan berinteraksi melalui media internet.

2. Jenis-Jenis Netizen

a) Jenis netizen yang selalu berbagi berita atau informasi berdasarkan pendangannya sendiri. maksudnya netizen akan memabgikan berita secara subjektif.

b) Jenis netizen belum baca sudah berkomentar, netizen seolah-olah tau mengenai berita atau informasinya, sebaliknya netizen belum tahu berita atau informasi yang sesungguhnya atau kebenarannya.

c) Jenis netizen yang menyinggung pada media. Jenis ini adalah netizen yang tidak suka terhadap media karena sikap media ingin selalu mengetahui informasi yang ada dari para netizennya.

d) Jenis netizen yang berkomentar atau berpendapat banyak dengan menggunakan teori sendiri. jenis ini pada umumnya para netizen yang selalu bekomentar dan berpendapat pada setiap informasi dengan

(16)

menggunakan teori sendri dan belum tentu teori yang dimilikinya benar dan tepat.

e) Jenis netizen yang selalu meng-share informasi, hiburan, kata motivasi dan apapun yang menurutnya baik dan tepat untuk bekerjasama kepada media. Jenis ini adalah para netizen yang menganggap berota-berita yang dimiliki subjektif, kemudian media yang sudah bekerjasama membaca informasi dari hasil share netizen. Media berkomentar baik dan setuju, maka netien akan menyukai isi komentar dari media dan beranggapan bahwa informasi yang dibagikan tersebut dinyatakan benar dan tepat. f) Jenis netizen yang lebih mengutamakan verifikasi saat membagi berita.

Jenis netizen ini adalah para netizen yang lebih berhati-hati atau selektif ketika akan mempublikasi berita yang dikomentari, kemudian netizen lebih mengutamakan fakta dari isi berita tersebut.

Jadi dapat dipahami bahwa netizen merupakan orang (pelau) yang kreatif dan eksprensif terhadap media internet. Dimana para netizen yang aktif pada media internet memiiki sisi positif dan negative bagi para media, sepeti selalu berbagi berita dan informasi, netizen menjadi penengah dari suatu masalah pada media sosial dengan cara berkomentar yang terkesan menyenangkan, netizen mengutamakan verifikasi saat berbagi berita atau informasi sebaliknya saja dari beberapa netizen yang menyebarkan berita yang tidak sesuai kenyataan atau kebenaran, berkomentar panjang dengan menggunakan konsep dan teori sendiri, netizen yang menyinggung pada media, dan netizen yang seenaknya menghujat berota dengan kebebasan.

B. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

(17)

tempat (dari jarak tertentu meskipun dekat) bukanlah interkasi sosial jika yang diintai tidak mengetahui atau menyadarinya. Menurut Robert M.Z. Lawang (1986), interaksi sosial adalah proses ketika orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh-memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Mengutip Gillin dan Gillin dalam Cultural Sociology (1954: 489), Soerjono Soekanto menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-orang perorang-orangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antar per orang dan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang per orang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila setiap orang dalam pergaulan itu terlibat dalam suatu interaksi.

Faktor-faktor yang menyebabkan berlangsungnya interaksi sosial antara lain: faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.

a) Imitasi (peniruan): imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Contoh bahwa imitasi sangat penting bagi proses interaksi sosial adalah seseorang anak belajar berbicara. Cara yang dilakukan pertama-tama adalah menirukan kata-kata orang lain. Kata-kata itu juga diartikan dengn cara meniru bagaimana orang lain menggunakan kata itu untuk makud tertentu. Anak kecil melihat orangtuanya mengambil sesuatu sebelum makan, sesuatu itu untuk memungut nasi dan lauk yang ada di piring oramgtuanya. Suatu ketika, orangtua menyebutkan nama “sendok” dan memberitahukannya pada si anak, si anak tahu nahwa arti kata yag ditirukannya (‘sendok’) adalah suatu alat yang digunakan untuk makan. Jadi imitasi bukan hannya pada tahap kata, melainkan juga makna dan tindakan atau tingkah laku tertentu tertentu yang kadang juga ditirukan.

(18)

yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya. Sedangkan, pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses ketika seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu: 1) Sugesti karena hambatan bepikir. Dalam proses sugesti, terjadi gejala

bahwa orang yang dikenainya mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya pertimbangan-pertimbanagn kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih mudah terjadi apabila ia-ketika terkena sugesti-berda dalam keadaan ia-ketika cara-cara berpikir kritis itu sudah agak terkendala.

2) Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi). Dalam hal ini, apabila pikiran orang terpecah-pecah, misalnya karena kesulitan hidup yang tak mampu dijelaskannya secara utuh (terutama saat menghadapi masalah besar), orang tersebut mudah disugesti.

3) Sugesti karena otoritas atau pretise. Artinya, orang-orang yang dianggap memiliki kewenangan (mungkin karena keahlian maupun kemampuan) padangan-pandangannya cenderung diterima.

4) Sugesti karena mayoritas. Menurut teori psikologi, individu cenderung konformis pada umumnya. Artinya, pandangan masyarakat banyak akan mampu memberikan sugesti.

5) Sugesti karena “will to belive”. terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan adanya sikap-sikap dan pandangan-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian, yang terjadi dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap dan pandangan tertenu karena sikap dan pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi dalam keadaan terpendam.

(19)

berinteraksi dengan orang lain saat kita mengidentifikasi diri kita dengannya, atau sebaliknya: seseorang yang sangat mencintai dan terlibat perasaan dengan orang lain biasanya akan mengidentifikasi dirinya dengan orang lain itu. Lihatlah bagaiman seseorang anak muda yang mengidolakan (mengagumi) idola artis-selebritisnya, ia ingin menjadikan dirinya sama dalam hal pilihan dan tingkah laku, mulai dari penampilan fisik seperti para pengagum Michael Jackson yang merekayasa penampilan dirinya mirip sang bintang hingga menyamakan warna kesukaan, makanan favorit, merek handphone, dan lain-lain.

d) Simpati adalah suatu proses ketika seseorang merasa tertarik pada pihak ain. Faktor utamanya adalah perasaan untuk memahami orang lain/pihak lain. Akan tetapi, simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, ettapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Simpati muncul karena proses sadar. Saat orang lain sakit ia merasakan. Demikian saat orang lain senang, ia meraskan juga. Perasaan ini dapat kita lihat dalam hubungan persahabatan.

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

a. Kontak sosial, berasal dari bahasa Latin con atau cum yang berarti ‘bersama-sama’ atau tango yang berarti bersama-sama menyentuh’. Jika kontak fisik berarti hubungan badaniah, seperti ciuman hingga persetubuhan, tetapi maknanya hal itu terjadi hubungan memberi dan menerima dan saling memengaruhi tanpa perlu bersentuhan. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yakni:

 kontak sosial antara orang per orang, misalnya seorang anak dengan anggota keluarganya yang lain;

(20)

 Antara suatu kelompok manusia dan kelompok manusia yang lainnya. Misalnya, kelompok-kelompok agama berkumpul menolk tindakan terorisme yang mengatasnamajan agama yang terjadi.

Dari uraian di atas, terdapat beberapa sifat kontak sosial, antara lain:  Kontak sosial tidak hanya tergantung pada tindakan, tetapi

tanggapan terhadap tindakan itu.

 Kontak sosial dapat bersifat negative dan positif

 Suatu kontak sosial juga dapat bersifat primer dan sekunder.

b. Komunikasi : dikutip dari buku karangan Suranto (2010), kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang artinya memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa Inggris communication yang artinya prosses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat dikemukakan pengertian komunikasi, ialah proses pegiriman pesan atau simbbol-simbol yag mengandung arti dari seseorang sumber atau komunikator kepada seseorang penerima aau komunikan dengan tujuan tertentu.

Beberapa contoh definisi komunikasi yaitu: (1) Wilbur Schramm (1955)

“communication as an act of establishing contact between a sender and receiver, with the help of message; the sender and receiever some common experience which meaning to the message incode and sent by the sender; and receiver and decoded by the receiver”.

Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiiki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan symbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

(2) Everett M. Rogers (1955)

(21)

Komunikasi ialah prosesn yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses transaksi pesan atau informasi yang mengandung arti, dari pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) untuk mencapai tujuan tertentu.

C. Media Sosial

Akses terhadap media telah menjadi salah satu kebutuhan primer dari setiap orang. Disebabkan terdapat banyak kebutuhan akan informasi, hiburan, pedidikan, dan akses pengetahuan dari belahan buni yang berbeda. Kemajuan teknologi dan informasi serta semkain canggihnya perangka-perangkat yang diproduksi oleh industry seperti menghadirkan “dunia dalam gengganman”. Istilah ini sejajar dengan apa yang diutaran oleh Thomas L. Friedman (2007) dalam buku yang dikarang oleh Dr. Rulli Nasrullah sebagai the world is flat bahwa dunia semakin rata dan setip orang bisa mengakses apa pun dari sumber mananpun. Juga sebagaimana diulas oleh Richard Hunter (2002) dengan world without secrets bahwa kehadiran media baru (new media/cyber media) menajdikan informasi sebagai sesuatu yang mudah dicari dan terbuka. Media tradisional seolah-olah mendapatkan pesaing baru dalam mendistribusikan berita. Riset yang dipublikasi oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, dan The Wall Street Journal pada tahun 2014 yang melibatkan 839 responden dari usia 16-36 tahun menunjukkan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan khalayak untuk mengakses internet dan media sosial jauh lebih banyak dibandingkan mengakses media trasidisional.

1. Definisi Media

(22)

komunikasi massa. Namun, semua definisi yang ada memiliki kecenderungan yang sama bahwa ketika disebutkan kata “media” yang muncul bersamaan engan itu adalah sarana disertai dengan teknologinya. Koran merupakan representative dari media cetak, sementara radio yang merupakan media audio dan televise sebagai media audio-visual merupakan represntatif darimedia elektronik, dan internet merupakan representative dari media onine atau di dalam jaringan

Terlepas dari cara pandang melihat media dari bentuk dan teknologinya, pengungkapan kata “media” bisa dipahami dengan meliha dari proses komunikasi itu sendiri (Meyrowitz, 1999; Moores, 2005; Williams, 2003). Proses terjadinya komunikasi memerlukan tiga hal, yaitu objek, organ, dan medium. Saat menyaksikan sebuah program di televise, televisi adalah objek dan mata adalah organ.perantara antara televise dan mata adalah gambar atau visual. Contoh sederhana inimembutikan bahwa media merupakan wadah unutk membawa pesan dari proses komunikasi.

Beragam kriteria bisa dibuat untuk melihat bagaimana media itu. Ada yang membuat kriteria media berdasarkan teknologinya, seperti media cetak yang menunjukkan bahwa media tersebu dibuat dengan mesin cetak dan media elektronik yang dihailkan dari perangkat elektronik. Dari sumber atau organ yang menjelaskan bagaimana cara mendapatkan atau bagaimana kode-kode oesan diolah, misalnya media audio-vidual yang diakses menggunkaan organ pendengaran dan penglihatan. Ada juga yang menuliskanna berdasarkan bagaimana pesan itu disebarkan. Contohnya, media pelayanan (broadcast) dimana media merupakan pusat dari produksi pesan, seperti stasiun televise, dan pesn itu disebarkan serta bisa dinikmati oleh siapa saja asal memiliki pesawat televise. Atau berdasarkan teknologi, pola penyebaran, sampai pada bagaimana khalayak mengakses media, seperti media lama (old media) dan media baru (new media).

(23)

makna dan budaya. Kesadaran akan kekuata media iin pada kenyatannya melihat bahwa media tidak lagi membawa konten semata, tetapi juga membawa kontks di dalamnya. Ungkapan “The medium is the message” yang dipopulerkan McLuhan (McLuhan & Fiore, 2001) setengah abad lalu membawa kesadaran awal bahwa medium adalah pesan yang bisa mengubah pola komunikasi, budaya komuikasi, sampai bahasa dalam komunikasi antarmanusia.

2. Definisi Sosial

Menurut buku yang dikarang oleh Dr. Rulli Nasrullah (2015), kata “sosial” dalam media sosial secara teori semestinya didekati oelh ranah sosiologi. Inilah yang menurut Fuchs (2014) ada beberapa pertanyaan dasar terkait dengan informasi dan kesadaran. Ada pertanyaan dasar, seperti apakah individu itu adalah manusia yang selalu berkarakter sosial atau individu itu baru dikaakan sosial ketika ia secara sadar melakukan interaksi. Bahkan, dalam teori sosiologi disebutkan bahwa media pada dasarnya adalah sosial karena media merupakan bagian dari masyarakat dan aspek dari masyarakat yang direpresentatif dalam bentuk perangkat teknologi yang digunakan.

Isu lainnya terkait komunikasi dan komunitas. Sebagai manusia, individu tidak bisa terlepas dari komunikasi dan komunitasnya. Komunikasi menjadi saran bagi individu unutk berinteraksi dengan individu ain, sedngkan komunitas merupakan salah satu bentuk relasi sosial yang melibatkan emosi, perasaan, dan bentuk-bentuk lainnya.

Kolaborasi dan kerjasama juga menjadi fokus perhatian ketika membahas definisi sosial dalam media sosial. Secara teori, ketika membahas kata sosial, ada kesepahaman bahwa individu-individu yang ada di dalam komunitas itu tidak hanya berada dalam sebuah lingkungan. Anggota komunitas harus berkolaborasi hingga bekerja sama karena inilah karakter dari sosial itu sendiri (Fuchs. 2014: 5).

(24)

penulis memaparkan kata sosial berdasarkan pendapat sosiolog, seperti Emile Durkheim, Max Weber, Ferdinand Tonnies, maupun Karl Marx.

Menurut Durkheim, sosial merujuk pada kenyataan sosial (the social as social facts) bahwa setiap individu melakukak aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa pada kenyataannnya media dan semua perangkat lunak (software) merupakan sosial dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial (Durkheim, 1982: 59 dalam Fuchs, 2014: 38).

Menurur Weber, kata sosial secara sederhana merujuk pada relasi sosial. Relasi sosial itu sendiri bisa diihat dalam kategori akasi sosial Isocial action) dan relasi sosial (social relation). Kategori ini mampu membawa penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan aktivitas individual (Weber, 1978: 26 dalam Fuchs, 2014: 39). Namun, diperlukan symbol-simbol yang bermakna di antara individu yang menjadi actor dalam relasi tersebut.

Menurut Tonnies, sosial merujuk pada kata “komunitas” (community). Menurutnya, eksistensi dari komunitas merujuk pada kesadaran dari anggota komunitas itu bahwa mereka saling memiiki dan afirmasi dari kondisi tersebut adalah kebersamaan yang saling bergantung satu sama lain (dalam Fuchs, 2014: 40). Komunitas baru bisa terjadi jika kebersamaan yang ada di antara anggota komunitas itu memiiki kesepakatan akan nilai-nilai dan yang lebih penting adalah keinginan unutk bersama.

(25)

3. Definisi Media Sosial

Dua pengertian dasar tentang media dan sosial telah dijelaskan, namun tidak mudah membuat sebuah definisi tentang media sosial berdasarkan perangkat teknologi semata. Diperlukan pendekatan dari teroi-teori sosial untuk memperjelas apa yang membedakan antara media sosial dan media lainnya di internet sebelum pada kesimpulan apa yang dimaksud dengan media sosial. Juga, termasuk perlunya pembahasan khusus untuk mencari hubungan antara media dan masyarakat (Burton, 2005).

Untuk menjelaskan hal ini, Fuchs mengawakinya dengan perkembangan kata Web 2.0 yang dipopulekan oleh O’Relly (2005). Web 2.0 merujuk pada media internet yang tidak lagi sekadar penghubung antara individu dengan perangkat (teknologi dan jaringan) computer yang selama ini ada dan terjadi dalam Web 1.0. tetapi telah melibatkan individu untuk mempublikasikan secara bersama, saling mengolah dan melengkapi data , web sebagai platform atau program yang bisa dikembangkan, sa,pai pada pengguna dengan jaringan dan alur yang sangat panjang (the long tail).

Berdasarkan teori-teori sosial yang dikembangkan oleh Durkheim, Weber, Tonnies, maupun Marx, dapat disimpulkan bahwa media sosial bisa dilihat dari perkembangan bagaimana hubungan individu dengan perangkat media. Karakteristik kerja computer dalam Web 1.0, berdasrkan pengenalan individu terhadap individu lain (human cignition) yang berada dalam sebuah sistem jaringan, sedangkan Web 2.0 berdasarkan sebagaimana individu berkomunikasi (human communication) dalam jaringan antarindividu. Terakhir, dalam Web 3.0 karakterisik teknologi dan relasi yang terjadi terlihat dari bagaimana manusia (users) bekerja sama (human co-operation) (Fuchs, 2008). Untuk memahami bagaimana berssial itu terjadi dan terkait degan teori sosial serta makna sosial di internet, bisa disimak di tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Aplikasi Teori Sosial di Interet

(26)

Struktural Fakta-fakta sosial

merupakan sosial karena computer adalah struktur yang merealisasikan ketertarikan individu, kesepahaman, tujuan, dan minat yang semuanya itu merupakan fungsi-fungsi dari masyarakat (society) dan akibat dari perilaku sosial.

2. Teori Aksi Sosial

Max Weber:

Perilaku sosial merupakan timbal balik dari interaksi simbolik.

Platform dalam www yang memungkinkan komunikasi terjadi dalam ruang-waktu yang berbeda termasuk berdasarkan kesamaan rasa (kepemilikan), saling berbagai individu untuk menghasikan barang secara sosial (social networking), membawa individu pada

(27)

Struktur dan Agensi

Kognisi (pengenalan, kesepamahan) terhadap sosial berdasarkan kondisi eksternal sebagai fakta-fakta sosial.

Diambil dari buku karangan Dr. Rulli Nasrullah (2015)

(28)

Di dalam web atau jaringan computer, struktur yang ada bukanlah sebagaimana struktur yang tumbuh di tengah masyarakat. Kondisinya bis jadi tidak ada lapisan kelas-kelas sebagaimana dalam teori Marx. Bisa jadi dalam sebuah jaringan struktur terbentuk karena keinginan dan kebutuhan yang sama, atau bahkan ketidaksengajaan sebagaimana dijelaskan oleh Tonnies ketika membedakan antara masyarakat (gesellschaft) dan komunitas (gemeinschaff). Berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal dari berbagai literature peneitian (lihat Fuchs, 2014: 35-56); (1) Menurut Mandiberghs (2012), media sosial adalah media yang

mewadahi kerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content).

(2) Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikai, dan dalam kasus tertentu saling berkolborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UGS) di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di insitusi media massa.

(3) Meike dan Young (2012) mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to be shared one-to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.

Dari berbagai definisi atau pernytaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa definisi media sosial adalah “medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, nerkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual”.

4. Karakteristik Media Sosial

(29)

khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa jenis media siber lainnya. Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh media sosial disbanding dengan media lainnya. Salah stunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Bukan berarti tidak ada karakter umum atau makro, hanya pembahasan karakteristik media sosial ini dipandang perlu untuk melihat pembedaan dengan media lainnya (Castells, 2004; Talalay et al., 1997; Thurlow;, & Tomic, 2004). Pada akhirnya, bagaimana karakteristik media sosial itu bisa digunakan untuk bidang seperti journalism, hubungan masyarakat, pemasaran, politik. Adapun karakteristik media sosial (Rulli, 2015), yaitu:

a) Jaringan (network)

Kata jaringan (network) bisa dipahami dalam terminology bidang teknologi seprti ilmu computer yang berarti infrastruktur yang menghubungkan antar computer maupun perangkat keras (hardware) lainnya. Koneksi diperlukan karea komunikasi bisa saja terjadi antarkomputer terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data (Castells, 2002; gane & Beer, 2008). Media sosial memiliki karakteristik jaringan sosial. Media sosial terbangun dari strukur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet. Namun sebagaimana ditekankan oleh Castells (2002), struktur atau organisasi sosial yang terbentuk di internet berdasarkan jaringan informasi yang pada dasarnya beroperasi berdasarkan informasi dalam mikroelektronik. Jaringan yang terbentuk antarpengguna (users) merupakan jaringan yang secara teknologi dimeidasi oleh perangkat teknologi, seperti computer, telepon genggam, atau tablet. b) Informasi (information)

(30)

dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan informasi itu komoditas bernilai sebagai bentuk baru dari kapitalisme yagn dalam pembahasan sering disebut dengan berbagai istilah, seperti informational (Castels, 2004), serta pengetahuan atau knowing (Thriff, 2005 dalam Gana & Beer, 2008). Bakan Castells (2010) memberikan lima karakteristik dasar informasi dan kehadiran teknologi informasi yang semakin merambah dala segi-segi kehidupan masyarakat (lihat Sugiharti, 2014: 62-63), yakni: (1) Informasi merupakan bahan baku ekonomi;

(2) Teknologi informasi memberikan pengaruh terhadap masyarakat maupun indibidu;

(3) Teknoogi informasi memberikan kemudahan dalam pengolahan informasi yang memungkinkan logika jaringan diterapkan dalam situasi maupun proses ekonomi;

(4) Ketika teknologi informasi dan logika jaringan tersebut diterapkan, memunculkan fleksibilitas yang lebih besardengan konsekuensi bahwa proses, organisasi, dan lembaga ekonomi dengan mudah dibentuk dan terus menerus diciptakan.

(31)

memproduksi pesan atu urutan dari pesan (sequence of messages) yang dikomunikasikan. Komponen kedua adalah transmitter atau media yang mentransmisikan (encodes) pesan. Transmisi inilah yang mengubah pesan dari sumber menjadi sinyal sehingga bisa disebarkan melalui medium komunikasi, seperti televisi. Komponen ketiga adalah channel yang merupakan medium dalam perjalanan pesan. Sinyal yang dipacarkan atau ditransmisikan itu melewati medium sehingga pesan yang diproduksi oleh transmitter bisa diterima oleh receiver.

(c) Arsip (Archive)

(32)

(d) Interaksi (Interactivity)

Menurut buku karangan Dr. Rulli Nasrullah (2015), secara sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal berbentuk saling mnegomentari atau memberi tanda, sepeti tanda ‘love’ di Instagrram. Interaksi dalam kajian meruapkan salah satu pembeda antara media lama (old media) dengan baru (new media). Dalam konteks ini, David Holmes (2005) menyatatakan bahwa dalam media lama pengguna atau khalayak media merupakan khalayak yang pasif dan cenderung tidak mengetahui satu dengan yang lainnya; sementara di media baru pengguna bisa berinteraksi, baik di antara pengguna itu sendiri maupun dengan produser konten media. Selanjutnya, secara teori kata “interaksi” bisa didekati dalam bebererapa makna, yakni:

 Interaksi merupakan sebuah struktur yang menghubungkan khalayak maupun teknologinya yang dibangun dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari berbagai sistem media.

 Interaksi memerlukan individu sebagai human agency. Perangkat teknologi seperti media sosial lebih banyak sekadar menjadi sarana atau alat yang sepenuhnya bisa digunakan oleh khalayak.

 Interaksi menunjukkan sebuah konsep tentang komunikasi yang terjadi antara pengguna yang termedia oleh media baru dan memberikan kemungkinan-kemungkinan baru yang selama ini ada dalam proses komunikasi interpesona.

 Interaksi juga bisa diartikan sebagai konsep yang menghapuskan seka atau baasan ruang dan waktu. Interkais di ruang virtual bisa terjadi kapan aja dan melibatkan pengguna dari berbagai wilayah (Gane & Beer, 2008: 97). (e) Simulasi (Simulation) Sosial

(33)

disebabkan oleh imaji yang disajikan media terus-menerus. Khalayak seolah-olah tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang ada di layar. Khalayak seolah-olah berada di antara dan ilusi sebab tanda yang ada di media sepertinya telah terputus dari realitas. Term Simulakra (simulacra) digunakan Baudrilliard untuk menggambarkan bagaimana realitas yang ada di media adalah ilusi, bukan cerimnan dari realitas, sebuah penandaan yang tidak lagi mewakili tanda awal, tetapi sudah menjadi tanda baru. Term ini terjadi melalui empat tahap proses: pertama, tanda (sign) merupakan presentasi realitas; kedua, tanda mendistorsi realitas; ketiga, realitas semakin kabur, bahkn hilang, malah tanda merupakan representasi dari representasi itu sendiri; dan keempat, tanda bukan lagi berhubungan dengan realitas-imaji telah menjadi pengganti dari realitas itu sendiri. Inilah yang menurut Bell terjadi dalam cyberspace dimana proses simulasi itu terjai dan perkembangan teknologi komunikasi serta kemunculan media baru menyebabkan individu semakin menjauhkan realitas, menciptakan sebuah dunia baru, yaitu dunia virtual (Bell, 2001) dalam Rulli (2015). Terakhir dalam proses simulacra, tanda yang dihasilkan sudah menjadi realitas tersendiri. Tanda tidak bisa dipilah unutk menemukan kesamaaan dengan realitas atau tanda yang pada awalnya diproduksi. Substansi realitas yang sama sekali baru.

(f) Konten oleh Pengguna (User Generated Content)

(34)

dengan produksi media. Dalam kajian awal tentang produksi media, konsumen hanya sedikit memiliki kekuatan untuk memengaruhi produksi isi media sedangkan lingkungan digital baru memperluas kekuasaan khalayak untuk mengarsipkan, memberi keterangan, menyesuaikan, dan menyirkulasi ulang konten media” (Jenkins, 2002) dalam Rulli (2015).

Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa media sosial khalayak tidak hanya memproduksi konten di ruang yang disebut Jordan sebagai ‘their own individualized palce’, tetapi juga mengonsumsi konten yang diproduksi oleh pengguna lain. Ini merupakan kata kunci untuk mendekati media sosial sebagai media baru dan teknologi dalam Web 2.0. Teknologi yang memungkinkan produksi serta sirkulasi konten yang bersifat massa dan dari pengguna atau user generated content (UGC). Bentuk ini adalah format baru dari budaya interksi (interactive culture) dimana para pengguna dalam waktu yang bersamaan berlaku sebagai produser pada satu sisi dan sebagai konsumen dari konten yang dihasikan di ruang online pada lain sisi (Fuchs, 2014; Gane & Beer, 2008).

(g) Penyebaran (Share/Sharing)

Penyebaran (share/sharing) merupakan karakter lainnya dari media sosial. Medium ini tidak haya menghasikan konten yang dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga didistribusikan sekaligus dikembangkan oeh penggunanya (Benkler, 2012; Cross, 2011). Praktik ini merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan bahwa khalayak aktif menyebarkan konten kelaigus mengembangkannya. Maksud dari pengembangan ini adalah konten yang ada mendapatkan, misalnya komentar yang tidak sekadar opini, tetapi juga data atau fakta terbaru.

(35)

tersebut. Uniknya, konten tidak hanya sebatas pada apa yang telah diunggah. Konten di media sosial yang disebarkan tersebut juga memungkinkan untuk berkembang dengan tambahan data, revisi informasi, komentar, sampai pada opini menyetujui atau tidak. Praktik pengembangan dan penyebaran konten di media sosial bisa dilihat sebagai bentuk dari upaya individu sebagai pengguna media sosial dan anggota masyarakat offline. Ada beberapa alasan menapa karakter penyebaran menjadi penting unutk media sosial, di antaranya:

 Upaya membagi informasi yang dianggap penting kepada anggota komunitas (media) sosial lainnya.

 Menujukkan possisi atau keberpihakan khalayak terhadap sebuah isu atau informasi yang disebarkan.

 Konten yang disebarkan merupakan sarana untuk menambah informasi atau data baru lainnya sehingga konten menjadi lebih lengkap (crowdsourcing).

Kedua, melalui perangkat. Penyebaran melalui perangkat bisa dilihat bagaimana teknologi menyediakan fasilitas unutk memperluas jangkauan konten, misalnya tombol ‘share’ di YouTube yang berfungsi untuk menyebarkan konten video, baik ke platform media sosial lainnya maupun media internet lainnya.

5. Jenis media sosial

(36)

informasi seperti apa yang sedang tejadi” (Saxena, 2014). Kehadiran situs jejaring sosial, seperti Instagram, merupakan media sosial yang dugunakan untuk mempublikasikan berbagai jenis foto/video, berbagi aktivias, juga memberikan ruang untuk saling berinteraksi dengan menggunakan layanan direct message. Adapun layanan lainnya yakni instagram stories atau biasa dipanggil instastory merupakan fasilitas untuk berbagi mengenai aktivitas sehari-harinya.

D. Instagram

Diambil dari Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram) Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang unik di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peranti bergerak. Instagram dapat digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun dengan sistem operasi iOS 7.0 atau yang terbaru,[1]telepon genggam Android apapun dengan sistem operasi versi 2.2 (Froyo) ke atas, dan Windows Phone 8. Aplikasi ini dapat diunggah melalui Apple App Store dan Google Play. Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari kata instan dan telegram.

(37)

sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi hidup dalam bentuk gradien.

Fitur-fitur instagram

a. Pengikut

Sistem sosial di dalam Instagram adalah dengan menjadi mengikuti akun pengguna lainnya, atau memiliki pengikut Instagram. Dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna Instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dan jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Untuk menemukan teman-teman yang ada di dalam Instagram, dapat menggunakan teman-teman mereka yang juga menggunakan Instagram melalui jejaring sosial seperti Twitter dan juga Facebook.

b. Mengunggah Foto

Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto yang ingin diunggah dapat diperoleh melalui kamera iDevice ataupun foto-foto yang ada di album foto di iDevice tersebut.

c. Kamera

(38)

yang digunakan di dalam Instagram adalah dengan rasio 3:2 atau hanya sebatas berbentuk kotak saja. Para pengguna hanya dapat mengunggah foto dengan format itu saja, atau harus menyunting foto tersebut terlebih dahulu untuk menyesuaikan format yang ada. Setelah para pengguna memilih sebuah foto untuk diunggah di dalam Instagram, maka pengguna akan dibawa ke halaman selanjutnya untuk menyunting foto tersebut.

d. Efek foto

Pada versi awalnya, Instagram memiliki 15 efek foto yang dapat digunakan oleh para pengguna pada saat mereka hendak menyunting fotonya. Efek tersebut terdiri dari: X-Pro II, Lomo-fi, Earlybird, Sutro, Toaster, Brannan, Inkwell, Walden, Hefe, Apollo, Poprockeet, Nashville, Gotham, 1977, dan Lord Kelvin. Pada tanggal 20 September 2011, Instagam telah menambahkan 4 buah efek terbaru, yaitu Valencia, Amaro, Rise, Hudson, dan menghapus 3 efek, Apollo, Poprockeet, dan Gotham. Dalam pengaplikasian efek, para pengguna juga dapat menghilangkan bingkai-bingkai foto yang sudah termasuk di dalam efek tersebut. Fitur lainnya yang ada pada bagian penyuntingan adalah tilt-shift yang fungsinya sama dengan efek kamera melalui Instagram, yaitu untuk memfokuskan satu titik pada sebuah foto, dan sekelilingnya menjadi buram. Dalam penggunaannya aplikasi tilt-shift memiliki 2 bentuk, yaitu persegi panjang dan bulat. Kedua bentuk tersebut dapat diatur besar dan kecilnya dengan titik fokus yang diinginkan. Tilt-shift juga mengatur rupa foto di sekeliling titik fokus tersebut, sehingga para pengguna dapat mengatur tingkat keburaman pada sekeliling titik fokus di dalam foto tersebut.

e. Judul foto

(39)

tersebut sesuai dengan apa yang ada dipikiran para pengguna. Judul-judul tersebut dapat digunakan pengguna untuk menyinggung pengguna Instagram lainnya dengan mencantumkan nama akun dari orang tersebut. Para pengguna juga dapat memberikan label pada judul foto tersebut, sebagai tanda untuk mengelompokkan foto tersebut di dalam sebuah kategori.

f. Arroba

Seperti Twitter dan juga Facebook, Instagram juga memiliki fitur yang dapat digunakan penggunanya untuk menyinggung pengguna lainnya dengan manambahkan tanda arroba (@) dan memasukkan nama akun Instagram dari pengguna tersebut. Para pengguna tidak hanya dapat menyinggung pengguna lainnya di dalam judul foto, melainkan juga pada bagian komentar foto. Pada dasarnya penyinggungan pengguna yang lainnya dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan pengguna yang telah disinggung tersebut.

g. Label foto

Sebuah label dalam Instagram adalah sebuah kode yang memudahkan para pengguna untuk mencari foto tersebut dengan menggunakan "kata kunci". Bila para pengguna memberikan label pada sebuah foto, maka foto tersebut dapat lebih mudah untuk ditemukan. Label itu sendiri dapat digunakan di dalam segala bentuk komunikasi yang bersangkutan dengan foto itu sendiri. Para pengguna dapat memasukkan namanya sendiri, tempat pengambilan foto tersebut, untuk memberitakan sebuah acara, untuk menandakan bahwa foto tersebut mengikuti sebuah lomba, atau untuk menandakan bahwa foto tersebut dihasilkan oleh anggota komunitas Instagram. Foto yang telah diunggah dapat dicantumkann label yang sesuai dengan informasi yang bersangkutan dengan foto. Pada saat ini, label adalah cara yang terbaik jika pengguna hendak mempromosikan foto di dalam Instagram.

h. Geotagging

(40)

mengaktifkan GPS mereka di dalam iDevice mereka. Dengan demikian iDevice tersebut dapat mendeteksi lokasi para pengguna Instagram tersebut berada. Geotagging sendiri adalah identifikasi metadatageografis dalam situs web ataupun foto. Dengan Geotag, para penguna dapat terdeteksi lokasi mereka telah mengambil foto tersebut atau tempat foto tersebut telah diunggah.

i. Jejaring sosial

Dalam berbagi foto, para pengguna juga tidak hanya dapat membaginya di dalam Instagram saja, melainkan foto tersebut dapat dibagi juga melalui jejaring sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, Foursquare, Tumblr, dan Flickr yang tersedia di halaman Instagram untuk membagi foto tersebut.[16]

j. Tanda suka

Instagram juga memiliki sebuah fitur tanda suka yang fungsinya memiliki kesamaan dengan yang disediakan Facebook, yaitu sebagai penanda bahwa pengguna yang lain menyukai foto yang telah diunggah. Berdasarkan dengan durasi waktu dan jumlah suka pada sebuah foto di dalam Instagram, hal itulah yang menjadi faktor khusus yang mempengaruhi foto tersebut terkenal atau tidak. Namun jumlah pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting membuat foto menjadi terkenal. Bila sebuah foto menjadi terkenal, maka secara langsung foto tersebut akan masuk ke dalam halaman popular tersendiri.

k. Popular

(41)

akan ada foto-foto popular baru lain yang masuk ke dalam daftar halaman dan menggeser posisi kepopuleran foto tersebut.

l. Peraturan Instagram

Sebagai tempat untuk mengunggah foto-foto dari masyarakat umum, ada beberapa peraturan tersendiri dari Instagram, agar para pengguna tidak mengunggah foto-foto yang tidak sesuai dengan peraturan. Peraturan yang paling penting di dalam Instagram adalah pelarangan keras untuk foto-foto pornografi, dan juga mengunggah foto-foto pengguna lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. Bila ada salah satu foto dari akun yang terlihat sama oleh pengguna lainnya, makan pengguna tersebut memiliki hak untuk menandai foto tersebut dengan bendera atau melaporkannya langsung kepada Instagram. m. Penandaan foto dengan bendera

Menandai foto dengan sebuah bendera berfungsi bila pengguna ingin melakukan pengaduan terhadap penggunaan Instagram lainnya. Hal ini dilakukan bila sebuah foto mengandung unsur pornografi, ancaman, foto curian ataupun foto yang memiliki hak cipta. Dalam menandai sebuah foto dengan bendera (flagging), informasi mengenai pihak yang telah menandainya akan tetap dijaga kerahasiaannya. Para pengguna lainnya juga dapat melaporkan foto yang bukan milik mereka di saat menemukan suatu foto dengan pelanggaran-pelanggaran yang sama.

n. Instagram Stories

(42)

mengupload, dan untuk video hanya tampil maksimal 15 detik saja.Instagram stories yang baru saja diupload akan dilihat oleh semua followers pengguna, dan akan tampil di paling atas beranda akun Instagram followers pengguna. E. Keteramplian Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain (Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell, 1998). Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Libet dan Lewinsohn (dalam Cartledge dan Milburn, 1995) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan. Keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya (Matson, dalam Gimpel & Merrell, 1998).

(43)

dikuasai oleh remaja maka akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Menurut John Jarolimek (1993 : 9), Keterampilan sosial yang perlu dimiliki yakni: (1) bekerjasama, toleransi, menghormati hak- hak orang lain, dan memiliki kepekaan sosial, (2) memiliki kontrol diri, dan (3) berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain. Pernyataan Jarolimek tersebut menunjukan bahwa keterampilan sosial itu terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan social merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.

1. Ciri-ciri Keterampilan Sosial

Secara lebih spesifik, menurut Adiyanti (1999: 7) keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:

a) Perilaku interpersonal : merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan bantuan, dan memberikan atau menerima pujian. Keterampilan ini kemungkinan berhubungan dengan usia dan jenis kelamin.

(44)

memperkirakan kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada situasi sosial tertentu.

c) Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis: merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan pelajar, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, melakukan apa yang diminta oleh guru, dan semua perilaku yang mengikuti aturan kelas.

d) Peer acceptance: merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberi salam, memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat dalam suatu aktivitas, dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain.

e) Keterampilan komunikasi: keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap kawan bicara.

(45)

dengan orang lain; dan ketiga perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru. 2. Faktor-faktor Keterampilan Sosial

Sebagai sebuah kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar, maka perkembangan keterampilan sosial tergantung pada berbagai faktor, seperti yang telah digolongkan oleh Natawidjadja (2002:3) yaitu:

a) Faktor dalam adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh manusia sejak dilahirkan. Didalamnya termasuk kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, sifat-sifat dan kepribadiaanya.

b) Faktor-faktor dari luar adalah faktor-faktor yang dihadapi oleh individu pada waktu dan setelah dilahirkan, faktor ini terdapat dalam lingkungan, meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat, kelompok sebaya dan lingkungan fisik.

c) Faktor-faktor yang merupakan perpaduan antara faktor-faktor dalam dengan faktor luar yaitu: meliputi sikap, emosi, kebiasaan dan kepribadian. 3. Aspek-aspek Keterampilan Sosial

Untuk meningkatkan keterampilan sosial diperlukan berbagai aspek-aspek keterampilan sosial, menurut Janice J. Beaty (1998 : 147) menyebutkan bahwa keterampilan sosial atau disebut juga prosocial behavior (perilaku prososial) mencakup perilaku-perilaku sebagai berikut:

a) Empati yang di dalamnya anak-anak mengekspresikan rasa haru dengan memberikan perhatian kepada seseorang yang sedang tertekan karena suatu masalah dan mengungkapkan perasaan orang lain yang sedang mengalami konflik sebagai bentuk bahwa anak menyadari perasaan yang dialami orang lain

b) Kemurahan hati atau kedermawanan yang di dalamnya anak-anak berbagi dan memberikan suatu barang miliknya pada seseorang

c) Kerjasama yang di dalamnya anak-anak mengambil giliran atau bergantian dan menuruti perintah secara sukarela tanpa menimbulkan pertengkaran d) Memberi bantuan yang di dalamnya anak-anak membantu seseorang untuk

(46)

Dapat disimpulakan bahwa keterampilan sosial memuat aspek-aspek keterampilan untuk hidup bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.

1. Social Skills

Keterampilan sosial bukan keterampilan bawaan dari lahir. Social skills terbagi menjadi dua macam yaitu verbal dan nonverbal. Dilatih, dipelajari, dipraktekan untuk berinteraksi dengan orang lain. Itu semua disesuaikan dengan niai, norma, dan adat istiadat masyarakat setempat. Contoh dari keterampilan sosial adalah rasa empati dan rasa peka terhadap orang lain.

Adapun keterampilan sosial yang dibutuh pada abad 21 ini adalah a. Basic skill: keterampilan dalam membentuk karakter pribadi

dengan kemampuan berdasarkan citra diri (karakter diri). Kemampuan untuk mengelola diri untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Cara memposisikan diri kita dihadapan orang lain dalam lingkungan sosial.

b. Joining skills : keterampilan untuk bergabung dan bekerjasama dengan orang lain.

c. Peace skills: keterampilan menjalin hubungan harmonis dengan orang lain.

d. Friendship skills: keterampilan menjalin pertemanan atau relasi dengan orang lain. Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan dirinya sebagai orang terdekat.

e. Conflict skills: keterampilan untuk menyelesaikan konflik/pertentangan. Juga memiliki jiwa pemimpin.

(47)

g. Empathy: keterampilan untuk menempatkan diri kita, seoah berada di posisi orang lain, lebih dari simpati.

F. Pengembangan Kepekaan Sosial

Dikutip dalam buku Sapriya (2015), pengertian kepakaan sosial secara harfiah, istilah “kepekaan” (sensitivity) berasal dari kata peka (sensitive) yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah berekasi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial (kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi kepekaan sosial (sosial sensitivity), ialah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah sosial/kemasyarakatan. Terdapat sejumlah masalah kemasyarakatan yang diharapkan akan menjadi bagian perhatian setiap siswa dan atau warga Negara dan masyarakat sehingga perlu dikembangkan sejak mereka berasa di bangku sekolah.

(48)

G. Kerangka Berpikir

G

am

ba

r 2

.1

k

er

an

gk

a b

er

pik

(49)

1. Lokasi Penelitian

Penelitian pengaruh instagram terhadap kepekaan sosial ini untuk mengetahui seberapa besar dampak penggunakaan instagram di kalangan mahasiswa pendidikan IPS khususnya angkatan 2015 dalam kepekaan sosialnya. Hal ini dikarenakan instagram sudah banyak digunakan oleh mahasiswa Pendidikan IPS. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa yang sudah mengontrak mata kuliah Pengembangan Keterampilan Sosial.

2. Subjek Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan informasi lisan yang diperoleh dari informan atau narasumber di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan informasi lain yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian. Adapaun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan IPS khususnya angkatan 2015 yang telah mengontrak mata kuliah Pengembangan Keterampilan Sosial.

B. Metode dan Desain Penelitian

Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendeatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012, hlm. 7). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradiosional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional. Karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut positivistic karena berlandaskan pada filsafa positivism. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang konkrit, empiris, obyektif karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai IPTEK baru. Metode ini disebut

(50)

metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Metode penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode survey. Penelitian metode survey merupakan penelitian kauntitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuisioner. Kuisioner online berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variable-variabel, berhubungan di antara variable yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Metode survey biasanya digunkaan untuk mendapakan data dari tempat tertentu yang alamiah, namun peneliti melakukan perlkuan dalam pengumpulan (kuisioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen (Sugiyono, 2014).

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 130), dalam penelitian ini yang menjadi populasi objek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan IPS angkatan 2015 A dan 2015 B. Jumlah keseluruhan angkatan 2015 sebanyak 91 orang. Populasi tersebut merupakan mahasiswa yang sudah mengontrak matakuliah Pengembangan Keterampian Sosial. 2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiiki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel juga dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunkan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Menurut Arikunto (2006, hlm. 131). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Terkait jumlah sampel, Arikunto mengemukakan bila subjek dalam populasi kurang dari 100, sebaiknya diambil semua sehingga menjadi penelitian populasi. Jika subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-15% atau lebih, tergantung dari antara lain: kemampuan peneliti dengan menggunakan waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, dan besar kecilnya risiko yang ditanggung peneliti.

(51)

Pengembangan Keterampilan Sosial maka sampel diambil sebesar 70% dari dijelaskan istilah yang terdapat di dalam judul ini, yaitu:

1. Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri.

2. Kepekaan Sosial

Kepekaan sosial ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan peka (sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial, dan ekonomi di masyarakatnya. Campbell (1989) dalam Sapriya (2015).

3. Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan iniversitas.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini peneliti akan memperjelas variable-variabel yang dikaji dalam penelitian ini. variable bebas dalam penelitian ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa variable tersebut memiliki pengaruh terhadap variable terikat. Dalam penelitian ini terdapat dua variable, maka rincian indicator yang terkait dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Media Sosial (X)

2. Kepekaan Sosial (Y)

Indicator varibael X dan Y dipaparkan dalam variabel, dimensi, indikator, dan nomor item pertanyaan dalam instrumen.

Tabel 3.1 Instrument Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Item

(52)

Pemberi informasi bekerja sama

Gambar

Gambar 2.1 kerangka berpikir
Gambar 4.1 jawaban responden
Gambar 4.6 jawaban responden
Gambar 4.7 jawaban responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun penelitian Vu yang dilakukan di Vietnam menemukan hal lain, yaitu wanita yang mempunyai pekerjaaan cenderung untuk menikah lebih lambat dibandingkan wanita

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (Content Analisis) dengan mengunakan pendekatan penelitian hukum normatif (legal research)

Kesimpulan penelitian adalah: (1) terdapat hubungan anemia terhadap persalinan preterm, (2) tidak terdapat hubungan usia ibu terhadap persalinan preterm, (3) terdapat hubungan

agrowisata serta adanya permintaan dari masyarakat untuk bekerja sama dalam mengembangkan daya tarik wisata di agrowisata. sedangkan ancaman yang mungkin akan timbul yaitu

Dalam beberapa konsep etika ini banyak para filosof yang menghubungkan etika ini dengan tujuan pencapaian kebahagiaan manusia didunia dan diakhirat diantaranya adalah, ada

Tahun 2003 menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT Ki Ageng Pandanaran, dibawah pengurus baru ini BMT dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota koperasi

• Beri dan terima hadiah, jamuan, perjalanan, dan hiburan yang meningkatkan nama baik dalam hubungan bisnis, tetapi jangan pernah memberikan atau menerima hadiah,

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa crowdfunding adalah sebuah terobosan baru dalam cara penggalangan dana modern melalui internet dengan memanfaatkan