• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM PE"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM PERUSAHAAN

TOKSIKOLOGI INDUSTRI ROKOK DJARUM KUDUS

Disusun Sebagai Tugas

Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dosen Pangampu : FahmiArifan, S.T. M.T

Oleh :

Indah Yuniarti (40040117640023)

Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(Sarjana Terapan) Teknologi Rekayasa Kimia Industri 2017/2018

(2)

TOKSIKOLOGI INDUSTRI ROKOK DJARUM KUDUS

Abstrak

PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang bermutu dan memiliki karakteristik yang khas sehingga kepuasan dan kepercayaan masyarakat dapat tercapai dengan berkomitmen dan konsisten terhadap mutu yang tinggi, namun dengan biaya produksi yang sesuai. Untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin kompetitif dan diperlukan adanya pengendalian kualitas.

Selama ini, pengendalian kualitas di PT Djarum dilakukan dengan cara inspeksi pada kualitas bahan baku, proses produksi dan hasil produksi. Namun kenyataannya pada proses produksi rokok Djarum Super pun masih terdapat hal-hal yang menyebabkan produk-produk reject. Permasalahan kualitas seperti ini apabila tidak ditanggulangi maka akan memberikan dampak negatif yang sangat besar.

PENDAHULUAN

Merokok merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas prematur paling penting pada populasi dunia yang seharusnya bisa dicegah. Angka kematian dini ini diperkirakan mencapai 4,8 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia pada tahun 2000 dengan 2,4 juta orang di antaranya terjadi di negara berkembang dan sisanya terjadi di negara-negara maju (Burns, 2005; McPhee dan Pignone, 2007). Angka itu kini meningkat menjadi 5,4 juta kematian setiap tahunnya pada tahun 2006. WHO memperkirakan angka tersebut masih akan terus naik dan mencapai 10 juta kematian per tahun pada tahun 2030 (Jaya, 2009). Data hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku merokok dapat mengurangi angka harapan hidup sampai 8,8 tahun (Streppel, et al., 2007).

(3)

melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat terutama remaja yang paling sangat terpengaruh.

Hal, ini terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya merokok. Sehingga masih dibutuhkan informasi tentang bahaya merokok yang diakaitkan dalam bidang toksikologi.

Selain adanya zat berbahaya dalam rokok, adanya limbah yang dihasilkan oleh PT. Djarum, yaitu perusahaan yang berdiri sejak tahun 1950, setiap harinya memproduksi hampir 200.000 batang rokok. Limbah tersebut berasal dari proses pelunakan cengkeh. Limbah inilah yang nantinya akan diolah menjadi pupuk kompos dan air untuk irigasi serta air limbah yang telah diolah digunakan untuk membantu irigasi sawah di sekitar perusahaan.

Untuk mengolah limbah menjadi kompos, PT Djarum memanfaatkan lumpur yang telah diaktivasi dengan mikroba, kapur, urea, dan asam fosfat encer. Awalnya, limbah hasil proses pelunakan cengkeh memiliki kadar pH 4, Biological Oxygen Demand (BOD) 6000 ppm dan Chemical Oxygen Demand (COD) 12.000 ppm. Limbah ini kemudian dicampur dengan lumpur yang sudah diaktivasi. Sekitar dua bulan kemudian, campuran itu pun berubah menjadi pupuk kompos.

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas, antara lain :

a. Apa saja senyawa toksik yang terkandung dalam rokok? b. Bagaimana asas-asas umum toksikologi dalam rokok?

c. Apa bahaya limbah yang dihasilkan dari industri rokok Djarum Kudus? d. Bagaimana proses pengolahan limbah rokok Djarum Kudus?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah : a. Untuk mengetahui senyawa toksik yang terkandung dalam rokok

b. Untuk mengetahui asas-asas umum toksikologi dalam rokok.

(4)

PEMBAHASAN A. Deskripsi Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2. Jenis-jenis Rokok

Menurut Sitepoe (1997), jenis rokok berdasarkan bahan baku dibagi tiga jenis:

a) Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

b) Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis ( Bustan, 2000) :

a) Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

b) Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

3. Kandungan rokok

(5)

Daftar bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan dan menggunakan filter rokok atau tidak. b) Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah sejumlah 2%–16% (Sitepoe, 1997).

c) Tar

(6)

kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5 mg-15 mg. walaupun rokok diberi filter efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).

d) Timah Hitam (Pb)

Merupakan partikel asap rokok timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikrogram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikrogram per hari. Bisa dibayangkan bilaperokok berat menghisap rerata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk kedalam tubuh (Sitepoe, 1997).

e) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammoniak sehingga jika masuk sedikitpun kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

B. Asas-Asas Umum Toksokologi pada Senyawa Dalam Rokok 1. Mekanisme Efek Toksik

Mekanisme toksisifikasi dibedakan menjadi 3 cara diantaranya adalah: a. Mekanisme Aksi Berdasarkan Sifat dan Tempat Kejadian

1) Mekanisme Langsung atau Primer

Empat sistem ini dapat menjadi sasaran aksi berbahaya zat racun, diantaranya : Membran Sel, DNA, Protein dan Energi

(7)

Mekanisme terjadi secara tidak langsung , racun beraksi di lingkaran luar sel, tempat kejadian awal di lingkungan ekstrasel senyawa toksik mengganggu sistem metabolisme dasar & pengaturan aktivitas sel.

b. Mekanisme Aksi Berdasarkan Sifat Antaraksi 1) Gugus Kimia Fungsi dari biopolymer 2) Tempat Aksi Selektif

3) Kompartemen Tubuh,

c. Mekanisme Aksi Berdasarkan Resiko Penumpukan 1) Reaksi Sensitisasi Alergi

2) Sintetis Letal

3) Penyekatan Aksi Enzim yang tak Terbalikkan

Dalam rokok terdapat 400 lebih senyawa toksik,, yang paling berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Berikut kami paparkan mengenai mekanisme ketoksikan dari senyawa berikut.

 Nikotin

Nikotin yang terdapat dalam asap rokok dapat masuk ke paru-paru, kemudian masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa ke otak. Otak manusia memiliki reseptor penerima nikotin yang disebut Nicotinic Cholinergic Receptors (nicotinic acetylcholine receptors atau nAChRs). Bentuk reseptor penerima ini seperti struktur membran sel, yang akan membuka bila ada invasi dari molekul tertentu.

(8)

dopamin. Senyawa kimia ini bekerja menstimulasi perasaan bahagia pada seseorang dan efek yang lebih kuat sama seperti rangsangan memicu rasa lapar. Sebelum dopamin dikeluarkan, nikotin terlebih dahulu telah mengaktivasi glutamin, yakni neurotransmitter yang memfasilitasi pelepasan dopamin dan pelepasan asam γ-aminobutirik (GABA) yang menghambat aktivasi dari dopamin. Eksperimen yang pernah dilakukan pada seekor tikus menunjukkan pemberian nikotin akan memberi pengaruh terhadap pengeluaran dopamin di daerah-daerah tertentu otak, seperti area mesolimbic dan cortex frontal (Benowitz, 2010). Waktu yang dibutuhkan nikotin untuk mencapai otak sekitar sepuluh menit setelah seseorang merokok (NIH, 2011). Dengan paparan nikotin yang berulang pada seorang perokok, kemampuan adaptasi otak terhadap nikotin mulai meningkat. Saat kemampuan adaptasi meningkat, jumlah unit-unit reseptor nAChR juga meningkat. Selanjutnya aktivasi VTA dan neuron-neuron di nucleus accumbens akan meningkat (Benowitz, 2010). Karena perasaan senang terjadi, manusia cenderung ingin mengulangi kejadian (merokok) itu terus menerus.

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, nikotin masuk dalam mekanisme langsung karena sasaran aksi berbahaya zat nikotin membran sel, DNA,dalam hal ini sel saraf sehingga menimbulkan efek ketergantungan. Nikotin masuk dalam mekanisme tempat aksi selektif.

 Tar

(9)

bisa masuk dalam paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, tar masuk dalam mekanisme langsung dan tak langsung karena sasaran aksi berbahaya zat tar pada sel sehingga menimbulkan kanker. Mekanisme tak langsung pada tar adalah pada pengendapan tar di saluran pengendapan sehingga membentuk endapan berwarna cokelat. Tar masuk dalam mekanisme resiko penumpukan.

 Karbomonoksida (CO)

Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah sejumlah 2%– 16% (Sitepoe, 1997).

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, karbonmonoksida masuk dalam mekanisme langsung karena sasaran aksi berbahaya karbonmonoksida adalah energi respirasi yang dibutuhkan dalam proses metabolime tubuh. Karbondioksida masuk dalam mekanisme gugus kimia fungsi dari biopolimer.

2. Sifat Efek Toksik:

a. Sifat efek toksik pada Nikotin

(10)

insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan perokok aktif mempunyai peningkatan kadar gula darah yang kronik (Anonim, 2009).

Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu pada rangsangan kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif. Walaupun nikotin bersifat adiktif dan dapat menjadi toksik jika diambil dalam kuantiti yang berlebihan, namun nikotin tidak menyebabkan kanker (Anonim, 2009). Sehingga Nikotin pada rokok merupakan efek toksik tak terbalikkan karena perokok aktif yang lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif.

b. Sifat efek toksik pada Tar

Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009). Sehingga tar pada rokok merupakan efek toksik tak terbalikkan karena zat-zat karsinogen yang terkandung dalam tar akan menumpuk dalam paru-paru yang akan mengakibatkan kanker paru-paru.

c. Sifat efek toksik pada Karbonmonoksida

(11)

C. Limbah Industri Rokok Djarum Kudus

a) Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok

Setiap aktivitas industri termasuk aktivitas industri rokok pasti ada sisa-sisa atau bahan buangan yang memerlukan proses managemen lebih lanjut untuk meminimumkan pengaruh negative dari sisa-sisa tersebut sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan alam baik udara air dan tanah dan juga terhadap ligkungan sosial (Social Environmental) yang sangat dimungkinkan menimbulkan penyakit bagi manusia dan juga makhluk-makhluk lainnya, sedang pada proses industri rokok ada salah satu sisa produksi yang disebut dengan Limbah Jengkok Tembakau.

Limbah Jengkok Tembakau Industri rokok ialah sisa-sisa atau limbah pencausan tembakau dalam proses produksi rokok dan berbentuk halus (bubuk), dimasukkan dalam wadah karung atau goni dan disimpan dalam gudang tertentu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap lingkungan (Budiono,2003).

b) Bahaya Limbah Jengkok tembakau

(12)

semakin meningkat sehingga kita harus selalu waspada terhadap akibat yang ditimbulkan.

Air yang kita gunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga, beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit) bahan organik (pestisida, detergen) dan beberapa bahan anorganik (garam; logam; asam) serta bahan-bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan.

Pencemaran lingkungan sangat buruk akibatnya terhadap kehidupan di bumi, oleh sebab itu pengawasan dan pencegahan pencemaran lingkungan harus selalu diupayakan demi kelestarian kehidupan di bumi. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka limbah jengkok tembakau Industri rokok harus diupayakan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan bahkan ditemukan manfaat dari limbah jengkok tembakau Industri rokok setelah diadakan pengkajian dan penelitian.

Limbah jengkok tembakau Industri rokok mengadung logam berat yang berbahaya adalah logam berat Arsen (As). Arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenic digunakan sebagai pestisida, herbisida dan insektisida. (Anonymous, 2009)

c) Potensi Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok Sebagai Pupuk Organik

(13)

berguna ternyata masih dapat digunakan sebagai pupuk organik. Permasalahan hasil penelitian ini adalah masih tingginya kandungan logam berat Arsenik (24,32 ppm), Berdasar hasil penelitian yang pernah dilakukan, menyatakan :

1) Pupuk organik jengkok tembakau mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis), Buncis

(Phaseolus vulgaris L), Tomat (Licopersicum esculentum Mill),

2) Hasil buah mangga dengan pupuk organic jengkok tembakau aman dikonsumsi, walaupun belum dapat disebut produk organik, dan untuk lebih aman lagi kandungan. Lead (Pb) yang kurang dari 0,50 ppm diturunkan menjadi lebih kecil dan bahkan menjadi nol. (Talkah, 2004).

Selaian itu, terdapat pula pengaruh positif pupuk organic jengkok tembakau fermentasi MoMixA terhadap pertumbuhan dan produktivitas Semangka (Citrullus vulgaris schard) varietas Hitam Manis.

D. Proses Pengolahan Limbah

Kompos dan Proses Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifcial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003).

(14)

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahanbahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawasenyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesoflik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termoflik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka fermenter akan bekerja secara efektif untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

(15)

Teknologi Proses Komposting

Komposting aerobik

Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport elektron dari electron donor menuju external electron acceptor adalah oksigen. Ada beberapa metoda atau teknologi proses komposting secara aerobik ini yaitu :

a. Windrow composting

Didefinisikan sebagai sistem terbuka, pemberian oksigen secara alamiah, dengan pengadukan/pembalikan, dibutuhkan penyiraman air untuk menjaga kelembabannya.

Keuntungan :

- Biaya relatif murah untuk windrow composting

(16)

- Dapat dibuat dalam skala kecil dan mobile (in-vessel composting) Sehingga dapat dibuat dalam bentuk modul-modul.

Kerugian :

- Masih menimbulkan dampak negatif berupa : bau, lalat, cacing dan rodent, serta air leachate 11

- Operasional kontrol temperatur dan kelembaban sulit, karena kontak langsung dengan udara bebas, sering tidak mencapai kondisi optimal

- Membutuhkan lahan yang luas untuk sistem windrow composting, karena proses pengomposan sampai pematangan membutuhkan waktu minimal 60 hari.

Komposting anaerobic

Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah bakteri obligate anaerobik. Proses berlangsung dengan reaksi sebagai berikut :

Dalam proses ini terdapat potensi hasil sampingan yang cukup mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber energi alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan pendekatan waste to energy (WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah organik dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.

Keuntungan :

- Tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energi

- Dalam tangki tertutup sehingga tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan Kerugian :

- Untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena factor skala ekonomis, sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil

- Biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.

Untuk menunjang keberhasilan dalam proses komposting ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dan sangat mempengaruhi berjalannya proses ini yaitu :

 Kadar air, untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. Kadar air berkisar antara 50-60%, optimum 55%.

(17)

 Temperatur, merupakan faktor penting dalam kehidupan mikroorganisme agar dapat hidup dengan baik. Suhu pada hari-hari pertama pengomposan harus dipertahankan berkisar antara 50-55oC, sedangkan pada hari-hari berikutnya 55-60oC

 pH, juga sebagai indicator kehidupan mikroorganisme. Rentang pH dipertahankan berkisar antara 7 sampai 7,5.

 Ukuran partikel, berhubungan dengan peningkatan rata-rata reaksi dalam proses. Ukuran partikel berkisar antara 25-75 mm.

 Blending dan Seeding , pencampuran ini dipengaruhi oleh rasio C/N dan kadar air. Lumpur tinja sering ditambahkan pada kompsoting sampah untuk meningkatkan rasio C/N.

 Suplai oksigen, sangat penting dalam proses pengomposan secara aerobic. Suplai oksigen secara teoritis biasanya ditentukan berdasarkan komposisi sampah yang dikomposkan.

 Pengadukan, berfungsi untuk menjaga kadar air, menyeragamkan nutrient dan mikroorganisme.

 Kontrol pathogen, dilakukan dengan pengontrolan suhu, dimana pathogen biasanya akan mati pada suhu 60-700C selama 24 jam.

Proses Pengolahan Industri

(18)

bersifat basa sehingga cairan yang asam tersebut mendapatkan pH yang mendekati netral. Setelah itu, cairan diaduk2 dengan maksud pemberian oksigen (oksigenasi) dan dicampur dengan bakteri yang sengaja dikembangbiakkan di tempat tersebut. Bakteri aerob dibantu oksigen untuk proses pembusukan limbah sehingga limbah tersebut tidak lagi terlalu berbahaya.

Gambar 1 Pengolahan limbah

(19)

Gambar 2 kolam ikan yang berisi air limbah yang sudah diolah oleh IPAL PT. Djarum

(20)

 Diagram Alir pengolahan limbah

Gambar 3 pengolahan limbah cair di IPAL

Dalam melakukan pengolahan limbah pada pabrik rokok ini, terdapat tahapan teknis yang harus di lakukan, yaitu:

1. Identifikasi terhadap sumber dan jenis limbah

(21)

2. Identifikasi alternative penerapan produksi bersih 3. Pemilahan dan pemisahan dari sumbernya

4. Pengelolaan dan pemanfaatan berdasarkan karakteristik limbah 5. Pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir

Selain tahapan di atas, terdapat langkah-langkah lain dalam pengolahan limbah pada pabrik rokok, yaitu:

 Pengolahan limbah padat

SUMBER LIMBAH PADAT PENGELOLAAN

1. Gagang dan jengkok tembakau dan cengkeh dari penyiapan bahan baku 2. Aki bekas, kemasan bekas, pallet

bekas dari penyiapan bahan baku proses produksi

3. Keranjang bekas/tikar bekas, lumpur eks IPAL dari proses penyiapan bahan baku dan hasil IPAL

4. Filter bekas/sortiran, kayu bekas pallet dari proses produksi dan penyiapan bahan baku

5. Pasir, kerikil,metal dari proses penyiapan bahan baku

6. Sampah rumah tangga (domestik) 7. Tali rafia, plak-ban-botol bekas, dll

dari kegiatan perkantoran dan proses produksi

1. Dijual untuk dimanfaatkan (Re-sale-able)

2. Daur ulang dan digunakan kembali (Recycle-able dan Re-use-able) 3. Dibuat kompos (Compost-able) 4. Dibakar (Combustible)

5. Limbah yang tidak berpengaruh (Innert waste) untuk tanah urug 6. Masuk ke TPS dibuang ke TPA 7. Dijual untuk di daur ulang

(22)

 Pengolahan sampah non produksi

Jenis limbah/ sampah Cleaner production Final disposal alternative

Office wastes

Kertas, karton Paperless Daur ulang 3rd party

Plastic Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Battery kering Less hazardous, battere alkaline B-3/ PPLI

Non recycle

combustible

Segregasi, Energy recovery Incineration (own, co-partner)

Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Household wastes

Kertas, karton Paperless Daur ulang 3rd party

Plastic Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Non recycle

combustible

Washable and Re-useable materials (lunch boxes)

Menuju zero waste

Non recycle,

combustible

Segregasi, Energy recovery Incineration (own, co-partner)

Non recycle,

compostable

Segregasi, Pengomposan Composting (own, co-partner)

TPA - Pemda

Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

(23)

SUMBER LIMBAH CAIR PENGELOLAAN

1. Air cucian dan admoist pada proses pelunakan cengkeh

2. Air cucian dan admoist pada proses pelunakan gagang tembakau

3. Air cucian dan residual dari proses ekstraksi bahan–bahan pembuat saos dari bahan rempah-rempah alami dan campurannya pada proses Assembling Flavor

4. Air cucian peralatan proses produksi (ex casing drum) pada primary process

5. Air cucian lem dari secondary process 6. Air limbah ex utility : blow down

boiler

7. Limbah Domestik (MCK) 8. Limbah oli bekas

Limbah Cair diolah dengan :

1. Pengolahan secara fisik – kimia 2. (penyaringan, sedimentasi, penetralan 3. pH, koagulasi-flokulasi,dsb)

2. Pengolahan secara biologis 4. (anaerobik dan aerobik) 3. Pengolahan lanjutan (absorsi)

(24)

 Pengolahan limbah ke udara

SUMBER LIMBAH KE UDARA PENGELOLAAN

1. Debu organik dari penyiapan

tembakau, cengkeh

2. VOC tembakau, cengkeh,

dan flavour

3. Emisi gas buang hasil

pembakaran bahan bakar

1.a. Penggunaan alat sedot debu

1.b. Melokalisir lokasi penghasil debu

2.a. Minimalisasi proses penguapan

2.b. Melokalisir lokasi penghasil VOC

3.a. Penggunaan bahan bakar yang

ramah lingkungan, hemat bhn bakar

3.b. Penanaman pohon

3.c. Adanya ruang terbuka hijau

3.d. Stack yang tinggi dilengkapi filter

3.e. Perawatan mesin-mesin penghasil

emisi gas buang

Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)

(25)

SUMBER BISING PENGELOLAAN BISING

Suara mesin-mesin produksi dan utilitas

1. Penanaman pohon di pabrik

2. Perawatan mesin-mesin produksi dan

utilitas

3. Penggunaan alat pelindung diri (ear-plug

dan ear-muff)

4. Adanya silencer pada manifold mesin

5. Pembuatan ruang kedap suara

6. Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)

 Pengelolaan abu

(26)

Cengkeh, tembakau, saos rempah - rempah, flavor, essence, septic tank (H2S),

sampah, IPAL

1. Penanaman pohon di pabrik

2. Penanaman pohon di luar pabrik

3. Pembuatan TPS, dan pembuangan

sampah secepat mungkin

4. Adanya ruang terbuka hijau

5. Adanya proses aerobik pada IPAL

6. Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)

KESIMPULAN

Dalam rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO).

Asas-asas umum toksikologi dalam rokok dapat dilihat dari kondisi efek toksik kandungan dalam rokok, mekanisme efek toksik kandungan dalam rokok dan sifat efek toksik kandungan dalam rokok.

Limbah dalam industry rokok Djarum Kudus dapat diolah atau dimanfaatkan sebagai kompos.

SARAN

Gambar

Gambar 3 pengolahan limbah cair di IPAL

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pembelajaran matematika realistik dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing dilaksanakan dengan perencanaan yang telah disusun dan menggunakan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh positif terhadap kesenian Penthul Melikan setelah mengalami reaktualisasi, adanya perubahan garap dan bentuk baru pada kese-

(2017) tentang pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran pajak, sanksi perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak (studi empiris pada wajib

Untuk menganalisis pengaruh struktur modal secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

1) Buka modul Penjualan -> Orderan Toko , pilih kode transaksi kemudian klik Edit untuk mengubah data.. 2) Setelah selesai mengubah data klik Save untuk menyimpan data.

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan ibu hamil di masjid desa Baturetno dan memberikan penyuluhan tentang preeklamsia, pada saat penyuluhan jumlah

Perkembangan bangsa kambing di dunia mengarah kepada tiga produk utama yaitu daging, susu dan bulu ( mohair ). Di Indonesia, daging kambing dihasilkan terutama oleh jenis

Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang