• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perkembangan anak Masa SMP dan S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perkembangan anak Masa SMP dan S"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu masa perkembangan yang ditandai adanya proses perubahan dan kondisi “entropy” ke kondisi “negentropy”. Entropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran (pengetahuan, perasaan) manusia belum tersusun rapih sehingga belum berfungsi maksimal. Sedangkan negentropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran tersusun urut.

Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut. Masa remaja ini terjadi beberapa perubahan atau perkembangan yang terjadi antara lain perkembangan fisik, perkembangan emosional dan perkembangan seksual.

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas.

(2)

1. Bagaimnakah pertumbuhan dan perkembangan remaja dari masa SMP-SMA?

2. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terjadi pada remaja?

3. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja?

1.3 Tujuan

1. Mengetahuipertumbuhan dan perkembangan remaja masa SMP-SMA.

2. Mengetahui perkembangan fisik yang terjadi pada remaja.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Masa SMP-SMA Seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai peserta didik, pada remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui manusia, juga makna pertumbuhan dan perkembangan menunjuk kepada proses perubahan secara fisik dan psikis (jiwa) yang dialami oleh remaja yang bersekolah pada jenjang pendidikan sekolah menengah (SMP/SMA), dan jenjang pendidikan tinggi.

Masalah pertumbuhan dan perkembangan remaja sebagai peserta didik juga perlu menjadi perhatian bagi para calon dan para guru di SMP, SMA, dan di Perguruan Tinggi (PT), karena dengan bekal pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja, para guru di SMP, di SMA, dan PT dapat menyesuaikan proses pembelajarannya atau perkuliahannya sesuai dengan kebutuhan belajar remaja. Kebutuhan belajar remaja sebagai peserta didik akan difokuskan kepada pembahasan tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang membutuhkan proses pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis. Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh gejolak dan goncangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi karena remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa eksplorasi yang menyebabkan para remaja ingin mencoba terhadap segala hal yang diketahui melalui proses membaca dan mengalami dalam kehidupannya sehari-hari.

(4)

merupakan masa yang penuh gejolak dan goncangan, maka para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang remaja dan permasalahannya dan masalah psikologi remaja. Dengan bekal pengetahuan dan pemahaman tentang remaja dan psikologi remaja, para guru di sekolah harus memahami tentang kondisi psikologis remaja dan menghadapi sikap dan perilaku remaja sebagai peserta didik secara edukatif dan persuasif. Berikut adalah beberapa karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang terjadi pada usia sekolah menengah.

2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik

Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

(5)

kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri. Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :

1. Perempuan

a) Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)

b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)

c) Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)

d) Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)

e) Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

f) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

2. Laki-laki

a) Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)

b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)

c) Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)

d) Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)

e) Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)

(6)

g) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

2.1.2 Perkembangan Seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

(7)

secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2.1.3 Cara Berfikir Kausalitas

(8)

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.

(9)

2.1.4 Emosi yang Meluap-luap

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

2.1.5 Perkembangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

(10)

remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

(11)

sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

2.1.6 Perkembangan Moral

(12)

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.

(13)

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

2.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangna Remaja

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru memilih teman.

2.2.1 Lingkungan keluarga

(14)

Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

A. Pola asuh keluarga

Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga. Sikap orang-tua yang otoriter, mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja. Ia akan berkembang menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga, sehingga proses sosialisasi menjadi terganggu. Sikap orang-tua yang “permisif “ (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial diluar keluarga.Sikap orang-tua yang selalu membandingkan anak-anaknya, akan menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara. Sikap orang-tua yang berambisi dan selalu menuntut anaknya, akan berakibat anak cenderung mengalami frustrasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga.

Orang-tua yang “ demokratis “, akan mengakui keberadaan anak sebagai individu dan makluk sosial serta mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak. Kondisi ini akan menimbulkan keseimbangan antara perkembangan individu dan sosial, sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.

B. Kondisi keluarga

(15)

Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “ melarikan diri “ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

C. Pendidikan moral dalam keluarga

Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai– nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah . Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai :

1. Keagamaan. Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak yang mampu menjauhi halhal yang dilarang dan melaksanakan perintah agama. Menaamkan norma agama dianggap sangat besar peranannya terutama dalam menghadapi situasi globalisasi yang berakibat bergesernya nilai kehidupan. Remaja yang taat norma agama akan terhindar atau mampu bertahan terhadap pengaruh buruk di lingkungannya.

2. Kesusilaan, meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati , menghargai orang lain dan sebagainya.

(16)

porno, bergaul bebas, minuman keras, merokok akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja.

2.2.2 Lingkungan Sekolah

Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orang–tua perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut :

A. Susunan Sekolah

Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :

1. Kedisiplinan

Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati, cenderung brutal dan agresif.

2. Kebiasaan belajar

(17)

perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai kompensasi kekurangannya di bidang akademik, siswamenjadi nakal dan brutal.

3. Pengendalian diri

Suasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit untuk dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi remaja, mosalnya penyalahgunaan Napza, perkelahian, kebebasan seksual, dan tindak kriminal lainnya.

B. Bimbingan Guru

Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis (Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan :

(18)

2. Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual ,karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan

3. Memiliki kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa

4. Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.

5. Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.

6. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun , menghargai orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya.

7. Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa

8. Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa

9. Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.

10. Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai siswa

11. Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.

12. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri

13. Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa berkomunikasi.

2.2.3 Lingkungan Teman Sebaya

(19)

lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksi–sanksi dunia dewasa. K elompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.

2.2.4 Lingkungan Masyarakat

(20)

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut. Masa remaja ini terjadi beberapa perubahan atau perkembangan yang terjadi antara lain perkembangan fisik, perkembangan emosional dan perkembangan seksual.

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas.

3.2 Saran

(21)

terjerumus kedalam pergaulan bebas. Karena keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya akan menjadi anak-anak tersebut berguna baik it bagi orang tuanya sendiri maupu untuk Negara sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Griadhi, Chakra. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Singaraja: UD Bali Warna.

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangna Peserta Didik.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidkan dasar dan Menengah.

Maulana, Arman. 2011. Karakteristik Anak Usia SMP-SMA. http://smpialkhoirat. blogspot. com/2011/02/karakteristik-anak-usia remaja.html. (diakses tanggal 29 Maret 2012)

Muharom, Jamaludin. 2011. Perkembangan Remaja. http://honggoseven.blogspot . com/2011/05/kebutuhan-remaja-tugas-perkembangan.html. (diakses tanggal 29 Maret 2012)

Reni. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Remaja. http://reni77. wordpress.com/2012/02/23/pengaruh-lingkungan-terhadap-perkembangan-jiwa- remaja/ (diakses tanggal 29 Maret 2012)

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penunjang keputusan dapat membantu calon wirausahawan untuk menilai apakah usaha baru yang ingin dijalankannya layak dan menguntungkan baginya dengan cara

Pasien biasanya terpengaruh oleh penolakannya sehingga dia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya, ia malahan dapat menekan apa yang telah ia

Menumbuhkan pemahaman orang tua tentang anak hiperaktif melalui media konseling dapat pula dilakukan dengan jalan yang terbuka, misalnya. percakapan yang mendukung

These result suggest that adding zinc to vitamin supplementation increased taste acuity in wasted children with normal albumin levels However, there was only increasing of body

Berdasarkan hasil penelitian Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengelola Sumber Daya Manusia Di Madrasah Aliyah (MA) Masyariqul Anwar Bandar Lampung, tentang

Pencocokan hama atau penyakit juga dilakukan dengan invers dari hamming distance, yaitu setiap gejala yang terdeteksi terdapat pada hama atau penyakit akan bernilai 1, jika

Hasil analisis sttistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk siswa kelompok eksperimen sebesar 79,3 dan kelompok kontrol sebersar 69,6, sehingga dapat

Meskipun teman tidak berada pada urutan pertama pendukung kebahagiaan remaja, namun relasi bersama teman yang tidak memuaskan dapat menjadi salah satu